Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Manusia merupakan salah satu makhluk yang selalu bertumbuh dan berkembang. Anak usia
dini adalah bagian dari manusia yang juga selalu bertumbuh dan berkembang bahkan lebih
pesat dan fundamental pada awal-awal tahun kehidupannya. Kualitas perkembangan anak di
masa depanya, sangat ditentukan oleh stimulasi yang diperolehnya sejak dini.

Pemberian stimulasi pendidikan untuk anak usia dini adalah hal sangat penting mengingat
80% pertumbuhan otak berkembang pada anak sejak usia dini. Elastisitas perkembangan otak
anak usia dini lebih besar pada usia lahir hingga sebelum 8 tahun kehidupannya, 20%
siasanya ditentukan selama sisa kehidupannya setelah masa kanak-kanak.

Dan tentu saja bentuk stimulasi yang diberikan harusnya dengan cara yang tepat sesuai
dengan hakihat anak usia dini. Memahami hakikat anak usia dini pun pada akhirnya menjadi
suatu bagian yang tak kalah penting untuk menentukan stimulasi apa yang tepat untuk
mereka. Oleh sebab itu, makalah ini akan membahas tentang hakikat anak usia dini.

1. Rumusan Masalah

Rumusan masalah yang akan dibahas dalam makalah ini sudah penulis paparkan dalam
beberapa poin yaitu:

1. Apa Yang Dimaksud Dengan Hakikat Anak Usia Dini ?


2. Bagaimana Karakteristik Anak Usia Dini ?
3. Bagaimana Perkembangan Anak Usia Dini ?
4. Bagaimana Periode Perkembangan Anak Usia Dini ?
5. Apa Yang Dimaksud Dengan Lembaga Pendidikan Anak Usia Dini ?

1. Tujuan

Tujuan Dari Penulisan Makalah Ini Adalah :

1. Untuk Mengetahui Apa Yang Dimaksud Dengan Perkembangan Kognitif


2. Untuk Mengetahui Bagaimana Karakteristik Anak Usia Dini
3. Untuk Mengetahui Bagaimana Perkembangan Anak Usia Dini
4. Untuk Mengetahui Bagaimana Periode Perkembangan Anak Usia Dini
5. Untuk Mengetahui Apa Yang Dimaksud Dengan Lembaga Pendidikan Anak Usia
Dini
1. Manfaat Makalah
2. Agar Dapat Memahami Apa Yang Dimaksud Dengan Hakikat Anak Usia Dini
3. Agar Dapat Memahami Bagaimana Karakteristik Anak Usia Dini
4. Agar Dapat Memahami Bagaimana Perkembangan Anak Usia Dini
5. Agar Dapat Memahami Bagaimana Periode Perkembangan Anak Usia Dini
6. Agar Dapat Memahami Apa Yang Dimaksud Dengan Lembaga Pendidikan Anak
Usia Dini

BAB II

PEMBAHASAN

1. Pengertian Hakikat Anak Usia Dini

Anak usia dini adalah sosok individu yang sedang menjalani suatu proses perkembangan
dengan pesat dan fundamental bagi kehidupan selanjutnya. Anak usia dini berada pada
rentang usia 0-8 tahun ( NAEYC, 1992 ). Pada masa ini proses pertumbuhan dan
perkembangan dalam berbagai aspek sedang mengalami masa yang cepat dalam rentang
perkembangan hidup manusia (Berk, 1992).

Pendidikan anak usia dini adalah merupakan salah satu bentuk penyelenggaraan pendidikan
yang menitikberatkan pada peletakan dasar ke arah pertumbuhan dan perkembangan fisik
(koordinasi motorik halus dan kasar) , kecerdasan (daya pikir, daya cipta, kecerdasan emosi,
kecerdasan spritual), sosio emosional (sikap dan perilaku serta beragama), bahasa dan
komunikasi, sesuai dengan keunikan dan tahap-tahap perkembangan yang dilalui oleh anak
usia dini. Contohnya, ketika menyelenggarakan lembaga pendidikan seperti kelompok
bermain, TK atau lembaga PAUD yang berbasis pada kebutuhan anak.

Pendidikan anak usia dini merupakan sebuah pendidikan yang dilakukan pada anak yang baru
lahir sampai dengan delapan tahun. Pendidikan pada tahap ini memfokuskan pada physical,
intelligence/cognitive,emotional,and social education. Upaya PAUD bukan hanya dari sisi
pendidikan saja, tetapi termasuk upaya pemberian gizi dan kesehatan anak sehingga dalam
pelaksanaan PAUD dilakukan secara terpadu dan komprehensif (Depdiknas, Panduan
Mengajar di TK/RA, 2002).
Usia dini lahir sampai enam tahun merupakan usia yang sangat menenentukan dalam
pembentukan karakter dan kepribadian seorang anak. Usia itu, sebagai usia penting bagi
perkembangan intelegensi permanen dirinya, mereka juga mampu menyerap informasi yang
sangat tinggi.

Anak Usia Dini Menurut Para Ahli

Dalam sejarah perkembangan anak usia dini terdapat beberapa filsuf yang pemikirannya
mendasari pendidikan anak usia dini hingga saat ini, secara ringkas filosofi para filsuf
tersebut adalah sebagai berikut:

1. John Locke (1632-1704)

John locke terkenal dengan teori “Tabula Rasa”. Teori ini berpendapat bahwa anak lahir
dalam keadaan seperti kertas putih sehingga lingkunganlah yang berpengaruh terhadap
pembentukan dirinya. Lingkunganlah yang mengisi kertas kosong tersebut yang dinamakan
pengalaman. Pengalaman-pengalaman anak akana berpengaruh terhadap pembentukan
karakter anak.

2. Jean Jacques Rousseau (1712-1778)

Jean Jaques Rousseau adalah salah satu filsuf yang mendasari teori maturisional yang
beranggapan bahwa yang berpengaruh terhadap perkembangan anak adalah berasal dari anak
sendiri atau berkembang secara alami. Pendidikan harus membiarkan anak tumbuh tanpa
intervensi dengan cara tidak membandingkan anak antara satu dengan yang lainnya. Dalam
pemikirannya Rousseau beranggapan bahwa anak lahir dalam keadaan baik, lingkunganlah
yang membuat anak menjadi jahat.

1. Karakteristik Anak Usia Dini

Anak usia dini dalam beragam usia merupakan pribadi unik yang mampu menarik perhatian
orang dewasa. Bahkan tingkah polah mereka mampu membuat para orang tua terhibur
karenanya. Dalam kehidupan sehari-hari berbagai tingkat usia anak dapat kita amati. Ada
yang baru lahir, ada yang batita (Toodler), ada balita, sampai dengan yang berusia sekolah
dasar.

Anak usia dini menurut NAEYC (National Association for The Education of Young
Children) adalah anak yang berada pada rentang usia 0-8 tahun, yang tercakup dalam
program pendidikan di Taman Penitipan Anak, penitipan anak pada keluarga, pendidikan
prasekolah baik itu swasta ataupun negeri, TK, dan SD.

Pada masa usia dini karakteristik anak sangat berbeda dibandingkan dengan karakteristik
tahapan selanjutnya, beberapa karakteristik anak usia dini menurut Hartati adalah sebagi
berikut:

1. Memilki Rasa Ingin Tahu Yang Besar

Anak usia dini sangat tertarik dengan dunia yang ada di sekitarnya. Pada masa bayi anak
mencoba meraih benda-benda yang ada disekitarnya kemudian pada usia hampir 1 tahun anak
suka mengambil kemudian membuang mainan yang dimainkannya, pada usia 3-4 tahun anak
sudah mulai bisa membuat kalimat dengan 4-5 kata, pada masa ini anak-anak suka
membongkar pasang mainan yang ada disekitarnya.

Pada usia 5-7 tahun kemampuan anak untuk membuat kalimat sudah mulai menyerupai orang
dewasa. Pada masa ini anak juga memiliki keingintahuan yang besar terhadap lingkungannya,
sehingga anak kerap bertanya pada orang dewasa baik itu guru maupun orangtua tentang hal-
hal yang dianggap menaruik oleh anak, dan sebaiknya orang tua menanggapi pertanyaan anak
dengan baik pula bahkan bisa juga orangtua balik bertanya pada anak, hal ini untuk
merangsang daya pikir dan penalaran anak.

2. Merupakan Pribadi Yang Unik

Secara umum pola perkembangan anak usia dini adalah sama, namun perlu disadari bahwa
tiap-tiap anak memiliki keunikannya sendiri-sendiri. Bahkan meskipun anak tersebut kembar.
keunikan ini dapat berasal dari faktor genetis maupun berasal dari faktor lingkungan anak.
Guru sebagai pendidik harus benar-benar memahami hal ini sehingga guru dapat memahami
kebutuhan tiap-tiap anak dalam pembelajarannya.

3. Suka Berfantasi Dan Berimajinasi

Anak usia dini sangat suka berimajinasi dan berfantasi dengan pikirannya, kemudian anak
dapat menceritakannya dengan begitu antusias seolah-olah dia mengalaminya sendiri,
padahal bisa saja hal tersebut hanya hasil dari imajinasi anak. Kadang anak usia dini juga
belum bisa membedakan dengan jelas antara kenyataan dan fantasi, sehingga seringkali orang
dewasa menganggap anak berbohong.

Fantasi dan imajinasi pada anak sangat penting bagi pengembangan kreativitas dan
bahasanya. Untuk itu anak perlu untuk mendapatkan bimbingan agar dapat membedakan
antara kenyataan dan fantasi, maupun fantasi dan imajinasi anak. Fantasi menurut Lubis
adalah kemampuan membentuk tanggapan baru dengan pertolongan tanggapan yang sudah
ada. Sedangkan imajinasi adalah kemampuan anak untuk menciptakan suatu objek atau
kejadian tanpa didukung data yang nyata, contohnya: adalah teman imajiner bagi anak.
4. Masa Paling Potensial Untuk Belajar

Pada usia 0-8 tahun perkembangan otak anak dapat mencapai 80%, sehingga jika anak
diberikan stimulus-stimulus yang dapat merangsang otak anak maka neuron-neuron yang ada
dalam otak anak akan berkembang atau bercabang-cabang sehingga akan akan menjadi lebih
cerdas. Namun pengalaman-pengalaman yang diperoleh anak akan menetap jika digunakan
secara terus-menerus namun akan menyusut jika tidak digunakan.

Pada masa inilah disebut masa golden age yang merupakan masa paling potensial untuk anak
dalam belajar guna mengoptimalkan tumbuh kembang anak.

5. Menunjukkan Sikap Egosentris

Egosentris artinya berpusat pada aku, artinya anak usia dini pada umumnya hanya memahami
sesuatu dari sudut pandangnya sendiri, bukan sudut pandang orang lain. Egosentrisme pada
anak dapat merugikan bagi penyesuaian diri dan sosialnya jika terjadi berkelanjutan. Seorang
ahli anak, Jean Piaget memasukkan karakter tersebut pada tahapan kognitif preoperational
pada usia 2-7 tahun.

6. Memiliki Rentang Daya Konsentrasi Yang Pendek

Anak usia dini memiliki rentang daya konsentrasi pendek adalah dimaksudkan anak mudah
teralihkan perhatiannya terhadapa hal lain yang lebih menarik, atau anak mudah bosan
terhadap suatu hal yang dikerjakannya jika merasa sudah tidak menarik lagi. Jangka waktu
anak usia dini untuk berkonsentrasi adalah sekitar 10 menit untuk anak dibawah 5 tahun
menurut Hurlock.

7. Sebagai Bagian Dari Makhluk Sosial

Anak usia dini mulai bisa berinteraksi dengan lingkungan di sekitarnya, pada masa ini anak
akan belajar memahami kepentingan orang lain, belajar mengalah, berbagi dan mengantri,
dalam hal ini anak juga belajar berperilaku sesuai harapan sosialnya karena ia membutuhkan
orang lain dalam kehidupannya.

Selain karakteristik anak usia dini yang telah dijabarkan ada titik kritis yang
perlu dijabarkan. Titik kritis tersebut adalah sebagai berikut:

1. Membutuhkan rasa aman, istirahat, dan makanan yang baik

Anak usia dini membutuhkan keseimbangan berbagai zat makan, latihan, dan istirahat yang
cukup. Anak secara berkala perlu diperiksa kesehatan untuk memastikan tumbuh
kembangnya.

2. Datang ke dunia yang diprogram untuk meniru


Anak usia dini secara konstan mencontoh apa yang dilihat dan didengarnya.semua kata,
perilaku, sikap, keadaan, perasaan, dan kebiasaan orang dewasa disekitarnya akan diamati,
dicatat dalam pikiran dan kemudian akan ditirunya. Imitasi atau peniruan ini merupakan salah
satu contoh belajar anak usia dini. Oleh karena itu, pemberian teladan atau contoh merupakan
salah satu cara belajar anak usia dini.

3. Membutuhkan latihan dan rutinitas

Melakukan sesuatu secara berulang merupakan kesenangan tersendiri bagi anak usia dini.
Mereka cenderung tidak pernah bosan melakukan secara berulang apa yang membuat mereka
tertarik dan senang. Pengulangan ini merupakan latihan bagi anak untuk memiliki
keterampilan.

4. Memiliki kebutuhan untuk banyak bertanya dan memperoleh jawaban. Bertanya


merupakan cara yang umum dilakukan anak usia dini dalam prosesnya. Ketika anak
mengajukan pertanyaan dan diacuhkan, dikritik, atau dijawab asal-asalan maka anak
akan merasa bersalah dengan pertanyaan yang telah diungkapkan.
5. Cara berpikir anak berbeda dengan orang dewasa

Meskipun anak kadang dapat mengerti dan melakukan perintah dari orang dewasa, namun
anak usia dini belum mampu berpikir, seperti orang dewasa. Kemampuan berpikir logis pada
anak berkembang lebih lambat dari pada kemampuannya dalam menguasai kata-kata.

6. Membutuhkan pengalaman langsung

Orang dewasa memiliki kemampuan mental untuk menghadapi situasi baru untuk beradaptasi
sedangkan anak usia dini belum memiliki kemampuan mental seperti itu, pemerolehannya
berdasarkan pengalaman secara langsug.

7. Trial and eror menjadi hal pokok dalam belajar

Anak usia dini gemar mencoba hal baru, setiap kali gagal ia tidak pernah bosan untuk
mencoba lagi. Oleh karena itu perlu untuk memberikan anak kesempatan dan motivasi.

8. Bermain merupakan dunia masa anak-anak

Bermain bagi anak merupakan proses mempersiapkan diri untuk masuk kedalam dunia orang
dewasa, cara bagi anak untuk memperoleh pengetahuan, menumbuhkan hasrat bereksplorasi,
melatih pertumbuhan fisik, juga menggunakan kata-kata.

1. Aspek Perkembangan Anak Usia Dini

1. Perkembangan Kognitif
Jean Piaget adalah seorang Psikolog Swiss yang terkenal, Piaget menyebutkan bahwa proses
kognitif yang penting dalam otak anak adalah skema, asimilasi dan akomodasi, organisasi,
serta ekuilibrasi.

Skema dalam teori Piaget adalah tindakan atau representasi mental yang mengatur
pengetahuan. asimilasi adalah masuknya informasi baru ke dalam pengetahuan yang sudah
ada (skema). Akomodasi adalah penyesuaian skema agar sesuai denganinformasi dan
pengetahuan baru. Organisasi adalah pengelompokan perilaku yang terisolasi ke dalam
sebuah sistem kognitif dengan susunan yang lebih tinggi yang erfungsi secara lebih lancer,
pengelompokan atau penyusunan hal-hal ke dalam kategori-kategori. Ekuilibrasi mekanisme
yang diajukan Piaget untuk menjelaskan bagaimana anak-anak beralih dari satu tingkat
pemikiran ke tingkat yang berikutnya.

Piaget mengajukan empat tahapan perkembangan anak sebagai berikut:

1. Tahap sensorimotor (0-2 tahun)

Dalam tahap ini bayi membangun pemahaman tentang dunia dengan mengoordinasikan
pengalaman sensori dengan tindakan motorik mereka, itulah mengapa disebut tahap
sensorimotor. Piaget berpendapat bahwa benda-benda yang bersifat permanen adalah
pencapaian yang penting dalam masa bayi. Pencapaian kedua adalah kesadaran bertahap
bahwa ada perbedaan atau batas antara diri sendiri dan lingkungan sekitar. Menurut Piaget,
seperti inilah kehidupan mental bayi. Pada akhir periode sensorimotor, anak dapat
membedakan antara diri sendiri dan dunia, serta sadar bahwa benda akan terus ada.

1. Tahap Praoperasional (2-7 tahun)

Tahap ini lebih simbolik daripada tahapan sensorimotor, pada tahap ini ditandai dengan anak
bersifat egosentris dan intuitif daripada logis.

1. Tahap Operasional Konkret (7-11 tahun)

Pada tahapan ini anak sudah dapat berpikir melibatkan penggunaan konsep operasi.
Pemikiran logis menggantikan pemikiran intuitif, tetapi hanya dalam siruasi yang konkrit.
Terdapat ketrampilan mengklasifikasikan , tetapi persoalan yang abstrak tetap tidak
terselesaikan.

1. Tahap Operasional Formal (11-15 tahun hingga masa dewasa.

Pada tahapan ini individu-individu mulai mengambil keputusan berdasarkan pengalaman


nyata dan berpikir lebih abstrak, idealis dan logis.

2. Perkembangan Bahasa

Tahap-tahap Pemerolehan Bahasa Anak Universal menurut Afifuddin, adalah sebagai


berikut:

1. Praujaran (Pre-speech)
Bayi memberi tanggapan terhadap bahasa (ujaran) lebih cermat dibandingkan dengan bunyi-
bunyi lain. Bunyi bahasa (ujaran) memperlihatkan aktivitas listrik yang lebih nyata pada
belahan otak kiri bayi yang berusia dua bulan dibandingkan dengan hunyi-bunyi lain.
Eksperimen dengan menggunakan mikrofon dan dot bayi memperlihatkan bahwa bayi
menyedot lebih cepat/aktif bila diperdengarkan suara manusia dibandingkan dengan bunyi-
bunyi lain.

1. Tahap Meraba/Berceloteh (babbling stage)

Tahap ini dimulai ketika bayi berusia beberapa bulan. Dunia celoteh bayi dimulai kira-kira
usia empat sampai enam bulan. Ditandai oleh bunyi-bunyi yang tidak dapat membedakan
secara tepat adanya perbedaan bunyi-bunyi bahasa, banyak diantara bunyi ujaran tersebut
bukan merupakan ujaran

1. Tahap Satu Kata

Bayi mampu menuturkan kata-kata pertama pada usia sembilan bulan, misalnya “mama”,
“dada” (kata-kata ini mirip dengan babbling ). Tahap ini ditandai oleh mulai dihasilkannya
tanda-tanda bahasa sesungguhnya. Kata-kata yang dibuat seringkali disederhanakan,
misalnya “du” untuk duck.

1. Menggabungkan Kata

Usia 18 bulan sampai 2 tahun. Menjelang usia 2,5 tahun, kebanyakan anak-anak berbicara
dengan menggunakan kalimat yang mengandung banyak kata, meskipun tata bahasanya
sangat tidak sempurna. Tahap ini berkembang dengan cepat ke dalam tahap kelima (tahap
akhir) pemerolehan bahasa. Menjelang usia 6 tahun, tata bahasa yang diperlihatkan anak-
anak mendekatai tata bahasa yang digunakan orang dewasa.

3. Perkembangan Psikoseksual

Tahap-tahap perkembangan Psikoseksual menurut Sigmund Freud adalah sebagai berikut:

1. Fase Oral

Pada tahap oral, sumber utama kesenangan bayi adalah berada didaerah mulut, sehingga
kegiatan mengisap adalah sangat penting. Mulut bayi digunakan untuk makan, mencicipi, dan
mengisap hal-hal inilah yang menyenangkan bagi bayi sehingga masa ini disebut masa oral.
Karena bayi sepenuhnya tergantung pada atau orang tua (yang bertanggung jawab untuk
memberi makan anak), bayi juga mengembangkan rasa kepercayaan dan kenyamanan melalui
stimulasi oral.

Permasalahan pada tahap ini adalah proses penyapihan pada bayi, yakni agar membuat bayi
tidak lagi sepenuhnya bergantung pada orangtua. Kegagalan pada proses ini dapat
menyebabkan anak melakukan hal-hal yang tidak baik berkaitan dengan fase oral yang tidak
berjalan baik seperti merokok dan menggigit kuku.

1. Fase Anal
Tahapaan Fase Anal anak ditandai dengan toilet training artinya anak dibiasakan untuk
mengendalikan kandung kemih dan buang air besar. Permasalahan pada tahap ini adalah
bagaiman cara guru maupun orangtua mengajarkan toilet training yang baik dan sebisa
mungkin melalui kegiatan tersebut anak dapat mandiri. Orang tua yang memanfaatkan pujian
dan penghargaan untuk menggunakan toilet pada saat yang tepat mendorong hasil positif dan
membantu anak-anak merasa mampu dan produktif. Freud percaya bahwa pengalaman positif
selama tahap ini menjabat sebagai dasar orang untuk menjadi orang dewasa yang kompeten,
produktif dan kreatif.

Kegagalan atau tidak baiknya prses pada tahap ini adalah jika kontrol atau pelatihan yang
diberikan orangtua terlalu longgar, individu dapat menjadi pribadi yang boros atau merusak
kepribadian berantakan. Dan sebaliknya jika kontrol atau pelatihan orangtua terlalu
mengekang anak maka anak akan menjadi pribadi yang ketat, tertib, kaku dan obsesif.

1. Fase Phalic

Pada tahap ini, fokus utama dari libido adalah pada alat kelamin. Pada tahap anak mulai
mnegembangkan rasa cemburu kepada ayah kandung, dengan keinginan untuk mendapatkan
kasih sayang Ibu. Namun, di sisi yang lain anak juga memiliki rasa takut untuk dihukum oleh
ayahnya. Rasa takut ini oleh Freud disebut sebagai penegebirian kecemasan. Pada fase ini
anak mulai dapat membedakan antar jenis kelamin laki-laki dan perempuan. takut Freud
disebut pengebirian kecemasan.

1. Fase Latent

Periode laten adalah saat eksplorasi di mana energi seksual tetap ada, tetapi diarahkan ke
daerah lain seperti pengejaran intelektual dan interaksi sosial. Tahap ini sangat penting dalam
pengembangan keterampilan sosial dan komunikasi dan kepercayaan diri. Freud menjelaskan
bahwa masa latens adalah masa yang relatif stabil.

1. Fase Genital

Pada tahap akhir perkembangan psikoseksual, individu mengembangkan minat seksual yang
kuat pada lawan jenis. Dimana dalam tahap-tahap awal fokus hanya pada kebutuhan individu,
kepentingan kesejahteraan orang lain tumbuh selama tahap ini. Jika tahap lainnya telah
selesai dengan sukses, individu sekarang harus seimbang, hangat dan peduli. Tujuan dari
tahap ini adalah untuk menetapkan keseimbangan antara berbagai bidang kehidupan.

4. Perkembangan Fisik/motorik

Masnipal menjelaskan tantang tahapan fisik/motik anak sebagai berikut: pada usia 4 bulan
anak sudah dapat melakukana kegiatan menelungkup, pada usia 5 bulan anak sudah dapat
menegakkan kepala, anak umur 7 bulan sudah mulai dapat merangkak, pada usia 8 bulan
anak anak belajar duduk lalu berdiri. Dan pada usia 11/12 bulan anak sudah mulai bisa
berjalan.
5. Perkembangan Sosial-Emosional

Berkaitan dengan aspek sosial-emosional, Erikson (dalam Mashar, 2011; Papalia,Olds,dan


Feldman, 2002; Santrock, 1995; Morrison, 1988), membagi masa anak usia dini dalam tiga
periode perkembangan, yaitu:

1. Masa bayi (usia 0-18 bulan)

Tahap terbentuknya kepercayaan dasar versus ketidakpercayaan (basic trust vs. mistrust),
dengan karakteristik berupa adanya kebutuhan dasar bayi yang harus dipenuhi oleh pengasuh
yang tanggap dan peka agar terbentuk rasa kepercayaan yang akan menimbulkan rasa aman.

1. Masa toddlers (usia 18 bulan – 3 tahun),

Tahap terbentuknya otonomi versus rasa masa malu dan ragu-ragu (autonomy vs. shame and
doubt) dengan karakteristik berupa adanya kemauan yang bersal dari diri anak sendiri,
sehingga bayimulai mengembangakan rasa otonomi atau kemandirian. Namun jika bayi
terlalu dibatasi atau dihukum terlalu keras, bayi cenderung mengembangkan rasa malu dan
ragu-ragu.

1. Masa awal kanak-kanak (tahun-tahun prasekolah; usia 3-6 tahun)

Tahap terbentuknya inisiatif versus rasa bersalah (initiative vs.guilt) dengan karakteristik
anak yang mulai mengembangkan berbagai aktivitas dan perilaku yang lebih bertujuan.
Lingkungan yang memberi kesempatan bereksplorasi dan akan mengembangkan kemampuan
anak untuk menenrima tanggung jawab aktif, dan memiliki keterlibatan lingkungan. Namun
perasaan bersalah yang tidak menyenangkan muncul jika anak tidak mampu melakukan
aktivitas-aktivitas baru.

1. Periode perkembangan Anak Usia Dini

1. Perkembangan Kognitif
Perkembangan kognitif anak terbagi ke dalam beberapa tahap:

 Tahap Sensorimotor, pada tahap ini kemampuan anak hanya pada gerakan refleks,
mulai mengembangkan kebiasaan-kebiasaan awal, mereproduksi berbagai kejadian
yang menurutnya menarik, mulai menggunakan berbagai hal atau peralatan guna
mencapai tujuannya, melakukan berbagai eksperimen dan anak sudah mulai
menemukan berbagai cara baru. Tahap sensorimotor terjadi saat usia 0-2 tahun.
 Tahapan Pra-operasional, pada tahap ini anak mulai menerima berbagai rangsangan
yang masih terbatas, Kemampuan bahasa anak mulai berkembang, meskipun pola
pikirnya masih bersifat statsi dan masih belum mampu untuk berpikir secara abstrak,
persepsi mengenai waktu dan mengenai tempat masih tetap terbatas. Tahap pra-
operasional berkembang saat usia anak 2-7 tahun.
 Tahap konkret operasional, pada tahap ini anak sudah bisa menjalankan operasional
dan berpikirnya mulai berpikir secara rasional. Dalam tahap ini tugas-tugas seperti
menyusun, melipat, melakukan pemisahan, penggabungan, menderetkan dan
membagi sudah dapat dilakukan oleh anak. Tahap konkret operasional berlangsung
pada usia 7-11 tahun.
 Tahap Formal Operasional, dalam tahap ini anak sudah mulai beranjak sebagai
seorang remaja. Dalam tahap ini, anak sudah mulai berpikir secara hipotetik, yaitu
penggunaan hipotesis yang relevan sudah dilakukan anak guna memecahkan berbagai
masalah. Sudah mampu menampung atau berpikir terhadap hal-hal yang
menggunakan prinsip-prinsip abstrak, sehingga anak sudah bida menerima pelajaran-
pelajaran yang bersifat abstrak seperti matematika, agama dan lain-lain.

2. Perkembangan Fisik Anak


Mengenai perkembangan fisik anak bisa dilihat dari perkembangan motroik anak.
Perkembangan motorik anak ini terbagi lagi ke dalam perkembangan motorik halus dan
perkembangan motorik kasar.

3. Perkembangan Bahasa
Perkembangan bahasa anak usia dini terbagi ke dalam beberapa tahap, yaitu:

 Periode prelingual, usia anak 0-1 thn, ciri utama adalah anak mengoceh untuk dapat
berkomunikasi dengan orang tua, anak masih bersifat pasif saat menerima stimulus
dari luar tapi anak akan menerima respon yang berbeda. Contoh: bayi akan senyum
kepada orang yang dikenalnya dan menangis kepada orang yang tidak dikenal dan
ditakutinya.
 Periode Lingual, usia antara 1-2,5 tahun, dalam taha ini anak sudah mampu membuat
sebuah kalimat, satu atau dua kata dalam percakapannya dengan orang lain.
 Periode Diferensiasi, usia anak 2,5 – 5 thn, anak sudah memiliki kemampuan bahasa
sesuai dengan peraturan tata bahasa yang baik dan benar. Permbendaharaan katanya
sudang berkembang secara baik dilihat dari segi kuantitas dan kualitas.

4. Perkembangan Sosio-emosional
Perkembangan sosio emosisonal anak terbagi ke dalam beberapa tahap, yaitu:

 Tahap percaya versus curiga (trust vs mistrust), usia anak 0-2 tahun, dalam tahap
ini anak akan tumbuh rasa percaya dirinya jika mendapatkan pengalaman yang
menyenangkan, namun akan tumbuh rasa curiga jika anak mendapat pengalaman
yang tidak menyenangkan.
 Tahap Mandiri versus Ragu (Autonomy vs Shame), usia anak 2-3 tahun, perasaan
mandiri mulai muncul tatkala anak sudah mulai menguasai seluruh anggota tobuhnya,
sifat ragu dan malu akan muncul pada tahap ini ketika lingkungan tidak memberinya
sebuah kepercayaan.
 Tahap berinisiatif versus bersalah (Initiative vs Guilt), usia anak 4-5 tahun. Pada
masa ini anak sudah mulai lepas dari orang tuanya, anak sudah mampu bergerak
bebas dan berhubungan dengan lingkungan. Kondisi ini dapat menimbulkan inisiatif
pada diri anak, namun jika anak masih belum bisa terlepas dari ikatan orang tuanya
dan belum bisa berinteraksi dengan lingkungan, rasa bersalah akan muncul pada diri
anak.

1. Lembaga Pendidikan Anak Usia Dini

Lembaga Pendidikan Anak Usia Dini adalah suatu lembaga yang memberikan layanan
pengasuhan, pendidikan dan pengembangan bagi anak lahir sampai enam tahun dan atau
enam tahun sampai delapan tahun, baik yang diselenggarakan oleh instansi pemerintah dan
non pemerintah.

Kegiatan pendidikan seharusnya disusun dalam suatu rencana kegiatan pendidikan diarahkan
pada tiga peran pendidikan anak usia dini, yaitu:

1. Pendidikan sebagai proses belajar dalam diri anak


2. Pendidikan sebagai proses sosialisasi
3. Pendidikan sebagai proses pembentukan kerja sama peran

Mengenal Kelembagaan PAUD Indonesia. Pengertian PAUD Indonesia secara ekplisit dan
yuridis tertuang dalam UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
Dalam pasal 1, butir 14, bahwa Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) adalah “suatu upaya
pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang
dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan
perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan
lebih lanjut”

Kelembagaan PAUD Indonesia:

1. TK (Taman Kanak-Kanak),

1. KB (Kelompok Bermain),
2. TPA (Taman Penitipan Anak),
3. SPS (Satuan PAUD Sejenis),
4. PAUD Berbasis Keluarga (PBK).

a. TK (Taman Kanak-Kanak)

TK (Taman Kanak-Kanak) adalah Bentuk satuan PAUD yang menyelenggarakan program


bagi anak usia 4 sampai dengan 6 tahun secara lebih terstruktur.

b. KB (Kelompok Bermain)

KB (Kelompok Bermain) adalah Bentuk satuan PAUD yang menyelenggarakan program bagi
anak usia 2 sampai dengan 4 tahun dengan toleransi sampai dengan 6 tahun, jika di tempat
tersebut belum tersedia layanan TK.

c. TPA (Taman Penitipan Anak)

TPA (Taman Penitipan Anak) adalah Bentuk satuan PAUD yang menyelenggarakan program
pendidikan dan pengasuhan bagi anak usia 3 bulan sampai dengan 6 tahun.

d. SPS (Satuan PAUD Sejenis)

SPS (Satuan PAUD Sejenis) adalah Bentuk-bentuk layanan PAUD lainnya yang
penyelenggaraannya dapat diinterintegrasikan dengan berbagai layanan anak usia dini yang
ada di masyarakat seperti Posyandu (Pos Pelayanan Terpadu), BKB (Bina Keluarga Balita),
TPQ (Taman Pendidikan Al-Qur’an), TAPAS (Taman Pendidikan Anak Soleh), SPAS
(Sanggar Pendidikan Anak Soleh), Bina Anaprasa, PAK (Pembinaan Anak Kristen), BIA
(Bina Iman Anak Katolik), dan semua layanan anak usia dini yang berada di bawah binaan
lembaga agama lainnya; serta semua kelompok layanan anak usia dini yang berada di bawah
binaan organisasi wanita/organisasi kemasyarakatan. Salah satu bentuk program SPS adalah
Pos PAUD, yaitu program PAUD yang diintegrasikan dengan layanan Posyandu dan BKB.

e. PAUD Berbasis Keluarga (PBK)

PAUD Berbasis Keluarga (PBK) adalah Bentuk layanan PAUD yang diselenggarakan di
keluarga. Fasilitasi PAUD berbasis keluarga dapat dilakukan melalui program pendidikan ke
orangtuaan (parenting education).
BAB III
PENUTUP
1. S

Adapun kesimpulan dari makalah ini adalah sebagai berikut :

1. Pendidikan anak usia dini adalah merupakan salah satu bentuk penyelenggaraan
pendidikan yang menitikberatkan pada peletakan dasar ke arah pertumbuhan dan
perkembangan fisik (koordinasi motorik halus dan kasar), kecerdasan (daya pikir,
daya cipta, kecerdasan emosi, kecerdasan spritual), sosio emosional (sikap dan
perilaku serta beragama), bahasa dan komunikasi , sesuai dengan keunikan dan tahap-
tahap perkembangan yang dilalui oleh anak usia dini. Contohnya, ketika
menyelenggarakan lembaga pendidikan seperti kelompok bermain, TK atau lembaga
PAUD yang berbasis pada kebutuhan anak.
2. Berikut adalah karakteristik dari anak usia dini:
3. Bersifat Egoisantris Naif
4. Relasi Sosial Yang Primitif
5. Kesatuan Jasmani Dan Rohani Yang Hampir Tidak Terpisahkan
6. Sikap Hidup Yang Disiognomis
7. Memiliki Rasa Ingin Tahu Yang Besar
8. Suka Berfantasi Dan Berimajinasi
9. Masa Paling Potensial Untuk Belajar
10. Menunjukkan Sikap Egosentris
11. Memiliki Rentang Daya Konsentrasi Yang Pendek
12. Sebagai Bagian Dari Makhluk Sosial

1. Periode perkembangan anak usia dini terdiri dari:


1. Perkembangan Kognitif

2. Perkembangan Fisik Anak


3. Perkembangan Bahasa
4. Perkembangan Sosio-emosional
d. Kelembagaan PAUD Indonesia:

1. TK (Taman Kanak-Kanak),

2. KB (Kelompok Bermain),
3. TPA (Taman Penitipan Anak),
4. SPS (Satuan PAUD Sejenis),
5. PAUD Berbasis Keluarga (PBK).
1. Saran

Pembaca haruslah memahami isi didalam pembahasan tersebut, sehingga dapat dijadikan
acuan informasi dalam memberikan informasi pada orang lain.

DAFTAR PUSTAKA

___http://bidanku.com/psikologi-perkembangan-anak-usia-dini

___ https://id.wikipedia.org/wiki/Teori_perkembangan_kognitif

___https://primazip.wordpress.com/2014/04/03/hakikat-perkembangan-anak-usia-dini/

___http://paudjateng.xahzgs.com/2015/03/jenis-jenis-layanan-paud-kelembagaan-paud.html

___Masnipal, Siap Menjadi Guru dan Pengelola PAUD Profesional (Jakarta: Elex Media
Komputindo,

2013), h. 78.

___Siti Aisyah et.al., Perkembangan dan Konsep Dasar Pengembangan Anak Usia Dini

Anda mungkin juga menyukai