PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam lingkungan masyarakat, kesehatan itu penting untuk dipelihara apalagi
kesehatan anak sebagai calon penerus bangsa. Peran tenaga medis juga penting untuk
memberi pengetahuan tentang kesehatan anak agar masyarakat tetap menjaga kesehatan
anaknya dan kebersihan diri juga lingkungan. Seiring berjalannya zaman yang semakin
modern dan perlengkapan atau penanganan medis yang semakin canggih dan maju. Untuk
itu di perlukan beberapa peran penting bagi masyarakat mengenai kesehatan.
Pemeriksaan tanda vital adalah cara untuk mendeteksi perubahan system yang ada
di dalam tubuh. Tanda vital meliputi suhu tubuh, denyut nadi, frekuensi pernapasan, dan
tekanan darah. Perubahan tanda vital dapat terjadi bila tubuh dalam keadaan sakit atau
kelelahan. Perubahan tersebut merupakan indikator adanya gangguan sistem tubuh.
Pemeriksaan tanda vital yang dilaksanakan oleh tenaga medis seperti dokter, bidan, dan
perawat digunakan untuk memantau perkembangan pasien. Tindakan ini bukan hanya
merupakan kegiatan rutin pada pasien, tetapi merupakan tindakan pengawasan terhadap
perubahan atau gangguan sistem tubuh. Pelaksanaan pemeriksaan tanda vital pada pasien
tentu berbeda dengan pasien yang lainnya. Tingkat kegawattan dan penanganan pasien juga
berbeda beda, mulai dari yang keadaan kritisi hingga dalam keadaan pasien yang sakit
ringan. Prosedur pameriksaan tanda vital yang dilakukan pada pasien meliputi pengukuran
suhu, pemeriksaan denyut nadi, pemeriksaan pernapasan dan pengukuran tekanan darah.
Hal inilah yang membuat penulis membuat makalah yang berjudul “MENGUKUR
TANDA – TANDA VITAL PADA ANAK SEHAT DAN SAKIT” yang diharapkan dapat
bermanfaat bagi pembaca.
1
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian tanda – tanda vital
2. Apa macam tanda – tanda vital beserta pengertiannya
3. Apa tujuan dari masing – masing tanda – tanda vital
4. Apa alat yang dibutuhkan untuk mengukur tanda –tanda vital
5. Kapan mengukur tanda – tanda vital pada anak sehat dan sakit
6. Bagaimana cara mengukur tanda – tanda vital pada anak
7. Berapa nilai normal tanda – tanda vital pada anak
C. Tujuan
1) Tujuan umum
Penyususnan makalah ini bertujuan untuk menjelaskan tentang mengukur tanda – tanda
vital.
2) Tujuan khusus
a) Diketahui pengertian tanda – tanda vital
b) Diketahui macam tanda – tanda vital beserta pengertiannya
c) Diketahui tujuan dari masing – masing tanda – tanda vital
d) Diketahui alat yang dibutuhkan untuk mengukur tanda –tanda vital
e) Diketahui waktu mengukur tanda – tanda vital pada anak sehat dan sakit
f) Diketahui cara mengukur tanda – tanda vital pada anak
g) Diketahui nilai normal tanda – tanda vital pada anak
h) Untuk memenuhi penilaian tugas kelompok Keperawatan Anak
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
C. Jenis tanda-tanda vital
Pengukuran tanda-tanda vital memberikan informasi yang berharga terutama
mengenai status kesehatn pasien secara umum. Pengukuran ini harus dibandingkan dengan
rentang normal sesuai usia klien dan hasil pengukuran sebelumnya.
4
j. Usia 14 – 16 tahun : 120/65 mmHg
k. Usia 16 tahun ke atas : 130/75 mmHg
l. Usia lanjut : 130-139/85-89 mmHg
Tempat untuk mengukur tekanan darah seseorang adalah lengan atas dan
pergelangan kaki. (Yuni Kusmiati. 2010)
2. Nadi/ pols
Nadi adalah gerakan atau aliran darah pada pembuluh darah arteri yang dihasilkan
oleh kontraksi dari ventrikel kiri jantung. Denyut nadi adalah rangsangan kontraksi jantung
yang dimulai dari Nodes Sinouri atau Nodus Sinos Atrial yang merupakan bagian atas
serambi kanan jantung.Salah satu indikator kesehatan jantung adalah terjadinya
peningkatan denyut nadi pada saat beristirahat. Pemeriksaan nadi sangat penting dilakukan
agar petugas kesehatan yang melakukan pemeriksaan nadi dapat mengetahui keadaan nadi
(frekuensi irama dan kuat lemah nadi ). Mengukur denyut nadi yang terasa pada pembuluh
darah arteri yang disebabkan oleh gelombang darah yang mengalir di dalamnya sewaktu
jantung memompa darah ke dalam aorta atau arteri.
Tujuan pemeriksaan nadi adalah :
1. Untuk mengetahui kerja jantung
2. Untuk menegetahui jumlah denyut jantung yang terasa pada pembuluh darah.
3. Untuk menentukan denyut nadi normal atau tidak.
Kecepatan denyut jantung bereaksi terdapat rangsangan yang ditimbulkan oleh
system saraf simpatis dan saraf parasimpatis, beberapa hal yang mempengaruhi jumlah
denyut: emosi, nyeri, aktivitas, dan obat-obatan. Kecepatan denyut nadi bertambah bila
tekanan darah turun karena jantung berusaha meningkatkan keluarnya darah.Jumlah
denyut nadi yang normal berdasarkan usia seseorang adalah:
a. Bayi baru lahir : 140 kali per menit
b. Umur di bawah umur 1 bulan : 110 kali per menit
c. Umur 1 – 6 bulan : 130 kali per menit
d. Umur 6 – 12 bulan : 115 kali per menit
e. Umur 1 – 2 tahun : 110 kali per menit
5
f. Umur 2 – 6 tahun : 105 kali per menit
g. Umur 6 – 10 tahun : 95 kali per menit
h. Umur 10 – 14 tahun : 85 kali per menit
i. Umur 14 – 18 tahun : 82 kali per menit
j. Umur di atas 18 tahun : 60 – 100 kali per menit
k. Usia Lanjut : 60 -70 kali per menit
Jika jumlah denyut nadi di bawah kondisi normal, maka disebut pradicardi.Jika
jumlah denyut nadi di atas kondisi normal, maka disebut tachicardi.Tempat-tempat
menghitung denyut nadi adalah:
a. Ateri radalis : Pada pergelangan tangan
b. Arteri temporalis : Pada tulang pelipis
c. Arteri caratis : Pada leher
d. Arteri femoralis : Pada lipatan paha
e. Arteri dorsalis pedis : Pada punggung kaki
f. Arteri politela : pada lipatan lutut
g. Arteri bracialis : Pada lipatan siku
h. Ictus cordis : pada dinding iga, 5 – 7
(Yuni Kusmiati. 2010)
6
suhu rata-rata tubuh menurun dari 37,2°C (99,0°F) pada anak-anak menjadi 37°C (98,6°C)
pada dewasa dan menjadi 36°C pada orang lanjut usia.Setiap peningkatan 1°F nadi
meningkat 10x/mnt, peningkatan 1°C nadi meningkat 15x/mnt. Sebaliknya bila terjadi
penurunan suhu tubuh maka nadi akan menurun
Pengukuran suhu tubuh merupakan bagian rutin pada hampir semua penilaian klinis,
karena dapat menggambarkan tingkat keparahan penyakit (misalnya, infeksi). Suhu tubuh
dapat dicatat dalam derajat Celcius atau derajat Fahrenheit, dan berikut ini adalah konversi
antara keduanya:
C= 5/9 x (°F – 32) F
F= (9/5 x °C) + 32
Sebagai contoh:
37°C = (9/5 x 37) + 32 = 66,6 + 32
110 = 98,6 °F
(Rhonda M. Jones, 2008; terj. D. Lyrawati, 2009)
Suhu tubuh dapat diukur dengan berbagai alat thermometer (thermometer gelas,
elektronik, timpani) dan berbagai rute (per oral, rectal, axilla, tympani).
Table 1: suhu tubuh
4. Pernafasan
Pernafasan atau respirasi adalah peristiwa menghirup udara dari luar yang
mengandung O2 (oksigen) ke dalam tubuh, serta menghembuskan udara yang banyak
mengandung CO2 (karbon dioksida) sebagai sisa dari oksidasi keluar tubuh.Penghisapan
ini disebut inspirasi dan menghembuskan disebut ekspirasi.Secara normal orang dewasa
bernafas kira – kira 16 – 20 x/menit, sementara bayi dan anak kecil lebih cepat daripada
orang dewasa.Naiknya kecepatan bernafas disebut polypnea. Jika suhu badan naik
7
kecepatan bernafas bertambah, karena tubuh berusaha melepaskan diri dari kelebihan
panas. Pemeriksaan pernafasan merupakan pemeriksaan yang dilakukan untuk menilai
proses pengambilan oksigen dan pengeluaran karbon dioksida. Pemeriksaan ini bertujuan
untuk menilai frekuensi, irama, kedalaman dan tipe atau pola pernafasan.
a. Faktor – faktor yang mempengaruhi pola pernafasan:
1) Faktor fisiologis
a) Menurunnya kemampuan meningkatkan O2 seperti pada anemia
b) Menurunnya konsentrasi O2 yang diinspirasi seperti obstruksi saluran pernafasan
bagian atas.
c) Hivopolemia sehingga tekanan darah menurun yang mengakibatkan terganggunya
O2
d) Kondisi yang mempengaruhi pergerakan dinding dada seperti pada kehamilan,
obeisitas, penyakit kronis, seperti TBC paru.
2) Faktor perkembangan
a) Anak usia sekolah dan remaja, resiko infeksi saluran pernafasan dan merokok
b) Dewasa, muda dan pertengahan, diet yang tidak sehat, kurang aktivitas, stress
yang mengakibatkan penyakit jantung dan paru.
c) Dewasa tua adanya proses penuaan yang mengakibatkan kemungkinan
arteriosklerosis, elastisitas menurun
3) Faktor perilaku
a) Nutrisi
b) Exercise: akan meningkatkan kebutuhan oksigen
c) Merokok: nikotin menyebabkan fase konstruksi pembuluh darah perifer dan
koroner.
d) Kecemasan
4) Faktor lingkungan
a) Tempat kerja
b) Suhu lingkungan
c) Ketinggian dari permukaan air laut
8
b. Faktor yang meningkatkan frekuensi pernafasan:
1) Olahraga
2) Stress
3) Peningkatan suhu lingkungan
4) Penurunan konsentrasi oksigen pada darah yang tinggi
c. Tujuan menghitung pernafasan :
1) Mengetahui keadaan umum pasien
2) Mengikuti perkembangan penyakit
9
6) Membalutkan kantong tensi meter pada lengan atas kira – kira 3 cm di atas fosa
cubiti, dengan tinta karet di sebelah luar lengan, balutkan tapi jangan terlalu
kencang.
7) Memakai stetoskop
8) Meraba detik arteri brakialis dengan ujung tengah dan jari telunjuk. Pastikan tidak
diperkenankan menggenggamkan tangan atau menempelkan tangannya.
9) Meletakkan piringan stetoskop diatas arteri brakialis.
10) Mengunci skrup balon karet
11) Memompakan udara kedalam kantong dengan cara memijat balon berulang –
ulang, air raksa didalam pipa naik, dipompa terus sampai denyut arteri tidak
terdengar lagi
12) Membuka sekrup balon dengan menurunkan tekanan dengan perlahan – lahan
13) Mendengar denyut dengan teliti dan memperhatikan sampai angka berapa pada
skala mulai terdengar denyut pertama dan mencatat sebagai tekanan sistole.
14) Meneruskan membuka skrup tadi perlahan – lahan sampai suara nadi terdengar
lambat dan menghilang, dicatat sebagai tekanan diastole.
15) Membuka kantong karet, digulung dengan rapi.
16) Mengunci tensi meter ke arah
17) Merapikan pasien
18) Membereskan alat
19) Mencuci tangan
20) Mendokumentasikan
10
2. Nadi / pols
a. Alat yang digunakan
1) Alat penghitung denyut nadi
2) Jam tangan / arloji
3) Buku catatan
b. Pelaksanaan
1) Menjelaskan tindakan yang akan dilakukan
2) Mempersiapkan alat yang dibutuhkan
3) Membawa alat kedekat pasien
4) Mengatur posisi pasien
5) Meraba / menghitung denyut nadi pada tempat-tempat denyut nadi( temporalis,
karotis, apikal, brakialis, radialis, femoralis, poplitea, tibialis posterior, dorsalis
pedis), sesuai keadaan umum pasien .
6) Menghitung dengan ujung jari kedua, ketiga, empat dan tekan dengan lembut
7) Mengetahui atau melaksanakan hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menghitung
denyut jantung
8) Jika denyut teratur hitung selama 30 detik dan kalikan hasilnya dengan 2. Apabila
denyut tidak teratur dan pada paien yang baru dilakukan pemeriksaan hitung selama
1 menit penuh.
9) Mencuci tangan
10) Mencatat hasil.
11
3. Suhu Tubuh / temperatur
1) Dimulut Atau Oral
13
g) Lap thermometer memakai tisu dengan gerakan memutar dari arah atas ke
reservoir, buang tisu di bengkok.
h) Baca air raksa atau digitalnya
i) Membantu klien merapikan bajunya
j) Menurunkan tingkat air raksa atau mengembalikan thermometer digital ke skala
awal
k) Mengembalikan thermometer pada tempatnya
l) Melepas sarung tangan dan mencuci tangan
m) Mencatat hasil
14
2) Pelaksanaan :
a) Menjelaskan pada klien tentang tindakan yang akan dilakukan
b) Mendekatkan alat ke samping klien
c) Mencuci tangan dan memakai sarung tangan
d) Memasang tirai
e) Membuka pakaian bawah
f) Mengatur posisis klien
Dewasa : SIM atau miring dan kaki sebelah atas tekuk ke arah perut
Bayi atau anak : tengkurap atau terlentang
g) Melumasi ujung thermometer dengan Vaseline
h) Membuka anus dengan menaikkan bokong atas dengan tangan kiri (untuk orang
dewasa)
i) Minta klien menarik nafas dalam dan memasukkan thermometer secara
perlahan ke dalam anus sekitar 3,5 cm pada orang dewasa. Dan pada bayi 1,2 –
2,5 cm
j) Pegang thermometer di tempatnya selama 2 – 3 menit (orang dewasa) dan 5
menit (untuk orang laki – laki)
k) Keluarkan thermometer dengan hati – hati
l) Lap thermometer memakai tisu dengan gerakan memutar dan buang tisu ke
bengkok
m) Baca air raksa dan digitalnya
n) Merapikan pasien
o) Membersihkan thermometer air raksa
p) Menurunakn tingkat air raksa atau mengembalikan thermometer digital ke skala
awal.
q) Mengembalikan thermometer pada tempatnya.
r) Melepas sarung tangan
s) Mencuci tangan
t) Mencatat hasil
15
4. Pernapasan
a. Alat yang digunakan
1) Jam tangan/arloji
2) Buku catatan
b. Pelaksanaan
1) menjelaskan tindakan yang akan dilakukan
2) membawa alat kesamping klien
3) mencuci tangan
4) hitunglah naik turunnya dada klien (pernafasan) sambil memegang arteri radialis dan
menekukkan ke dada klien seperti pura – pura menghitung denyut nadi
(mengupayakan agar pasien tidak merasa di observasi).
5) jika irama respirasi teratur hitung selama 30 detik dan kalikan hasilnya dengan dua.
Jika irama respirasi tidak teratur hitung selama 1 menit penuh
6) membereskan alat
7) mencuci tangan
8) mencatat hasil
16
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Tanda – tanda vital merupakan cara yang cepat dan efisien dalam memantau
kondisi klien atau mengidentifikasi masalah dan mengevaluasi respons terhadap intervensi
yang diberikan.. Pengukuran tanda – tanda vital memberikan data dasar untuk mengetahui
respons terhadap stress fisiologi/psikologi, respons terapi medis dan keperawatan. Ada
beberapa jenis pengukuran tanda-tanda vital antara lain yaitu, tekanan darah, suhu,
pernafasan, nadi dan rectal. Waktu pengukuran TTV pun berbeda antara anak sehat dan
sakit. Pada anak yang sehat dilakukan pada saat klien pertama masuk fasilitas, saat
memeriksa klien pada kunjungan rumah, di rumah sakit/fasilitas kesehatan dengan jadwal
rutin sesuai program dll. Sedangkan pada anak yang sakit, waktu pengukuran TTV
dilakukan ebelum dan sesudah prosedur bedah atau diagnostic invasive, saat keadaan
umum klien berubah. sebelum, saat, dan sesudah pemberian obat, dll.
B. Saran
Dari penjelasan di atas kita harus lebih teliti untuk mengkaji suatu tanda – tanda
vital. Karena kalau kita tidak teliti dalam mengkaji tanda – tanda vital maka kita tidak bisa
memberikan evaluasi respon klien terhadap intravena yang diberikan karena pemeriksaan
tanda – tanda vital merupakan bagian dari proses pemeriksaan.
Demikian yang dapat kami sampaikan pada pokok bahasan makalah kami ini. Kami
menyadari bahwa banyak kekurangan dan kelemahan dari makalah kami ini. Kami
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan
makalah ini dapat bermanfaat bagi kami pada khususnya dan juga pembaca pada
umumnnya.
17
DAFTAR PUSTAKA
Alimul H. A. Aziz. 2009. Kebutuhan Dasar Manusia Jilid 1 dan 2. Jakarta: Salemba Medika
Yuni Kusmiati. 2010. Keterampilan Dasar Praktik Klinik Keperawatan. Yogyakarta: Fitramaya
18