BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Definisi Stroke
berkurangnya atau terhentinya suplai darah secara tiba – tiba. Jaringan otak
yag mengalami hal ini akan mati dan tidak dapat berfungsi lagi. Kadang pula
fungsi neurologis (defisit neurologik fokal atau global) yang terjadi secara
neurologis yang sering dijumpai dan harus ditangani secara tepat karena
dan kapan saja, tanpa memandang ras, jenis kelamin, atau usia (Muttaqin,
2012).
2. Jenis Stroke
tipe :
a. Stroke Hemoragik
pembuluh darah dalam otak yang pecah, sehingga darah yang keluar
akhirnya bagian otak yang terkena tidak dapat berfungsi dengan baik.
sempit diantara otak dan lapisan jaringan yang menutupi otak. Ini
b. Stroke Iskemik
jaringan sel-sel otak didaerah tersebut mati dan tidak berfungsi lagi.
terjadi didalam dan luar tubuh. Bersama dengan kelenjar endokrin, sistem ini
membentuk sistem saraf pusat dan sistem saraf perifer. Sistem saraf pusat
(SSP) terdiri atas otak dan medulla spinalis. Sedangkan sitem saraf tepi
(perifer) merupakan susunan saraf di luar sistem saraf yang membawa pesan
ke dan dari sistem pusat (Irianto, 2014). Secara ringkas sistem persarafan
SST terdiri atas neuron aferen dan eferen sistem saraf somatis (SSS)
1) Jaringan Saraf
a) Neuron
1) Badan sel
medulla spinalis.
2) Akson
3) Dendrit
c) Tipe saraf
spinalis.
otot dan kelenjar. Terdapat dua jenis saraf motorik, yaitu saraf
sekresi kelenjar.
3) Saraf campuran
2) Otak
Berat otak manusia kira-kira 2% dari berat badan orang dewasa. Otak
Pusat
tanpa ada masa istirahat. Bila aliran darah berhenti selama 10 detik
Kisaran berat otak sekitar 1,4 kg dan mempunyai isi sekitar 1200 cc.
10% lebih besar dari otak perempuan dan tidak ada kolerasi berarti
ukuran otak kecil (750cc) dan ukuran otak besar (2100cc) secara
a) Jaringan otak
b) Cairan serebrospinal
c) Ventrikel
otak yaitu : ventrikel lateral kiri dan kanan pada hemisfer serebri,
d) Sumplai darah
adekuat untuk sel. Suplai darah ini dijamin oleh dua pasang arteri,
willisii.
internal.
e) Serebrum
f) Korteks serebri
yang datang.
g) Serebelum
3) Batang otak
Batang otang terletak pada fose anterior. Batang otak terdiri atas
a) Pons
otak yang lebih tinggi dan medua spinalis (Ross & Wilson,
2011).
b) Medulla oblongata
4) Mesensefalon
batang otak yang letaknya diatas pons. Bagian ini mencakup bagian
posterior, yaitu tektum yang terdiri atas kolikuli superior dan kolikuli
Wilson, 2011).
21
5) Diensefalon
a) Talamus
b) Subtalamus
disebut hemibalismus.
22
c) Epitalamus
d) Hipotalamus
merespons keadaan.
2009).
7) Saraf Kranial
4. Etologi
a. Trombosis atau bekuan darah didalam pembuluh darah otak atau leher.
b. Embolisme serebral yaitu bekuan darah atau material lain yang dibawa ke
otak dari bagian tubuh yang lain. Emboli biasanya menyumbat arteri
(valante et al,2015)
menjadi 2 yaitu, faktor yang tidak dapat diubah dan faktor yang dapat
Faktor-faktor tersebut terdiri atas faktor genetik dan ras, usia, jenis
5. Patofisiologi
disuplai oleh pembuluh darah yang tersumbat. Suplai darah ke otak dapat
berasal dari plak arterosklerotik, atau darah dapat beku pada aera yang
yang disuplai oleh pembuluh darah yang bersangkutan dan edema dan
kongesti disekitar area. Area edema ini menyebabkan disfungsi yang lebih
Oleh karena trombosis biasanya tidak fatal, jika tidak terjadi perdarahan
eema dan nekrosis diikuti trombisis. Jika terjadi septik infeksi akan meluas
pada dinding pembuluh darah maka akan terjadi abses atau ensefalitis, atau
jika sisa infeksi berada pada pembuluh darah yang tersumbat menyebabkan
tekanan intrakranial dan yang lebih berat dapat menyebabkan herniasi otak
pada falk serebri atau lewat foramen magnum. Jika sirkulasi serebral
oleh anoksia serebral dapat reversibel untuk waktu 4-6 menit. Perubahan
ireversibel jika anoksia lebih dari 10 menit. Anoksia serebral dapat terjadi
Pathway
Kegagalan
kardiovaskuler
dan pernapasan
Intake nutrisi Kelemahan 10. Koping individu tidak efektif
tidak adekuat fisik umum 11. Perubahan proses berfikir
Kematian 12. Gangguan konsep diri
5. Perubahan
pemenuhan
nutrisi Kemampuan Disfungsi
batuk menurun, kandung kemih
kurang mobilitas dan saluran
fisik, dan pencernaaan
Penurunan Disfungsi persepsi 14. Resiko penurunan produksi sekret
kesadaran visual spasialdan pelaksanaan ibadah
kehilangan sensori
8. Risiko trauma
(cedera) 7. Gangguan
13. Perubahan 3. Risiko bersihan
persepsi sensorik nafas tidak efektif eliminasi urin
dan alvi
6. Manifestasi Klinis
dari sisi atau bagian mana yang terkena, rata-rata serangan, ukuran lesi dan
e. Gangguan penglihatan
h. Vertigo
j. Kesadaran menurun
7. Pemeriksaan Penunjang
(2014):
a. Angiografi serebral
b. Lumbal fungsi
Tekanan yang meningkat dan disertai bercak darah pada cairan lumbal
hari-hari pertama
c. CT scan
henatoma, adanya jaringan otak yang infark atau iskemia, dan posisinya
otak
d. MRI
e. USG Doppler
karotis )
f. EEG
g. Pemeriksaan laboratorium
sendiri
8. Komplikasi
a. Bekuan darah
b. Dekubitus
kaki dan tumit bila memar ini tidak bisa dirawat bisa menjadi infeksi
c. Pneumonia
Pasien stroke tidak bisa batuk dan menelan dengan sempurna, hal ini
menimbulkan pneumonia.
meliputi:
a. Kejang
b. Kontraktur
d. Trombosis vena
e. Malnutrisi
f. Aspirasi
9. Penatalaksanaan Medis
a. Keperawatan
ventilator.
2) Fase rehabilitasi
(ROM)
b. Medis
1) Pembedahan
2) Terapi Obat-obatan
a) Stroke Iskemia
plasminogen)
dengan hipertensi.
34
b) Stroke Hemoragik
B. PROSES KEPERAWATAN
1. Pengkajian
suatu proses pengumpulan data yang sistematis dari berbagai sumber untuk
a. Identitas Klien
Meliputi nama, umur (kebanyakan terjadi pada usia tua), jenis kelamin,
b. Keluhan Utama
anggota badan seperti tertindih suatu benda berat dan terasa kaku,
anggota gerak dapat diukur dengan skala kekuatan otot dengan skala 0-
merupakan data dasar untuk mengkaji lebih jauh dan untuk memberikan
tindakan selanjutnya.
f. Pengkajian Psikososiospiritual
ataupun dalam masyarakat. Apakah ada dampak yang timbul pada klien
dan konsep diri menunjukan klien merasa tidak berdaya, tidak ada
pola tata nilai dan kepercayaan, klien biasanya jarang melakukan ibadah
spiritual karena tingkah laku yang tidak stabil dan kelemahan atau
g. Pemeriksaan Fisik
a) Keadaan umum
bervariasi.
b) Sistem pernapasan
c) Sistem kardiovaskuler
mengalami peningkatan.
d) Sistem persarafan
perfusinya tidak adekuat, dan aliran darah kolateral. Lesi otak yang
perubahan.
nyata.
mungkin rusak.
(e) Hemisfer
fungsi penciuman
dan ekstermus.
trapezius.
berlawanan.
e) Sistem perkemihan
f) Sistem pencernaan
g) Sistem muskuloskeletal
tanda yang lain. Pada kulit jika klien kekurangan O2 kulit akan
tampak pucat dan jika kekurangan cairan turgor kulit akan buruk.
istirahat.
2. Analisa data
bergerak ↓
DO: Defisit neurologis
a. Kelemahan ↓
b. paristesia Kehilangan kontrol
c. paralisis volunter
d. tidak mampu ↓
e. kerusakan Hemplegia dan
koordinasi hemiparesis
f. keterbatasan ↓
rentang gerak Gangguan mobilitas fisik
g. penurunan
kekuatan otot
DS: Stroke (cerebro vascular Resiko trauma (cedera)
5
Klien mengatakan accident)
mengalami kelumpuhan ↓
anggota gerak Defisit neurologis
Keluarga mengatakan ↓
bahwa klien mengalami Penurunan perfusi
penurinan kesadaran jaringan serebral
DO: ↓
a. hemiplegia Koma
b. klien dengan ↓
bantuan atau Penurunan tingkat
menggunakan alat kesadaran
bantu ↓
c. berjalat lambat Gelisah
d. pasien tampak ↓
lemah Resiko trauma (cidera)
e. GCS <7
f. Gelisah
g. Kejang
h. Penurunan
sensorik motorik
DS: Penurunan tingkat Risiko gangguan
6
Klien mengatakan kesadaran integritas kulit
kesulitan melakukan ↓
aktivitas fisik Penekanan jaringan
45
DO: setempat
a. tirah baring ↓
b. terdapat Resiko gangguan
kemerahan integritas kulit
didaerah tertekan
(skapula, sakrum,
dan siku)
c. terdapat
peningkatan suhu
pada kulit daerah
tertekan
d. terdapat nyeri
pada daerah
tertekan
DS: Stroke (cerebro vaskuler Gangguan komunikasi
7
Klien mengeluh accident) verbal
kesulitan berbicara ↓
DO: Defisit neurologis
a. disartria ↓
b. afasia Disfungsi bahasa dan
c. kata kata tidak komunikasi
dimengerti ↓
d. tidak mampu Disartia, disfasia/afasia,
memahami bahasa apraksia
lisan dan tulisan ↓
Gangguan komunikasi
verbal
DS: Stroke (cerebro vaskuler Defisit perawatan diri
8
Klien mengatakan accident)
badan lumpuh sebagian ↓
atau seluruhnya Defisit neurologis
DO: ↓
a. klien bedrest Kehilangan kontrol
b. perubahan tanda volunter
vital ↓
c. penurunan tingkat Kelemahan fisik umum
kesadaran ↓
46
3. Diagnosa keperawatan
edema serebral.
baring lama.
49
pakaian.
4. Intervensi
O2 akan menunjang
peningkatan TIK
5. Pertahankan kepala/leher 5. Perubahan kepala pada satu
pada posisi netral, usahakan sisi dapat menimbulkan
dengan sedikit bantal. Hindari penekanan pada vena
penggunaan bantal yang jugularis dan menghambat
tinggi pada kepala aliran darah otak
6. Berikan periode istirahat 6. Tindakan yang terus-menerus
antara tindakan perawatan dapat meningkatkan TIK
dan batasi lamanya prosedur
7. Kurangi rangsangan ekstra 7. Mengurangi respons
dan berikan rasa nyaman psikologis dan memberikan
seperti massage punggung, istirahat untuk mepertahankan
lingkungan yang tenang, TIK yang rendah
sentuhan yang ramah, dan
suasana/pembicaraan yang
tidak gaduh
8. Cegah/hindari terjadinya 8. Mengurangi tekanan
valsava manuver. intratorakal dan
intraabdominal sehingga
menghindari peningkatan TIK
52
4. GCS : 15 E:4, V:5, M:6 3. Monitor tanda-tanda status 3. Dapat mengurangi kerusakan
5. Pupil isokor neurologis dengan GCS otak lebih lanjut
6. Reflek cahaya (+) 4. Monitor tanda-tanda vital 4. Pada keadaan normal
7. Tanda-tanda vital normal dan hati-hati pada hipertensi autoregulasi mempertahankan
sistolik keadaan tekanan darah
sistemik berubah secara
fluktuasi. Sedangakan
peningkatan suhu dapat
menggambarkan proses
infeksi
5. Monitor input dan output 5. Hipertermi dapat
meningkatkan IWL dan
meningkatkan risiko dehidrasi
6. Bantu pasien untuk 6. Aktivitas ini dapat
membatasi muntah, batuk. meningkatkan TIK dan
Anjurkan pasien untuk tekanan intrakranial abdomen
mengeluarkan napas apabila
bergerak atau berbalik
tempat tidur
7. Anjurkan klien untuk 7. Batuk dan mengejan dapat
menghindari batuk dan meningkatkan TIK dan potensi
mengejan berlebihan terjadi perdarahan ulang
56
akumulasi sekret, jalannapas agar tetap bersih dan auskultasi suara napas dengan suara napas
kemampuan batuk dan mencegah aspirasi. kedua paru-paru (bilateral) menandakan jalan napas tidak
menurun, penurunan Dengan kriteria hasil: terganggu
mobilitas fisik sekunder, 1. bunyi napas terdengar 3. Lakukan penghisapan lendir 3. Penghisapan lendir tidak
dan perubahan tingkat bersih bila diperlukan, batasi durasi dilakukan terus-menerus, dan
kesadaran. 2. Ronki tidak terdengar penghisapan dengan 15 durainya dikurangi untuk
3. Trackheal tube bebas detik atau lebih. Gunakan mencegah bahaya hipoksia.
sumbatan kateter penghisap yang Diameter kateter penghisap
4. Menunjukan batuk yang sesuai, cairan fisiologis tidak boleh lebih dari 50%
efektif steril. Berikan oksigen 100% diameter jalan napas untuk
5. Tidak adalagi sebelum dilakukan mencegah hipoksia
penumpukan sekret pada penghisapan dengan
saluran pernapasan ambubag (hiperventilasi)
6. Frekuensi napas: 16-20 4. Anjurkan klien mengenai 4. Batuk yang efektif dapat
kali per menit teknik batuk selama mengeluarkan sekret dari jalan
penghisapan seperti; waktu napas
bernapas panjang, batuk
kuat, bersin jika ada indikasi
5. Antur posisi klien secara 5. Mengurangi pengeluaran
teratur (tiap 2 jam) sekret dan ventilasi segmen
paru-paru, mengurangi risiko
atelektasis
58
Hambatan mobilita fisik Dalam waktu 2 × 24 jam klien 1. Kaji mobilitas yang ada dan 1. Mengetahui tingkat
4
yang berhubungan dengan mampu melaksanakan observasi terhadap kemampuan klien dalam
hemiparese atau aktivitas fisik sesuai dengan peningkatan kerusakan. Kaji melakukan aktivitas
hemiflagia, kelemahan kemampuannya. Dengan secara teratur fungsi motorik
muskular pada ekstremitas kritera hasil: 2. Lakukan program latihan 2. Meningkatkan koordinasi dan
1. Klien dapat ikut serta meningkatkan kekuatan otot ketangkasan, menurunkan
dalam program latihan kekakuan otot, dan mencegah
2. Tidak terjadi kontraktur kontraktur bila otot tidak
sendi digunakan
3. Bertambahnya kekuatan 3. Lakukan latihan postural 3. Latihan postural untuk
otot melawan kecenderungan
4. Klien menunjukan tindakan kepala dan leher tertarik ke
untuk meningkatikan depan dan ke bawah
mobilitas 4. Ubah posisi klien setiap 2 4. Mencegah terjadinya luka
jam tekan akibat tidur terlalu lama
pada satu sisi sehingga
jaringan yang tertekan akan
kekurangan oksigen
5. Anjurkan mandi hangat dan 5. Mandi hangan dan masase
masase otot membantu otot-otot rileks pada
aktivitas pasif dan aktif serta
mengurangi nyeri otot akibat
61
untuk ADL, seperti makan, diri 3. Sadarkan tingkah laku/ 3. Klien memerlukan empati,
mandi, mengatur suhu air, 2. Klien mampu melakukan sugesti tindakan pada tetapi perlu mengetahui
melipat atau memakai aktivitas perawatan diri perlindungan kelemahan. perawatan yang konsisten
pakaian. sesuai tingakat Pertahankan dukungan dan dalam menangani klien.
kemampuan pola pikir, izinkan klien Sekaligus meningkatkan harga
3. mengidentifikasi personal melakukan tugas, beri diri, memandirikan klien, dan
yang dapat membantu umpan balik positif untuk menganjurkan klien untuk terus
usahanya mencoba
4. Kaji kemampuan BAK. 4. Ketidakmampuan
Kemampuan menggunakan berkomunikasi dengan perawat
urinal, pispot, antarkan dapat menimbulkan masalah
kekamar mandi bila perlu pengosongan kandung kemih
5. Identifikasi kebiasaan BAB, 5. Meningkatkan latihan dan
anjurkan minum dan dapat mengurangi konstipasi
peningkatan aktivitas
6. Kolaborasi pemberian 6. Pertolongan utama terhadap
supositoria dan pelumas fungsi usu atau defekasi
feses/pencahar.
7. Konsul ke dokter untuk 7. Untuk mengembangkan terapi
terapi okupasi dan melengkapi kebutuhan
klien
1. Kaji tipe disfungsi misalnya 1. Membantu menentukan
8 Kerusakan komunikasi Dalam waktu 2 × 24 jam klien
65
verbal yang berhubungan dapat menunjukan pengertian klien tidak mengerti tentang kerusakan pada otak dan
dengan efek dari terhadap masalah komunikasi, kata-kata atau masalah menentukan kesulitan klien
karusakan pada area mampu mengekspresikan bicara atau tidak mengerti dengan sebagian atau seluruh
bicara di hemisfer otak, persaannya, mampu bahasa sendiri komunikasi
kehilangan kontrol tonus menggunakan bahasa isyarat. 2. Bedakan afasia dengan 2. Dapat menentukan pilihan
otot fasial atau oral dan Dengan kriteria hasil: disartia intervensi yang sesuai
kelemahan secara umum. 1. Terciptanya suatu 3. Lakukan metode percakapan 3. Klien dapat kehilangan
komunikasi dimana yang baik dan lengkap, beri kemampuan untuk memonitor
kebutuhan klien dapat kesempatan klien untuk ucapannya, komunikasinya se-
terpenuhi klarifikasi cara tidak sadar, dengan
2. Klien mampu merspons melengkapi dapat merealisasi-
setiap berkomunikasi kan pengertian klien dapat
secara verbal maupun mengklarifikasi percakapan
isyarat 4. Untuk menguji afasie ekspresif,
4. Perintahkan klien untuk misalnya dapat mengenal
menyebutkan nama suatu benda tersebut tetapi tidak
benda yang diperlihatkan mampu menyebut namanya
5. Untuk kenyamanan klien
5. Beri peringatan bahwa klien berhubungan dengan ketidak-
mangalami gangguan mampuan berkomunikasi
berbicara, beri bel bila perlu 6. Memberi komunikasi dasar
6. Pilih metode komunikasi sesuai dengan kondisi individu
66
muntah. Observasi
perubahan pergerakan usus
6. Anjurkan pemberian cairan 6. Mencegah terjadinya dehidrasi
2.500 cc/hari selama tidak akibat penggunaan ventilator
terjadi gangguan jantung
7. Lakukan pemeriksaan 7. Memberikan informasi yang
laboratorium yang tepat tentang keadaan nutrisi
diindikasikan seperti: serum yang dibutuhkan klien
transferin, kreasinin, dan
glukosa
1. Kaji perubahan dari 1. Menentukan bantuan individual
10 Gangguan konsep diri citra Citra diri klien meningkat.
gangguan persepsi dan dalam menyusun rencana
tubuh berhbungan dengan Dengan kriteria hasil:
hubungan dengan derajat perawatan atau pemeliharaan
penurunan sensori, 1. Mampu menyatakan atau
ketidakmampuan intervensi
penurunan penglihatan. mengkomunikasikan
2. Identifikasi arti dari 2. Beberapa klien dapat
dengan orang terdekat
kehilangan atau disfungsi menerima dan mengatur
tentang situasi dan per-
pada klien perubahan sedangkan yang
ubahan yang sedang
lain mempunyai kesulitan
terjadi
membandingkan, mengenal
2. Mampu menyatakan pe-
dan mengatur kekurangnnya
nerimaan diri terhadap
3. Bantu dan ajarkan 3. Membantu meningkatkna
situasi
perawatan yang baik dan perasaan harga diri dan
3. Mengakui dan mengga-
70
1) Tahap 1 : Persiapan
2) Tahap 2 : Intervensi
adalah :
76
a) Independent
menjadi 4 yaitu:
diagnosis keperawatan.
masalah klien.
b) Interdependent
dan dokter.
77
c) Dependent
3) Tahap 3 : Dokumentasi
6. Evaluasi Keperawatan
b. Tujuan evaluasi
mencapai tujuan. Hal ini dapat dilakukan dengan melihat respons klien
mengambil keputusan :
c. Proses evaluasi
mungkin dihentikan.
berhasil.
e. Jenis evaluasi
oleh klien.
a) S = Subjektif
b) O = Objektif
c) A = Analisis
d) P = Perencanaan
e) I = Implementasi
f) E = Evaluasi
teratasi.
g) R = Reassesment
(Setiadi, 2012).
C. LANDASAN HUKUM
kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang dalam rangka
mewujudkan derajat kesehatan masyarakat yang optimal sebaai salah satu unsur
Dasar 1945.
81
ditetapkan bahwa kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan
sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan
tingginya adalah suatu hak yang fundamental bagi setiap orang tanpa
membedakan ras, agama, politik yang dianut dan tingkat sosial ekonominya.