Prinsip Teori
Poligon merupakan suatu bidang datar yang memiliki banyak titik. Begitu juga
dengan pengukuran poligon, maka jarak yang kita ukur bukan hanya jarak antara
kedua titik, melaikan ke banyak titik yang saling berkesinambungan. Pengukuran
menggunakan poligon memiliki tujuan untuk memperoleh koordinat planimetris titik-
titik pengukuran. Pengukuran dengan menggunakan metode poligon sangat cocok
digunakan untuk pengukuran daerah yang tidak terlalu luas. Metode ini digunakan
untuk perngukuran jarak dengan menggunakan theodolit, dimana dalam pengukuran
menggunakan theodolit akan disertai dengan derajat titik tersebut dari arah utara, yang
disebut sudut horizontal. Sudut horizontal ini dinamakan juga dengan azimuth. Sudut
ini menentukan arah dari jarak yang telah kita ukur dari utara.
Metode poligon merupakan bentuk yang paling baik di lakukan pad abangunan
karena memperhiutngkan bentuk kelengkungan bumi yang pada prinsipnya cukup
ditinjau dari bentuk fisik di lapangan dengan geometriknya. Cara ini umum digunakan
untuk kerangka dasar pemetaan dan keberadaan titik-titik rujukan (Saputra, 2012).
Tujuan Praktikum
1. Kompas
2. Tiang patok
3. Meteran pita
4. Tripot
5. Rambu ukur
6. Theodolit
7. Clipboard
8. Penggaris
9. Busur
10. Hvs
11. Milimeter blok
12. Alat tulis
Prosedur kerja
Adapun prosedur kerja yang dilakukan pada praktikum kali ini adalah sebagai
berikut :
Ditancapkan tiang patok dan rambu ukur pada empat titik yang berbeda
dengan jarak maksimal 30 meter
Diukur jarak dari titik awal ke tiang patok menggunakan meteran pita
Dipasang tripot dengan theodolit dan dikalibrasikan bulls eye serta arah
utaranya
Dibidik rambu ukur dari titik awal dengan theodolit dan dibaca benang atas
dan benang bawah
Dicatat dan dihitung data hasil pengukuran sudut, arah serta jarak
Digambarkan secara grafis pada bidang kartesian menggunakan milimeter
block
Perhitungan :
YB = YA + dAB ⋅ cos 𝜃
= 997.61 m
Koordinat titik B (1007.65 m ; 997.61 m)
Titik C
XC = XB + dBC ⋅ sin 𝜃
= 1014.678 m
YC = YB + dBC⋅ cos 𝜃
= 992.829 m
Koordinat titik C (1014.678 m; 992.829 m)
Titik D
XD = XC + dCD ⋅ sin 𝜃
= 1022.997 m
YD = YC + dCD ⋅ cos 𝜃
= 989.961 m
Koordinat titik D (1022.997 m; 989.961 m)
Pada praktikum kali ini, peralatan penting yang digunakan adalah theodolit,
selain itu perlatan pendukung lainnya adalah kompas, rambu ukur, unting-unting,
patok, kompas, meteran. Praktikum kali ini adalah penggunaan theodolit dengan
menggunakan metode polygon terbuka. Pada praktikum theodolit dengan
menggunakan metode polygon terbuka ini, hal yang sangat berbeda adalah letak dari
titik yang ditentukan. Pada titik-titik ini akan memiliki jarak tertentu dan jarak titik
awal tidak akan bertemu dengan jarak di titik akhir, sehingga metode polygon terbuka
ini tidak dapat digunakan untuk menentukan luas wilayah yang telah diukur.
Pada metode polygon terbuka ini, jarak yang terhingga/tertentu di berikan titi-
titik tertentu, sehingga tiap-tiap titik ini dapat disambung dan setelah itu dapat
digambarkan menjadi sebuah denah lokasi tertentu dengan menggunakan persyaratan
khusus. Persyaratan khususnya antara lain, sudut yang dibentuk dari setiap antar titik.
Sudut yang terbentuk akan berbeda, karena tiap-tiap titik berada pada lokasi yang
berbeda selain itu sudut ini juga harus memperhatikan azimuth dari tiap-tiap titik yang
sudah diplotkan. Metode polygon terbuka pada theodolit umumnya digunakan untuk
menentukan jarak suatu titik dengan panjang tertentu. Pada praktikum theodolit
dengan pengukuran menggunakan metode polygon terbuka ini, harus ditentukan
terlebih dahulu titik-titik yang akan di plot. Praktikum ini dilakukan pada lokasi sekitar
lingkungan universitas jambi, tepatnya berada di sekitar rumah kaca. Titik-titik yang
diplot disebut sebagai titik A, B, C, D.
Pengukuran pada theodolit adalah nilai benang atas dan benang bawah. Nilai-
nilai benang ini dapat dilihat pada theodolit dengan cara mengarahkan teropong
theodolit ke titik yang telah ditentukan dan diletakkan rambu ukur terlebih dahulu.
Setelah di fokuskan maka kita dapat membaca rambu ukur.
Pada hasil ini dapat dikatakan bahwa, ada beberapa kesalahan yang dapat
terjadi, kesalahan umum yang terjadi yaitu dikarenakan kurangnya ketelitian praktikan
dalam membaca benang yang ada pada teropong theodolit, sehingga berakibat
terjadinya perbedaan nilai. Walaupun demikian, kesalahan ini hanyalah kesalahan
kecil, yang tidak terlalu berpengaruh dalam skala besar.
Setelah diperoleh nilai benang atas dan benang bawah, kita akan dapat
menentukan jarak dari setiap titik yang telah diukur dengan menggunakan rumus.
Adapun rumus yang digunakan adalah rumus jarak : Benang atas (BA)- Benang bawah
( BB) X 100. Pada hasil perhitungan diperoleh jarak yang berbeda-beda. Jarak yang
didapatkan pada praktikum kali ini adalah jarak dari titi A menuju titik B adalah 8
meter, lalu jarak dari titik B menuju titik C adalah 8.5 meter dan jarak dari titik C ke
titik D adalah 9 meter.
Jarak yang telah didapatkan akan lebih mudah diproyeksikan dengan
penggambaran denah/peta. Karena pada metode polygon terbuka ini juga akan
menyediakan sudut dari tiap-tiao titik yang dihitung dari sudut jurusan, dan juga
azimuth dari tiap-tiap titik. Tentunya ini akan memudahkan kita dalam menghitung
jarak suatu wilayah tanpa harus menggunakan meteran. Selanjutnya dihitung
koordinat dari masing-masing titik yang ada dengan menggunakan rumus metode
polar. Adapun koordinat titik A (1000m ; 1000m), lalu dari perhitungan didapat
koordinat titik B (1007.65 m ; 997.61 m), selanjutnya koordinat titik C (1014.678 m;
992.829 m) dan yang terakhir koordinat titik D (1022.997 m; 989.961 m)
Kesimpulan dan Saran
Kesimpulan
1. Melakukan pengukuran jarak, menentukan arah dan sudut diperlukan
pemahaman terhadap alat-alat ukur yang digunakan baik secara teori maupun
praktek dalam lapangan.
2. Cara pembidikan dari titik awal ke tiang patok yang adalah garis kuning
kompas harus sejajar dengan tiang patok. Untuk pengukuran jarak datar yang
di area yang miring meteran pita harus rata-rata air dan pita dalam keadaan
tegang.
3. Untuk dapat menghitung data hasil pengukuran yang telah diperoleh
digunakan rumus metode polar yakni :
XA = XP + dPA ⋅ sin 𝜃
YA = YP + dPA ⋅ cos 𝜃
Saran
Diharapkan untuk praktikum yang selanjutnya alat-alat yang akan digunakan dalam
keadaaan bagus
Daftar Pustaka
Adam, Rasta. Pengukuran Poligon Tertutup Terikat. http://ilmucivil1001. blogspot.
co. id/p/pengukuran-poligon-tertutup-terikat. html.Diakses pada tanggal 17
Oktober 2018.