LP Anemia Aplastik 2015
LP Anemia Aplastik 2015
OLEH
Anemia aplastik atau hipoplastik adalah jenis anemia normokromik normositik yang
terjadi akibat cedera sel atau destruksi sel tunas (stem cells) di dalam sum-sum tulang
sehingga terjadi pansitopenia (leukopenia, anemia, dan trombositopenia karena sel- sel darah
yang mati tidak diganti (Corwin, 2009; Kowalak, dkk, 2012).
2. Epidemiologi
3. Etiologi
Penyebab dari anemia aplastik bisa bermacam-macam, antara lain: (Price & Wilson,
2013; Kowalak, dkk, 2012)
a. Faktor kongenital: sindrom Fanconi yang biasanya terjadi pada bayi yang baru lahir
hingga anak berumur 10 tahun.
b. Faktor didapat (idiopatik)
Bahan kimia: benzene, insektisida, senyawa As, Au, Pb.
Obat: Kloramfenikol, Mesantoin (antikonvulsan), Piribenzamin (antihistamin),
Santonin-kalomel, obat sitostatika (Myleran, Methrotrexate, TEM, Mincristine,
Rubidomycine, dan sebagainya), obat anti tumor (Nitrogen mustard), anti
microbial.
Radiasi: sinar roentgen, radioaktif.
Faktor individu: alergi terhadap obat, bahan kimia, dan lain – lain.
Infeksi: tuberculosis milier, hepatitis dan lain – lain.
Keganasan, penyakit ginjal, gangguan endokrin, dan idiopatik.
4. Manifestasi Klinis
a. Lemah dan mudah lelah
b. Sakit kepala
c. Pucat
d. Takikardi
e. Trombositopenia menimbulkan perdarahan mukosa dan kulit seperti ekimosis dan
ptekie dan perdarahan khususnya dari hidung, gusi, rektum, dan vagina
f. Granulositopenia dan leukositopenia menyebabkan lebih mudah terkena infeksi
bakteri
g. Pusing
h. Anoreksia, mual karena penurunan aliran darah ke saluran cerna
(Corwin, 2009; Paramita, 2011)
5. Pathway
PANSITOPENIA
7. Pemeriksaan Diagnostik
a. Pemeriksaan sel darah tepi ditemukan bentuk dan warna sel darah merah normal
(normokromik normositik) dengan jumlah kurang dari 1 juta/µL
b. Biopsi sum-sum tulang yang menunjukkan adanya hiposeluler disertai dengan
penggantian oleh jaringan lemak, jaringan fibrosa, atau gelatinosa.
c. Hasil tes koagulan abnormal yang menunjukkan adanya penurunan trombosit
d. Penurunan jumlah neutrofil dan limfosit
e. Tidak ada sel (dry tap) pada hasil aspirasi sum-sum tulang di beberapa tempat
(Kowalak, dkk, 2012)
8. Penatalaksanaan
Secara garis besar terapi untuk anemia aplastik terdiri dari beberapa terapi sebagai
berikut: (Price & Wilson, 2013; Kowalak, dkk, 2012; Paramita, 2011)
Penanganan Kausal
Terapi kausal adalah usaha untuk menghilangkan agen penyebab. Hindarkan pemaparan
lebih lanjut terhadap agen penyebab yang tidak diketahui.
Penanganan Suportif
Bermanfaat untuk mengatasi kelainan yang timbul akibat pansitopenia. Adapun bentuk
penanganannya adalah sebagai berikut:
a. Berikan oksigen untuk memenuhi kebutuhan oksigenasi klien
b. Untuk mengatasi anemia
Berikan transfusi packed red cell (PRC) jika hemoglobin < 7 gr/dl atau tanda payah
jantung atau anemia yang sangat simptomatik. Koreksi Hb sebesar 9-10 g%, tidak
perlu sampai normal karena akan menekan eritropoesis internal. Pada penderita yang
akan dipersiapkan untuk transplantasi sumsum tulang pemberian transfusi harus lebih
berhati-hati
c. Untuk mengatasi infeksi
Hygiene secara keseluruhan harus baik. Hindari pajanan
terhadap penyakit menular
Identifikasi sumber infeksi serta pemberian antibiotik yang
tepat dan adekuat
Transfusi granulosit konsentrat diberikan pada sepsis berat
d. Usaha untuk mengatasi perdarahan
Berikan transfusi konsentrat trombosit jika terdapat perdarahan
mayor atau trombosit < 20.000/mm3
e. Terapi untuk memperbaiki fungsi sumsum tulang
Obat untuk merangsang fungsi sumsum tulang adalah sebagai berikut
1) Anabolik Steroid : dapat diberikan Oksimetolon atau Stanazol dengan dosis 2-3
mg/kgBB/hari. Efek terapi tampak setelah 6-12 minggu, efek samping yang
dialami berupa virilisasi dan gangguan fungsi hati.
2) Kortikosteroid dosis rendah sampai menengah
3) GM-CSF atau G-CSF dapat diberikan untuk meningkatkan jumlah neutrofil
f. Terapi Definitif
Terapi definitif merupakan terapi yang dapat memberikan kesembuhan jangka
panjang. Terapi definitif untuk anemia aplastik terdiri atas dua jenis pilihan sebagai
berikut.
1) Terapi imunosupresi, antara lain :
Pemberian anti-lymphocyte globuline (ALG) atau anti-thymocyte
globuline (ATG) dapat menekan proses imunologis
Terapi imunosupresi lain, yaitu pemberian metilprednison dosis
tinggi
2) Transplantasi sumsum tulang
Merupakan terapi definitif yang memberikan harapan kesembuhan, tetapi
biayanya sangat mahal.
Implikasi keperawatan
1. Berupaya untuk mencegah infeksi silang, pastikan klien mengkonsumsi makanan
yang bernutrisi tinggi, dan pastikan pula bahwa klien memperhatikan hygiene
dirinya secara keseluruhan dengan baik, terutama untuk daerah mulut dan perianal.
2. Ajarkan klien tentang tanda-tanda infeksi dan minta klien segera melaporkan jika
terjadi infeksi.
3. Istirahat untuk mencegah perdarahan, terutama perdarahan otak
4. Tempatkan klien pada posisi terlentang untuk meningkatkan sirkulasi serebral
5. Pertahankan suhu tubuh dengan memberikan selimut dan mengatur suhu ruangan
6. Berikan pendidikan kesehatan dan berikan informasi adekuat pada klien dan
masyarakat lainnya mengenai keadaan, pengobatan, faktor-faktor penyebab yang
perlu dihindari, dan kemajuan kesehatan serta bimbingan untuk perawatan di rumah
(Paramita, 2011)
c. Eliminasi
Riwayat pielonefritis, gagal ginjal
Flatulen, sindrom malabsorpsi
Hematemesis, feses dengan darah segar, melena
Diare atau konstipasi
Penurunan haluaran urine
Distensi abdomen
d. Makanan /cairan
Penurunan masukan diet
Nyeri mulut atau lidah, kesulitan menelan (ulkus pada faring)
Mual/muntah, dyspepsia, anoreksia
Adanya penurunan berat badan
Membrane mukusa kering,pucat
Turgor kulit buruk, kering, tidak elastis
Stomatitis
Inflamasi bibir dengan sudut mulut pecah
e. Neurosensori
Sakit kepala, pusing, ketidakmampuan berkonsentrasi
Insomnia, penurunan penglihatan dan bayangan pada mata
Kelemahan, keseimbangan buruk, parestesia tangan / kaki
Peka rangsang, gelisah, depresi, apatis
Tidak mampu berespon lambat dan dangkal
Hemoragis retina
Epistaksis
Gangguan koordinasi, ataksia
f. Nyeri/kenyamanan
Nyeri abdomen samar, sakit kepala, demam
g. Pernapasan
Napas pendek pada istirahat dan aktivitas
Takipnea, ortopnea dan dispnea
h. Keamanan
Riwayat terpajan terhadap bahan kimia mis : benzene, insektisida, fenilbutazon,
naftalen
Tidak toleran terhadap dingin dan/atau panas
Transfusi darah sebelumnya
Gangguan penglihatan
Penyembuhan luka buruk, sering infeksi
Demam rendah, menggigil, berkeringat malam
Limfadenopati umum
Petekie dan ekimosis
Hasil Laboratorium
- Kadar Albumin menurun ( 4 – 5,8 g/dL)
- Hemoglobin menurun (11 – 16 g/dL)
- Hematokrit menurun (31 – 43 %)
- Trombosit menurun (150.000 – 400.000 µL)
- Eritrosit menurun (3,8 – 5,5 x 1012)
- Leukosit menurun (5000-10.000 sel per mm3)
2. Diagnosa Keperawatan
a. Perubahan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan penurunan komponen seluler
yang diperlukan untuk pengiriman oksigen /nutrisi ke sel.
b. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kegagalan untuk
mencerna atau ketidakmampuan mencerna makanan/absorpsi nutrisi yang diperlukan
untuk pembentukan sel darah merah (SDM) normal.
c. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai oksigen
(pengiriman) dan kebutuhan.
d. PK Anemia
e. PK Perdarahan
f. Resiko infeksi berhubungan dengan penurunan daya tahan tubuh sekunder
leukopenia, penurunan granulosit (respons inflamasi tertekan).
3. Intervensi Keperawatan
a. Perubahan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan penurunan komponen
seluler yang diperlukan untuk pengiriman oksigen / nutrisi ke sel.
Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan selama ..... x 24 jam klien
menunjukkan perfusi jaringan perifer yang adekuat
Kriteria Hasil :
Tanda-tanda vital stabil
Membran mukosa berwarna merah muda
Pengisian kapiler refil <2-3 detik
Tidak ada sianosis
Intervensi :
1) Ukur tanda-tanda vital, observasi pengisian kapiler, warna kulit/membrane
mukosa, dasar kuku.
R/ memberikan informasi tentang keadekuatan perfusi jaringan dan membantu
kebutuhan intervensi.
2) Evaluasi keluhan dingin, pertahankan suhu lingkungan dan tubuh supaya tetap
hangat.
R/ vasokonstriksi (ke organ vital) menurunkan sirkulasi perifer.
3) Catat intake dan output cairan
R/ Mencegah terjadinya kelebihan maupun kekurangan cairan
4) Pertahankan keadekuatan hidrasi klien
R/ untuk mengurangi viskositas darah
5) Berikan transfusi darah lengkap/packed sesuai indikasi
R/ meningkatkan jumlah sel pembawa oksigen, memperbaiki defisiensi untuk
mengurangi resiko perdarahan.
6) Observasi hasil pemeriksaan laboratorium darah lengkap
R/ mengidentifikasi defisiensi dan kebutuhan pengobatan/respons terhadap
terapi.
b. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
kegagalan untuk mencerna atau ketidak mampuan mencerna makanan / absorpsi
nutrisi yang diperlukan untuk pembentukan sel darah merah (SDM) normal.
Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan ....... x 24 jam klien mampu
mempertahankan nutrisi yang sesuai dengan kebutuhan tubuh
Kriteria hasil :
a. Status nutrisi:
- Masukan nutrisi adekuat
- Masukan makanan dalam batas
b. Status nutrisi : masukan nutrisi
- Masukan kalori dalam batas normal
- Nutrisi dalam makanan cukup mengandung protein, lemak, karbohidrat,
serat, vitamin, mineral, ion, kalsium, sodium
c. Status nutrisi : hitung biokimia
Serum albumin dalam batas normal (3,4-4,8 gr/dl)
d. Nausea and vomiting severity (keparahan mual muntah)
- Klien mengatakan tidak ada mual
- Klien mengatakan tidak muntah
- Tidak ada peningkatan sekresi saliva
e. Appetite (nafsu makan)
Menunjukkan peningkatan nafsu makan, dengan kriteria hasil :
- Keinginan klien untuk makan meningkat
- Intake makanan adekuat (porsi makan yang disediakan habis
Intervensi :
1) Terapi nutrisi:
a. Kaji status nutrisi klien
Rasional: pengkajian penting untuk mengetahui status nutrisi klien dapat
menentukan intervensi yang tepat.
b. Monitor masukan makanan atau cairan dan hitung kebutuhan kalori harian.
Rasional: dengan mengetahui masukan makanan atau cairan dapat mengetahui
apakah kebutuhan kalori harian sudah terpenuhi atau belum.
c. Tentukan jenis makanan yang cocok dengan tetap mempertimbangkan aspek
agama dan budaya klien.
Rasional: memenuhi kebutuhan nutrisi klien dengan tetap memperhatikan
aspek agama dan budaya klien sehingga klien bersedia mengikuti diet yang
ditentukan.
d. Anjurkan untuk menggunakan suplemen nutrisi sesuai indikasi.
Rasional: dapat membantu meningkatkan status nutrisi selain dari diet yang
ditentukan..
e. Jaga kebersihan mulut, ajarkan oral higiene pada klien/keluarga.
Rasional: menjaga kebersihan mulut dapat meningkatkan nafsu makan.
f. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan jenis nutrisi
yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan nutrisi.
Rasional: untuk menentukan jumlah kalori dan jenis nutrisi yang sesuai
dengan kebutuhan klien.
2) Penanganan berat badan:
a. Timbang berat badan klien secara teratur.
Rasional: dengan memantau berat badan klien dengan teratur dapat
mengetahui kenaikan ataupun penurunan status gizi.
b. Pantau hasil laboratorium, seperti kadar serum albumin, dan elektrolit.
Rasional: kadar albumin dan elektrolit yang normal menunjukkan status
nutrisi baik. Sajikan makanan dengan menarik.
3) Nausea management (manajemen mual)
a. Dorong klien untuk mempelajari strategi untuk memanajemen
mual
Rasional: Dengan mendorong klien untuk mempelajari strategi manajemen
mual, akan membantu klien untuk melakukan manajemen mual secara
mandiri.
b. Anjurkan untuk makan sedikit demi sedikit.
Rasional: Pemberian makan secara sedikit demi sedikit baik untuk
mengurangi rasa penuh dan enek di perut.
a. Toleransi Aktivitas
- Saturasi oksigen dalam rentang normal (>90%)
- Tidak terjadi perubahan dalam warna kulit
b. Fatigue Level
- Tidak terjadi penurunan motivasi beraktivitas
- Tidak mengalami sakit kepala saat beraktivitas
d. PK Anemia
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama (…x24 jam), perawat
meminimalkan perdarahan dan mencegah komplikasi perdarahan, dengan kriteria
hasil:
- TTV dalam batas normal (TD: 120/80 mmHg, nadi: 60-100 x/menit, suhu: 36-
37,5°C, RR: 16-20 x/menit).
- Konjungtiva berwarna merah muda.
- Hb klien dalam batas normal (12-16 g/dL).
- Mukosa bibir berwarna merah muda.
- Klien tidak mengalami lemas dan lesu.
Intervensi:
a. Pantau tanda dan gejala anemia yg terjadi.
Rasional: memantau gejala anemia klien penting dilakukan agar tidak terjadi
komplikasi yang lebih lanjut.
b. Pantau tanda-tanda vital klien.
Rasional: perubahan tanda vital menunujukkan perubahan pada kondisi klien.
c. Anjurkan klien mengkonsumsi makanan yang mengandung banyak zat besi
dan vit B12.
Rasional: konsumsi makanan yang mengandung vitamin B12 dan asam volat
dapat menstimulasi pemebntukan Hemoglobin.
d. Minimalkan prosedur yg bisa menyebabkan perdarahan.
Rasional: prosedur yang menyebabkan perdarahan dapat memperparah
kondisi klien yang mengalami anemia.
e. Kolaborasi pemberian tranfusi darah sesuai indikasi.
Rasional: transfusi darah diperlukan jika kondisi anemia klien buruk untuk
menambah jumlah darah dalam tubuh.
e. PK Perdarahan
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama (…x24 jam), perawat
meminimalkan perdarahan dan mencegah komplikasi perdarahan, dengan kriteria
hasil:
Nilai Ht dan Hb berada dalam batas normal (10-11 gr %)
Klien tidak mengalami episode perdarahan
Tanda-tanda vital berada dalam batas normal (RR = 12-20 x/menit, nadi = 60-
100 x menit, TD dalam batas normal 120/80 mmHg).
Intervensi:
a. Kaji pasien untuk menemukan bukti-bukti perdarahan atau hemoragi
Rasional: dengan mengetahui adanya perdarahan maka perawat dapat
memberikan intervensi lebih dini sehingga perdarahan yang berlebihan dapat
dicegah dan tidak terjadi komplikasi.
b. Pantau hasil lab berhubungan dengan perdarahan
Rasional: untuk mengetahui komponen-komponen darah yang mengalami
kelainan, sehingga dapat diketahui penyebab terjadinya perdarahan.
c. Lindungi pasien terhadap cidera dan terjatuh
Rasional: cidera atau terjatuh dapat menyebabkan terjadinya perdarahan.
d. Siapkan pasien secara fisik dan psikologis untuk menjalani bentuk terapi lain
jika diperlukan
Rasional: kesiapan pasien baik secara fisik dan psikologis dapat membantu
memperlancar jalannya terapi.
f. Resiko infeksi berhubungan dengan penurunan daya tahan tubuh sekunder
leukopenia, penurunan granulosit (respons inflamasi tertekan).
Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan .... x 24 jam infeksi tidak terjadi.
Kriteria Hasil :
- Tidak ada kemerahan
- Tidak terjadi hipertermia
- Tidak ada nyeri
- Tidak ada pembengkakan
- Suhu dalam batas normal (36,5o – 37oC)
- Tekanan darah dalam batas normal (120/80 mmHg)
- Nadi dalam batas normal (60-100 x/mnt)
- RR dalam batas normal (12-20 x/mnt
- WBC dalam batas normal (4,6 – 10,2 k/ul)
- Klien mampu menyebutkan faktor-faktor resiko penyebab infeksi
- Klien mampu memonitor lingkungan penyebab infeksi
- Klien mampu memonitor tingkah laku penyebab infeksi
- Tidak terjadi paparan saat tindakan keperawatan
Intervensi
Infection control:
a. Cuci tangan setiap sebelum dan sesudah melakukan tindakan keperawatan
dengan sabun antimikroba
Rasional: mencegah infeksi nosokomial dan melindungi tenaga kesehatan dari
risiko tertular infeksi dari klien.
b. Pertahankan lingkungan aseptik selama perawatan
Rasional: mencegah terjadinya infeksi lanjutan.
c. Ajarkan klien dan keluarga tekhnik mencuci tangan yang benar.
Rasional: Mencegah terjadinya infeksi dari mikroorganisme yang ada di
tangan.
d. Ajarkan klien dan keluarga untuk menghindari infeksi.
Rasional: infeksi lebih lanjut dapat memperburuk resiko infeksi pada klien.
e. Ajarkan pada klien dan keluarga tanda-tanda infeksi.
Rasional: agar dapat melaporkan kepada petugas lebih cepat, sehingga
penangan lebih efisien.
Infection protection:
a. Monitor tanda dan gejala infeksi sistemik dan lokal
Rasional: Membantu dalam memberikan intervensi secara cepat dan tepat jika
infeksi terjadi
b. Monitor hitung granulosit, WBC,
Rasional: Dapat sebagai indikator ada tidaknya infeksi
4. Implementasi
Implementasi disesuaikan dengan intervensi yang telah dibuat.
5. Evaluasi Keperawatan
Diagnosa 1
Tanda-tanda vital stabil
Membran mukosa berwarna merah muda
Pengisian kapiler refil <2-3 detik
Tidak ada sianosis
Diagnosa 2
a. Status nutrisi:
- Masukan nutrisi adekuat
- Masukan makanan dalam batas normal
b. Status nutrisi : masukan nutrisi:
- Masukan kalori dalam batas normal
- Nutrisi dalam makanan cukup mengandung protein, lemak, karbohidrat,
serat, vitamin, mineral, ion, kalsium, sodium
c. Status nutrisi : hitung biokimia
Serum albumin dalam batas normal (3,4-4,8 gr/dl)
d. Nausea and vomiting severity (keparahan mual muntah)
- Klien mengatakan tidak ada mual
- Klien mengatakan tidak muntah
- Tidak ada peningkatan sekresi
e. Appetite (nafsu makan)
Menunjukkan peningkatan nafsu makan, dengan kriteria hasil :
- Keinginan klien untuk makan meningkat
- Intake makanan adekuat (porsi makan yang disediakan habis)
Diagnosa 3
a. Toleransi Aktivitas
- Saturasi oksigen dalam rentang normal (>90%)
- Tidak terjadi perubahan dalam warna kulit
b. Fatigue Level
- Tidak terjadi penurunan motivasi beraktivitas
- Tidak mengalami sakit kepala saat beraktivitas
Diagnosa 4
- TTV dalam batas normal (TD: 120/80 mmHg, nadi: 60-100 x/menit, suhu: 36-
37,5°C, RR: 16-20 x/menit).
- Konjungtiva berwarna merah muda.
- Hb klien dalam batas normal (12-16 g/dL).
- Mukosa bibir berwarna merah muda.
- Klien tidak mengalami lemas dan lesu.
Diagnosa 5
- Nilai Ht dan Hb berada dalam batas normal (10-11 gr %)
- Klien tidak mengalami episode perdarahan
- Tanda-tanda vital berada dalam batas normal (RR = 12-20 x/menit, nadi = 60-
100 x menit, TD dalam batas normal 120/80 mmHg).
Diagnosa 5
- Tidak ada kemerahan
- Tidak terjadi hipertermia
- Tidak ada nyeri
- Tidak ada pembengkakan
- Suhu dalam batas normal (36,5o – 37oC
- Tekanan darah dalam batas normal (120/80 mmHg)
- Nadi dalam batas normal (60-100 x/mnt)
- RR dalam batas normal (12-20 x/mnt)
- WBC dalam batas normal (4,6 – 10,2 k/ul)
- Klien mampu menyebutkan factor-faktor resiko penyebab infeksi
- Klien mampu memonitor lingkungan penyebab infeksi
- Klien mampu memonitor tingkah laku penyebab
- Tidak terjadi paparan saat tindakan keperawatan
DAFTAR PUSTAKA
Kowalak, J. P, Welsh, W. & Mayer, B. (2012). Buku Ajar Patofisiologi. Jakarta: EGC
Moorhead S. & Johnson, M. (2008). Nursing Outcomes Classification (NOC), Fifth Edition.
St. Louis : Mosby Year – Book
Paramita. (2011). Nursing : Memahami Berbagai Macam Penyakit. Jakarta : PT. Indeks
Price, S.A & Wilson, L. M. (2013). Patofisiologi: Konsep Klinis Proses – proses Penyakit.
Edisi 6, Volume 1. Jakarta: EGC