Leukopeia
Leukopeia
PENDAHULUAN
Penyakit kanker darah menduduki peringkat tertinggi kanker pada anak. Namun,
penanganan kanker pada anak di Indonesia masih lambat. Itulah sebabnya lebih dari 60%
anak penderita kanker yang ditangani secara medis sudah memasuki stadium lanjut.
Pengobatan penyakit leukemia memerlukan waktu yang lama. Paling cepat lima tahun,
bahkan bisa lebih, apalagi jika saat ditemukan penyakitnya sudah mencapai stadium tiga.
Pengobatannya sendiri merupakan kombinasi antara operasi, radioterapi, dan kemoterapi.
Jadi, tidak berbeda dengan pengobatan kanker pada orang dewasa.
1.3 Tujuan
Dari beberapa rumusan masalah di atas, penulis dapat merumuskan tujuan
penulisan dari makalah ini, di antaranya:
1
1. untuk mengetahui pengertian leukopenia;
2. untuk mengetahui etiologi leukopenia;
3. untuk mengetahui tanda dan gejala leukopenia;
4. untuk mengetahui patofisiologi leukopenia;
5. untuk mengetahui pengobatan leukopenia;
6. untuk mengetahui pencegahan leukopenia;
7. untuk mengetahui pathway leukopenia;
8. untuk mengetahui asuhan keperawatan pada pasien leukopenia.
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1 Pengertian
2
Leukopenia berasal dari kata leukosit yang ditambah dengan akhiran penia
(dalam bahasa Yunani, penia berarti kemiskinan). Jadi leukopenia adalah suatu keadaan
berkurangnya jumlah leukosit dalam darah, yaitu kurang dari atau sama dengan 5000 /
mm3. (Dorland,1994)
Leukopenia adalah suatu keganasan pada alat pembuat sel darah berupa
proliferasio patologis sel hemopoetik muda yang ditandai oleh adanya kegagalan sum-
sum tulang dalam membentuk sel darah normal dan adanya infiltrasi ke jaringan tubuh
yang lain (Mansjoer, 2002). Dari beberapa pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa
leukopenia adalah suatu kondisi klinis di mana sumsum tulang memproduksi sangat
sedikit sel darah putih pada sirkulasi perifer, yaitu kurang dari atau sama dengan 5000
leukosit/mm3.
2.2 Etiologi
Infeksi virus (virus onkogenik) dan sepsis bakterial yang berlebihan dapat
menyebabkan leukopenia.
a. Faktor eksogen
Radiasi berlebih terhadap Sinar x, sinar radioaktif.
Bahan kimia seperti: bensol, arsen, preparat sulfat, chloramphinecol, anti
neoplastic agen).
Penyebab tersering adalah keracunan obat seperti fenotiazin (yang paling
sering), begitu juga clozapine yang merupakan suatu neuroleptika atipikal.
Obat antitiroid, sulfonamide, fenilbutazon, dan chloramphenicol juga dapat
menyebabkan leukopenia.
Kemoterapi untuk pengobatan keganasan hematologi atau untuk keganasan
lainnya, analgetik dan antihistamin jika sering serta makin banyak
digunakan.
b. Faktor endogen
Ras (orang Yahudi lebih mudah terkena dibanding orang kulit hitam).
Kongenital (kelainan kromosom, terutama pada anak dengan Sindrom
Down).
Herediter (kakak beradik atau kembar satu telur).
3
Klasifikasi leukopenia didasarkan atas penyebabnya, yaitu
1. Neutropenia
Penyebabnya karena infeksi virus, campak, demam thypoid toksin, rickettsia dari
tifus, faktor fisik (radiasi pengion), obat-obatan (sulfanilamides, barbiturat,
cytostaties), bensol, kekurangan vitamin B12, asam folat, anafilaksis shock,
hypersplenism, juga karena kelainan genetik.
2. Eosinopenia
Penyebabnya yaitu meningkatnya kadar stres, syndrom Cushing, kortikosteroid,
penyakit menular, corticotrophin dan kortison.
3. Limfopenia
Penyebabnya karena faktor keturunan dan immunodeficiency, stres, radiasi
penyakit, tuberkulosis militer.
4. Monocytopenia
Penyebabnya karena batang myeloid tertekan ditembak dari sumsum tulang
hemopoiesis (misalnya, dalam penyakit radiasi, kondisi septik parah, dan
agranulocytosis).
Jika leukopenia telah masuk ke tahap berat, gejala klinis yang biasa muncul :
4
a) Anemia, yaitu penurunan jumlah sel darah merah dan hemoglobin.
b) Menorrhaggia, yaitu perdarahan yang berat dan berkepanjangan saat periode
menstruasi.
c) Metrorrhaggia, yaitu perdarahan dari rahim, tetapi bukan karena menstruasi dan hal
ini merupakan indikasi dari beberapa infeksi.
d) Neurasthenia, yaitu kondisi yang ditandai oleh kelelahan, sakit kepala, dan
mengganggu keseimbangan emosional.
e) Trombositopenia, yaitu penurunan jumlah trombosit yang abnormal dalam darah.
f) Stomatitis, yaitu suatu peradangan pada lapisan mukosa struktur di dalam mulut,
seperti pipi, gusi, lidah, bibir, dan lain-lain.
g) Pneumonia, yaitu peradangan yang terjadi di paru-paru karena kongesti virus atau
bakteri.
h) Abses hati, yaitu jenis infeksi bakteri yang terdapat dalam hati. Hal ini relative jarang
terjadi tetapi fatal akibatnya jika tidak ditangani.
i) Kelelahan, sakit kepala, dan demam adalah gejala yang sering terjadi. Selain itu
pasien juga mengalami hot flashes, rentan terhadap berbagai infeksi, ulkus oral, dan
mudah marah.
Leucopenia terjadi karena berawal dari berbagai macam penyebab. Berikut ini
akan dijelaskan patofisilogi penyakit leukopenia.
Radiasi sinar X dan sinar ( لgamma) yang berlebihan serta penggunaan obat -
obatan yang berlebihan, akan menyebabkan kerusakan sumsum tulang. Dengan rusaknya
sumsum tulang, maka kemampuan sumsum tulang untuk memproduksi sel darah
(eritrosit, leukosit, dan trombosit) pun menurun (dalam kasus ini dikhususkan leukosit
yang mengalami penurunan). Kondisi tersebut akhirnya akan mengakibatkan neutropenia
(produksi neutrofil menurun), monositopenia (produksi monosit menurun), dan
eosinopenia (produksi eosinofil menurun). Selain itu, jika seseorang mengidap penyakit
immunodefisiensi, seperti HIV AIDS, maka virus HIV akan menyerang CD4 yang
terdapat di limfosit T dalam sirkulasi perifer. Kondisi ini akan menyebabkan limfosit
hancur sehingga mengalami penurunan jumlah, yang disebut dengan limfopenia.
5
Patofisiologi terjadinya penyakit
Sel kanker menghasilkan leukosit yang imatur / abnormal dalam jumlah yang
berlebihan. Leukosit imatur ini menyusup ke berbagai organ, termasuk sumsum tulang
dan menggantikan unsur-unsur sel yang normal. Limfosit imatur berproliferasi dalam
sumsum tulang dan jaringan perifer sehingga mengganggu perkembangan sel normal.
Hal ini menyebabkan haemopoesis normal terhambat, akibatnya terjadi penurunan
jumlah leukosit, sel darah merah dan trombosit. Infiltrasi sel kanker ke berbagai organ
menyebabkan pembersaran hati, limpa, limfodenopati, sakit kepala, muntah, dan nyeri
tulang serta persendian. Penurunan jumlah eritrosit menimbulkan anemia, penurunan
jumlah trombosit mempermudah terjadinya perdarahan (echimosis, perdarahan gusi,
epistaksis dll.). Adanya sel kanker juga mempengaruhi sistem retikuloendotelial yang
dapat menyebabkan gangguan sistem pertahanan tubuh, sehingga mudah mengalami
infeksi. Adanya sel kaker juga mengganggu metabolisme sehingga sel kekurangan
makanan.
a) Anemia,
Penurunan jumlah sel darah merah dan hemoglobin.
b) Menorrhaggia,
Perdarahan yang berat dan berkepanjangan saat periode menstruasi.
c) Metrorrhaggia,
Perdarahan dari rahim, tetapi bukan karena menstruasi dan hal ini merupakan indikasi
dari beberapa infeksi.
d) Neurasthenia,
Kondisi yang ditandai oleh kelelahan, sakit kepala, dan mengganggu keseimbangan
emosional.
e) Trombositopenia
Penurunan jumlah trombosit yang abnormal dalam darah.
f) Stomatitis,
Suatu peradangan pada lapisan mukosa struktur di dalam mulut, seperti pipi, gusi, lidah,
bibir, dan lain-lain.
g) Pneumonia,
Peradangan yang terjadi di paru-paru karena kongesti virus atau bakteri.
h) Abses hati,
Terjadi infeksi bakteri yang terdapat dalam hati. Hal ini relative jarang terjadi tetapi fatal
akibatnya jika tidak ditangani.
2.7 Pemeriksaan Diagnostik
6
1. Pemeriksaan labolatorium
- Dilakukan pemeriksaan sel darah lengkap (CBC), termasuk manual
diferensial dalam kasus mengevaluasi leukopenia. Hati-hati terhadap
evaluasi noda darah perifer yang memberikan informasi tentang sel darah
merah (RBC) dan morfologi trombosit.
- Pemeriksaan sumsum tulang dan biopsi sampel dengan teknik sitometri
arus.
- Pemeriksaan microbiologic cultur darah, luka, dan cairan tubuh dapat
dilihat pada pasien demam.
- Pengujian antibodi antineutrophil harus dilakukan pada pasien dengan
riwayat autoimun sugestif dari neutropenia dan pada mereka yang tidak
jelas penyebab leukopenia.
- Dalam bawaan neutropenia dan neutropenia siklik, analisis genetik harus
dilakukan.
2. Fotothorax untuk mengkaji keterlibatan mediastinum.
3. Pemeriksaan pungsi lumbal pengambilan cairan Bone Merrow
4. Biopsi hati, limpa, ginjal, tulang untuk mengkaji keterlibatan / infiltrasi sel
kanker ke organ tersebut.
2.8 Pemeriksaan fisik
Inspeksi: kelemahan, pucat, turgor kulit kering, adanya infeksi / mudah
terkena infeksi (jika adanya luka), adanya luka yang menandakan kelemahan
imun tubuh (sariawan/ stomatitis), nafas cepat dan dangkal.
Palpasi: Adanya nyeri tekan pada area yang sakit dan teraba panas, suhu
tubuh menunjukkan peningkatan.
Auskultasi : ditemukan ronchi.
2.9 Pengobatan
a. Transfusi darah, biasanya diberikan bila kadar Hb kurang dari 6 g%. Pada
trombositopenia yang berat dan perdarahan masif, dapat diberikan transfusi
trombosit dan bila terdapat tanda-tanda DIC dapat diberikan heparin.
b. Kortikosteroid (prednison, kortison, deksametason dan sebagainya). Setelah
dicapai remisi dosis dikurangi sedikit demi sedikit dan akhirnya dihentikan.
c. Sitostatika.
Selain sitostatika yang lama (6 - merkaptopurin atau 6-mp, metotreksat atau
MTX) pada waktu ini dipakai pula yang baru dan lebih poten seperti vinkristin
(oncovin), rubidomisin (daunorubycine), sitosin, arabinosid, L-asparaginase,
siklofosfamid atau CPA, adriamisin dan sebagainya.
d. Prednisone.
Pada pemberian obat-obatan ini sering terdapat efek samping berupa alopesia,
stomatitis, leukopenia, infeksi sekunder atau kandidiagis. Hendaknya lebih
berhati-hati bila jumiah leukosit kurang dari 2.000/mm3.
7
e. Infeksi sekunder dihindarkan.
f. Imunoterapi.
Merupakan cara pengobatan yang terbaru. Setelah tercapai remisi dan jumlah sel
leukemia cukup rendah (105 - 106), imunoterapi mulai diberikan. Pengobatan
yang aspesifik dilakukan dengan pemberian imunisasi BCG atau dengan Corynae
bacterium dan dimaksudkan agar terbentuk antibodi yang dapat memperkuat daya
tahan tubuh. Pengobatan spesifik dikerjakan dengan penyuntikan sel leukemia
yang telah diradiasi. Dengan cara ini diharapkan akan terbentuk antibodi yang
spesifik terhadap sel leukemia, sehingga semua sel patologis akan dihancurkan
sehingga diharapkan penderita leukemia dapat sembuh sempurna.
1. Induksi
Dimaksudkan untuk mencapai remisi, yaitu dengan pemberian berbagai obat
tersebut di atas, baik secara sistemik maupun intratekal sampai sel blast
dalam sumsum tulang kurang dari 5%.
2. Konsolidasi
Yaitu agar sel yang tersisa tidak cepat memperbanyak diri lagi.
3. Rumat (maintenance)
Untuk mempertahankan masa remisi, sedapat-dapatnya suatu masa remisi
yang lama. Biasanya dilakukan dengan pemberian sitostatika separuh dosis
biasa.
4. Reinduksi
Dimaksudkan untuk mencegah relaps. Reinduksi biasanya dilakukan setiap
3-6 bulan dengan pemberian obat-obat seperti pada induksi selama 10-14
hari.
5. Mencegah terjadinya leukemia susunan saraf pusat.
Diberikan MTX intratekal pada waktu induksi untuk mencegah leukemia
meningeal dan radiasi kranial sebanyak 2.4002.500 rad. untuk mencegah
leukemia meningeal dan leukemia serebral. Radiasi ini tidak diulang pada
reinduksi.
6. Pengobatan imunologik
Diharapkan semua sel leukemia dalam tubuh akan hilang sama sekali dan
dengan demikian diharapkan penderita dapat sembuh sempurna.
8
2.10 Pencegahan
9
BAB III.
PATHWAY
Limfosit T4 hancur,
S. Pernafasan
leukosit turun
Kebutuhan
Leukosit menurun
nutrisi kurang
Imunitas turun dari kebutuhan
Peradangan pd
jar. paru tubuh
Menurunnya Menurunnya Menurunnya
Infeksi opurtunitas
neutrofil monosit eosinofil
Sesak
S. pencernaan S. integumen
neutropenia Monositopenia eosinopenia
Gg. Infeksi jamur Peradangn
Pertukaran Kulit Menurunkan sistem Resiko
gas pertahanan tubuh infeksi
Peradangan sekunder
mulut Timbul lesi bercak kulit Gatal, nyeri, bersisik
10
Sulit menelan, Kerusakan integritas kulit
Gg. Keb nutrisi krg dr keb tubuh Gangg. Rasa nyaman
mual
BAB IV.
ASUHAN KEPERAWATAN
4.1 Pengkajian
Ruangan :
TGL/Jam Pengkajian :
I. Biodata
A. Identitas Klien
1. Nama/Nama panggilan :untuk membangun hubungan saling percaya sehingga
mempermudah dalam melakukan asuhan keperawatan
11
7. Tgl masuk :untuk melihat bagaimana perkembangan status
kesehatannya dari hari ke hari semakin baik atau buruk
selama dilakukan perawatan.
9. Diagnosa medik :untuk mengetahui penyakit apa yang diderita oleh pasien
10. Rencana terapi : teroid dan vitamin yang diresepkan oleh dokter untuk
mengaktifkan sumsum tulang untuk menghasilkan lebih
banyak sel darah putih. Beberapa terapi seperti terapi
sitokin dan kemoterapi digunakan untuk pengobatan
leukopenia.Identitas Orang tua
4.3 Intervensi
Kriteria hasil:
1. RR 16-24x/menit
2. pasien tampak tidak sesak
3. nilai AGD dalam batas normal
No Intervensi Rasional
12
hipoksemia.
Kriteria Hasil:
- Skala nyeri 3
- Kulit tampak tidak merah
- Pasien mengatakan nyerinya berkurang
No Intervensi Rasional
13
1 Lakukan pengkajian nyeri secara Untuk mengetahui penyebab, derjat
komprehensif termasuk lokasi, nyeri, sehingga dapat menentukn
karakteristik, durasi, frekuensi, intervensi selanjutnya
kualitas dan faktor presipitasi
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan 2x24 jam pasien menunjukkan perbaikan pada area
kulit
Krteria Hasil:
No Intervensi Rasional
14
pakaian yang longgar sehingga tidak memperparah kondisi
kulit
Kriteria Hasil:
Tujuan:
Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 2x24 jam, mual muntah dapat teratasi
sehingga kbutuhan nutrisi klien
Kriteria Hasil:
16
pengobatan selanjutnya
4
Pemberian diet yang tepat akan
membantu pemenuhan nutrisi pasien
4.4 Implementasi
No Diagnosa Implementasi
17
1. Gangguan 1. Telah dikaji atau diawasi secara rutin kulit
pertukaran gas b.d dan membrane mukosa.
2. Telah dilakukan Palpasi fremitus.
peradangan pada
3. Telah diawasi tanda vital dan irama
paru-paru.
jantung.
4. Telah diberikan oksigen tambahan sesuai
dengan indikasi.
18
terapi antibiotik
BAB V
KESIMPULAN
5.1 Kesimpulan
Leukopenia adalah suatu kondisi klinis di mana sumsum tulang memproduksi sangat
sedikit sel darah putih pada sirkulasi perifer, yaitu kurang dari atau sama dengan 5000
leukosit/mm3. Penyebabnya adalah infeksi virus (virus onkogenik) dan sepsis bakterial
yang berlebihan. Ada beberapa klasifikasinya yaitu neutropenia, eosinopenia, limfopenia
dan monocytopenia. Sedangkan leukemia adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh
proliferasi abnormal dari sel-sel leukosit yang menyebabkan terjadinya kanker pada alat
pembentuk darah. Insiden paling tinggi terjadi pada anak-anak yang berusia antara 3 dan
5 tahun yaitu ALL (Acute Lymphoid Leukemia). Anak perempuan menunjukkan
prognosis yang lebih baik daripada anak laki-laki. Dan ANLL (Acute Nonlymphoid
Leukemia) mencakup 15% sampai 25% kasus leukemia pada anak. Dan resiko terkena
penyakit ini meningkat pada anak yang mempunyai kelainan kromosom bawaan seperti
19
Sindrom Down. Etiologi pasti masih belum diketahui. Namun terdapat berbagai faktor
predisposisi seperti genetik, lingkungan, saudara kandung, virus, dan lain sebagainya.
5.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
Baughman, Diane C. 2000. Keperawatan Medikal Bedah (alih bahasa: Yasmin Asih).
Jakarta: EGC
Dorland, A Newman. 1994. Kamus Kedokteran Dorland. Edisi 26. Jakarta : EGC
Falah, Rosul. 2010. Auhan Keperawatan pada Anak dengan Leikemia.
http://catatanperawat.byethost15.com/asuhan-keperawatan/asuhan-keperawatan-
anak-leukimia/ (3 oktober 2013)
Handayani, Wiwik & Andi Sulistyo Hariwibowo. 2008. Buku Ajar Asuhan Keperawatan
pada Klien dengan Gangguan Sistem Hematologi. Jakarta: Salemba Medika
Hidayat, A. Azis Alimul. 2008. Pengantar Ilmu Kesehatan Anak untuk Pendidikan
Kebidanan. Jakarta: Salemba Medika.
Mansjoer, Arif, dkk. 2002. Kapita selekta Kedokteran. Jakarta: Media Aesculapius
20
Nursalam, dkk. 2005. Asuhan Keperawatan Bayi dan Anak. Jakarta: Salemba Merdeka
Price, Sylvia A & Wilson. 2005. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit.
Edisi 6. Jakarta: EGC
Reeves, Charlene J et al. 2001. Medical-Surgical Nursing (alih bahasa: Joko Setyono).
Ed. I. Jakarta: Salemba Medika
Smeltzer Suzanne C. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth
(alih bahasa: Agung Waluyo, dkk). Jakarta: EGC
Soeparman, Sarwono Waspadji. 1998. Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: Balai Penerbit
FKUI
Suddart, & Brunner. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC
21