Maftukhatul Utamimah
SMP Negeri 1 Comal Kab. Pemalang
Abstrak
Target sasaran dalam penelitian ini adalah Untuk mengetahui peningkatan kemampuan peserta
didik dalam membandingkan sifat fisika dan kimia dengan model group investigation pada mata
pelajaran IPA. Penelitian dilaksanakan dalam tiga siklus, yaitu pra siklus, siklus 1, dan siklus 2.
Data penelitian diambil dengan teknik tes (tes unjuk kerja dan tes tertulis) dan pengamatan. Subjek
penelitian adalah peserta didik kelas VII E dengan jumlah 36 peserta didik terdiri dari 20 putra dan
16 putri. Penelitian dikatakan berhasil apabila dalam pembelajaran IPA materi perubahan fisika
dan kimia melalui model pembelajaran group investigation menunjukkan mnmal 77 % peserta didik
mencapa KKM.
PENDAHULUAN
Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam merupakan konsep pembelajaran alam dan mempunyai
hubungan yang sangat luas terkait dengan kehidupan manusia, didalamnya banyak dipelajari tentang
ilmu hayat dan lingkungannya, mulai dari tumbuhan, hewan dan manusia.
Pembelajarn IPA sangat berperan dalam proses pendidikan, pembelajaran IPA memiliki
upaya untuk membangkitkan minat peserta didik, serta kemampuan dalam ilmu pengetahuan dan
teknologi serta pemahaman tentang alam semesta.
Bagi peserta didik pembelajaran IPA dapat memacu imajinasi dan motivasi karena dengan
percobaan-percobaan yang dilaksanankan di sekolah menjadikan peserta didik lebih luas
pemahamannya tentang materi yang diterimanya dan bukan hanya sebagai teori saja.
Hasil pra siklus menunjukkan bahwa melalui model pembelajran yang masih konvensional,
peserta didik kurang memahami materi IPA dengan baik, sehingga perlu diupayakan penerapan
model pembelajaran yang lebih baik agar peserta didik dapat memahami materi IPA dengan baik.
Mata pelajaran IPA terdiri dari 3 aspek, yaitu aspek biologis, aspek fisis, dan aspek kimia.
Pada aspek biologis, sains mengkaji berbagai persoalan yang berkait dengan berbagai fenomena pada
makhluk hidup pada berbagai tingakat organisasi kehidupan dan interaksinya dengan faktor
lingkungan, pada dimensi ruang dan waktu. Untuk aspek fisis pengetahuan alam memfokuskan diri
pada benda tak hidup, mulai dari benda tak hidup yang dikenal dalam kehidupan sehari-hari seperti
air, tanah, udara, batuan, dan logam, sampai dengan benda-benda diluar bumi dalam susunan tata
surya dan sistem galaksi dialam semesta. Untuk aspek kimia, pengetahuan alam mengkaji berbagai
fenomena/gejala kimia baik pada makhluk hidup maupun benda tak hidup yang ada di alam semesta.
Ketiga aspek tersebut adalah aspek biologis, fisis, dan khemis, dikaji secara simultan ssehingga
KEMAMPUAN MEMBANDINGKAN SIFAT FISIKA DAN KIMIA ZAT
MELALUI MODEL GROUP INVESTIGATION 13
Maftukhatul Utamimah
menghasilkan konsep yang utuh yang menggambarkan konsep-konsep dalam bidang kajian
pengetahuan alam. Khusus untuk materi bumi dan antariksa dapat dikaji secara lebih dalam dari segi
struktur maupun kejadiannya. Dalam penerapannya, pengetahuan alam juga memiliki peranan
penting dalam perkembangan peradaban manusia, baik dalam hal manusia mengembangkan berbagai
teknologi yang dipakai untuk menunjang kehidupannya, baik aspek politik, ekonomi, sosial, budaya
dan pertahanan-keamanan.
Menurut UU No. 20 Tahun 2003 menyatakan bahwa pembelajaran adalah proses interaksi
peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar dalam suatu lingkungan belajar. Arikunto (1993:
12) mengemukakan pembelajaran adalah suatu kegiatan yang mengandung terjadinya proses
penguasaan pengetahuan, keterampilan dan sikap oleh subjek yang sedang belajar. Pembelajaran
adalah bantuan pendidikan kepada anak didik agar mencapai kedewasaan di bidang pengetahuan,
keterampilan dan sikap. Belajar adalah sebuah proses perubahan melalui kegiatan atau prosedur
latihan baik latihan didalam laboratorium maupun dalam lingkungan alamiah. Belajar bukanlah
sekedar mengumpulkan pengetahuan, belajar adalah proses mental yang terjadi dalam diri sendiri
seseorang, sehingga menyebabkan munculnya perubahan perilaku. Aktifitas mental itu terjadi kerena
adanya interaksi individu dengan lingkungan yang disadarinya. Proses belajar pada hakikatnya
merupakan kegiatan mental yang tidak dapat dilihat, artinya proses perubahan yang terjadi dalam diri
seseorang yang belajar tidak dapat kita saksikan. Kita mungkin hanya menyaksikan dari adanya
gejala-gejala perubahan perilaku yang tampak.
Menurut Pemar dalam Burhanudin (2006), belajar merupakan sebuah perubahan tingkah
laku individu melalui interaksi dengan lingkungan. Belajar merupakan suatu proses kegiatan dan
bukan suatu hasil latihan melainkan perubahan tingkah laku, karena belajar merupakan suatu
perubahan tingkah laku, maka diperlukan pembelajaran yang bermutu, menyenangkan, dan
mencerdaskan peserta didik.
Dari beberapa teori tentang pengertian belajar diatas dapat disimpulkan bahwa belajar
merupakan sebuah proses perubahan tingkah laku yang berinteraksi dengan lingkungan, belajar bukan
merupakan sebuah hasil tetapi merupakan sebuah proses. Belajar pengetahuan dibangun oleh
manusia sedikit demi sedikit yang hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas dan tidak
sekonyong-konyong.
Menurut Purwanto (2009: 49), hasil belajar adalah perwujudan kemampuan akibat
perubahan perilaku yang dilakukan oleh usaha pendidikan. Hasil belajar juga merupakan realisasi
atau penekanan dari kecakapan-percakapan potensial atau kapasitas yang dimiliki seseorang.
Berikut ini definisi hasil belajar menurut para ahli. Winkel menyatakan hasil belajar adalah
perubahan yang mengakibatkan manusia yang berubah dalam sikap dan tingkah lakunya. Gagne
menyatakan: (1) Informasi verbal yaitu kualitas mengungkapkan pengetahuannya dalam bentuk
bahasa, baik lisan maupun tulisan; (2) Keterampilan intelektual yaitu kemampuan mempresentasikan
konsep dan lambang; (3) Strategi kognitif yaitu keaktifan menyalurkan kemampuan kognitifnya
sendiri; (4) Kemampuan motorik yaitu kemampuan melakukan serangkaian gerakan dalam urusan
dan koordinasi; dan (5) Sikap adalah kemampuan untuk menerima atau menolak objek berdasarkan
penilaian terhadap objek (Supriyono, 2010).
Dari definisi diatas disimpulakn bahwa hasil belajar adalah suatu hasil yang telah dicapai
dalam suatu perubahan adanya proses, latihan atau pengalaman dan usaha belajar dalam hal ini
mewujudkannya berupa hasil.
Model Cooperative Group Investigation merupakan suatu proses pembelajaran yang bersifat
kooperatif atau kelompok dimana peserta didik akan berusaha untuk menemukan suatu informasi
(gagasan, opini, data solusi) dan lain sebagainya yang berkaitan dengan pembelajaran dari berbagai
sumber pendukung yang terkait, dimana pada akhirnya peserta didik akan berusaha untuk
mengevaluasi dan mensintesis kebenaran informasi yang telah diperoleh secara bersama, dimana
METODE PENELITIAN
Prosedur model penelitian tindakan kelas yang dipakai dalam penelitian ini adalah
menggunakan model spiral atau siklus. Menurut Arikunto (2006) tujuan menggunbakan model ini
adalah apabila dalam pelaksanaan tindakan ditemukan adanya kekurangan, maka perencanaan dan
pelaksanaan tindakan perbaikan masih dapat dilanjutkan pada siklus berikutnya sampai target yang
diinginkan tercapai. Dalam setiap siklus terdiri dari empat tahapan yaitu perencanaan, pelaksanaan
tindakan, observasi, dan refleksi. Penelitian dikatakan berhasil apabila dalam pembelajaran IPA
materi perubahan fisika dan kimia melalui model pembelajaran group investigation menunjukkan
mnmal 77 % peserta didik mencapa KKM (KKM IPA = 77).
Pada tahap ini menggunakan metode pembelajaran konvensional (sederhana) dimana peserta
didik di berikan materi pembelajaran dengan ceramah dan masih terpacu dengan buku, dalam tahap
pra siklus ini peserta didik bekerja dengan secara diskusi belum berkelompok.
Teknik pengambilan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah: (1) Pengamatan, yaitu
tindakan mencatat segala sesuatu baik yang dilakukan guru maupun peserta didik terutama yang
berkaitan dengan model pembelajaran yang diterapkan selama proses pembelajaran berlangsung.
Kegiatan pengamatan dilakukan oleh guru dan guru mitra. (2) Tes formatif, untuk mengukur tingkat
penguasaan peserta didik dalam memahami materi pembelajaran. Tes formatif dilaksanakan pada
setiap akhir siklus.
Hasil masukan pra siklus dianalisis dan solusinya diterapkan pada siklus 1. Pada siklus 1,
perencanaan disusun bersama dengan guru mitra secara cermat. Pada tahap pelaksanaan, guru mitra
mengamati secara detail segala sesuatu yang dilakukan guru dan peserta didik. Pengamatan
Hasil Penelitian
Tahap pra siklus dilaksanakan dalam 2 kali pertemuan. Materi pertemuan ke-1 adalah
memahami perbedaan sifat fisika dan kimia dan materi pertemuan ke-2 adalah memandingkan sifat
fisika dan kimia . Hasil tes formatif menunjukkan bahwa peserta didik yang mencapai KKM
berjumlah 24 orang atau prosentase ketercapaian KKM baru 66,67%. Pada tahap pra siklus ini
memang pembelajaran masih konvensional dengan menggunakan metode demonstrasi dan secara
individu, sehingga hasil pencapaian ini masih jauh dari harapan guru dan sekolah.
Pembelajaran pada siklus 1 dilaksanakan dalam 2 kali pertemuan. Materi pertemuan ke-1
tentang perubahan fisika dan materi pertemuan ke-2 tentang perubahan kimia. Pembelajaran diawali
dengan guru melakukan apersepsi, menyampaikan tujuan sudah mengaitkan pengetahuan awal
peserta didik dengan materi yang sesuai dengan standar kompetensi, kompetensi dasar dan tujuan
pembelajaran yang akan dicapai, menyiapkan kondisi fisik dan psikis, serta memberi motivasi agar
peserta didik bersemangat dalam mengikuti pembelajaran. Penyampaian materi menggunakan
metode ekspositori. Pembelajaran mengikuti langkah-langkah pembelajaran dengan model
pembelajaran kooperatif tipe group investigation.
Hasil tes formatif siklus 1 menunjukkan bahwa peserta didik yang telah mencapai KKM
sebanyak 27 orang (75%). Perolehan ini belum mencapai indikator keberhasilan yang ditetapkan,
yaitu sekurang-kurangnya 77% peserta didik mampu mencapai KKM pada tes formatif.
Beberapa hal yang menyebabkan indikator keberhasilan tidak tercapai adalah: (1) Beberapa
peserta didik belum memahami langkah-langkah model pembe-lajaran tipe group investigation; (2)
Guru masih belum memberi motivasi kepada siswa, padahal guru harus menciptakan suasana siap
mental dan menimbulkan perhatian siswa agar terpusat pada apa yang akan dipelajari; (3) Desain
pembelajaran yang disusun tidak berjalan optimal terutama pada alokasi waktu untuk langkah-
langkah model pembelajaran yang diterapkan. Hal ini berdampak adanya langkah pembelajaran yang
tidak dapat dilaksanakan dengan optimal karena waktu yang tersedia tidak cukup; dan (4) Kurangnya
ketrampilan menggunakan variasi dan penguatan kepada siswa.
Hasil diskusi antara peneliti dan guru mitra menghasilkan beberapa hal yang dirasa masih
kurang dan perlu perbaikan adalah: (1) Peserta didik belum memahami langkah-langkah model
pembelajaran. Sebelum pembelajaran dimulai, dijelaskan lagi langkah-langkah model pembelajaran
tipe group investigation dan mengingatkan kembali tentang keterampilan yang harus dimiliki dalam
berdiskusi. Diskusi kelompok merupakan suatu proses yang teratur yang melibatkan sekelompok
individu dalam suatu interaksi tatap muka secara kooperatif dengan tujuan membagi informasi,
Pembahasan
Pada saat pra siklus proses pembelajaran masih konvensional (menggunakan metode
ceramah dan demonstrasi). Dalam kegiatan pembelajaran semestinya melibatkan dua pelaku aktif,
yaitu guru dan peserta didik yang saling mempengaruhi dan memberi masukan sehingga kegiatan
pembelajaran merupakan aktivitas yang hidup, sarat nilai, dan senantiasa memiliki tujuan.
Pembelajaran dengan menerapkan metode ceramah menempatkan guru sebagai aktor utama
dalam pembelajaran sedang peserta didik ditempatkan sebagai objek pembelajaran. Model ini
membawa konsekuensi terhadap kurang ber-maknanya kedudukan peserta didik dalam proses
pembelajaran karena peserta didik tidak terlibat secara aktif baik secara fisik, psikologis, maupun
mental. Hal ini berakibat pada rendahnya hasil belajar peserta didik. Pembelajaran ceramah ini juga
sangat berpegangan dengan buku pelajaran siswa tanpa adanya pengembangan yang seharusnya lebih
memicu cara belajar siswa.
Melalui penerapan pembelajaran group investigation pada siklus 1, peserta didik lebih terlibat
dalam pembelajaran sehingga proses pembelajaran menjadi lebih bermakna. Peserta didik saling
bekerja sama untuk mencapai tujuan pembelajaran, yaitu menguasai materi dengan sebaik-baiknya
dan mendorong peserta didik aktif menemukan sendiri pengetahuannya melalui keterampilan proses.
Penerapan model pembelajaran kooperatif sejalan dengan 4 pilar pendidikan menurut
UNESCO, yaitu 1) learning to know, belajar dimaksudkan sebagai upaya hanya sebatas untuk
mengetahui; 2) learning to do, belajar dimaknai seba-gai upaya untuk membuat peserta didik bukan
hanya mengetahui, tetapi lebih kepada dapat melakukan atau mengerjakan kegiatan tertentu; 3)
learning to be, belajar dimaknai sebagai upaya untuk menjadikan peserta didik sebagai dirinya sendiri;
dan 4) learning how to live together, memaknai belajar sebagai upaya agar peserta didik dapat hidup
bersama dengan sesamanya secara damai.
Hasil tes formatif siklus 1 memperlihatkan bahwa baru terdapat 27 peserta didik (75 %) yang
mencapai KKM. Hal ini terjadi karena peserta didik belum terbiasa mengikuti pembelajaran dengan
menerapkan model pembelajaran kooperatif.
Peserta didik belum menguasai beberapa keterampilan yang diperlukan dalam pembelajaran
kooperatif, yaitu 1) berada dalam tugas, yaitu tetap berada dalam kerja kelompok dan menyelesaikan
tugas yang menjadi tanggungjawab-nya; 2) mengambil giliran dan mengambil tugas, yaitu bersedia
menerima tugas dan membantu menyelesaikan tugas; 3) mendorong partisipasi, yaitu memotivasi
teman sekelompok untuk memberikan kontribusi terhadap tugas kelompok; 4) mendengarkan dengan
SIMPULAN
Simpulan dalam penelitian ini adalah penerapan model pembelajaran group investigation
dapat meningkatkan kemampuan peserta didik dalam membandingkan sifat fisika dan kimia zat pada
kelas VII E SMP Negeri 1 Comal Tahun Pelajaran 2014/2015.
DAFTAR PUSTAKA
Ajiji, Ahmad. 2015. Kelebihan dan Kekurangan Pembelajaran Group Investigation. Diunduh dari
http//discussion lecture blogsport pada tanggal 17 pebruari 2015.
Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Rineka Cipta: Jakarta.
Burhanudin, 2006, Upaya Meningkatan Minat Belajar Geografi Melalui Model Pembelajaran Group
Investigation Kelas XI IPS SMA Muhammadiyah II Mojosari Mojokerto. Proyek Perluasan Mutu Kantor
Wilayah Departemen Pendidikan Nasional: Jakarta.
Supriyono, Agus. 2010. Cooperative Learning. Yogyakarta: Pustaka Pelajar:
Purwanto. 2009. Evaluasi Hasil Belajar. Pustaka Pelajar: Yogyakarta.
Utamimah, Maftukhatul. 2015. Meningkatkan Kemampuan Membandingkan Sifat Fisika dan Kimia Zat
Melalui Model Group Investigation Peserta Didik Kelas VII E SMP Negeri 1 Comal. Laporan PTK SMP
Negeri 1 Comal: Pemalang (Tidak Dipublikasikan).
Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
________, 2015. Model Group Investigation. diunduh dari http//jumridahusni2.wordpress.com pada tanggal 17
Februari 2015.