Anda di halaman 1dari 7

BAB I

Konsep dasar pendidikan kewarganegaraan

A. Konsep dasar pendidikan kewarganegaraan

Pengertian pendidikan kewarganegaraan

Definisi pendidikan kewarganegaraan menurut para ahli

1. Azyumardi Azra:

“Pendidikan kewarganegaraan adalah pendidikan yang mengkaji dan

membahas tentang pemerintahan, konstitusi, lembaga-lembaga

demokrasi, rule of law, HAM, hak dan kewajiban warga negara serta

proses demokrasi.”

Pendidikan demokrasi menyangkut:

Sosialisasi, diseminasi, dan aktualisasi konsep, system, nilai, budaya, dan

praktek demokrasi melalui pendidikan.

Pendidikan HAM mengandung pengertian, “sebagai aktivitas

mentransformasikan nilai-nilai HAM agar tumbuh kesadaran akan

penghormatan, perlindungan dan penjaminan HAM sebagai suatu yang

kodrati dan dimiliki manusia.”


2. Zamroni:

“Pendidikan kewarganegaraan adalah pendidikan demokrasi yang

bertujuan untuk mempersiapkan warga masyarakat berpikir kritis dan

bertindak demokratis.”

3. Merphin Panjaitan:

“Pendidikan kewarganegaraan adalah pendidikan demokrasi yang

bertujuan untuk mendidik generasi muda menjadi warga negara yang

demokratis dan partisipatif melalui suatu pendidikan yang dialogial.”

4. Soedijarto:

“Pendidikan kewarganegaraan sebagai pendidikan politik yang bertujuan

untuk membantu peserta didik untuk menjadi warga negara yang secara

politik dewasa dan ikut serta membangun system politik yang

demokratis.”

Jadi, dapat disimpulkan bahwa pendidikan kewarganegaraan adalah

suatu ilmu yang mempelajari tentang pemerintahan, konstitusi, lembaga

demokratis, HAM, dan masih banyak lagi. Yang mempunyai tujuan

untuk mempersiapkan masyarakat Indonesia menjadi rakyat yang dapat

bersikap demokratis (dari rakyat, untuk rakyat, dan oleh rakyat).


B. Latar Belakang Pendidikan Kewarganegaraan

Pada hakekatnya pendidikan adalah upaya sadar dari suatu masyarakat dan

pemerintah suatu negara untuk menjamin kelangsungan hidup dan

kehidupan generasi penerusnya. Agar dapat membentuk kepribadian

masyarakat yang cinta tanah air dan bangga terhadap negaranya. Selaku

warga masyarakat, warga bangsa dan negara, secara berguna dan bermakna

serta mampu mengantisipasi hari depan mereka yang selalu berulah dan

selalu terkait dengan konteks dinamika budaya, bangsa, negara dan

hubungan international, maka pendidikan tinggi tidak dapat mengabaikan

realita kehidupan yang mengglobal yang digambarkan sebagai perubahan

kehidupan yang penuh dengan paradoksal dan ketidak keterdugaan.

1. Perjalanan panjang sejarah bangsa Indonesia sejak era sebelum dan

selama penjajahan, dilanjutkan era merebut dan mempertahankan

kemerdekaan sampai dengan mengisi kemerdekaan, menimbulkan

kondisi dan tuntutan yang berbeda-beda sesuai dengan zamannya.

Kondisi dan tuntutan yang berbeda-beda diharap bangsa Indonesia

berdasarkan kesamaan nilai-nilai kejuangan bangsa yang dilandasi jiwa,

tekad dan semangat kebangsaan. Semangat perjuangan bangsa yang

tidak mengenal menyerah harus dimiliki oleh setiap warga negara

Republik Indonesia.
2. Semangat perjuangan bangsa mengalami pasang surut sesuai dinamika

perjalanan kehidupan yang disebabkan antara lain pengaruh globalisasi

yang ditandai dengan pesatnya perkembangan IPTEK, khususnya

dibidang informasi, komunikasi, dan transportasi, sehingga dunia

menjadi transparan yang seolah-olah menjadi kampong sedunia tanpa

mengenal batas negara. Kondisi yang demikian menciptakan struktur

kehidupan masyarkat, berbangsa, dan bernegara Indonesia serta

mempengaruhi pola piker, sikap dan tindakan masyarakat Indonesia.

3. Semangat perjuangan bangsa Indonesia dalam mengisi kemerdekaan dan

menghadapi globalisasi. Warga negara Indonesia perlu memiliki

wawasan dan kesadaran bernegara, sikap dan perilaku, cinta tanah air

serta mengutamakan persatuan dan kesatuan bangsa dalam rangka bela

negara demi utuh dan tegaknya NKRI.

C. Landasan Hukum Pendidikan Kewarganegaraan

1. UUD 1945.

2. Pembukaan UUD 1945, alinea kedua dan keempat (cita-cita, tujuan

dan aspirasi Bangsa Indonesia tentang kemerdekaannya).

3. Pasal 27 (1), kesamaan kedudukan warga negara di dalam hokum

dan pemerintahan.
4. Pasal 27 (3), hak dan kewajiban warga negara dalam upaya bela

negara.

5. Pasal 30 (1), hak dan kewajiban warga negara dalam usaha

pertahanan dan keamanan negara.

6. Pasal 31 (1), hak warga negara mendapatkan pendidikan.

7. UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional.

8. Surat keputusan Dirjen Dikti Nomor 43/DIKTI/Kep/2006 tentang

rambu-rambu pelaksanaan kelompok pengembangan kepribadian di

perguruan tinggi.

D. Tujuan Pendidikan Kewarganegaraan

1. Agar para mahasiswa memahami dan mampu melaksankan hak dan

kewajibannya secara santun, jujur dan demokratis serta ikhlas.

2. Memupuk sikap dan perilaku yang sesuai dengan nilai-nilai

kejuangan, patriotism, cinta tanah air dan rela berkorban bagi bangsa

dan negara.

3. Menguasai pengetahuan dan memahami aneka ragam masalah dasar

kehidupan masyarakat, bangsa dan negara yang akan diatasi dengan

pemikiran berdasarkan Pancasila, wawasan nusantara dan ketahanan

nasional secara kritis dan bertanggung jawab.


4. Secara umum, tujuan pendidikan kewarganegaraan mendukung

keberhasilan pencapaian pendidikan nasional, yaitu “Mencerdaskan

kehidupan bangsa yang mengembangkan manusia Indonesia

seutuhnya. Yaitu manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan

Yang Maha Esa dan berbudi pekerti yang luhur, memiliki

kemampuan pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani, dan

rohani, kepribadian mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab

kemasyarakatan dab kebangsaan. Serta mewujudkan kepribadian

masyarakat yang demokratis”.

5. Secara khusus, tujuan pendidikan kewarganegaraan yaitu membina

moral yang diharapkan sehari-hari yaitu perilaku yang memancarkan

iman dan takwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dalam masyarkat

yang terdiri dari berbagai golongan agama.

E. Kompetensi Dasar Pendidikan Kewarganegaraan

1. Menjadi warga negara yang memiliki wawasan berbangsa dan

bernegara.

2. Menjadi warga negara yang komitmen terhadap nilai-nilai hak asasi

manusia dan demokrasi, berpikir kritis terhadap permasalahannya.


3. Berpartisipasi dalam mengupayakan menghentikan budaya

kekerasan dengan damai dan menghormati supremasi hukum.

4. Menyelesaikan konflik dalam masyarakat dilandasi sistem nilai

Pancasila dan universal.

5. Berkontribusi terhadap berbagai persoalan dalam public policy.

Anda mungkin juga menyukai