Anda di halaman 1dari 12

A.

Kompetensi : menerapkan prinsip etik dalam praktik asuhan


keperawatan kesehatan komunitas

Contoh uraian kemampuan menerapkan prinsip etik otonomi


dalam praktik asuhan keperawatan kesehatan komunitas.

1. Materi
Pelayanan keperawatan kesehatan komunitas diberikan kepada
klien dengan berpedoman pada kode etik keperawatan. Kode etik
mencerminkan penerapan beberapa prinsip etik yang harus dipatuhi
oleh perawat ketika melakukan praktik antara lain: justice,
autonomy, beneficence, non-maleficence, veracity, confidentiality.

a. Justice. Perawat harus adil ketika mendistribusikan perawatan


kesehatan komunitas, misalnya diantara klien/kelompok yang
menjadi tanggung jawab dalam wilayah pembinaannya.
b. Autonomy. Pemenuhan hak klien dalam menentukan nasib
sendiri sebagai individu/kelompok yang unik dalam
mengemukakan pendapat, persepsi, nilai-nilai dan keyakinan
mereka tentang kesehatan. Perawat memberikan saran kepada
klien untuk mengambil keputusan sendiri tanpa paksaan dari
perawat. Klien berhak untuk menerima atau menolak tindakan
keperawatan yang hendak diberikan.
c. Beneficence. Perawat melakukan tindakan yang benar dan
memberikan kemanfaatan bagi kesehatan klien.
d. Non-maleficence. Perawat berusaha semaksimal mungkin untuk
menghindari atau melakukan kesalahan yang dapat merugikan
status kesehatan klien, baik disengaja disengaja maupun tidak
disengaja.
e. Veracity. Perawat menerapkan prinsip kejujuran dalam
menyampaikan kebenaran tentang kondisi kesehatan klien.
f. Confidentiality. Perawat memegang teguh prinsip-prinsip
kerahasian informasi tentang data kesehatan klien hanya untuk
kepentingan pemberian layanan keperawatan

2. Referensi
Riasmini et all. 2017. Panduan asuhan keperawatan individu,
keluarga dan komunitas dengan modifikasi NANDA, ICPN, NOC
dan NIC di Puskesmas dan masyarakat. Jakarta: IPKKI

3. Contoh Soal
Kasus
Pemerintah melalui Puskesmas melakukan kegiatan imunisasi
difteri kepada kelompok anak-anak yang rentan terjangkit wabah
difteri. Perawat memberikan penjelasan kepada anak dan orang
tuanya tentang bahaya penyakit difteri dan pentingnya imunisasi
untuk mencegahnya. Akan tetapi beberapa orang tua tetap
bersikukuh menolak untuk mengimunisasikan anaknya dengan
berbagai alasan.

Pertanyaan soal
Apakah tindakan perawat yang tepat pada kasus tersebut?

Pilihan Jawaban
A. Meminta orang tua memikirkan kembali dampak keputusannya
B. Meminta orang tua menandatangani pernyataan penolakan
C. Memaksa orang tua untuk mengimunisasikan anaknya
D. Menakuti-nakuti orang tua tentang dampak penolakan
E. Mengimunisasi anak tanpa sepengetahuan orang tua

Kunci Jawaban :
B. Meminta orang tua menandatangani pernyataan penolakan
4. Pembahasan
Meminta orang tua menandatangani pernyataan penolakan setelah
pemberian informasi tentang bahaya penyakit difteri dan
pentingnya imunisasi untuk mencegahnya, merupakan bentuk
penghormatan terhadap prinsip otonomi klien dalam menentukan
keputusan tanpa paksaan dari perawat dalam menerima atau
menolak tindakan imunisasi.

B. Kompetensi: melakukan pengkajian data focus kesehatan


komunitas

Contoh uraian kemampuan mengkaji data focus kesehatan


komunitas pada kelompok usia balita dengan kasus diare.

1. Materi
Faktor risiko kejadian diare pada komunitas:
a) Lingkungan: sanitasi lingkungan dan kebersihan perorangan
b) Agen: Kontaminasi makanan dan lingkungan oleh agen
penyebab diare seperti bakteri, virus, parasit
c) Perilaku: kebiasaan tidak mencuci tangan, mengkonsumsi
makanan yang tidak higienis.

2. Referensi
Riasmini et all. 2017. Panduan asuhan keperawatan individu,
keluarga dan komunitas dengan modifikasi NANDA, ICPN, NOC
dan NIC di Puskesmas dan masyarakat. Jakarta: IPKKI

3. Contoh Soal
Kasus
Hasil pengkajian kesehatan pada kelompok balita di sebuah
wilayah RW didapatkah data: kejadian diare 35% pada satu bulan
terakhir. Anak terbiasa makan makanan yang dimasak di rumah,
cara penyajian makanan tertutup, dan selama ini penduduk
menggunakan sumber air dari PDAM.

Pertanyaan soal
Apakah faktor risiko yang tepat dikaji lebih lanjut pada kasus?

Pilihan Jawaban
A. Kepercayaan ibu tentang masalah kesehatan
B. Norma dan nilai keluarga terhadap kesehatan
C. Pengetahuan ibu tentang tanda dan gejala penyakit
D. Fasilitas kesehatan yang biasa digunakan oleh warga
E. Perilaku cuci tangan memakai sabun sebelum makan

Kunci Jawaban :
D. Perilaku cuci tangan memakai sabun sebelum makan

4. Pembahasan
Data tentang agen dan lingkungan sebagai factor risiko kejadian
diare sudah terkaji. Oleh sebab itu data focus yang perlu
dieksplorasi lebih lanjut oleh perawat adalah terkait perilaku
kesehatan, yaitu perilaku cuci tangan memakai sabun sebelum
makan.

C. Kompetensi : menegakkan diagnosis keperawatan komunitas.

Contoh uraian penegakan diagnosis perilaku kesehatan cenderung


berisiko dalam konteks asuhan keperawatan kelompok usia remaja
pada sistem reproduksi.

1. Definisi :
Perilaku kesehatan cenderung beriko adalah hambatan mengubah
gaya hidup/perilaku untuk memperbaiki status kesehatan.
2. Penyebab
a. Kurang terpaparnya informasi
b. Pemilihan gaya yang tidak sehat
c. Ketidak adekuatan dukungan social
d. Self efficacy yang rendah
e. Status sosial ekonomi rendah
f. Stressor berlebihan

3. Gejala dan Tanda Mayor


Obyektif
a. Menununjukan penolakan terhadap perubahan status kesehatan
b. Gagal melakukan tindakan pencegahan masalah kesehatan
c. Menunjukkan upaya status kesehatan yang minimal
d. Gagal mencapai yang optimal

4. Kondisi Klinis terkait


a. Kondisi baru terdiagnosis penyakit
b. Kondisi perubahan gaya hidup akibat penyakit
c. Penyalahgunaan zat
d. Gangguan kepribadian dan psikotik
e. Depresi/psikosis paska persalinan

3. Referensi
Tim Pokja SKDI DPP PPNI. 2017. Standart diagnosis eperawatan
Indonesia: Definisi dan indicator diagnostic. Jakarta : PPNI

4. Contoh Soal
Kasus
Hasil pengkajian pada kelompok remaja di sebuah SMP didapatkan
data 73,0% mengaku telah memiliki pacar, 48,8% kurang paham
bahaya seks bebas, dan 65,7% belum tahu bahwa berhubungan
intim yang dilakukan sekali saja dapat menimbulkan kehamilan.
Sebanyak 32,9% remaja mengatakan bahwa memiliki pacar adalah
ciri dari remaja gaul.
Pertanyaan soal
Apakah diagnosis keperawatan komunitas yang tepat pada kasus?

Pilihan jawaban
A. Defisiensi kesehatan komunitas
B. Perilaku kesehatan cenderung berisiko
C. Ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan
D. Kurang pengetahuan tentang perilaku seksual
E. Ketidakefektifan manajemen kesehatan diri

Kunci Jawaban :
B. Perilaku kesehatan cenderung berisiko

5. Pembahasan
Berpacaran merupakan perilaku berisiko menimbulkan masalah
kesehatan pada kelompok remaja. Upaya merubah perilaku
berpacaran pada kasus tersebut, dapat terhambat oleh beberapa
factor yaitu kurangnya pengetahuan konsep kehamilan dan persepsi
yang salah tentang tumbuh kembang yang sehat pada masa remaja.

D. Kompetensi: merumuskan intervensi keperawatan komunitas.

Contoh uraian kemampuan merumuskan intervensi komunitas pada


kelompok usia dewasa dengan kasus HIV/AIDS.

1. Materi
Perencanaan merupakan proses menyusun intervensi penyelesaian
masalah kesehatan yang dialami kelompok/komunitas. Tahapan
menyusun intevensi keperawatan komunitas antara lain: a)
menentukan tujuan perawatan yang diharapkan dan disertai denagn
kriteria hasil yang terukur; b) menentukan intervensi keperawatan
komunitas. Intervensi keperawatan menurut Model Community as
Partner (Anderson & McFarlane, 2011) dapat disusun dengan
pendekatan prevensi primer, sekunder dan tersier.

Prevensi primer ditujukan pada kelompok/komunitas yang sehat.


Bentuk intervensi prevensi primer dapat berupa tindakan promosi,
pencegahan dan proteksi kesehatan. Contohnya antara lain
pendidikan kesehatan, imunisasi, vaksinasi, monitoring kebijakan
kesehatan, perilaku hidup bersih dan sehat.

Prevensi sekunder ditujukan pada kelompok/komunitas yang


mengalami masalah kesehatan masyarakat. Bentuk intervensi
prevensi sekunder yang dapat dilakukan berupa deteksi dini
masalah kesehatan dan pemberian terapi keperawatan komunitas
yang sesuai. Contohnya seperti skrining/survailans kesehatan,
konsultasi, konseling, manajemen kasus dan lingkungan, serta
kunjungan rumah.

Prevensi tersier ditujukan pada kelompok/komunitas yang berada


pada masa pemulihan setelah mengalami masalah kesehatan
masyarakat. Bentuk intervensi prevensi tersier adalah tindakan
rehabilitasi kesehatan masyarakat misalnya layanan kesehatan
rujukan dan follow up, peningkatan system dukungan dan
pengembangan program kesehatan masyarakat.

2. Referensi
Anderson, E. T., & McFarlane, J. (2011). Community as partner:
Theory and practice in nursing (6th ed). Philadelphia: Lippincott
Williams & Wilkins.
Riasmini et all. 2017. Panduan asuhan keperawatan individu,
keluarga dan komunitas dengan modifikasi NANDA, ICPN, NOC
dan NIC di Puskesmas dan masyarakat. Jakarta: IPKKI

3. Contoh Soal
Kasus
Hasil pengkajian pada posyandu di wilayah RW didapatkan data
angka kunjungan Balita sebesar 95%. Seluruh Balita tersebut telah
menerima imunisasi dasar sesuai program, memiliki trend positif
pertambahan berat badan dalam 3 bulan terakhir. Kader kesehatan
menjalankan peran dan fungsinya secara aktif.

Pertanyaan soal
Apakah intervensi keperawatan yang tepat pada kasus?

Pilihan Jawaban
A. Monitoring kebijakan kesehatan
B. Konseling masalah kesehatan
C. Skrining masalah kesehatan
D. Manajemen kasus penyakit
E. Rujukan kesehatan

Kunci Jawaban :
A. Monitoring kebijakan kesehatan

3. Pembahasan
Kelompok Balita di wilayah RW tersebut memiliki ciri-ciri sebagai
komunitas yang sehat sehingga intervensi keperawatan komunitas
ditujukan untuk mempertahankan dan mempromosikan status
kesehatan melalui prevensi primer. Monitoring kebijakan kesehatan
merupakan bagian dari prevensi primer.

E. Kompetensi: melaksanakan tindakan keperawatan komunitas


Contoh uraian kemampuan merumuskan implementasi komunitas
pada komunitas dengan DBD.

1. Materi
Implementasi adalah inisiatif dari rencana tindakan untuk mencapai
tujuan yang spesifik. Tahap pelaksanaan dimulai setelah rencana
tindakan disusun untuk membantu komunitas mencapai tujuan yang
diharapkan.Tujuan dari implementasi keperawatan adalah untuk
membantu klien dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan, yang
mencakup peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit, pemulihan
kesehatan dan memfasilitasi koping.

Pada tahapan implementasi komunitas memiliki strategi


diantaranya proses kelompok, promosi kesehatan, pemberdayaan
masyarakat dan kemitraan. Implementasi yang dapat dilakukan
pada asuhan keperawatan antara lain:

a) Promosi kesehatan : melaksanakan pendidikan


kesehatan/penyuuhan kesehatan sesuai dengan kebutuhan
kelompok
b) Proses kelompok: memotivasi pembentukan dan
membimbing kelompok swabantu atau peer group
c) Pemberdayaan masyarakat : memantau kegiatan kader
kesehatan sesuai dengan jenis kelompoknya
d) Kemitraan : melakukan negosiasi/lobbying dan menjalin
kerjasama dengan pihak terkait ( Dinas Kesehatan,
Puskesmas, Kelurahan, Kecamatan ) dalam melaksanakan
implementasi

Pada tahap implementasi adalah proses melaksanakan intervensi


untuk mencapai tujuan. Pada kasus terkait dengan implementasi
pada level intervensi maka dapat dilihat kembali pada bagian
intervensi.

2. Referensi
Riasmini et all. 2017. Panduan asuhan keperawatan individu,
keluarga dan komunitas dengan modifikasi NANDA, ICPN, NOC dan
NIC di Puskesmas dan masyarakat. Jakarta: IPKKI
3. Contoh Soal
Hasil pengkajian kesehatan di wilayah desa didapatkan : angka
bebas jentik rumah tangga sebesar 58%, penduduk pernah menditas
DBD 25%, melakukan gerakan 3 M hanya sebatas lingkungan saja
terdapat 42%. Hasil wawancara dengan kader jumantik didapatkan
gerakan PSN dilakukan ketika ada kasus DBD.

Pertanyaan soal
Apakah tindakan keperawatan pada prevensi primer pada kasus?

Pilihan Jawaban
A. Kemitraan
B. Pemberdayaan
C. Proses kelompok
D. Intervensi Profesional
E. Pendidikan Kesehatan
Jawaban
E. Pendidikan kesehatan
3. Pembahasan
Implementasi komunitas pada level pencegahan primer pada
adalah pendidikan kesehatan. Data-data yang mendudukung pada
kasus memberikan gambaran komunitas kurang memahami
terhadap penyakit DBD sehingga keterlibatan masayarakat dalam
pencegahan terhadap penyakit DBD sangat kurang dan hanya
bersifat sporadic jika ada kasus. Pendidikan kesehatan merupakan
implementasi untuk meningkatkan pengetahuan dan pemahaman
kepada masayarakat tentang DBD sehingga muncul upaya
preventif di masyarakat.

F. Kompetensi: melakukan evaluasi keberhasilan tindakan


keperawatan komunitas
Contoh uraian kemampuan merumuskan evaluasi pada kasus
balita dengan gizi kurang
1. Materi
Evaluasi adalah proses membuat penilaian secara sistematis
mengenai suatu kebijakan, program dan kegiatan berdasarkan
informasi dan hasil analisis dibandingkan terhadap relevansi,
keefetifan biaya dan keberhasilannya untuk keperluan pemangku
kepentingan.
Tujuan evaluasi adalah untuk melihat kemampuan komunitas
dalam mencapai tujuan. Hal ini bisa dilaksanakan dengan
mengadakan hubungan dengan kelompok/komunitas
berdasarkan respon kelompok/komunitas terhadap tindakan
keperawatan yang diberikan, sehingga perawat dapat mengambil
keputusan:

a) Mengakhiri rencana tindakan : klien telah mencapai tujuan


yang ditetapkan
b) Memodifikasi rencana tindakan : klien mengalami kesulitan
dalam mencapai tujuan
c) Meneruskan rencana tindakan : klien memerlukan waktu
yang lama untuk mencapai tujuan
Jenis Evaluasi menurut waktu pelaksanaan
1) Formatif (Proses) dilaksanakan pada waktu pelaksanaan
program yang bertujuan memperbaiki pelaksanaan program
dan kemungkinan adanya temuan utama berupa berbagai
masalah dalam peaksanaan program.
2) Sumatif (Hasil) merupakan evaluasi yang dilaksanakan pada
saat pelksanaan program sudah selesai, yang bertujuan untuk
menilai hasil pelaksanaan program dan temuan utama beruapa
pencapaian apa saja dari pelaksanaan program.
Prinsip-prinsip evaluasi meliputi : 1) penguatan program ; 2)
menggunakan berbagai pendekatan; 3) desain evaluasi untuk
kriteria penting dikomunitas; 4) menciptakan proses partisipasi ;
5) diharapkan lebih fleksibel ; 6) membangun kapasitas
2. Referensi
Riasmini et all. 2017. Panduan asuhan keperawatan individu,
keluarga dan komunitas dengan modifikasi NANDA, ICPN, NOC dan
NIC di Puskesmas dan masyarakat. Jakarta: IPKKI
3. Contoh Soal
Hasil pengkajian kesehatan di wilayah desa didapatkan data : 10%
Balita yang berkunjung ke posyandu, 25% balita memiliki ukuran
tibih lebih kecil daripada usianya. Hasil wawancara dengan ibu
didapatkan ibu tidak tahu cara mengolah dan memberikan makanan
seimbang. Perawat melakukan pendidikan kesehatan kepada ibu-ibu
balita
Pertanyaan soal
Apakah kriteria evaluasi pada prevensi sekunder yang tepat pada
kasus?
A. Skrining kesehatan
B. Mampu mengidentifikasi factor sisiko
C. Praktik menyediakan makanan seimbang
D. Menyadari kemampuan merubah perilaku
E. Menyediakan kebutuhan fisik anggota keluarga
Kunci Jawaban
E. Praktik menyediakan makanan seimbang
4. Pembahasan
Indikator evaluasi keberhasilan terhadap pendidikan kesehatan yang
dilakukan di komunitas adalah perubahan perilaku. Perubahahan
perilaku yang mengarah pada pencegahan primer adalah melakukan
prevensi terhadap gizi kurang. Sehingga praktik menyediakan
makanan seimbang merupakan indicator paling tepat pada kasus.

Anda mungkin juga menyukai