Banyak sekali penulisan sejarah yang tidak tepat yang harus diluruskan, baik itu yang berkaitan
dengan sejarah Nabi, sahabat maupun sejarah para ulama, auliya dan orang-orang shaleh. Hal itu
terjadi karena mungkin keterbatasan pustaka penulisnya atau juga sumber yang tidak akurat, atau
juga mungkin kurangnya pengetahuan si penulisnya.
Salah satunya adalah penulisan sejarah tentang menyesuaikan arah kiblat pada pembangunan
Masjid Jami' Pekojan Jakarta Kota, yang terjadi antara al-Allamah Mufti Batafia (Betawi) as-
Sayyid al-Habib Utsman bin Abdullah bin Aqil bin Yahya Jati Petamburan Jakarta dan al-Allamah
Syaikh Nawawi bin Umar al-Bantani, yang ditulis dengan berbagai judul, tema dan redaksi,
seperti cerita yang dinukil singkat dalam buku "Pujangga Islam, Syaikh Nawawi Al-Bantani",
karya Sayyid Chaidar,1978 yang tertulis dengan judul "Teladan Tawadhu' antara Kiai dan Habib"
dan seterusnya, dimana di dalamnya penuh dengan kejanggalan dan berbagai kesalahan yang
harus diluruskan.
Begitu pula dengan buku yang ditulis oleh Kiai Abdul Aziz dari Lasem kalau tidak salah, seorang
pengarang sejarah tentang riwayat Syaikh Nawawi Banten, pada halaman 100 cetakan lama, bab
masalah Kiblat Masjid Pekojan, tentang karomah Syaikh Nawawi Banten. Dimana diterangkan di
sana bahwa Sayyid Utsman ketika membuat Masjid Pekojan dinyatakan kiblatnya kurang pas.
Dalam buku tersebut juga diterangkan bahwa Sayyid Ustman sudah berusia 70 tahun, sedangkan
Syaikh Nawawi masih anak-anak, artinya belum mencapi umur 15 tahun.
Oleh karena itu, kami mencoba untuk meluruskan sejarah tersebut dengan data yang sangat valid
yang kami peroleh secara langsung dari pakar sejarah dan guru besar kita Maulana Habib
Muhammad Luthfi bin Ali bin Yahya Pekalongan.
Sepertihalnya al-Allamah as-Sayyid al-Habib Utsman bin Yahya, beliau disamping seorang Mufti
besar yang memiliki gelar al-Allamah yang berhak menyandang kedudukan Mufti, beliau juga
adalah seorang Mursyid Kamil (sempurna) dalam Thariqah Alawiyyah dan Qadiriyyah
Naqsabandiyyah, juga beliau adalah seorang Wali Quthub di zamanya, yang dalam ilmu ma'rifat
serta kekasyafannya diakui oleh jumhur ulama, dimana fatwanya wajib ditaati sesuai keterangan
dalam kitab Bughyat al-Mustarsyidin fi Talkhish Fatawa Ba’dh al-Aimmah al-Muta-akhkhirin.
Al-Allamah as-Sayyid al-Habib Utsman bin Abdullah bin Aqil bin Yahya al-Alawi lahir di Betawi
pada tahun 1238 H. Pada usia 17 tahun setelah mendapat pendidikan secara langsung dari
kakeknya, yaitu Syaikh Abdurrahman bin Ahmad al-Misri, hingga beliau menjadi seorang hafidzul
Qur'an dan menguasai beberapa kitab tafsir.
Lalu di usia 17 tahun tersebut beliau berangkat ke Mekkah al-Mukarromah dan di sana beliau juga
berziarah kepada datuknya, Baginda Nabi Saw. di Madinah al-Munawwaroh. Di Mekkah Habib
Utsman bin Yahya mengambil ilmu kepada ayahnya yaitu Sayyid Abdullah bin Aqil bin Yahya dan
pamannya yang menjadi ulama besar di Haramain (Mekkah dan Madinah).
Setelah 4 tahun, beliau berangkat ke Negeri Hadhramaut Yaman pada usia 21 tahun. Di sana
beliau belajar kepada para ulama yang sangat mahir dalam ilmu agama dan tinggi maqam
kewaliannya seperti diantaranya kepada:
1. Al-Imam al-Habib Abdullah bin Husain bin Thahir Ba'alawi, yang wafat pada tahun 1273 H.
Pengarang kitab Sullamuttaufiq yang disyarahi oleh Syaikh Nawawi Banten.
2. Al-Habib Hasan bin Shaleh al-Bahr, seorang wali Quthbul Ghauts di jamanya yang wafat pada
tahun 1273 H.
3. Al-Imam al-Habib Abdullah bin Umar bin Yahya, seorang mufti Hadhramaut Yaman yang
sangat terkenal ilmu dan maqam (kedudukan) kewaliannya. Pengarang kitab al-Fatawa yang
sangat masyhur dan juga pengarang kitab Safinatunnaja atau Safinatush Shalah, yang juga
disyarahi oleh Syaikh Nawawi Banten, serta banyak lagi karangan kitabnya, yang wafat pada
tahun 1265 H.
4. Al-Habib Abdullah bin Husain Balfaqih.
5. Al-Habib Abdullah bin Alwi bin Syihab.
6. Al-Habib Abdullah bin Abubakar Maula Buthaihah.
7. Syaikh Abdullah bin Ahmad Basaudan.
8. Syaikh Abdullah bin Sa'ad bin Sumair al-Hadhrami.
Dan beberapa lagi dari para ulama di Tarim khususnya. Juga beliau mengembara untuk
mengambil ilmu serta berziarah ke Mesir, Istanbul Turki, Aljazair, Maroko dan lain-lain.
Al-Allamah as-Sayyid al-Habib Utsman bin Abdullah bin Aqil bin Yahya sewaktu di Hadhramaut
dinikahkan dengan seorang syarifah dari marga Maulakhelah Ba 'Alawi. Dan setelah beberapa
tahun baru beliau kembali ke Jawa terus diangkat menjadi Mufti menggantikan Syaikh
Abdurrahman dari Padang Sumatra yang tinggal di Masjid Pekojan sebelum Sayyid Utsman bin
Aqil bin Yahya yang akhirnya Sayyid Utsman dijuluki "Mufti Betawi". Habib Utsman bin Yahya
wafat pada tahun 1333 H bertepatan dengan tahun 1912 M.
Coba kita lihat, Sayyid Utsman bin Yahya dilahirkan pada 1238 H sedangkan Syaikh Nawawi
Banten dilahirkan pada tahun 1230 H, terpaut tujuh tahun. Usia Sayyid Utsman bin Yahya lebih
muda dari Syaikh Nawawi Banten, sedangkan Syaikh Nawawi Banten di usia 15 tahun sudah
berangkat ke Mekkah sampai wafat tidak pernah pulang ke Jawa. Seandainya dalam peristiwa
Masjid Pekojan Syaikh Nawawi Banten berusia 14 tahun, maka usia Sayyid Utsman bin Yahya
adalah 7 tahun, lalu apakah perlu ditambah 0 (nol) supaya jadi 70 tahun?
Cerita ini seperti ada:
1. Sejarah Sayyidina Ali bin Abi Thalib Ra. pada perang Khandaq ada sejarah yang menerangkan
bahwa dalam peristiwa perang Khandaq tersebut Sayyidina Ali bin Abi Thalib berusia 8 tahun.
Maka berarti saat menggantikan Baginda Nabi Saw. berumur 1 tahun, apakah demikian?
2. Perang Khandaq terjadi 7 tahun setelah hijrah dan usia Sayyidina Ali bin Abi Thalib adalah 28
tahun, akan tetapi ada yang berpendapat usia 8 tahun. Lantas angka '2'-nya ke mana?
Maaf ini bukan pembelaan, oleh karena itu, mari kalau membaca sejarah yang jeli dan teliti! Maaf
sumber sejarah Anda dari mana?
Sepertinya Anda membaca sejarah yang ditulis oleh Kiai Abdul Aziz. Yang saya tahu beliau tidak
bertanya kepada keluarga Sayyid Utsman bin Yahya, tapi hanya berfoto, berpose di makam Sayyid
Utsman bin Yahya di Tanah Abang dahulu. "Dan ketika pengarang sejarah tersebut (Kiai Abdul
Aziz) masih hidup beberapa kali saya ingin menemui beliau," tutur Maulana Habib Luthfi bin
Yahya, "untuk memberikan keterangan yang valid, tapi tidak pernah mendapatkan jawaban. Hanya
melalui orang lain yaitu Alm. Gus Dur dan Alm. KH. Fuad Hasyim Buntet Cirebon dengan
jawaban 'Nanti akan diralat'."
Wallahu a'lam. Mohon maaf barangkali ada penyebutan nama atau apa saja yang salah. Kami
sadur dari al-Mukarram Ustadz Abu Muhammad Syamlawi Pemalang dari dawuh langsung
Maulana habib Muhammad Luthfi bin Yahya Pekalongan. (Habib Muhdor bin Ahmad Assegaf,
Padepokan sang guru malam Jum'at Kliwon dini hari 24/02/2017. Semoga bermanfaat).
http://www.muslimedianews.com/2017/02/sebuah-penulisan-sejarah-yang-harus.html
http://pustakamuhibbin.blogspot.co.id/2017/02/sebuah-penulisan-sejarah-yang-harus.html
Nb. Jangan lupa saksikan live streaming Pengajian Rutin Jum'at Kliwon bersama Maulana Habib
Muhammad Luthfi bin Yahya di Gedung Kanzus Sholawat pagi ini, di fanpage ini. Silakan halal
like dan share, semoga menjadi ladang dakwah kita semua.