Anda di halaman 1dari 24

KEKHALIFAHAN TURKI USMANI

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah


Sejarah Peradaban Islam
Dosen Pengampu :
Jati Pamungkas S.Hum, MA

Disusun Oleh :
1. Irma Azky Umami (12208173014)
2. Elin Anggraini (12208173022)
3. Heki Hendardi Pangestu (12208173082)
4. Siti Kutmarwiyah Malikatussakdiyah (12208173110)

JURUSAN TADRIS BIOLOGI


FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI TULUNGAGUNG
NOVEMBER 2017

i
Kata Pengantar

Puji syukur kehadirat Alloh SWT karena berhat limpahan rahmat, taufik,
hidayah dan inayahnya penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang
berjudul “KEKHALIFAHAN TURKI USMANI” ini dengan baik. Sholawat serta
salam tetap tercurahkan kepada Nabi Agung Muhammad SAW yang kita nantikan
syafa’atnya diyaumul qiyamah.
Dalam penyusunan makalah ini, tentunya penyusunan membutuhkan
bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu penyusun mengucapkan terina kasih
kepada seluruh pihak yang membantu dalam penulisan makalah ini, yaitu:
1. Dr. Maftukin, M.Ag selaku kepala IAIN TULUNGAGUNG yang
telah berusaha memberikan fasilitas terbaik kepada penulis
khususnya kepada seluruh mahasiswa/mahasiswi pada umumnya.
2. Jati Pamungkas S.Hum, MASelaku dosen pembimbing mata kuliah
belajar dan pembelajaran yang senantiasa membimbing penulis
dalam penulisan makalah ini.
3. Para jajaran cititas akademik yang telah membantu penulis dalam
mengumpulkan materi dalam penulisan makalah ini.
4. Kedua orangtua penulis yang telah memberikan dukungan meteril
maupun moral.
5. Kawan-kawan penulis yang telah memberikan dukungan semangat
dalam menyelesaikan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa penulisan makalah ini masih jauh dari sempurna,
untuk itu kritik dan saran dari pembaca sangat penyusun harapkan demi kebaikan
dalam penulisan makalah dimasa yang akan datang.

Tulungagung, 21 November 2017

Penyusun

ii
Daftar Isi
Cover ................................................................................................................ i
Kata Pengantar ................................................................................................. ii
Daftar Isi........................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1
1.1 Latar Belakang .......................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ..................................................................................... 2
1.3 Tujuan ....................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN ................................................................................ 3
2.1 Sejarah Peradaban Islam Masa Turki Usmani ........................................ 3
2.2 Perkembangan Turki Usmani ................................................................. 6
2.3 Kemajuan Turki Usmani......................................................................... 12
2.4 Kemunduran Bangsa Turki Usmaniyah.................................................. 17
BAB III PENUTUP ........................................................................................
3.1 Kesimpulan ............................................................................................
3.2 Saran .......................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA .....................................................................................

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Setelah Khilafah Abbasiyah di Baghdad runtuh akibat serangan Tartar
Mongol. Kekuatan politik Islam mengalami kemunduran secara drastis.
Wilayah kekuasaannya tercabing-cabik dalam beberapa kerajaan kecil yang
satu sama lain bahkan saling memerangi. Beberapa peninggalan budaya dan
peradaban Islam banyak yang hancur akibat serangan bangsa Mongol itu. Hal
ini disebabkan Baghdad adalah sebagai pusat kebudayaan dan peradaban
Islam yang sangat kaya dengan khazanah ilmu pengetahuan ikut lenyap
dibumi hanguskan oleh pasukan Hulagu Khan. Timur Leng menghancurkan
pusat-usat kekuasaan Islam yang lain. Dunia Islam dibawah kekuasaan
mereka mengalami kehancuran, yang pada gilirannya membuat umat Islam
mengalami kemunduran dan umat Islam mengalami penderitaan yang tiada
taranya pda saat itu.
Keadaan politik umat Islam secara keseluruhan baru mengalami
kemajuan kembali setelah muncul dan berkembangnya tiga kerajaan besar.
Usmani di Turki, Mughal di India dan Syafawi di Persia. Kerajaan Usmani di
samping yang pertama berdiri, juga yang terbesar dan paling lama bertahan
dibanding dua kerajaan lainnya.
Persinggungan Islam dengan Turki melalui sejarah yang panjang,
terhitung sejak abad pertama Hijriyah hingga suku-suku Turki menjadi
penganut dan pembela Islam. Pengaruh Turki dlaam dunia Islam semakin
terasa pada masa pemerintahan al-Mu’tasim, kholifah terakhir dinasti
abbasiah. Sejak masa itu bangsa Turki dari berbagai suku senantiasa terlibat
dalam jatuh bangunya berbagai dinasti di daerah mana mereka bertempat
tinggal dan mengabdi.

1
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana peradaban Turki Usmani di mulai?
2. Bagaimana perkembangan Turki Usmani?
3. Apa saja kemajuan yang telah dicapai oleh Turki Usmani?
4. Mengapa Turki Usmani mengalami kemunduran?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui proses terbentuknya Turki Usmani.
2. Untuk mengetahui perkembangan pemerintah Turki Usmani
3. Untuk mengetahui kemajuan-kemajuan yang telah dicapai oleh Turki
Usmani.
4. Untuk mengetahui faktor-faktor yang menjadikan Turki Usmani
mengalami kemunduran.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Sejarah Peradaban Islam Masa Turki Usmani


Bangsa turki tercatat dalam sejarah atas keberhasilannya mendirikan
dua Dinasti, yaitu Dinasti Turki Saljuk dan Turki Usmani. Kehancuran
Dinasti Turki Saljuk Oleh serangan bangsa mongol merupakan awal dari
terbentuknya dinasti Turki Usmani.
Anatolia sebelum masa orang-orang ustmaniyah. Negeri Anatolia (asia
kecil) dahulu sebelum islam merupakan kerajaan yang berada dibawah
kekuasaan Byzantium (romawi timur). Penaklukan-penaklukan oleh pasukan
islam sampai di sebagian wilayah timur negeri ini, dari ujung Armenia hingga
ke puncak gunung thurus sejak tahun 50 H, pada masa kekhalifahan
muawiyah, kaum muslim belum mampu menaklukan berulang kali usaha
penyerangan.
Setelah perang maladzikr pada tahun 463 H yang di menangkan oleh
orang-orang saljuk dengan kemenangan yang gemilang atas romawi,
pengaruh kemenangan ini terus meluas ke negeri Anatolia. Mereka saat itu
telah memiliki pemerintahan yang terkemuka yaitu saljuk.
Anatolia kemudian jatuh ke tangan Mongolia, setelah merebutnya dari
saljuk romawi. Maka terjadilah peperangan antara Mongolia dengan kaum
muslimin dan ini terjadi pada tahun 641 H. setelah kekalahan Mongolia pada
saat peperangan. Tahun 658 H berangkatlah Zharir Bibris ke saljuk romawi
dan Mongolia, menyusul kekalahan besar ini sebagai pelajaran besar.
Bersamaan dengan lemahnya Mongolia, pemerintah ustmaniyah lalu
menguasainya pada masa yang berbeda.1
Pendiri kerajaan ini adalah bangsa turki dari kabilah Oghus yang
mendiami daerah Mongol dan daerah utara negeri Cina. Dalam jangka waktu
kira-kira tiga abad, mereka pindah ke Turkistan kemudian Persia, dan Irak.
Mereka masuk Islam sekitar abad kesembilan dan kesepuluh, ketika mereka
menetap di Asia Tengah.

1
Ahmad Al usairy, terjemah “tarikh al islamiy” sejarahislam ,akbar, Jakarta:2008

3
Di bawah tekanan serangan Mongol pada abad ke 13,mereka melarikan
diri kedaerah barat danmencari tempat pengungsian di tengah-tengah saudara
mereka, orang-orang turki Saljuk, di daratan tinggi Asia Kecil.
Tahun 1300 M bangsa Mongol menyerang kerajaan Saljuk dan Sultan
Alaudin terbunuh. Kerajaan Saljuk Rum ini kemudian terpecah-pecah dalam
beberapa kerajaan kecil. Ustmani kemudian menyatakan kemerdekaan dan
berkuasa penuh atas daerah yang didudukinya, Sejak itulah Pemerintahan
Usmani dinyatakan berdiri.
Penguasa pertama adalah Usman yang disebut juga dengan UsmanI.
Setelah Usman Imengumumkan dirinya sebagai Padisyah Al-Usman (Raja
besar keluarga Usman) tahun 699 H(1300)setapak demi setapakwilayah
kerajaandapat diperluasnya.Ia menyerang daerah perbatasan Bizantium
danmenaklukkan kota Broessa tahun 1317 M,kemudian tahun 1326 dijadikan
sebagai ibu kota kerajaanTurki Usmani.[5]
Ketika Murad I berkuasa (1359-1339 M) selain memantapkan
keamanan dalam negeri, ia melakukan perluasan daerah ke benua Eropa. Ia
dapat menaklukkan Adrianopel, Macedonia, Sopia,Salonia, dan seluruh
wilayah utara yunani. Merasa cemas dengan dengankemajuan ekspansi
kerajaan ini ke Eropa Paus mengobarkan semangat perang. Sejumlah besar
pasukan sekutu Eropa disiapkan untuk memukul mundur Turki Usmani.
Turki Usmani mencapai kegemilangannya pada saat kerajaan inidapat
menaklukkan pusat peradaban danpusat agama Nasrani di Bizantium, yaitu
Konstantinopel. SultanMuhammad II yang dikenal dengan nama
SultanMuhammad Al-Fatih (1451-1484 M) dapat mengalahkan Bizantium
dan menaklukkan konstantinopel pada tahun 1453 M.
Ibu kota Bizantium akhirnya dapat ditaklukkan oleh pasukan Islam di
bawah Turki Usmani pada masa pemerintahan Sultan Muhammad II bergelar
Al-Fatih, sang penakluk. Telah berulang kali pasukan muslim sejak masa
Umayyah berusaha menaklukkan Konstantinopel, tetapi selalu gagal karena
kokohnya benteng di kota tua itu.
Akan tetapi ketika Sultan Salim I (1512-1520 M) naik tahta ia, ia
mengalihkan perhatian kearah timur dengan menaklukkan persia, Syiria dan

4
Dinasti Mamalik di Mesir. Usaha Sultan Salim ini kembangkanoleh Sultan
Sulaimans Al-Qanuni (1520-1566 M).Sulaiman berhasil menundukkan Irak,
Belgrado, Pulau Rhodes, Tunis, Budhapest dan Yaman. Dengan demikian,
luas wilayah Turki Usmani pada masa Sultan Sulaiman Al-Qanuni mencakup
Asia Kecil, Armenia, Irak, Syiria, Hijaz dan Yaman di Asia,Mesir, Libia,
Tunis dan Al-Jazair di Afrika, Bulgaria, Yunani, Yugoslavia, Albania,
Hongaria, dan Rumania di Eropa.2
Abad ke 10 M atau 11 M merupakan periode yang banyak mengalami
kerusakan. Gejala yang nyata adalah disintegrasi Khilafah ‘Abbasiyyah,
pembentukan khilafah tandingan di mesir dan Andalusia. Gejala lain adalah
masuknya dinasti-dinasti baru yang kuat dari unsur-unsur etnik lain, yang
sebagianbermotif semangat keagamaan. Yakni, dinasti Kristen di Spanyol
yang melakukan ekspansi atas Negara-negara islam, yang didalamnya
Khilafah Umayyah berat makin melemah; Dinasti Al-Murabithun dan Al-
Muwahhidun di Maghrib dan Andalusia, yang muncul dari gerakan
keagamaan mulai bangkit, dengan mengerahkan kaum Berber di pegunungan
dan tepi gurun Maroko; dan dinasti-dinasti Turki dan Mongol di sebelah
timur. Perubahanini merupakan simtom dari gejolak lebih dalam yang
mengganggu keseimbangan antara pemerintah, penduduk, dan produksi yang
dipengaruhi oleh beberapa hal. Yakni, penyusutan daerah berpenduduk di
Irak dan Tunisia, karena kehancurannya system irigasi kuno atau karena
perluasan wilayah mobilitas masyarakat penggembala. Barangkali
kemerosotan dalam populasi di beberapa tempat, ditambah menurunnya
permintaan produk dari kota-kota muslim, jalin-menjalin dengan kebangkitan
kembali kehidupan kota produksi italia.
Pada abad ke-13 M terjadi suatu pemulihan. Sementara kekuasaan dan
kekayaan Irak mulai menyusut, akibat invasi Mongol dan berakhirnya masa
Khilafah ‘Abbasiyyah, beberapa dinasti dapat membangun tatanan yang
stabil, tanpa terancam kekuatan lain dari luar Dunia islam. Khususnya Dinasti
Hafshiyyah di Tusinia, Yaitu Negara penerus Imperium Al-Muwahhidun, dan

2
https://whiteimperiall.wordpress.com/2011/07/23/sejarah-turki-usmani/ diakses pada14-
1o-2017 15:14

5
Dinasti Mamluk di Mesir dan Suriah, yang meriupakan elite militer yang
telah tumbuh dan berkembang dari kelompokyang sebelumnya membantu
Dinasti Ayyubiyah.
Menjelang abad ke-14 M, tatanan ini mulai di guncang oleh sejumlah
kekuatan. Yang paling utama adalah mewabahnya penyakit pes yang di dalam
sejarah di kenal dengan “kematian hitam” yang menyerang mayoritas Negara-
negara bagian barat pada abad ke-14 M, dan terus berlanjut pada abad
berikutnya. Merosotnya jumlah penduduk pedesaan dan hewan ternak,
produksi pertanian, menyebabkan menyusutnya perolehan pajak pemerintah.

Dalam keadaan yang berubah ini, tatanan politik di mamluk dan


maghrib mulai mendapat tantangan dari dinasti baru yang memiliki sumber
daya, baik manusia maupun kekayaan alam, untuk menciptakan militer yang
tangguh, mengendalikan daerah-daerah produktif sekaligus mengambil
surplusnya, serta menumbuh kembangkan manufaktur dan perdagangan kota-
kota. Di mediterenia berat tantangan terhadap tatanan keagamaan dan politik
berasal dari kerajaan Kristen Spanyol, yang di persatukan tidak lama sebelum
keruntuhan dinasti Muslim yang terakhir, pada 1492 M . 3
Dinasti Usmani di Turki merupakan Kerajaan Islam yang berkuasa
cukup lama hampir 7 abad lamanya (1290-1924 M) dan merupakan kerajaan
besar. Kerajaan Usmani didirikanoleh Usman I putra Ertoghul bangsa Turki
dari Kabilah Oghus yang mula-mulanya mendiami daerah Mongol dan
Daerah Utara Cina.

2.2 Perkembangan Turki Usmani


Usman memproklamasikan kemerdekaan wilayahnya menjadi suatu
kesultanan pada tahun 1299 M. sepanjang sejarah Turki Usmani telah ada 37
pergantian kekuasaan. Para sultan diangkat atas dasar keturunan seperti
halnya khalifah sebelumnya.

6
Masa pemerintahan Turki Usmani sangatlah lama yaitu dari tahun
1299-1924 M. masa Turki Usmani yang sepanjang itu dibagi menjadi 5
periode yaitu sebagai berikut :
1. Periode I (1299-1402 M). Yaitu dari masa Usmani I sampai masa
Bayasid I. periode ini mencakup awal berdirinya kerajaan usmani,
penaklukan-penaklukan pertama dan kekalahannya melawan Timur Lenk
yang banyak menaklukan wilayah-wilayah islam.
2. Periode II (1403-1566 M). Yaitu dari masa Muhammad I sampai pada
masa Sulaiman I (al-Qanuni). Periode ini mencakup pembangunan
kembali dan perkembangannya secara cepat sampai pada puncak
kejayaannya. Pada periode inilah Turki Usmani mencapai masa
keemasannya.
3. Periode III (1566-1703 M).Yaitu dari masa sultan Salim II sampai pada
masa sultan Musthafa II. Periode ini ditandai denganadanya penaklukan-
penaklukan dan jatuhnya Hongaria kepada musuh.
4. Periode IV (1703-1839 M). Yaitu dimulai dari masa sultan Ahmad III
sampai pada masa Sultan Mahmud II. Periode ini dikenal dengan masa
kemunduran dan kelemahan yang ditandai dengan terjadinya perjanjian-
perjanjian dengan raja-raja diluar islam yang tidak menguntungkan pihak
Turki Usmani.
5. Periode V (1839-1922).Yaitu dimulai dai masa sultan Abd. Al majid I
sampai pada masa Muhammad VI. Periode ini ditandai dengan
kebangkitan dari segi kebudayaan dan administrasi dengan adanya
pengaruh dari Barat.4

Pada periode-periode tersebut menjadikan tolok ukur mundurnya


kesultanan Usmani. Pada periode I setelah Usman memproklamirkan
kemerdekaan wilayahnya, Usman mulai babak baru ekspansinya ke wilayah-
wilayah yang dikuasai oleh Bizantium di Asia kecil. Pada tahun 1326 M
wilayah kekuasaannya telah sampai ke Saqaria dibagian Timur dan bagian
Selatan.

4
Imam Fuadi.2012.Sejarah PeradabanIslam.Yogyakarta:Teras. Hlm.171-172

7
Pengganti dari Usman setelah wafat adalah putranya sendiri yang
bernama Arkhan. Arkhan mengawali pemerintahannya dengan merebut kota
Borusah, sehingga jatuh ke tangan Usmani, lalu kota Tersebut selanjutnya
dijadikan ibukota kerajaan Usmani. Pada tahun berikutnya, tentara Usmani
secara berturut-turut dapat menaklukan Izmir (1327 M), Thawasyanli dan
Nikia (1330 M), Micomidia (1337 M), dan beberapa daerah pinggiran
Konstantinopel pada tahun 1340 M, Ankara (1354 M), dan Galipoli (1357
M).
Sejak zaman Usman I dan kemudian dilanjukan oleh putranya yaitu
Arkhan, telah dilakukan hubungan saling mempercayai dengan pemuka
Nasrani dan para pemimpin negeri tetangga. Setelah arkhan wafat tahun 1339
M, Murad naik tahta.
Pada tahun 1361 M kota Andrinopel jatuh ke tangan Usmani yang
kemudian pada tahun 1366 M dijadikan sebagaiibukota Usmani sampai
jatuhnya kota Konstantinopel. Kemudian Murad I melanjutkan
penyerbuannya ke Mecedonia, Sofia, Selonika, dan semua daerah Yunani
Utara (berakhir tahun 1387). Tahun 1389 M terjadi peperangan besar antara
pasukan Usmani dan pasukan persatuan Eropamyang terdiri dari pasukan
bangsa Albania, Serbia, dan Bulgaria. Usmani memperoleh kemenangan,
Namun Murad terbunuh lalu digantikan oleh Bayazid.
Selanjutnya penyerangan terus dilancarkan dan diarahkan ke kota
Konstantinopel. Pada saat itu, munculnya kekuatan baru yaitu Timur Lenk
(lahir pada tahun 1336 M) yang sangat berambisi untuk menaklukan Usmani.
Saat menghadapi Timur Lenk, Bayazid dan putranya (Musa) kalah. Mereka
menjadi tawanan oleh Timur Lenk. Dan Bayazid meninggal di dalam tahanan
(pada tahun 1403 M).
Penguasa Turki Usmani yang bernama Sulaiman yang menjadi
penguasa bawahan kesultanan Timur Lenk. Situasi ini berlangsung sampai
tahun 1405 M. karena Timur Lenk meninggal dan Mongol dibagikan pada
putranya, hingga kekuasaannya melemah, situasi itulah yang dimanfaatkan
oleh Turki Usmani untuk melepaskan diri dari kekuasaan Mongol. Akan
tetapi di internal Turki Usmani juga terjadi perpecahan, para putra Bayazid

8
terseret perang saudara. Dalam kondisi itu, dimanfaatkan oleh Bulgaria untuk
memerdekakan diri.
Di zaman sultan Muhammad I (wafat 1421 M) yang berarti awal dari
periode II, setelah dapat memulihkan kekuasaannya, ia melakukan perbaikan
dalam negeri. Ia menata kembali permerintahannya yang sempat hilang dan
dikuasai oleh bangsa Mongol dibawah pimpinan Timur Lenk.
Sepeninggalan sultan Muhammad (1421 M), Murad II yang
menggantikan sebagai sultan bar. Ia dikenal sebagai peletak dasar keamanan
dalam kerajaan Usamani. Pada masa Solonika, Bosnia, dan Serbiadapat
ditaklukan dan dapat mengalahkan tentara sekutu Eropa (1444 M ). Sultan
Murad II wafat pada tahun 1451 M., dan Muhammad II naik tahta. Usaha
pertamanya memadamkan pemberontakan diAsia Kecil. Dalam suasana yang
demikian Konstantin IX mengancam akan menghasut Urkhan cucu Sulaiman
untuk merebut kekhalifahan bila Muhammad II tidak mau membayar pajak
Bizantium. Pada akhirnya, Muhammad II menyerbuBizantium dan
mengepung Konstantinopel dari segala penjuru pada tahun 1453 M.
Bizantium pun dapat ditaklukan dan dikuasai oleh pasukan Turki usmani.
Raja Konstanti IX terbunuh dan gereja Aya Shopia yang merupakan gereja
besar yang ada di Konstantinopel dikuasai oleh umat islam dan diubah
menjadi masjid Aya Shopia. Hingga saat ini bangunan gereja yang diubah
menjadi masjid masih utuh,tetapi sekarang dijadikan sebagai museum.
Kesuksesan sultan Muhammad II dalam menaklukakn Bizantium yang
beribukotakan Konstantinopel itu kemudian mendapatkan gelar al-Fatih, yang
berarti sang penakluk. Jatuhnya Konstantinopeloleh Turki Usmani
menjadikan peluang terbuka lebar untuk menaklukkan bangsa-bangsa di
Eropa. Akan tetapi sultan Salim I (1512-1520 M) dan sultan Sulaiman al-
Qanuny (1520-1566 M), mengalihkan perhatian ke Timur dengan
menaklukan Persia, Syiria, Hejaz, Yaman di Asia, Mesir, Lybia, tunis,
Aljazair di Afrika, Bulgaria, Yunani, Yugoslavia, Albania, Hongaria,
Belgrado, Pulao Rodes, dan Bupades di Eropa.
Pada tahun 1566 M sultan Sulaiman wafat. Setelah wafatnya sultan
Sulaiman inilah kerajaan Turki Usmani mengalami perpecahan sebagai akibat

9
perebutan kekuasaan antar putra Sulaiman. Kondisi itu menyebabkan
kerajaan Turki Usmani mengalami kemunduran,walaupun berikutnya masih
melakukan penaklukan-penaklukan kecil, seperti penaklukan Qabrus (1570-
1571 M), pada masa Salim II merebut kembali kota Tunis dan Don Joan.
Akan tetapi masa-masa ini Turki Usmani sudah beberapa kali mengalami
peperangan dengan pihak luar.
Pada masa Ahmad III (1703 M) sampai pada masa Mahmud II (1839
M) merupakan periode IV. Periode in, daerah-daerah jajahan kerajaan
Usmani mulai memerdekakan diri, dn kesultanan Usmani semakin lemah.
Sementara di Eropa perkembangan teknologi persenjataan semakin tidak
terimbangi oleh Istambul. Sebenarnya Salim III dan Mahmud II telah
melakukan berbagai usaha untuk memulihkan pemerintahan. Akan tetapi hal
itu tidak membawa hasil. Sementara itu juga pada saat bersamaan terjadi
perang dunia I (1914 M) ikut memperlemah pemerintahan Turki Usmani
menuju kehancuran.
Meskipun ada inisiatif untuk memulihkan kekuasaan pada periode V,
serta mempelajari kekalahan-kekalahan yang diderita dari Eropa, dan
berusaha menggembleng pasukan baru dan dibarengi oleh munculnya para
modernis, kesultanan Turki tidak dapat bangkit lagi. Turki Usmani yang
usianya melebihi 5 abad (500 tahun) itu tidak kuat lagi menghadapi serbuan
dari Eropa yang sedang kuat-kuatnya. Ketika Eropa mengalami kebangkitan
kemajuan justru Turki Usmani menjadi “Orang Sakit dari Eropa” (the sick
man of Europe), karena lemahnya kekuatan dan kekuasaannya.
Selanjutnya akhir dari periode ke-5 inilah Turki Usmani mengalami
masa kejatuhannya, yang berjalan kurang dari 1 abad (hanya 87 tahun). Turki
Usmani menghadapi sekutu dari Barat dalam perang dan kemudian terlibat
dalam perang dunia I. Peristiwa tidak menyenangkan terjadi bagi Turki
Usmani dan umat islam karena pada tahun 1922 M kesultanan Turki usmani
tersingkir dari panggung politik internasional. Akhirnya pada tahun 1924 M
Turki berubah menjadi Negara republik dengan presiden pertamanya
Musthafa Kemal(Attaturk).

10
Berikut ini merupakan nama-nama dari Turki Usmani yang pernah
memerintah dari Awal sampai akhir kejatuhannya :
1. Usman I ibn Arthogrol (1299-1326 M)
2. Arkhan ibn Usman I (1326-1359 M)
3. Murad I ibn Arkhan (1359-1389 M)
4. Bayazid I ibn Murad I (1389-1402 M)
5. Muhammad I ibn Bayazid I (1403-1421 M)
6. Murad II ibn Muhammad I (1421-1451 M)
7. Muhammad II ibn Murad II (1451-!481 M)
8. Bayazid II ibn Muhammad II (1481-1512 M)
9. Salim I ibn Bayazid II (1512-1520 M)
10. Sulaiman I ibn Salim I (1520-1566 M)
11. Salim II ibn Sulaiman I (1566-1574 M)
12. Murad III ibn Salim II (1574-1595 M)
13. Muhammad III ibn Murad III (1595-1603 M)
14. Ahmad I ibn Muhammad III (1603-1617 M)
15. Musthafa I ibn Muhammad III (1617-1617 M)
16. Usman II ibn Ahmad I (1618-1622 M)
17. Musthafa I kali kedua (1622-1623 M)
18. Murad IV ibn Ahmad I (1623-1640 M)
19. Ibrahim ibn Ahmad I (1640-1648 M)
20. Muhammad IV ibn Ibrahim (1648-1687 M)
21. Sulaiman II ibn ibrahim (1687-1691 M)
22. Ahmad II ibn Ibrahim (1691-1695 M)
23. Musthafa II ibn Muhammad IV (1695-1703 M)
24. Ahmad III ibn Muhammad IV (1703-1730 M)
25. Ahmad IV ibn Musthafa I (1730-1754 M)
26. Usman III ibn Musthafa II (1754-1757 M)
27. Musthafa III ibn Ahmad III (1757-1774 M)
28. Abd. al-Hamid I ibn Ahmad III (1774-1789 M)
29. Salim III ibn Musthafa III (1789-1807 M)
30. Musthafa IV ibn Abd. Al-Hamid I (1807-1808 M)

11
31. Mahmud II ibn Abd. Al-Hamid (1808-1839 M)
32. Abd. al-Majid IBnMahmud II (1839-1861 M)
33. Abd. Al-‘Aziz ibn Mahmud II (1861-1876 M)
34. Murad V ibn Abd. Al-Majid (1876 M)
35. Abd. Al-Hamid II ibn Abd. al-Majid (1867-1909 M)
36. Muhammad V ibn Abd. Majid (1909-1918 M)
37. Muhammad VI ibn Abd. al-Majid (1918-1922 M)5

2.3 Kemajuan Turki Usmani


Pada saat kejayaan daulah Turki Usmani, terdapat kemajuan yang
dicapai. Kemajuan-kemajuan tersebut secara umum akan dijelaskan pada
bagian berikut:
1. Bidang Pollitik dan Pemerintahan
Usaha-usaha yang dilakukan Turki Usmani untuk memajukan bidang
politik dan pemerintahan ini antara lain yaitu:
a. Perluasan wilayah kekuasaan
Ekspansi di zaman Turki Usmani sebenarnya sudah diawali oleh
Sultan Usman I yang mendapat gelar Padisyah Aal Usman yang berati
raja besar keluarga Usman sebagai pendiri sekaligus sultan pertama
Turki Usmani. Usaha ekspansi ini, setelah sultan Usman I wafat
dilanjutkan oleh sultan- sultan lainnya, antara lain Ourkhan I telah
menaklukkan kota Izmid (Nicomidia) pada tahun 723 H, Nikia, kota
kedua terbesar setelah Konstantinopel tahun 731 H/1330 M, Kalipoti,
(pantai Eropa)756 H/1356 M, yang kemudian dijadikan sebagai benteng
strategis bagi Turki Usmani. Murad I menaklukkan kota Ankara dan
kota Andrianopel (Anderne) pada tahun 763 H/1361 M, serta kota
Philopolis. Usaha untuk memperluas kekuasaan ini, terus dilanjutkan
dan mencapai puncak kebesarannya pada masa pemerintahan
Muhammad II (al-fatih) yang sukses menaklukkan kota Konstantinopel
pada tahun 1453 M yang merupakan ibu kota Byzantium atau Romawi
Timur.

5
Ibid 178-179

12
Dengan perluasan wilayah itu terdapat pertemuan atau sentuhan
dengan kebudayaan setempat. Sentuhan-sentuhan ini ikut memperkaya
dan pempercepat perkembangan kebudayaan dan peradaban pada masa
Turki Usmani. Di lain pihak luasnya kekuasaan Turki Usmani perlu
mendapat perhatian yang khusus, untuk menjaga stabilitas negara.
Untuk itu, dilakukanlah upaya administratif dengan jalan membagi
wilayah-wilayah tersebut menjadi provinsi-provinsi. Masing-masing
provinsi dikepalai oleh seorang wali yang disebut dengan pasha, yang
bertugas membantu sultan untuk menjaga keamanan dan memungut
pajak. Untuk membantu wali (pasha) dalam menjalankan tugasnya, ia
dibantu oleh seorang hakim militer dan pelindung militer.
Pada saat Turki Usmani berkuasa, pemerintahannya beberapa kali
melakukan pemindahan ibu kota, Usman I menjadikan Qurah Hishar
sebagai pusat pemerintahannya dengan nama Syukud. Kemudian pada
masa pemerintahan Murad I dipindahkan dari Syukud ke Andrianopel,
dan kemudian pada masa pemerintahan Muhammad al-Fatih, ia
tetapkan Konstantinopel sebagai ibu kota pemerintahnya yang
kemudian tekenal dengan anma Istanbul. Tentu ini dilakukan oleh para
penguasa Turki Usmani untuk berbagai kepentingan yang lebih
strategis bagi kemajuan dan pengambangan pemerintahan Turki
Usmani.
b. Sistem Pemerintahan
Pemerintahan Turki Usmani mengikuti model sistem pergantian
para sultan secara monarchi, yaitu pergantian kepamimpinan yang
didasarkan atas garis keturunan.
Dengan model kepemimpinan monarchi ini kadang berakibat
konflik internal mengenai siapa yang berhak menduduki jabatan sultan.
Kadang juga muncul pembunuhan sesama keluarga kerajaaan
disebabakan kekhawatiran akan terjadi pencaplokan kekuasaan.
Misalnya yang telah dilakukan sultan Muhammad III (1595-1603), ia
telah membunuh seluruh saudara laki-lakinya yang berjumlah 9 orang
dan menenggelamkan janda-janda yang berparas cantik sejumlah 10

13
orang. Kedaan semacam ini, parahnya hal ini konon telah dilegitimasi
oleh Undang-undang kerajaan yang mambenarkan sultan membunuh
anggota keluarganya dengan alasan untuk menjaga stabilitas negara.
Keadaan ini umum berlangsung sampai pada masa pemerintahan sultan
Muhammad IV (1684-1687).
Sejak itu pembunuhan dalam anggota istana berakhir, dan
pemerintahan sudah mulai menganut sistem konstitusional, sultan
sebagai kepala pemerintahan menjalankan roda pemerintahan
berdasarkan undang-undang, yang pada awalnya telah dirintis oleh
Sulaiman al-Qanuni (1520-1566). Bahkan pada masa pemerintahan
Mahmud II (1808-1839) telah disusun suatu undang-undang yang
terkenal dengan sebutan al-Tanzimat. Dengan adanya peraturan
tersebut, sultan tidak lagi bertindak sewenag-wenang, sebab telah
terikat dengan hukum yang dikepalai oleh seorang Mufti yang
berwenang melegitimasi keputusan hukum kerajaan, terutama dalam
persoalan keagamaan. Sehingga tidak ada lagi sultan yang bertindak
semaunya, dan pembatasan otoritas sultan menjadi tampak.
Dimasa pemerintahan Turki Usmani, seorang sultan dibantu oleh
dewan kerajaan yang secara hierarki terdiri dari perdana menteri yang
disebut shadr al-‘Adham, gubernur yang disebut pasha sebagai kepala
daerah tinggkat I, bupati yang disebut al-Sanaziq atau al-Alawiyyah
didaerah tingkat II, sekretaris dan bendaharawan negara, dewan militer
dan dewan ulama atau mufti, serta kepala makamah (hakim). Semua ini
untuk membantu sultan dalam melaksanakan pemerintahan dan
pengawasan negara yang sangat luas, sehingga mengharuskan adanya
pembagian-pembagian kepada beberapa provinsi untuk membantu
memudahkan administrasi pemerintahan.
Meskipun pemerintahan ini adalah pemerintahan orang Turki
tetapi para pejabat banyak yang bukan dipegang oleh bangsa Turki
sendiri, tetapi diserahkan oleh orang-orang non Turki. Bangsa Turki
telah memberikan kesempatan orang-orang Eropa menduduki jabatan
negara dengan catatan mereka cukup secara formalitas, memeluk agama

14
Islam, memelihara adat istiadat masyarakat di mana mereka ditugaskan,
berkebudayaan dengan kebudayaan nasional Turki, memelihara mazhab
ahli sunnah, menguasai taktik perang, terlatih dibidang militer, dan
menguasai bahasa Turki. Dengan persyaratan seperti itu menjadikan
siapa saja bisa berkesempatan memiliki jabatan tinggi.
Demikian juga dalam penataan kerja, secara sistematis telah
dilakukan oleh pemerintahan Turki Usmani. Misalnya dalam kaitannya
dengan lembaga keuangan, lembaga ini dibagi kepada beberapa bagian
yaitu: bagian yang menguasai pajak pribadi (jizyah) yang berasal dari
non Islam, bagian yang mengurus hasil komoditi negara bagian, bagian
yang mengurus eksploitasi pertambangan emas dan perak, pajak
pertanian dan perkebunan, dan sebagainya.

2. Bidang Ketentaraan
Selain sebuah prestasi, luasnya wilayah juga merupakan tantangan
yang berat bagi pemerintahan, terutama keamananya. Karena itulah
dibangun sebuah kekuatan militer yang hebat. Bukan hanya di kekuatan
pasukan tetapi juga mengembangkan teknologi kemiliteran. Dimasa
pemerintahan Sultan Muhammad al-fatih, ia memperkerjakan seorang
insiyur bangsa Hongaria untuk menciptakan jenis meriam yang dapat
menembakkan peluru seberat 300 kilogram pada kejauhan satu mil.
Demikian juga di bagian angkatan laut, Turki Usmani melengkapi
armada lautnya yang tak kalah tangguh. Dengan armada laut ini Turki
Usmani menaklukkan Konstantinopel pada masa pemerintahan
Muhammad al-fatih. Keberadaan bangsa Turki Usmani yang tangguh itu
hampir bisa dikatakan bahwa pemerintahan Turki Usmani yang tangguh
itu hampir bisa dikatakan pemerintahan Turki Usmani identik dengan
kekuatan militer. Pasukan Turki Usmani cukup beragam terdiri dari tentera
Jenissari, pasuka kaum foedal, dan pasukan korp kaveleri (amgkatan laut)
yang gagah berani, terampil, serta pengorganisasian militer yang mapan
dan perlengkapan militer yang modern, mengantarkan pemerintahan Turki
Usmani sebagai negara adi kuasa baru. Turki Usmani akhirnya menjadi

15
harapan bagi umat Islam di wilayah lain untuk kembali merengkuh
kejayaan masa lalu yang pernah didapatkannya.

3. Bidang Ekonomi
Sejak dikuasainya Laut Hitam, Aegean, dan Mediterania sebagai
jalur perdagangan laut yang sangat strategis, terutama untuk jalur distribusi
hasil produksi yang mereka kembangkan ke dunia luar. Terdapat kota
industri yang muncul seperti Mesir yang memproduksi kain sutra dan
katun, Anatoli yang memproduksi bahan-bahan tekstil. Selain itu mereka
juga merupakan negara pertanian yang subur dengan hasil buminya,
seperti Syiria yang menghasilkan beras, sayuran, tepung terigu, dan gula.
Hasil produksi mereka dipasarkan melalui Laut Hitam. Mekah juga
merupakan sarana peningkatan ekonomi yang penting, tatkala pelaksanaan
ibadah haji.

4. Bidang Kebudayaan
Masyaratakat Turki memiliki kebudayaan majemuk, ada perpaduan
bermacam-macam kebudayaan asing seperti Persia, Byzantium, dan Arab.
Misalnya tentang etika dan tata krama mereka adopsi dari kebudayaan
Persia, organisasi kemiliteran diserap dari kebudayaan Byzantium, dan
prinsip-prinsip ekonomi, sosial kemasyarakatan, dan ilmu pengetahuan
dari bangsa Arab. Karena itu kemajuan peradaban dan kebudayaan Turki
Usmani merupakan benntuk asimilasi dari beberapa tradisi dan budaya
sejumlah bangsa diatas.
Dimasa pemerintahan Sulaiman yang Agung, ia memajukan bidang
kesusastraan, dan juga membangun masjid Sulaiman yang dibangun tahun
1550-1156 M, membangun mauseleum Imam Abu Hanifah di Baghdad
dan makam Maulana Jalaludin Rumi di Konia dan mempercantik Ka’bah.
Tidak ketinggalan pula seni kaligrafi dari Arab. Pemerintahan Turki
Usmani juga memberikan perhatian bidang keagamaan. Ulama dizaman
Turki Usmani cukup dihormati dan kebijaksaan pemerintah sangat terkait
dengan fatwa ulama. Pada masa ini, tarekat mengalami kemajuan yang

16
sangat pesat. Tarekat yang paling berkembang adalah tarekat Bektasyi dan
Maulawi. Akan tetapi dalam bidang keilmuan agama yang lain seperti
tafsir, fiqh, hadits, dan ilmu kalam tidak mengalami perkembangan yang
berarti, bahkan disis lain , para penguasa hanya memiliki kecenderungan
menegakkan satu mazhab saja. Sehingga wawasan keagamaan pada masa
Turki Usmani dapat dikatakan kurang dapat mendapatkan momentumnya.6

2.4 Kemunduran Bangsa Turki Usmaniyah


Setelah Sultan Sulaiman Al-Qanuni wafat (1566), Dinasti Turki Usmani
mulai memasuki fase kemunduran. Akan tetapi, sebagai sebuah Dinasti yang
besar dan kuat, kemunduran itu tidak langsung terlihat. Sultan Sulaiman Al-
Qunubi diganti oleh Sultan Salim II (1566-1574). Pada masa pemerintahanya,
terjadi pertempuran antara armada laut Usmani dengan armada laut gabungan
(angkatan laut Spanyol, Bundukia, Sri Paus, serta sebagian kapal para
pendeta Malta yang di pimpin Don Juan dari Spanyol).
Petempuran ini terjadi di Selat Liponto (Yunani). Dalam pertempuran
ini, Turki Usmani mengalami kekalahan dan Tunisia dapat direbut oleh
musuh. Baru pada masa Sultan Murad III (1575 M) Tunisia dapat direbut
kembali. Pada masanya (1574-1594 M), Utsman pernah berhasil menyerbu
Tibris (ibu kota Kerajaan Safawi), menundukkan Georgia, dan mengalahkan
Bosnia (1593 M). namun, karena kehidupan moral Sultan yang tidak baik
menyebabkan timbulnya kekacauan di dalam negeri. Pemerintahan yang
lemah ini berlanjut hingga masa Sultan Muhammad III (1594-1603 M).
dalam situasi yang kurang baik itu, Austria berhasil memukul Turki Usmani.
Keadaan semakin buruk dengan naiknya Mustafa I (1617-1617 M). Gejolak
politik dalam negeri tidak dapat diatasi, sehingga muncul fatwa agar ia turun
dari takhta dan diganti dengan Utsman II (1617-1622 M).
Pada masa Sultan Ibrahim (1639-1648 M), terjadi perang di laut dengan
orang-orang Vinesia dan orang-orang Turki di Siprus dan Kreta diusir pada
tahun 1645 M. Selanjutnya, pada tahun 1699 M terjadi perjanjian Karlowith
yang memaksa Sultan untuk menyerahkan seluruh Hunggaria; sebagian besar

6
Ibid 180-191

17
Slovenia dan Kroasia kepada Habsburg; serta Hemenietz, Podolia, Ukrania,
Morea, dan sebagian Dalmatia kepada Vinesia.
Pada tahun 1770 M, tentara Rusia mengalahkan Utsmani dalam sebuah
perang yang terjadi di sepanjang pantai Asia Kecil. Akan tetapi tentara Rusia
ini dapat dikalahkan kembali oleh Sultan Mustafa III (1757-1773 M) yang
segera memperkuat kembali kekuatanya.
Pengganti Sultan Mustafa III adalah sultan Hamid (1773-1788 M),
seorang sultan yang lemah. Pada masanya terjadi perjanjian dengan Catherine
II dari Rusia yang diberi nama Perjanjian Kinarja di Kutcuk, Kinarja. Isi
perjanjian itu adalah sebagai berikut:
1. Utsman harus menyerahkan benteng-benteng yang berada di Laut Hitam
kepada Rusia dan member izin kepada armada Rusia untuk melintasi
selat yang menghubungkan Laut Hitam dengan Laut Putih.
2. Utsman mengakui kemerdekaan Kirman (Cimea).

Demikianlah proses kemunduran yang terjadi di Dinasti Utsmani. Satu


persatu negeri-negeri di Eropa yang pernah dikuasai memerdekakan diri dan
beberapa di wilayah Timur Tengah memberontak. Di Mesir, Dinasti Mamalik
melepaskan diri di bawah Ali Bey pada tahun 1770 M. Di Libanon dan
Syiria, Fakhrudin (pemimpin Druze), berhasil menguasai Palestina.pada
tahun 1610 M, ia merampas Ba’albak dan mengancam Dasmaskus. Di Persia,
kerajaan Safawi juga mengadakan perlawanan terhadap Utsmani. Di samping
itu di wilayah Hijaz, aliansi Muhammad bin Abdul Wahab dan Ibnu Sa’ud
memberontak pada Utsmani pada awal paruh kedua abad XVIII Masehi.
Gerakan-gerakan separatisme terus berlanjut hingga abad ke XIX dan
XX Masehi. Di tambah dengan munculnya gerakan modernisasipolitik di
pusat pemerintahan, Dinasti Utsmani akhirnya berakhir dengan berdirinya
Republik Turki pada tahun 1924 Masehi dan mengangkat Mustafa Kamal
Attaturk sebagai presiden pertama. Dalam percaturan politik dunia
selanjutnya, Turki tidak punya pengaruh dominan lagi sehingga disebut the
sick man of Europe (si sakit dari Eropa).

18
Sehubungan dengan itu, berikut ini adalah faktor-faktor yang
menyebabkan Turki Utsmani mengalami kemunduran.
1. Wilayah kekuasaan yang sangat luas.
Administrasi pemerintahan Turki Utsmani tidak beres, padahal
wilayah kekuasaan dinasti ini sangat luas. Di pihak lain, para penguasa
terus berambisi memperluas wilayah, sehingga sering terjadi peperangan.
2. Penduduk yang heterogen
Turki Utsmani menguasai wilayah yang sangat luas dan
penduduknya beragam, baik dari segi agama, ras, maupun adat-istiadat.
Untuk mengaturnya, diperlukan satu lembaga khusus.
3. Kelemahan para penguasa
Sepeninggalan Sultan Sulaiman Al-Quanuni, Utsman diperintah oleh
sultan-sultan yang lemah, baik dalam kepribadian maupun kepemimpinan.
Akibatnya, pemerintahan menjadi kacau. Kekacauan itu tidak pernah dapat
diatasi secara sempurna, bahkan semakin lama semakin parah.
4. Budaya korupsi
Korupsi merupakan perbuatan yang sudah umum terjadi di dalam
pemerintahan Utsmani. Setiap jabatan yang hendak diraih oleh seseorang
harus “dibayar” dengan sogokan kepada orang yang berhak memberikan
jabatan tersebut. Budayakan korupsi ini mengakibatkan dekadensi moral
kian merajalela yang membuat pemerintah semakin rapuh.
5. Pemberontakan tentara Jenisseri.
Kemajuan ekspansi Turki Utsman dipengaruhi oleh tentara Jenisseri.
Dengan demikian, dapat dibayangkan bagaimana kalau tentara ini
memberontak. Pemberontakan tentara Jenisseri terjadi sebanyak empat
kali, yaitu pada tahun 1525, 1632, 1727, dan 1826 Masehi.
6. Merosotnya perekonomian.
Akibat perang terus-menerus, perekonomian menjadi merosot.
Pendapatan berkurang, sementara belanja Negara untuk biaya perang
sangat besar.

19
7. Terjadinya stagnasi dalam bidang ilmu pengetahuan.
Turki Utsmani kurang berhasil dalam mengembangkan ilmu
pengetahuan, karena hanya mengutamakan pengembangan militer.
Kemajuan militer yang tidak diimbamgi oleh kemajuan ilmu pengetahuan,
sehingga tidak sanggup menghadapi persenjataan musuh yang lebih maju.
Karena faktor-faktor tersebut, Turki Utsmani menjadi lemah dan
mengalami kemunduran di berbagai bidang. Pada masa selanjutnya,
kelemahan-kelemahan ini menyebabkan bangsa- bangsa eropa tidak segan
menjajah wilayah-wilayah muslim yang dahulunya berada di bawah
kekuasaan Turki Utsmani.7

7
Samsul Munir Amin, Sejarah Dakwah, (Jakarta: Amzah, 2014), hlm 150-153

20
BAB III
PENUTUP

21

Anda mungkin juga menyukai