Keselamatan dan
Kesehatan Kerja
BAB I Pendahuluan
BAB II Peraturan Perundang-Undangan K3, Standard dan Pedoman Bidang Ruang Terbatas
Amri AK, Agustin Wahyu Ernawati
BAB III Dasar-Dasar K3 Ruang Terbatas
Muhammad Fertiaz
BAB IV Identifikasi Bahaya dan Penilaian Risiko
Muhammad Fertiaz
BAB V Prosedur Ijin Masuk Ruang Terbatas
I Made Sudiada, Muhammad Fertiaz
BAB VI Karakteristik Gas Atmosfir Berbahaya
Soemanto Imamkhasani
BAB VII Teknik Deteksi Gas Atmosfir Berbahaya
Yushadi Pane, Maman Setiaman, Muchamad Yusuf, Rini Kristianti
BAB VIII Teknik Isolasi Energi
I Made Sudiada
BAB IX Teknik Ventilasi, Cleaning dan Purging
I Made Sudiada
BAB X Teknik Penyelamatan dan P3K di Ruang Terbatas
Mu’min Maulana, Andryansyah
BAB XI Alat Pelindung Diri
Muchamad Yusuf
Oleh karenanya persiapan bagi semua orang yang terlibat dalam pekerjaan di ruang
terbatas mutlak diperlukan, termasuk pengetahuan akan risiko yang terkandung di
dalamnya serta teknik untuk bekerja aman di dalam ruang terbatas.
1. Materi Pokok modul ini adalah mengenai pembinaan Petugas Ruang Terbatas;
2. Sub Materi Pokok terdiri dari:
a. Peraturan Perundang-Undangan Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Ruang
Terbatas;
b. Dasar K3 Bekerja di Ruang Terbatas;
c. Karakteristik Gas Atmosfer berbahaya di ruang terbatas;
d. Identifikasi bahaya dan penilaian risiko di ruang terbatas;
e. Prosedur Ijin Masuk Ruang Terbatas;
f. Teknik Isolasi Energi;
g. Teknik Ventilasi;
h. Teknik Pengukuran Gas Atmosfer Berbahaya di Ruang Terbatas;
i. Teknik Penyelamatan dan P3K di Ruang Terbatas;
j. Pengenalan Alat Pelindung Diri di Ruang Terbatas.
1.4 Referensi
a. Undang Undang No. 3 tahun 1969 tentang Persetujuan Konvensi ILO No. 120
mengenai Hygiene dalam Perniagaan dan Kantor-Kantor;
b. Undang-Undang No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja;
c. Undang-Undang No. 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan
d. Peraturan Khusus L tanggal 6 Agustus 1936 tentang Keselamatan Kerja di Tangki
Apung
e. Keputusan Menteri Tenaga Kerja No. Kep.187/MEN/1999 tentang Pengendalian Bahan
Kimia Berbahaya Di Tempat Kerja;
Modul Petugas Ruang Terbatas 4
f. Surat Edaran Menteri Tenaga Kerja No. SE.01/Men/1997 tentang Nilai Ambang Batas
Faktor Kimia di udara Lingkungan Kerja;
g. Surat Edaran Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. SE.117/Men/PPK-
PKK/III/2005 tentang Pemeriksaan Menyeluruh Pelaksanaan Keselamatan dan
Kesehatan Kerja di Pusat Perbelanjaan, Gedung Bertingkat, dan Tempat-Tempat Publik
Lainnya;
h. Surat Keputusan Dirjen Binwasnaker No. Kep. 113/DJPPK/IX/2006 tentang Pedoman
dan Pembinaan Teknis Petugas K3 Ruang Terbatas.
i. Surat Edaran Dirjen Binwasnaker No. SE.01/DJPPK/I/2011 tentang Petunjuk Teknis
Pelaksanaan Pembinaan Terhadap Ahli, Teknisi dan Petugas Lingkungan Kerja dan
Bahan Berbahaya;
j. SNI -0229 – 1987 E tentang Keselamatan Kerja di dalam Ruang Tertutup
k. OSHA Confined Space Standard 29 CFR.1910.146
l. Australian Standard 2865 – 1995 Safe Working in a confined space
1.5 Pengertian
a. Ruang terbatas (confined spaces), adalah ruangan yang:
cukup luas dan memiliki konfigurasi sedemikian rupa sehingga pekerja dapat
masuk dan melakukan pekerjaan di dalamnya, dan
mempunyai akses keluar masuk yang terbatas. Seperti pada tank, kapal, silo,
tempat penyimpanan, lemari besi atau ruang lain yang mungkin mempunyai akses
yang terbatas, dan
tidak dirancang untuk tempat kerja secara berkelanjutan atau terus-menerus di
dalamnya.
b. Ruang terbatas wajib dengan ijin masuk adalah ruang terbatas yang mempunyai satu
atau lebih ciri-ciri berikut ini, antara lain:
mengandung gas atmosfer berbahaya;
mengandung bahan berupa cairan maupun padatan yang berpotensi
memerangkap pekerja di dalamnya;
mempunyai bentuk atau struktur ruangan sedemikian rupa yang menyebabkan
pekerja terperangkap;
mengandung bahaya lainnya yang mengakibatkan cidera serius dan kematian
c. Gas atmosfer berbahaya adalah gas yang terdapat dalam ruang terbatas yang dapat
menyebabkan kematian atau ketidakmampuan pekerja untuk menyelamatkan diri,
antara lain;
oksigen, apabila kurang dari 19,5% dan melebihi 23,5% volume udara;
Pada dasarnya setiap tenaga kerja maupun perusahaan tidak ada yang menghendaki
terjadinya kecelakaan. Hal tersebut merupakan naluri yang wajar dan bersifat universal bagi
setiap makhluk hidup di dunia. Namun karena adanya perbedaan status sosial antara tenaga
kerja kerja dengan pengusaha sebagai pemberi kerja dalam melakukan hubungan kerja,
terutama pada saat melakukan kontrak perikatan dan hal-hal lain selama berlangsungnya
hubungan kerja, maka diperlukan intervensi pemerintah untuk memberikan batas minimal yang
harus dipenuhi dalam persyaratan keselamatan dan kesehatan kerja. Batas minimal atau
persyaratan minimal tersebut dituangkan dalam Undang-Undang Keselamatan Kerja No. 1
Tahun 1970.
HUKUM
HUKUM
HUKUM KETENAGAKERJAAN
PERDATA PIDANA
Untuk tujuan tersebut diatas maka perlu diadakan segala daya upaya untuk membina
norma perlindungan kerja khususnya pada keselamatan dan kesehatan kerja secara nasional.
Asas nationalisme yang digunakan dalam Undang-Undang No. 1 Tahun 1970 memberlakukan
Undang-Undang Keselamatan Kerja kepada setiap waga negara yang berada di wilayah hukum
Indonesia. Asas teritorial memberlakukan Undang-Undang sebagaimana hukum pidana lainnya
kepada setiap orang yang berada di wilayah/teritorial Indonesia, termasuk warga negara asing
yang tinggal di Indonesia (kecuali yang mendapatkan kekebalan hukum).
Ruang lingkup pemberlakuan Undang-Undang Keselamatan Kerja dibatasi dengan
adanya tiga unsur yang harus dipenuhi secara kumulatif terhadap tempat kerja yaitu tempat
kerja dimana dilakukan pekerjaan bagi suatu usaha, adanya tenaga kerja yang bekerja disana
dan terdapat bahaya kerja di tempat tersebut.
o Pasal 2
Ketentuan dalam UU ini berlaku dalam tempat kerja, dimana :
o Pasal 3
Dengan peraturan perundangan ditetapkan syarat-syarata keselamatan dan kesehatan
kerja untuk :
e. Mencegah & mengendalikan timbulnya PAK baik physik maupun psikis, peracunan,
infeksi dan penularan
j. Memperoleh keserasian antara tenaga kerja, lingkungan, cara & proses kerjanya
o Pasal 9
(1) Pengurus wajib menunjukkan dan menjelaskan pada tiap tenaga kerja baru
tentang :
(2) Pengurus hanya dapat mempekerjakan tenaga kerja yang bersangkutan, setelah ia
yakin TK tersebut telah memahami syarat-syarat K3
(4) Pengurus diwajibkan memenuhi dan mentaati semua syarat-syarat yang berlaku.
II.2.1. Peraturan Khusus ”L” Tahun 1936 Mengenai Usaha-Usaha Keselamatan Kerja
Untuk Pekerjaan – Pekerjaan di Dalam Tangki – Tangki Apung
Tangki Apung adalah tangki yang tertutup dan diisi denganudara yang
dipergunakan untuk mengapungkan muatan di atas maupun di dalam air
atau untuk mengangkat.
o tali-tali yang kuat dan cukup panjang, untuk diikatkan pada bagian
pinggang pekerja, yang mana apabila dalam keadaan bahaya, pekerja-
pekerja tadi dapat diangkat keluar;
II.2.2. Undang-Undang No. 3 Tahun 1969 tentang Persetujuan Konvensi ILO No. 120
Mengenai Hygiene Dalam Perniagaan dan Kantor-kantor
Pekerja hrs dilindungi dari bahan, proses, teknik yang berbahaya, tidak sehat
atau beracun jika perlu dengan APD (pasal 17).
II.2.2. Peraturan Menteri Perburuhan No. 7 Tahun 1964 tentang Syarat Kesehatan,
Kebersihan Serta Penerangan Dalam Tempat Kerja
Pencegahan kebakaran
Housekeeping
Penerangan
Suhu
Kadar udara
Bangunan
Sampah
Kakus
Dapur
Air,
1. Botol baja
2. Bejana stasioner
3. Bejana transport
4. Pesawat pendingin
5. Tangki penimbun
6. Tangki apung
8. Bejana proses
c. Instalasi listrik
j. Konstruksi
m. Ergonomi
a. Persyaratan Umum
4. Ijin Kerja
5. Pelatihan
6. Tanggungjawab
a. Kontraktor
o Ruang Lingkup :
o Pekerjaan pendahuluan :
Pembersihan gas-gas
o Perlengkapan APD
o Penerangan:
o Larangan
Berbeda dengan masalah yang timbul untuk pekerjaan yang dilakukan di ruang terbuka
dengan akses dan desain ruang yang baik, maka masalah yang timbul untuk pekerjaan
yang dilakukan di ruang terbatas sangatlah serius. Oleh karenanya, untuk bekerja aman
harus didasarkan pada suatu prinsip penilaian untuk mengutamakan bekerja di ruang
terbuka dibandingkan dengan di ruang terbatas. Namun demikian, apabila pekerjaan di
ruang terbatas tidak dapat dihindarkan, maka perlu diprioritaskan untuk melakukan
pekerjaan tersebut dari luar ruang terbatas. Tetapi apabila ternyata kita harus masuk
untuk bekerja di dalam ruang terbatas, maka persyaratan tertentu harus dilaksanakan
secara ketat mulai dari tahapan persiapan, pelaksanaan sampai dengan penyelesaian
pekerjaan.
Jenis ruang terbatas sangatlah beragam, karena ruang terbatas tidaklah harus tertutup
bahkan ada ruang terbatas yang sangat terbuka seperti lubang galian ataupun kolam
limbah, sehingga untuk memastikannya perlu dilakukan penilaian untuk mencocokkan
dengan 3 (tiga) definisi ruang terbatas diatas.
Namun untuk memudahkan ada beberapa contoh ruang terbatas yang umum terdapat
di tempat kerja antara lain:
a. tangki/bejana penyimpanan, bejana transpor, boiler, dapur/tanur, silo dan jenis
tangki/bejana lainnya yang mempunyai lubang lalu orang;
b. sumur yang memiliki bukaan di bagian atasnya, baik alamiah ataupun buatan yang
melebihi kedalaman 1,5 meter. Seperti lubang lalu orang yang tidak mendapat aliran
udara yang cukup;
c. jaringan perpipaan, terowongan bawah tanah, bunker dan struktur lainnya yang
serupa;
d. ruangan di atas kapal yang dapat dimasuki melalui lubang lalu orang seperti tangki
kargo, tangki apung minyak dan sebagainya;
Ruang terbatas wajib dengan ijin masuk adalah ruang terbatas yang memiliki potensi
bahaya seperti terdapat (1) potensi gas atmosfer berbahaya (gas atmospheric hazard)
antara lain uap, gas dan debu beracun ataupun mudah terbakar/meledak; (2) adanya
potensi substansi cairan ataupun padatan yang memungkinkan petugas yang bekerja
tenggelam atau terbenam di dalamnya (substancial hazard); (3) adanya struktur atau
konfigurasi yang berbeda ketinggian atau bersekat-sekat sehingga menjadi hambatan
dalam mengakses pintu masuk atau keluar (configuration hazard); dan (4) adanya
potensi pelepasan energi karena penggunaan peralatan listrik, mekanik, pneumatic dan
lainnya (energy hazard).
Sedangkan yang dimaksud dengan ruang terbatas tidak wajib dengan ijin masuk adalah
apabila keempat potensi bahaya yang disebutkan di atas tidak terdapat di ruang
terbatas tersebut.
Pada pembahasan sebelumnya, potensi bahaya di ruang terbatas secara umum terbagi
dalam beberapa kelompok yaitu:
(1) potensi gas atmosfer berbahaya (gas atmospheric hazard) antara lain uap, gas dan
debu beracun ataupun mudah terbakar/meledak;
(a) Gas, uap atau kabut uap yang mudah terbakar dengan konsentrasi melebihi
10% dari BBDM nya.
(b) Debu yang mudah terbakar/meledak dengan konsentrasi setara atau melebihi
BBDM;
10% BBDM
Seperti terlihat pada gambar di atas, dapat dikatakan bahwa yang dimaksud dengan
Batas Bawah Dapat Meledak (BBDM) adalah prosentase terendah konsentrasi
pencampuan uap bahan dengan udara yang dapat terbakar atau meledak,
(c) Konsentrasi oksigen di udara dibawah 19,5 % atau melebihi 23,5 % volume
udara
Sebagaimana gambar di atas, maka dapat disimpulkan bahwa udara bersih yang kita
gunakan untuk bernapas dan beraktifitas mengandung hanya sekitar 20,9% oksigen,
dan kandungan tertinggi justru adalah gas Nitrogen (gas lemas) sekitar 78,0%.
Dengan demikian, memperhatikan dampak keselamatan dan kesehatan terhadap
manusia dan lingkungan untuk pekerjaan di ruang terbatas konsentrasi oksigen
yang diperkenankan adalah tidak boleh kurang dari 19,5% volume udara. Karena
apabila konsentrasi oksigen berada di bawah 19,5 % volume udara akan
menyebabkan gangguan pada susunan saraf pusat dan sistem koordinasi, yang
kemudian dapat mengakibatkan koma dan berujung pada kematian. Kondisi ini
umum dikenal sebagai aspiksia. Aspiksia dalam pekerjaan di ruang terbatas dapat
terjadi antara lain karena adanya pekerjaan yang turut menggunakan oksigen
seperti halnya reaksi pembakaran, proses fermentasi karena adanya bakteri aerob
serta reaksi pembentukan karat.
(d) Konsentrasi bahan beracun yang konsentrasinya berada diatas Nilai Ambang
Batas (NAB) yang termuat dalam Surat Edaran Menaker No. SE. 01/Men/1997;
Nilai Ambang Batas (NAB) yang banyak dipergunakan sebagai acuan dalam
penilaian gas berbahaya di ruang terbatas adalah NAB Rata-rata dan NAB
Pajanan Singkat Diperkenankan (PSD)
(e) kondisi atmosfer lain yang langsung berbahaya bagi kesehatan atau dapat
mengakibatkan kematian, seperti temperatur yang ekstrem.
Sebagai acuan dapat digunakan standar temperatur sebagaimana di bawah ini:
30°C 3 Jam
32°C 2 Jam
35°C 1 Jam
37°C 30 Menit
41°C 20 Menit
44°C 15 Menit
(2) adanya potensi substansi cair ataupun padat yang memungkinkan petugas yang
bekerja tenggelam atau terbenam di dalamnya (substancial hazard). Dalam hal ini
penting dilakukan penilaian mengenai kandungan apa saja yang pernah tersimpan
dalam ruang terbatas.
Sebelum pekerjaan di ruang terbatas dilakukan haruslah dipastikan bahwa ruang
terbatas telah kosong dari cairan ataupun padatan substansial. Untuk kemudian
dilakukan kegiatan purging atau pencucian atau pembilasan / inerting, yaitu dengan
mengisi gas atau cairan inert seperti Nitrogen, karbondioksida atau air untuk
membuang kontaminan yang mungkin terdapat atau tersisa di dalam ruang
(3) adanya struktur atau konfigurasi yang berbeda ketinggian atau bersekat-sekat
sehingga menjadi hambatan dalam mengakses pintu masuk atau keluar dan mobilitas
pekerjaan (configuration hazard); dan
Kondisi dan bentuk ruang dapat berupa penggunaan tangga dan perancah yang dapat
mempersempit ruang gerak, permukaan yang basah dan licin, dasar yang tidak jelas,
area sempit dan curam yang dapat mengakibatkan tenaga kerja terjebak dan jatuh ke
dalamnya dan hal ini diperburuk lagi dengan faktor pencahayaan yang kurang memadai.
(4) adanya potensi pelepasan energi karena penggunaan peralatan listrik, mekanik,
pneumatic dan lainnya (energy hazard).
Termasuk dalam hal ini adalah temperatur ekstrim, vibrasi, kebisingan yang mungkin
timbul karena peralatan yang digunakan. Oleh karenanya, sangat penting dalam
pekerjaan di ruang terbatas untuk memastikan setiap peralatan kerja yang dapat
berputar dan bergerak telah dipasang penutup/guarding dengan baik, memastikan
peralatan kerja yang masuk ke ruang terbatas telah explotion proofed serta harus
dipastikan telah ditanahkan dengan baik untuk mencegah terjadinya listrik statis.
Prinsip isolasi energi atau dikenal dengan Lock Off Tag Out (LOTO) juga sangat penting
untuk diperhatikan antara lain dengan melakukan:
a. penutupan setiap keran (valve), saluran dan pipa yang mengalirkan bahan proses
atau bahan jadi dengan pemasangan sorokan buta (blind flange), sehingga
mencegah masuknya cairan atau gas ke dalam ruang terbatas dimana pekerjaan
dilakukan;
b. penguncian dan penandaan, pengurangan energi peralatan yang berpotensi
bergerak. seperti peralatan mekanik, pengaduk, agitator, mixer atau sejenisnya
harus dipastikan tidak tersambung dengan sumber energi;
c. Isolasi semua sumber energi termasuk power, pemanas atau pendingin sebelum
masuk ke dalamnya;
Selain potensi bahaya tersebut di atas, ruang terbatas dapat menjadi tempat kerja yang
sangat berbahaya bagi tenaga kerja yang memiliki keterbatasan kesehatan baik fisik
maupun psikis. Oleh karenanya penting dipastikan bahwa setiap tenaga kerja atau
petugas utama tidak memiliki riwayat penyakit sebagai berikut:
a. Sakit sawan atau epilepsi
b. Penyakit jantung atau gangguan jantung
c. Asma, bronchitis atau sesak napas
d. Gangguan pendengaran
e. Sakit kepala seperti migrain ataupun vertigo yang dapat menyebabkan disorientasi
f. Klaustropobia, atau gangguan mental lainnya
g. Gangguan atau sakit tulang belakang
h. Kecacatan penglihatan permanen
i. Penyakit lainnya
Hal lain yang perlu diperhatikan dalam pekerjaan di ruang terbatas adalah kemungkinan
adanya gangguan dari mikroorganisme, hewan pengerat, serangga maupun binatang
buas lainnya yang merupakan satwa alamiah di sekitar ruang terbatas.
Setelah memahami potensi bahaya di ruang terbatas, menjadi sangat penting bagi kita
untuk menyusun program pengendalian risiko di ruang terbatas. Program pengendalian
ditujukan untuk menilai apakah risiko suatu pekerjaan di ruang terbatas telah ditekan ke
kondisi minimal atau dengan dengan istilah lain risiko dapat diterima.
Dalam pengendalian risiko ruang terbatas dikenal hirarki pengendalian sebagai berikut:
1. Reklasifikasi, yaitu dengan melakukan perubahan klasifikasi dari sebelumnya sebagai
Ruang Terbatas Wajib dengan Ijin Masuk menjadi Ruang Terbatas Tidak Wajib
dengan Ijin Masuk. Hal ini hanya dapat dilakukan dengan cara melakukan eliminasi
terhadap setiap potensi bahaya utama di ruang terbatas. Reklasifikasi adalah hirarki
tertinggi dalam pengendalian risiko ruang terbatas, karena dengan reklasifikasi
dengan sendirinya kita telah memastikan bahwa ruang terbatas telah aman untuk
dimasuki. Namun menjadi penting dalam hal ini adalah untuk memastikan bahwa
REKLASIFIKASI HANYA DAPAT DILAKUKAN ATAS DASAR SUATU PENILAIAN /
ASSESSMENT yang sesuai untuk kemudian selalu dilakukan penilaian ulang secara
Sesuai bahasan sebelumnya, maka untuk melakukan pekerjaan di ruang terbatas sangat
erat hubungannya dengan kompetensi personil atau petugas yang akan bekerja.
Umumnya pekerjaan di ruang terbatas dilakukan oleh sekelompok orang, yang terdiri
dari:
(1) Petugas Utama, yaitu orang yang akan masuk melakukan pekerjaan di dalam ruang
terbatas, dan
(2) Petugas madya, yaitu orang yang bertugas berjaga dan memantau setiap akitifitas
petugas utama dari luar ruang terbatas.
(3) Supervisor / Kepala Regu yang bertugas sebagai pengawas pekerjaan yang dilakukan
oleh petugas utama dan madya. Disamping itu pula sebelum pekerjaan di ruang terbatas
harus dilakukan pengujian atas kondisi gas atosfer berbahaya oleh seorang
(4) Teknisi Deteksi Gas yang bersertifikat,
(5) Petugas Penyelamat, yaitu orang yang akan bersiaga di luar ruang terbatas untuk
memberikan pertolongan dalam keadaan darurat.
Petugas Utama:
1. Memahami setiap potensi bahaya, tanda atau gejala serta konsekuensi terkait
dengan pekerjaan di ruang terbatas;
2. Menggunakan peralatan dan perlengkapan kerja sesuai prosedur;
3. Melakukan komunikasi secara berkesinambungan dengan petugas madya;
4. Memberitahu petugas madya bila mengetahui adanya perubahan kondisi yang
berbahaya;
5. Melakukan tindakan antisipatif untuk menyelamatkan diri;
Petugas Pendamping/Madya:
1. Memahami setiap potensi bahaya, tanda atau gejala serta konsekuensi terkait
dengan pekerjaan di ruang terbatas;
2. Memantau setiap potensi bahaya dan pekerjaan di dalam dan di luar ruang terbatas;
3. Memastikan dan mengawasi jumlah petugas utama yang berada di ruang terbatas;
4. Memastikan tetap berada di luar ruang terbatas selama petugas dan pekerjaan di
ruang terbatas berlangsung;
5. Melakukan komunikasi secara berkesinambungan dengan petugas utama;
6. Memanggil tim penyelamat dalam kondisi darurat;
7. Melakukan tindakan penyelamatan yang dimungkinkan tanpa memasuki ruang
terbatas;
8. Tidak melakukan tugas lain yang mungkin akan menggangu tugas utamanya untuk
memantau dan melindungi petugas utama
Petugas Penyelamat:
1. Memahami setiap potensi bahaya, tanda atau gejala serta konsekuensi terkait
dengan pekerjaan di ruang terbatas;
2. Melakukan komunikasi secara berkesinambungan dengan petugas madya, dan Ahli
K3;
3. Melakukan tindakan penyelamatan sesuai prosedur;
4. Meningkatkan kemampuan diri untuk tugas-tugas penyelamatan;
Nama Perusahaan :
Alamat :
Nama Pengurus :
Tanggal :
Revisi :
Dalam rangka pelaksanaan prosedur ijin kerja tersebut dibutuhkan langkah-langkah sebagai
berikut:
a. Petugas Madya dan pengawas pekerjaan harus selalu berada diarea kerja ruang
terbatas.
b. Petugas Madya harus selalu dapat berhubungan dengan pekerja yang berada di
dalam ruang terbatas.
c. Petugas Madya sebaiknya harus selalu dapat melihat pekerja yang sedang berada
di dalam ruang terbatas.
d. Petugas Madya dan Petugas Utama harus selalu memonitor dan mengecek
kondisi ruang terbatas terhadap konsentrasi bahan kimia, BBDM, dan kandungan
oksigen. Jika kondisi ruang terbatas dan lingkungan tidak sesuai atau berubah dari
formulir ijin kerja, maka pekerjaan harus segera dihentikan dan kondisi ruang
terbatas harus dikembalikan seperti kondisi semula.
e. Jika keadaan darurat terjadi, Petugas Madya harus mencari bantuan terlebih
dahulu dan bantuan harus sudah berada di lokasi ruang terbatas sebelum
pertolongan diberikan.
2.5. Pekerjaan di dalam ruang terbatas selesai, maka yang harus dilakukan:
a. Pekerja melaporkan ke pemilik area kerja (pemberi kerja).
b. Pekerja dan pemilik area kerja (pemberi kerja) secara bersama-sama memeriksa
pekerjaan tersebut.
c. Pekerja dan pemilik area kerja (pemberi kerja) secara bersama-sama melepas lock
dan tag yang terpasang pada aliran listrik dan aliran bahan kimia yang diputus.
d. Pekerja dan pemilik area kerja (pemberi kerja) secara bersama-sama melakuka
tes terhadapa hasil pekerjaan tersebut.
e. Pekerja dan pemilik area kerja (pemberi kerja) secara bersama-sama menutup
formulir ijin kerja dengan membubuhkan tanda tangan dan tanggal.
Dari diagram alir diatas terlihat jelas bahwa ijin masuk ruang terbatas merupakan salah
satu bagian penting dari program pengendalian ruang terbatas secara keseluruhan
setelah upaya eliminasi potensi bahaya dan ventilasi dilaksanakan dengan maksimal.
1 2
Nama Petugas Utama
3 4
1 2
Nama Petugas Madya
3 4
- Waktu - Utama
- Oksigen % - Madya
Pelindung pernapasan
dilengkapi dengan
4 Ventilasi
oksigen dan alat bantu
pernapasan
11 Pengesahan
Setelah melakukan pemeriksaan dan pengujian di lokasi pekerjaan kemudian memahami isi dari ijin ini dan
telah adanya instruksi ataupun prosedur penyelamatan darurat maka diberikan ijin untuk memulai pekerjaan
di ruang terbatas.
dipersiapkan oleh
Nama Ttd
(Petugas RT)
disetujui oleh
Nama Ttd
(Manajer Unit/Area)
diawasi oleh
Nama TTd
(Ahli K3)
Gas-gas berbahaya dalam udara dapat mengganggu keselamatan dan kesehatan di tempat
kerja. Gangguan gas berbahaya terhadap keselamatan, dapat berupa efek akut seperti
keracunan, berupa ketidak sadaran atau kematian. Juga apabila gas berbahaya berupa gas
mudah terbakar, maka kebakaran atau peledakan dapat membawa korban dan cidera
serta kerugian harta benda. Kecelakaan-kecelakaan seperti diatas dapat dicegah apabila
dapat dilakukan deteksi gas sebelum pekerjaan ruang terbatas dapat dilakukan.
Secara umum pembelajaran dalam bab ini adalah untuk memahami bahaya gas-gas
berbahaya baik di tempat kerja biasa maupun tempat kerja terbatas ( confined space).
Pemahaman akan sifat bahaya akan menimbulkan sifat hati – hati dalam bekerja sehingga
lebih disiplin dalam mengikuti prosedur kerja bahan atau SOP.
Secara khusus, pembahasan akan dilakukan terhadap kondisi berbahaya akibat adanya gas-
gas berbahaya dalam udara, Diantaranya adalah kondisi ;
Kondisi aspiksian dapat diketahui dari kadar oksigen di tempat kerja toksik dapat dketahui
dari kadar gas beracun atau korosif, sedang kondisi berbahaya terhadap kebakaran dapat
diketahui apakah kadar gas termasuk dalam daerah konsentrasi mudah terbakar.
Tempat kerja aspiksian berarti kekurangan oksigen, Kadar oksigen normal adalah 21 %.
Apakah kadar Oksigen – O2 turun menjadi kurang dari 19 % maka akan menyebabkan
sesak nafas, kekurangan oksigen dalam udara pernafasan akan menyebabkan otak
manusia kekurangan oksigen dan pula kondisi demikian akan menyebabkan gangguan
syaraf otak dapat terjadi baik yang dapat menyebabkan hilang kesadaran (pingsan) atau
bahkan kematian.
Kondisi aspiksian dapat terjadi oleh adanya gas atau uap berberat jenis lebih besar dari
pada udara. Kondisi demikian dapat terjadi baik di tempat kerja biasa (terbakar) maupun
tempat kerja yang terbatas atau tertutup, kondisi aspiksian dapat terjadi karena adanya
gas-gas yang lebih ringan dari udara yang menyebabkan kadar O2 < 19%.
b) Gas-gas Beracun
Gas-gas beracun adalah gas-gas yang dapat mengganggu kesehatan dan keselamatan
akibat gas terbakar atau korosif, gangguan kesehatan dapat terjadi penghirupan kadar
kecil yang terus menerus, sedang efek akut berupa pingsan atau kematian dapat terjadi
akibat penghirupan jumlah besar dan waktu pendek. Baik bahaya kesehatan atau kronis
maupun bahaya akut dapat diketahui dari kadar gas diudara. Ambang batas kadar gas
keracunan dapat dinyatakan sebagai NAB atau nilai ambang batas. Jadi kadar gas yang
diperkenankan untuk seseorang yang bekerja selama 8 (delapan) jam perhari selama 5
(lima) hari perminggu tanpa menimbulkan gangguan yang berarti. Ada pula yang disebut
IDLH yakni konsentrasi gas yang dapat mengancam keselamatan jiwa ataupun gangguan
kesehatan yang serius (Immediately Dangerous to Life and Health). Nilai IDLH amat
bervariasi tergantung pada jenis-jenis gas, tetapi umunya antara 5 – 10 kalidosis nilai
NAB. Jadi apabila kondisi kerja dapat dijaga dibawah NAB, maka berarti kondisi tersebut
cukup aman untuk kesehatan dan aman terhadap keselamatan jiwa.
Gas-gas mudah terbakar seperti ; asetilen, LPG, metan atau hydrogen, dalam kadar
tertentu dapat berbahaya terhadap kebakaran, uap pelarut organik seperti Heksana,
eter, benzene dapat pula terbakar, bila kontak dengan nyala atau loncatan api, gas dan
uap mudah terbakar apabila terkurung dala ruang terbatas dapat meledak bila kontak
dengan sumber pemanas. Jadi ledakan terjadi karena reaksi yang amat cepat dan
menghasilkan suhu dan tekanan tinggi yang merusak wadah atau lingkungan
sekelilingnya.
Bergantung pada jenis gas, kadar gas dalam udara dan waktu terpapar, efek gas-gas
tersebut dapat berupa :
1) Efek kronis, yakni akibat penghirupan gas kadar kecil dan efek baru terasa dalam jangka
panjang.
Untuk menjaga agar gas-gas tersebut di atas tidak berdampak buruk pada pekerja, maka
diperlukan standar baku mutu. Untuk baku mutu standar kesehatan kerja digunakan NAB
(Nilai Ambang Batas) sedang untuk efek akut digunakan IDLH (immediately dangerous to
life and health).
Mengharapkan udara bersih dan segar di tempat kerja amatlah sulit. Ini disebabkan
tempat kerja selalu tercemar oleh bahan yang meyertai proses produksi, pengepakan dan
pembuangan bahan. Cemaran dalam udara dapat terdiri dari :
Cemaran Kimia
Untuk dapat menghindari dampak buruk di atas, maka perlu difahami sifat bahaya dan
acra penanganannya. Selain itu harus pula diketahui cara deteksi gas untuk mengetahui
tingkat bahaya akut atau kronis
Gas-gas aspiksian adalah gas yang mempunyai berat jenis lebih besar dari pada udara yang
dapat mendesak kadar O2 dalam udara pernafasan. Kondisi demikian dapat berakibat akut
dan fatal seperti pingsan dan kematian apabila tidak ada pertolongan segera. Gas-gas
aspiksian dibagi dalam :
a) Aspiksian sederhana, yakni gas-gas yang tidak berbahaya pada kondisi normal seperti
gas nitogen (N2) dan gas karbon dioksida (CO2). Dalam kadar besar dapat mengurangi
kadar O2 pernafasan. Pengurangan kadar O2 menjadi < 18 % (normal 21 %) maka
kondisi tersebut dapat membahayakan pekerja.
b) Aspiksian kimia, yakni selain berat jenis > udara, tetapi ia juga toksik (beracun). Contoh
adalah gas hidrogen sulfida (H2S) yang sering menimbulkan korban kematian, terutama
tempat kerja terbatas. Gas H2S terutama banyak dalam pabrik kertas dan pulp. Di alam
terdapat pada kaldera gunung berapi dan juga tempat pembuangan limbah organik.
a) Tangki katalist, dimana N2 digunakan sebagai gas penginert agar katalis tidak
teroksidasi dalam udara.
b) Tangki-tangki bekas pelarut organik atau bahan bakar, karena uap pelarut bekas
lebih berat dari udara.
c) Ruang bekas pemadaman kebakaran dengan gas CO2, halon dan bubuk kimia.
d) Tangki atau bak limbah cair terutama dari pabrik kertas dan pabrik makanan. Juga
gorong-gorong tempat pembuangan limbah rumah tangga.
Mengingat dampak akut yang begitu cepat seperti pingsan dan kematian maka deteksi
kadar O2 dengan oksigenmeter amat penting. Selain itu memakai masker dengan
aliran udara atau SCBA adalah cara penggamanan yang harus dilakukan.
a) Karbon Monoksida
Gas karbon monoksida (CO) adalah gas hasil pembakaran karbon yang tidak sempurna.
Termasuk gas pembunuh dalam industri karena mempunyai daya ikat yang kuat dengan
haemoglobin, lebih kuat (240-300x) dari pada O2-haemoglobin. Akibatnya sedikit
menghirup gas CO, kita akan kehilangan oksigen dalam darah yang menyebabkan
pingsan, hilang kesadaran dan kematian bila tidak segera ditolong. Batas keterpaan
Modul Petugas Ruang Terbatas 44
(NAB) : 50 ppm. Amat berbahaya apabila kadar >2000 ppm atau 0,2 %. Mengingat
dampak fatal begitu cepat maka di tempat-tempat yang diduga terdapat gas CO harus
diberi detektor dengan alarm bahaya bila kadar melebihi batas tertentu. Juga bekerja
dengan masker dengan aliran udara atau SCBA adalah cara pengamanan dari bahaya
gas CO. Bahaya gas CO dapat pula ditemukan pada ”basement shopping centre” tempat
parkir mobil, tempat/ruang instrumen gas, pabrik besi yang menggunakan gas CO
sebagai bahan bakar dan pabrik pupuk.
Amat berbahaya apabila konsentrasi di atas 150 ppm karena akan menyebabkan hilang
kesadaran (pingsan). Pada konsentrasi > 300 ppm dapat menimbulkan kematian dalam
waktu beberapa menit. Untuk menghindari bahaya tersebut diperlukan deteksi dengan
alarm bahaya, terutama untuk tempat tercemar berat atau tempat-temat tertutup atau
terbatas. Selain itu harus memakai APD : SCBA atau masker penyerap HCN. Gas HCN
juga dapat terbakar dengan LEL-UFL : 5,6-40,0 %. Ini berarti apabila ruangan aman
terhadap bahaya kesehatan, maka berarti aman terhadap bahaya kebakaran.
Gas korosif adalah gas yang dapat bereaksi dengan jaringan tubuh, terutama saluran
pernafasan dan paru-paru. Interaksi dapat menimbulkan iritasi saluran pernafasan atau
a) Gas yang amat larut dalam air, seperti NH3, HF, HCl. Dapat menimbulkan infeksi atau
iritasi pada saluran pernafasan bagian atas (SPA).
b) Gas dengan kelarutan sedang seperti SO2, NO2. Dapat menimbulkan kerusakan SPA
maupun paru-paru.
c) Gas dengan sedikit kelarutan dalam air seperti fosgen, O3. Gas demikian tidak tertahan
pada SPA. Merusak paru-paru dan dapat menimbulkan efek sistemik. Beberapa gas
korosif dalam industri sebagai berikut :
a. Amonia (NH3)
Gas amonia banyak mencemari lingkungan kerja pabrik pupuk atau pabrik
pengguna amonia seperti pabrik pendingin. NH3 amat larut dalam air, korosif
terhadap saluran pernafasan dan amata. Mudah dihindari, karena bau yang
merangsang.
Berbahaya apabila konsentrasi > 5000 ppm (0,5 %) dapat menimbulkan kematian
atau kerusakan paru-paru yang akan mengganggu kesehatan. Untuk menghindari
keterpaan harus memakai masker penyerap NH3, juga gloves dan kacamata. Amat
fatal bila cairan NH3 terkena pada mata, dapat menimbulkan kebutaan. Penyelamat
dari pada kecelakaan emisi gas NH3 dapat dilakukan dengan menutup hidung
dengan kain atau handuk yang basah. Demikia pula emisi gas NH3 dapat
dihilangkan dengan menyemprot air.
Amat berbahaya : > 1000 ppm (0,1%) karena dapat menimbulkan kematian atau
cedera paru-paru berat atau pencemaran. Kebocoran gas Cl2 dapat diserap dalam
larutan NaOH/Na2SO3.
2NO + O2 NO2
Warna coklat, berbau spesifik. Amat iritan pada SPA dan paru-paru. Bahaya
kesehatan terletak pada efeknya yang tertunda, sehingga tidak disadari oleh para
pekerja. Uap pekat dapat mengiritasi kulit dan mata.
Gas-gas berbahaya terhadap kebakaran dalam industri terdiri dari 2 (dua) kelompk
besar, yakni :
Dibatasi oleh :
Batas Bawah Dapat Meledak/Terbakar (BBDM) atau lebih dikenal dengan LEL (Low
Flammable Limit) atau LEL (Low Explosive Limit) dan Batas Atas Dapat
Meledak/Terbakar (BADM) atau dikenal dengan UFL (Upper Flammable Limit) atau
UEL (Upper Explosive Limit)
Di bawah LFL dan diatas UFL, campuran gas/uap tak dapat dinyalakan. Semakin lebar
daerah LFL-UFL, berarti semakin berbahaya.
Contoh LFL-UFL :
Metana 5-15 %
Etana 3-12,5 %
Propana 2,2 – 9,5 %
Butana 1,9 -8,5 %
Hidrogen 4,0- 76 %
Asetilen 2,5 -100 %
Kadar pelarut dapat dideteksi dengan alat eksplosimeter.
1) Flammable, titik nyala < 100 oF (37,8 oC). Contoh : aseton, eter, hexana, benzena.
2) Combustible, titik nyala > 100 oF (37,8 oC). Contoh : DMF, furfural, etanolamin
Titik nyala dapat ditentukan dengan alat ukur titik nyala dengan metoda “open cup”
maupun “close cup”. Titik nyala selain sebagai tolok ukur bahaya kebakaran dapat
pula digunakan untuk uji adanya campuran dalam bahan bakar.
Aseton : 538 oC
Benzena : 562 oC
Eter : 180 oC
Karbon disulfida : 100 oC
Eter dan karbon disufida (CS2) adalah pelarut yang sering menjadi penyebab
kebakaran di laboratorium dan industri.
d) Sifat Fisika :
Sifat fisika di bawah ini menentukan pula kemudahan terbakar, yakni :
Rangkuman
Gas-gas berbahaya dalam udara kerja terutama dalam ruang terbatas dapat
menimbulkan bahaya, sebagai akibat ;
Kekurangan oksigen dalam udara kerja dapat menimbulkan sesak nafas yang
dapat berakibat pingsan atau kematian. Kondisi aspiksian dapat disebabkan
oleh ;
1. Campuran gas – gas atau uap organik lebih berat dari pada udara, gas – gas
demikian meskipun dalam tempat terbuka (apalagi dalam ruang tertutup)
dapat mematikan.
2. Campuran gas-gas lebih ringan dalam jumlah besar dalam ruang terbatas
atau tertutup.
Kondisi toksik dalam ruang kerja dapat disebabkan oleh bahan beracun atau
korosif. Penghirupan gas-gas demikian dalam jumlah besar dapat menimbulkan
keracunan akut yang dapat mematikan atau menimbulkan cedera yang sukar
disembuhkan. Gas-gas seperti; CO, HCN, H2S, Cl2 dan NH3 adalah gas-gas yang
sering menimbulkan korban dalam industry. Untuk menghindari bahaya diatas,
pengukuran kadar gas-gas merupakan cara menghindari kecelakaan dan bekerja
seharusnya memakai APD yang tepat.
Gas dan uap dalam kadar tertentu dalam udara dapat terbakar akibat kontak
dengan nyala atau loncatan api.
Kadar gas atau uap dalam konsentrasi antara LEL – UEL adalah batas mudah
terbakar. Deteksi kadar uap atau gas dibawah LEL secara teori aman tetapi
pemberian faktor keselamatan sebesar 25 % atau 50 % atau lebih baik.
Saat ini di dunia terdapat dua jenis alat deteksi gas, yaitu single gas detection dan multi gas
detection.
a. Single Gas Detection, yaitu unit alat ukur yang hanya punya kemampuan pengukuran
suatu jenis gas tertentu baik dipasang tetap atau dapat dipindah.
b. Multi Gas Detection, satu unit alat ukur Gas Detektor yang mempunyai kemampuan
pengukuran beberapa jenis gas yang berbeda gas tertentu, baik dipasang tetap atau
dapat dipindah
Pengukuran gas atmosfir berbahaya sangat tergantung dari kemungkinan keberadaan gas
tersebut. Setiap gas memiliki karakteristik tersendiri sehingga dibutuhkan metoda deteksi
yang khusus. Secara umum metoda deteksi gas atmosfir berbahaya dapat dibagi menjadi 3
deteksi, yaitu:
1. Deteksi gas dapat terbakar dan mudah terbakar
2. Deteksi gas beracun
3. Deteksi kekurangan oksigen
Prinsip kerja alat deteksi gas adalah mengukur gas melalui sensor. Pengukuran gas
menggunakan sensor dibagi menjadi 3 jenis sensor, yaitu:
1. Sensor elektrokimia
Sensor elektrokimia tranduser bekerja dengan prinsip sel galvanis (baterai). Molekul
oksigen yang terdapat dalam gas yang akan diukur melewati membran plastic kedalam
cairan elektrolit yang ada dalam sensor yang dipisahkan untuk mengukur elektroda
1. Catalytic Sensor
Prinsip kerja : gas yang akan diukur teroksidasi pada elemen katalis dan
menimbulkan perubahan suhu yang sekaligus akan merubah nilai tahanan pada elemen
katalis, perubahan tahan menunjukan kadar gas yang teroksidasi
Applikasi : Pengukuran gas dapat terbakar (combustible gases)
Keuntungan : Usia alat panjang
Setelah mengenal berbagai jenis dan alat deteksi, maka seorang teknisi deteksi gas juga
harus mengetahui bagaimana pengoperasian alat. Semua alat deteksi gas pertama kali
harus melalui tahapan kalibrasi sebelum di operasikan. Kalibrasi alat ukur gas merupakan
hal sangat penting untuk memastikan bahwa alat deteksi gas tersebut layak digunakan.
Kalibrasi peralatan dibutuhkan agar ketepatan dan akurasi alat dapat dipertanggung
jawabkan. Kalibrasi merujuk kepada proses penetapan hubungan antara output atau
respon dari peralatan pengukuran dengan nilai atau ukuran kwantitas input atau atribut
dari pengukuran yang standar.
Proses kalibrasi untuk penggunaan yang tidak spesifik biasanya disebut sebagai
penyesuaian output atau indikasi bahwa pengukuran peralatan sesuai dengan nilai standar
yang diaplikasikan dalam range akurasi yang diperlukan. Respon dari sensor eletrokimia
sangat tergantung terhadap kondisi lingkungan. Oleh karena itu proses kalibrasi sebaik
mungkin kalibrasi dilakukan setara dengan kondisi yang sebenarnya. Kebanyakan peralatan
dilengkapi dengan dua jenis alarm, peringatan dan bahaya. Kedua alaram ini akan
mendeteksi konsentrasi gas melebihi batas bahaya yang diprogramkan. Ketepatan respon
mendeteksi dan kemampuannya untuk menganalisa menunjukkan akurasi dari
Beberapa masalah yang timbul gas detektor menyimpang dari seting kalibrasi:
Penurunan kemampuan sensor untuk mendeteksi bahan kimia dan penyimpangan dari
peralatan elektronik karena pemakaian sepanjang waktu
Pemaparan yang berlebih, kondisi yang ekstrim seperti suhu dan kelembaban yang
rendah atau tinggi dan tingginya kadar partikulat di udara
Pemaparan konsentrasi (over-range) dari target yang ditetapkan
Pemaparan yang tinggi terhadap sensor katalitik LEL terhadap racun dan inhibitor,
termasuk silicon, gas hidrida, hidrokarbon terhalogenasi, gas sulfide
Pemaparan yang berlebih terhadap sensor elektrokimia terhadap beberapa uap pelarut
dan gas-gas yang sangat korosif
Penanganan peralatan yang kurang baik, seperti terjatuh, penyimpanan yang kruang
baik, goncangan, getaran dll
Kalibrasi dapat di bagi 2 tahapan yaitu kalibrasi internal dan kalibrasi eksternal.
a. Kalibrasi internal yaitu kalibrasi yang dilakukan oleh internal teknisi gas. Kalibrasi yang
dilakukan adalah dengan pengukuran/ pembacaan alat deteksi gas dan
membandingkan hasil pembacaan / pengukuran terhadap konsentrasi gas standar.
Peraturan kalibrasi untuk meyakinkan agar gas detektor dapat bekerja dengan baik
adalah sebagai berikut:
Ikuti petunjuk dari pemasok untuk kalibrasi yang benar. Pergunakan peralatan yang
benar, termasuk gas standar yang sudah dikalibrasi, tabung contoh, flow regulator,
adapter dll.
Standar gas yang dipakai untuk kalibrasi tidak boleh kadaluarsa. Gas harus ada
sertifikasinya dan dapat dilacak certificate of analysis.
b. Kalibrasi eksternal atau sering pula di sebut full calibration adalah melakukan kalibrasi
peralatan secara menyeluruh terhadap peralatan, termasuk kemampuan sensor dan
peralatan lainnya yang dilakukan oleh lembaga independen, atau jasa kalibrasi atau
laboratorium yang telah terakreditasi. Kalibrasi eksternal dilakukan secara berkala
(umumnya supplier mensyaratkan 6 bulan sekali) atau jika saat dilakukan kalibrasi
internal dinyatakan tidak layak. Semua alat yang telah dilakukan kalibrasi eksternal
mendapat sertifikat/ bukti telah dikalibrasi yang dikeluarkan oleh institusi yang
melakukan kalibrasi.
1. Isi (charge) baterai atau peralatan sampai petunjuk display isi baterai penuh atau
semalaman
2. Tekan tombol “ON” beberapa saat sampai alat melakukan self check
3. Apabila peralatan normal, maka display akan menunjukkan “OK” dan peralatan siap
untuk dipakai
4. Apabila ditemukan alarm atau display yang menunjukkan kondisi peralatan yang
tidak normal, tekan tombol “OFF” beberapa saat dan lanjutkan dengan proses “ON”
kembali
5. Apabila ditemukan display untuk melakukan kalibrasi, maka lakukan “Bump-Test”
calibration atau kirimkan ke pemasok.
6. Apabila tetap ditemukan kondisi tidak normal, perlu diperhatikan informasi display.
Segera hubungi pihak pemasok untuk memberitahukan informasi yang diperlukan
7. Apabila peralatan normal, peralatan dapat segera dipakai dan catat nilai
penunjukaanya
8. Untuk multi-gas, dapat dipilih jenis gas yang diinginkan dan akan ditunjukkan
pembacaan ukuran yang diinginkan, apakah ppm, % Vol
9. Untuk pembacaan konsentrasi gas oksigen, akan ditunjukkan % Vol. Apabila
konsentrasi dari masing-masing gas, atau konsentrasi oksigen diluar range, maka
akan didengar alarm atau signal
10. Pada beberapa peralatan tertentu, nilai pembacaannya dapat disimpan sesuai
dengan kapasitas memori yang ada di peralatan
Contoh penggunaan
Pengukuran kwantitatif gas dan uap dapat dilakukan dengan detector gas tube. Alat ini
terdiri dari suatu pompa penghisap dengan volume 50 ml atau 100 ml dan pipa detector
(detector tube) yang bekerja dan digunakan untuk gas atau uap tertentu.
a. Prinsip kerja;
Pompa penghisap digunakan untuk menghisap udara lingkungan kerja dengan
volume tertentu misalnya sebanyak 100 ml. Dengan demikian jumlah udara yang
mengalir melalui pipa detector juga sebanyak 100 ml.
Gas dan uap yang akan diselidiki yang berada dalam udara ini akan diabsorbsi oleh
absorben dan bereaksi dengan reagen yang ada dalam pipa detector.
Reaksi ini akan menyebabkan terjadinya perubahan warna. Panjang kolom
perubahan warna dalam pipa detector akan menunjukkan konsentrasi gas atau uap
yang diselidiki dalam udara.
Gambar alat ;
3) Tarik pompa penghisap sampai maksimal dan dikunci. Sebanyak 100 ml udara
akan mengalir melalui pipa detector
Bahan kimia yang akan diselidiki akan diabsorbsi dan bereaksi dengan reagen,
sehingga terjadi perubahan warna, biarkan selama 3 menit.
c. Pembacaan :
Pada pipa yang sudah mempunyai skala, konsentrasi zat yang diukur sudah dapat
dibaca pada skala yang ada pada pipa detector
Cara pembacaan pada pipa yang tidak mempunyai skala adalah dengan chart, yaitu;
dengan meletakkan pipa detector diatas chart yang sesuai (ada pada kotak setiap
pipa detector), sedemikian rupa sehingga kedua ujung kolom absorben tepat pada
Setiap alat deteksi harus memiliki log book dan alat tersebut di simpan dalam
tempat yang khusus sesuai dengan petunjuk penyimpanan yang terdapat pada
manual book. Secara umum persyaratan penyimpanan dan perawatan adalah
sebagai berikut:
a. Memperhatikan kebersihan alat sebelum, saat dipakai dan setelah
pemakaian.
b. Pengemasan alat detector agar terlindung dari kontaminasi gas – gas
dan pencahayaan serta temperature ruang yang normal yang dapat
berpengaruh terhadap peralatan khususnya sensor..
Konsentrasi gas dalam udara dinyatakan dalam mg/m3 atau ug/m3 atau ppm
(satu bagian persejuta volume). Ketiga satuan tersebut sering dapat kita temukan dalam
beberapa buku. Konversi dari ketiga satuan tersebut adalah sebagai berikut :
1 ppm = ----------------------------------------
Apabila satuan ppm itu akan dikonversikan kedalam satuan mg/m3, maka :
ppm x BM
mg/m3 = ----------------
24.5
ppm x BM
24.5
konversi diatas berlaku pada suhu 250c dan tekanan 1 atm. Suatu contoh konsentrasi
SO2 (BM = 64) sebesar 415 ug/m3 atau 0.415 mg/m3 mempunyai konsentrasi ekivalen dengan :
0.415 x 24.5
64
Dalam laporan – laporan atau pernyataan tentang pencemaran udara, satuan ppm lebih
banyak disukai, meskipun dalam perhitungan analisa biasa dihasilkan satuan mg/m3. contoh
nilai ambang batas (NAB) dari berbagai bahan-bahan gas polutan dalam lingkungan kerja.
Pengaruh bahan kimia terhadap masyarakat diluar industri sebenarnya juga berlaku
sebagaimana pengaruhnya terhadap pekerja dalam pabrik. Beberapa peraturan-peraturan telah
dikeluarkan untuk membatasi polusi udara oleh suatu industri. Apabila persyaratan-persyaratan
kesehatan untuk kadar polutan dalam lingkungan luar industri belum ada, maka dapat dipakai
patokan NAB dengan beberapa koreksi sebagai berikut :
1. masyarakat sekeliling industri terpapar (exposed) selama 24 jam atau 3 x lebih lama dari
pada pekerja dalam pabrik, sehingga angka NAB perlu dikoreksi dengan 1/3.
2. dalam masyarakat sekeliling industri terdapat orang-orang tua dan anak-anak yang jauh
lebih rentan dai pada para pekerja dipabrik. Faktor kerentanan ini dinilai sebesar 10x,
atau angka NAB dikoreksi 1/10 x.
PENGAMBILAN CONTOH
Untuk dapat menilai apakah kondisi ruang kerja atau lingkungan pabrik dapat
memenuhi persyaratan atau tidak mengganggu kesehatan, perlu dilakukan pengambilan contoh
dan analisa yang dilakukan dalam kurun waktu tertentu atau terus menerus disebut monitoring.
Monitoring ini penting, mengingat kemungkinan adanya perubahan proses dalam pabrik atau
terjadi kebocoran sehingga amat penting untuk evaluasi dan perbaikan proses.
Pengambilan contoh memgang peranan penting dalam menentukan hasil analisa. Dan
dalam hal sampling udara lingkungan kerja, banyak ditemui kesulitan karena adanya perbedaan
konsentrasi antara daerah pernafasan dan ruang secara umum, atau tempat-tempat khusus.
Oleh karena itu sampling diadakan pada salah satu atau lebih dari tiga kemungkinan, yakni :
Selain lokasi sampling, maka waktu, jumlah sampling dan lamanya pengambilan sample
juga dipertimbangkan. Sedang banyaknya contoh yang diambil amat bergantung pada jenis
analisa yang akan dipakai serta konsentrasi polutan. Jumlah contoh udara dapat hanya
beberapa mililiter udara saja atau sampai ratusan liter. Juga tak ada aturan replikasi. Biasanya
kalau hasil analisa lebih rendah dari standar, jumlah replikatnya rendah. Tapi bila konsentrasi
ternyata dekat atau melampaui standar, lebih banyak replikat dilakukan. Tetapi analisa gas
hanya dengan sekali analisa, kurang begitu dapat diterima untuk interpretasi atau mengambil
keputusan.
Banyak metoda analisa dapat dilakukan untuk analisa gas baik cara konvensional
maupun cara instrumental. Metode mana yang dipakai bergantung pada kebutuhan dan
ketersediaan peralatan, tetapi yang penting adalah : Spesifik, sensitif, teliti akurat) dan kedapat
ulangan (reproducibility) yang memadai.
Perubahan warna akan terjadi pada reagen, dan panjang daerah perubahan warna
dikalibrasi menjadi ukuran konsentrasi (ppm). Metode tersebut amat sederhana, mudah
dikerjakan, dan kedapat-ulangan yang diperoleh sekitar 10-30%. Sayangnya harga ”tube
detector” yang sekali pakai terus dibuang tersebut masih mahal karena masih diimpor.
Banyak jenis gas dapat dianalisa dengan cara ini dengan reagen khusus.
Bromophenoblue
kalium permangat
I odine pentoksida
Hijau – Violet
2. Metode Impinger
Metode ini didasarkan pada penarikan gas dengan suatu pompa ke dalam suatu larutan
dalam tabung yang disebut ”impinger”. Larutan penampung dapat dibuat sesuai dengan
kebutuhan, baik jenis maupun konsentrasinya. Gas yang terikat dalam larutan penampung
kemudian dianalisa dengan cara konvensional (titrasi) atau secara instrumental. Sistem
penarikan sampel gas dapat pula dipakai untuk analisa partikel debu, di mana penampung
yang dipakai adalah ”filter” atau penyaring. Selanjutnya, debu yang menempel pada filter
ditimbang secara gravimetri atau dilarutkan dalam suatu larutan untuk selanjutnya dipakai
analisa elemen-elemen dalam debu.
Contoh analisa gas dengan larutan penampung, reagen dan metoda analisanya dapat dilihat
pada tabel 2.
Metoda ”impinger” sederhana dalam peralatan, larutan dapat dibuat sendiri, tetapi
memerlukan keterampilan yang memadai terutama dalam kalibrasi pompa isap untuk
pengukuran volume udara serta teknik analisa pengukuran. Pengukuran volume udara
dapat dilakukan dengan ”wet-test meter atau dengan bubble flow meter”.
Selain itu metode impinger dapat dimodifikasi sesuai kebutuhan, seperti untuk analisa uap
Hg maupun pestisida dalam udara. Uap Hg dapat ditampung dalam larutan KMnO4 dalam
H2SO4 yang kemudian dianalisa secara AAS atau ASV. Sedang pestisida dalam udara dapat
diserap melalui impinger dengan penampung etilen glikol, yang selanjutnya diikuti prosedur
analisa pestisida biasa. Peralatan impinger dapat dibuat di Indonesia.
PENUTUP
Mengingat pentingnya kesehatan para pekerja juga masyarakat sekeliling dan juga
semakin ketatnya peraturan dan undang – undang lingkungan, maka evaluasi tingkat
pencemaran dalam dan diluar pabrik perlu contoh dan analisa kimia gas-gas beracun dalam
udara kerja dan luar pabrik dalam kurun waktu tertentu atau secara rutin.
Telah banyak terjadi kecelakaan kerja di dalam suatu ruang terbatas, diakibatkan oleh
bergeraknya suatu alat secara tiba-tiba. Hal ini dimungkinkan karena adanya suatu
peralatan yang belum diamankan sebelum melakukan pekerjaan dalam suatu ruang
terbatas. Usaha Keselamatan dan Kesehatan Kerja didalam ruang terbatas, perlu
dilakukan dengan sungguh-sungguh karena hal ini bisa menimbulkan kecelakaan yang
berakibat fatal terhadap tenaga kerja yang bekerja dalam ruang terbatas.
Beberapa risiko kecelakaan bersumber dari lepasnya energi yang berasal dari:
- Peralatan Mekanik
- Terkena aliran listrik
- Semburan bahan kimia yang bertekanan
- Terkena bahan B3
Khususnya di ruang terbatas terdapat resiko kerja yang disebabkan oleh adanya sumber
energi yang belum di non aktifkan, sehingga bisa menimbulkan kecelakaan kerja maupun
penyakit akibat kerja. Umumnya di dalam ruang terbatas itu biasanya ada beberapa
komponen antara lain:
Untuk mengamankan peralatan atau komponen tersebut diatas, perlu diamankan dengan
cara mengisolasi / memutuskan hubungan dengan ruang terbatas baik berupa aliran /
flowing maupun energi listrik sehingga betul-betul aman.
6.7.1. Personel
Meliputi semua orang yang mengurusi, mengawasi pekerjaan, memasuki ruang
terbatas, dan bekerja dalam ruang terbatas khususnya yang berkaitan dengan
pengisolasian / menonaktifkan sumber energi yang berhubungan dengan ruang
terbatas tempat kerja diantaranya :
- Petugas utama, yang akan masuk dan bekerja di dalam ruang terbatas
- Manajer area, pemilik ruang terbatas yang akan memberikan ijin masuk
- Ahli K3, yang mengawasi dari sisi keselamatan dan menanda tangani ijin masuk
Media aktifitas yang memiliki alat alat penggerak seperti Agitator, roler, Bending
Hunting, chiping, Valve, charging dan sebagainya berada dalam:
- Tangki Penyimpanan,
- Bejana transportasi
- Boiler,
- Tanur/dapur
- Silo dan jenis tanki lainnya yg memiliki lobang masuk orang
- Ruang terbuka bagian atasnya memiliki kedalaman > 1.5 m seperti parit,
sumur, galian dalam tanah.
- Jaringan perpipaan
- Terowongan bawah tanah serta struktur lainnya yang serupa
- Ruangan lainnya seperti diatas kapal yang termasuk tangki kapal, kargo,
tangki minyak dsbnya.
Jenis pekerjaan yang menyebabkan orang harus mengisolasi / Lock Off Tag out
dalam ruang terbatas tersebut adalah sebagai berikut.
6.8. Pengertian
a. penutupan setiap keran (valve), saluran dan pipa yang mengalirkan bahan
proses atau bahan jadi dengan pemasangan sorokan buta (blind flange),
sehingga mencegah masuknya cairan atau gas ke dalam ruang terbatas
dimana pekerjaan dilakukan;
b. penguncian dan penandaan, pengurangan energi peralatan yang berpotensi
bergerak. seperti peralatan mekanik, pengaduk, agitator, mixer atau
sejenisnya harus dipastikan tidak tersambung dengan sumber energi;
c. Isolasi semua sumber energi termasuk power, pemanas atau pendingin
sebelum masuk ke dalamnya;
d. pastikan bahan produksi tidak dapat jatuh dari dinding ataupun atap ruang
terbatas dengan memindahkan semua bahan dari lokasi potensi kejatuhan
atau memasang barikade atau pengaman sementara.
6.8.2. Pad Lock, adalah berupa gembok / kunci beserta anak kunci untuk penguncian
sehingga saklar yg di offkan posisinya tidak boleh diganggu selama ada kegiatan.
6.8.3. Blind adalah berupa slorokan yang dipakai untuk mengisolasi suatu aliran yang
dipasang pada perpipaan sehingga berfungsi menutup aliran.
6.8.4. Tag adalah sejenis label yg terbuat dari kertas / plastik / plat yang ditulisi dan
digantung pada alat yang di-isolasi, sebagai tanda alat yang dipasangi tag tersebut
tidak bisa dioperasikan selama ada kegiatan, yang berhubungan dg peralatan
tersebut. Dalam tag ini diisi tulisan :
a. Nama Pemasang tag,
b. Tgl dipasang
c. Topik / uraian kegiatan dengan singkat.
6.9.1. NFB (No Fuse Breaker /Saklar) yaitu Alat pemutus arus listrik yang dilengkapi
dengan lobang tempat pemasangan kunci / temper pad lock.
6.9.2. Gembok / pad lock beserta anak kunci, dipergunakan untuk penguncian saklar /
NFB sehingga tidak bisa dioperasikan oleh orang lain ketika kegiatan sedang ber-
langsung shg menjadi aman. Karena anak kuncinya akan dibawa diamankan oleh
orang yang bertanggung jawab atas perbaikan alat yang sedang berlangsung.
6.9.3. Temper pad lack, lobang gembok tambahan ketika diperlukan tambahan pad
lock.
6.9.4. Tag out : pemberian tanda pada sumber energy yang sedang diisolasi, sebagai
tanda bahwa sedang ada kegiatan sehingga untuk beberapa waktu tidak bisa di
operasikan.
6.9.5. Blind / semacam selorokan yang terbuat dari Plat tipis yang dipasang pada sebuah
flanges sambungan perpipaan yang berfungsi untuk mengisolasi aliran / flow
sehingga aman bagi pekerja yang berada dlm ruang terbatas.
6.9.6. Formulir Ijin kerja : adalah persyaratan administrasi yang harus diisi, sebelum
mulai kegiatan dimana dalam work permit itu dicantumkan jika ada peralatan yang
telah di- isolasi setelah permit ditanda tangani barulah kegiatan dimulai.
6.10. Teknik Isolasi energi pada peralatan yang bergerak dan berputar:
6.10.1. Lakukan penyetopan (matikan arus listrik) pada peralatan yang akan di lock off dan
tag out,
6.10.2. Pindahkan swicth NFB pada posisi off
6.10.3. Pasang Pad Lock oleh outorisasi personel, dan orang yang paling beresiko akan
terkena dampak energy yang di isolasi. Yakinkan Energy sudah terisolasi dan test
tombol start.
6.10.4. Amankan anak kunci oleh personel yang akan masuk ruang terbatas. Usahakan
satu orang satu kunci. Gunakan multiple pad lock
6.10.5. Pasang tag pada NFB yang sudah di gembok, sebagai tanda equipment tidak boleh
dioperasikan selama kegiatan belum selesai. Pasangkan tag dan usahakan mudah
dilihat, lengkapi dengan keterangan yang singkat dan jelas
Telah banyak terjadi kecelakaan kerja didalam suatu ruang terbatas, diakibatkan oleh
tidak memadainya kandungan Oksigen diruang terbatas, serta masih adanya gas-gas yang
lainnya sehingga bisa menyebabkan kecelakaan fatal bahkan kematian ataupun bisa
menimbulkan penyakit akibat kerja. Usaha Keselamatan dan Kesehatan Kerja didalam
ruangan terbatas, perlu dilakukan dengan sungguh-sungguh agar hal yg disebutkan diatas
bisa teratasi dengan baik sehingga tidak menimbulkan kecelakaan kerja maupun penyakit
akibat kerja Diantaranya :
Resiko kerja khususnya di dalam ruangan terbatas yang disebabkan oleh tidak
sempurnanya dalam clearing and purging pada awal pengosongan tangki sehingga Gas-
gas beracun, mudah terbakar, Oxygen deviciensi masih ada yang tertinggal dalam suatu
ruangan terbatas.
Untuk mengamankan hal tersebut diatas maka sangat perlu dilakukan clearing and
purging dengan baik serta mengikuti prosedur cleaning dan purging untuk meyakinkan
bahwa aktifitas kerja dalam ruang terbatas betul betul aman dan terkendali.
Yakinkan kegiatan ini sudah terlepas dari kegiatan program ( disable program ) sehingga
pengoperasian alat alat yang akan dipakai dilakukan dengan secaar manual. Dan
dicontrolpun secara manual, artinya penuh pengawasan exstra, karena tidak melakukan
secara otomatis, namun indikasi berkaitan dengan tangki yang akan dikosongkan masih
tetap berjalan ( Level, Pressure, Temperatur )
Alirkan semua cairan Hydro carbon atau cairan B3 yang lainnya ke continer yang lainnya
kalau cairan itu merupakan Flamable, atau B3 cairan penampung harus sudah disediakan
dan disetujui sebagai cairan penampung oleh Owner area.
Bila ruangan / tangki vessel itu masih bertekanan, maka lakukan venting – pembuangan
gas ke atmosfer jika merupakan gas biasa (tidak berbahaya) dan lakukan N2 purging dan
venting melalui Flare kalau gasnya berbahaya flammable (B3). Sampai dengan kandungan
Hydrocarbonnya lebih kecil dari 0.5% consentrasi ini bisa ditest melewati low point drain.
Owner area harus memiliki fasilitas sesuai dengan kebutuhan material yang dikelola.
Misalnya Solar, Polyol, Glyserine dsb, venting keluar tangki dengan cara membuka venting
sehingga mencapai atmosfherric presser/ tekanan didalam tangki sama dengan tekanan
atmosfheeric, dengan catatan harus diawasi jangan sampai ada pemanasan (temperatur
normal).
8.2.5. N2 Purging
Mensupply N2 Sangat effective untuk mendorong sisa sisa Hydrocarbon yang masih ada
didalam suatu continer / vessel – dalam ruang terbatas / tertutup.
Kondensat dikeluarkan dan ditampung lanjutkan penguapan, lakukan flushing dan drain
sehingga betul betul bebas dari Hydrocarbon atau flamable gas.
Buka jalur utama, diikuti dengan pembukaan pipa yang lainnya untuk mempermudahkan
penguapan berlangsung dari dalam tangki / vissel tersebut s/d kandungan flammable gas
dibawah batas explosive range
Catatan :
Lajur udara (Air Line) tidak boleh disambungkan pada jalur jalur yang dapat terisi uap
alkhylene oksida ataupun cairannya. Bila pemakaian udara hanya untuk sementara,
dalam kaitan perbaikan hal ini harus meminta persetujuan owner area.
8.3.2. N2 innerting
Injec N2 dari low point (bawah ) dan lakukan venting lewat Highs point atas ke
atmosfheere. Termasuk pipa pipa yang berhubungan dengan tangki tersebut yang
akan dialiri dengan Hydrocarbon.
Ukur Kandungan oxygen pada venting line sehingga yakin mencapi O2 Free, sesuai
dengan kehendaki oleh bagian prosess,
Untuk lebih teliti O2 freenya biasanya diambil sample tertentu dan di test di
laboratorium ( CG ) gan crematografi.
Pemilihan peralatan penyelamatan sangat bergantung pada kondisi ruang terbatas itu sendiri.
Beberapa akses mungkin mengijinkan mengalokasi peralatan pengangkut untuk mengangkat
pekerja. Akses horizontal menjadikan beberapa penolong harus memasuki ruang terbatas
tersebut dan mengangkat petugas utama yang cedera keluar. Kesulitan dalam melakukan hal
tersebut tidak dapat dianggap remeh. Aturan umum mengatakan harus ada tiga orang
tambahan untuk mengeluarkan satu korban. Tambahan kesulitan juga dapat terjadi pada saat
memindahkan orang yang tidak sadar yang menggunakan alat pelindung diri lengkap melalui
pintu yang sangat kecil.
Dikarenakan tingginya risiko yang akan diterima oleh penyelamat, maka tidak sembarang orang
dapat menjadi penyelamat. Bahkan seorang petugas madya hanya dapat menjadi anggota tim
penyelamat yang bertugas dari luar ruang terbatas (Non Entry Rescuer). Namun demikian
A. Penilaian Keadaan :
PENILAIAN DINI
Definisi : Suatu proses untuk mengenali dan mengatasi keadaan yang dapat mengancam nyawa
korban
1. Kesan umum
Tentukan kasus trauma atau medis
Leher : Periksa bagian depan dan belakang, pasang cervical collar bila perlu
2. Periksa respon
Ada 4 tingkatan yang umum dipakai untuk menentukan tingkat respon seseorang yaitu
“Alert” (sadar), Verbal, Pain (nyeri), Unresponsive (tidak ada respon)
Seseorang dalam keadaan tidak sadar yang berat tentunya memerlukan jalan napas baik
dan pertolongan pendukung lainnya.
4. Nilai pernapasannya
Pernapasan diperiksa dengan cara lihat, dengar dan rasakan. Ada tidaknya napas
ditentukan dalam 5 –10 detik pertama.
Penilaian dini harus diselesaikan dan semua keadaan yang mengancam nyawa
PEMERIKSAAN FISIK.
Pemeriksaan fisik merupakan pemeriksaan yang dilakukan untuk membantu kita dalam
mengidentifikasi keadan – keadaan yang mengancam nyawa korban, meliputi seluruh
tubuh penderita.
Bertujuan untuk mengetahui adanya tanda – tanda sakit atau cidera pada korban
Pemeriksaan fisik dilakukan secara sistematis dan berurutan, dilakukan dari ujung
kepala sampai ujung kaki namun dapat berubah sesuai dengan kondisi korban.
Pemeriksaan korban merupakan ketrampilan yang harus dilatih. Tindakan ini melibatkan
panca indera kita berupa :
- Penglihatan / Inspeksi
- Pendengaran / Auskultasi
- Perabaan / Palpasi
Beberapa tanda mungkin sangat nyata, sedang yang lainnya mungkin tidak tampak, biasanya
pada cedera organ dalam dan cenderung serius.
1. Kepala
- Periksa trakea
3. Dada
- Periksa tulang rusuk hingga ke bagian belakang, tapi jangan sampai mengangkat korban
- Periksa tulang sternum
4. Perut
- Periksa ketegangan dinding perut
- Luka yang ada
- Periksa kuadran perut bagian yang nyeri terakhir
5. Punggung
- Bagian dada belakang
- Tulang belakang
- Periksa luka tembus, luka tusuk, luka robek
- Bila ada akumulasi darah di panggul, pertanda cedera perut
6. Panggul
- Terdiri dari ileum kanan dan kiri, ischium dan tulang pubic
- Patah tulang panggul akan mengakibatkan hilangnya darah sebanyak 2 liter
- Pada daerah kemaluan : Priapismus pada laki – laki
Denyut nadi
Pernapasan
Suhu tubuh
Takanan darah
Pupil
RIWAYAT KORBAN
Pemeriksaan diteruskan secara berkala. Setiap 5 menit untuk korban yang tidak stabil, dan
setiap 15 menit untuk korban yang stabil keadaannya.
Periksa kembali :
- kesadaran
- jalan nafas
- nadi
- tenangkan korban
PELAPORAN
Data korban
- keluhan utama
- kesadaran
- status ABC
- riwayat korban
Tubuh manusia terdiri dari beberapa sistem diantaranya yang utama adalah
a. Sistem pernafasan
b. Sistem peredaran darah
Kedua sistem ini merupakan komponen utama untuk mempertahankan hidup seseorang.
Terganggunya salah satu atau kedua fungsi ini dapat mengakibatkan ancaman kehilangan
nyawa pada seseorang.
Mati klinis
Muncul bila korban mengalami henti nafas dan henti jantung, sel – sel otak mulai rusak
dalam waktu 4 – 6 menit, tetapi korban masih dapat ditolong dengan RESUSITASI JANTUNG
PARU
Penanganan yang baik masih memberikan kesempatan kedua sistem tersebut berfungsi
kembali
Mati biologis
Kita sudah mengetahui bahwa otak merupakan pusat pengatur kegiatan seluruh tubuh
manusia yang bila rusak tentu akan berakibat pada tubuh lainnya.
Lebam mayat
Kaku mayat / rigor mortis
Pembusukan / dekomposisi
Tanda lainnya (cedera mematikan)
Salah satu cara yang paling dikenal untuk mengatasi mati klinis adalah dengan Resusitasi
Jantung Paru atau RJP. Tindakan ini telah mengalami perubahan yang mendasar dalam kurun
waktu sepuluh tahun terakhir sampai cara yang kita kenal kini.
AIRWAY CONTROL
Tindakan ini merupakan prioritas pada semua penderita. Prosedurnya sangat bervariasi mulai
dari yang sederhana sampai yang paling rumit dan penanganan bedah. Tindakan-tindakan lain
kecil peluangnya untuk berhasil bila jalan napas seseorang masih terganggu
Jangan lupa untuk memeriksa mulut penderita apakah ada suatu benda yang dapat menyumbat
saluran napas (sisa makanan, gigi palsu, dll) Pembersihannya dapat dilakukan dengan cara
sapuan jari Tetapi cara ini tidak boleh dilakukan pada bayi dan anak kecil.
Lidah : lidah jatuh ke belakang, umumnya terjadi pada orang yang tidak sadar
Epiglotis : muncul bila ada alergi, dan kejang
Oksigen yang dikandung udara disekitar kita kurang lebih 21 %. Sedangkan proses bernapas
manusia hanya memanfaatkan sekitar 5 % saja, yang berarti udara yang kita keluarkan masih
mengandung sebanyak 16 % oksigen. Udara ini dapat diberikan kepada korban yang
mengalami henti napas sampai ada sumber oksigen yang lebih tinggi kandungannya.
Ada beberapa tehnik yang dikenal untuk memberikan pernapasan buatan diantaranya :
1 Mulut ke masker
2. Mulut ke mulut
3. Mulut ke mulut dan hidung
4. Dengan peralatan dikenal Bag Valve Mask (BVM)
Frekuensi pernapasan
Penyebaran penyakit
Kontaminasi bahan kimia
Muntahan penderita
Saat memberikan pernapasan buatan petunjuk yang dipakai untuk menentukan cukup tidaknya
udara yang diberikan adalah gerakan naiknya dada. Jangan sampai memberikan udara
berlebihan, karena akan mengakibatkan udara juga masuk dalam lambung serta mungkin akan
menimbulkan kerusakan pada paru-paru.
Pada beberapa keadaan kita mungkin akan menemukan sumbatan setelah melakukan
pernapasan buatan yang ditandai dengan beratnya upaya kita memberikan udara. Dalam
Dada dan perut bergerak naik dan turun seirama dengan pernapasan
Udara terdengar dan terasa saat keluar dari mulut / hidung
Penderita nampak nyaman
Frekwensinya cukup
Tidak bernapas
CIRCULATORY SUPPORT
Ingat : menghentikan perdarahan besar merupakan tindakan yang sangat penting dan harus
segera dilakukan bila seorang korban ditemukan dalam keadaan perdarahan besar.
Pijatan Jantung Luar dapat dilakukan mengingat sebagian besar dari jantung terletak diantara
tulang dada dan tulang punggung, sehingga penekanan dari luar dapat menyebabkan terjadinya
efek pompa pada jantung yang dinilai cukup untuk mengatur peredaran darah minimal pada
keadaan mati klinis.
Secara umum dapat dikatakan bahwa bila jantung berhenti berdenyut maka pernapasan akan
berhenti juga, namun keadaan ini tidak berlaku sebaliknya. Seseorang mungkin hanya
mengalami kegagalan pernapasan dengan jantung yang masih berdenyut, walau kalau
kelamaan akan berakhir terjadinya henti jantung juga karena kekurangan oksigen.
Resusitasi Jantung Paru harus dimulai sesegera mungkin saat menemukan korban mengalami
Henti nafas dan henti jantung. Tindakan ini merupakan gabungan dari ketiga komponen A, B
dan C.
Pada orang dewasa rasio untuk RJP untuk satu atau dua orang penolong adalah :
30 kompresi dada : 2 ventilasi
Posisikan korban. Harus ditempat yang rata dan keras, lengan korban disamping badan
korban.
Ekspos dada korban. Buka baju korban dan berikan privasi.
Posisikan penolong. berlutut disisi kanan atau kiri korban, lutut dibuka selebar bahu.
Tentukan titik xiphoid process. Cari dari pertemuan dua tulang iga paling bawah
korban.
Tentukan titik kompresi. Letakan 2 jari diatas pertemuan tulang iga paling bawah dan
letakan salah satu tumit tangan dan tangan yang lain ditempatkan diatasnya (saling
mengunci)
Bila korban menunjukan tanda-tanda pulih, maka tindakan RJP dihentikan atau hanya diarahkan
ke sistem yang belum pulih saja. Biasanya yang paling lambat pulih adalah pernapasan
spontan.
RJP yang baik bukan berarti penderitanya akan selamat, tetapi ada hal-hal yang dapat
dipantau untuk menentukan keberhasilan tindakan maupun pemulihan sistem pada korban.
Saat melakukan pijatan jantung luar (PJL), suruh seseorang menilai nadi karotis, bila ada
denyut maka berarti tekanan kita cukup baik.
Gerakan dada terlihat naik turun dengan baik pada saat memberikan pernapasan
buatan.
Reaksi pupil mungkin kembali normal
Warna kulit penderita akan berangsur-angsur baik
Penderita mungkin akan menunjukan refleksi menelan dan bergerak
Denyut nadi akan kembali
Kesalahan Hasil
Penderita tidak pada bidang keras Kompresi tidak efektip
Penderita tidak horizontal Bila kepala penderita lebih tinggi maka jumlah
darah yang ke otak berkurang
Head tilt chin lift kurang baik Jalan napas terganggu, ventilasi tidak maksimal
Letak tangan kurang tepat, arah tekanan Patah tulang iga, luka dalam paru-paru,
kurang baik Kompresi tidak maksimal
Tekanan terlalu dalam atau terlalu cepat Jumlah darah yang dialirkan kurang
Penggunaan APD adalah upaya terakhir yang dianjurkan dan bahkan diwajibkan, meskipun
tidak selalu paling efektif dalam upaya pencegahan kecelakaan dan penyakit akibat kerja.
Namun bilamana upaya pencegahan kecelakaan kerja seperti yang dimaksud diatas belum
dapat dilakukan secara sempurna karena keterbatasan-keterbatasan maka penggunaan alat
pelindung diri menjadi sangat penting.
Dasar hukum
Penggunaan Alat Pelindung Diri di tempat kerja telah diatur melalui perundang-undangan yaitu
Undang-undang No.1 tahun 1970. Beberapa pasal yang mengatur masalah penggunaan APD
antara lain :
• Pasal 9 c: Pengurus diwajibkan menunjukkan dan menjelaskan pada tiap tenaga kerja
baru tentang alat-alat perlindungan diri bagi tenaga kerja yang bersangkutan.
• Pasal 12 b: Dengan peraturan perundangan diatur kewajiban dan atau hak tenaga kerja
untuk memakai alat-alat perlindungan diri yang diwajibkan.
Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. Per. 08/men/VII/ 2010 tentang APD
mengatur lebih detil mengenai APD. Beberapa pengaturan yang penting di ketahui, khususnya
dalam pekerjaan di ruang terbatas adalah:
Pada pasal 2 Permenaker tersebut dinyatakan bahwa Pengusaha wajib menyediakan APD bagi
pekerja/buruh di tempat kerja bagi tenaga kerja & setiap orang lain yang memasuki tempat
kerja
a. APD dengan jumlah yang cukup dan sesuai dengan jenis potensi bahaya.
b. APD wajib diberikan oleh pengusaha secara cuma-cuma pada pekerja yang baru
ditempatkan atau jika APD yang ada telah kadaluarsa atau APD telah rusak dan
tidak dapat berfungsi dengan baik karena dipakai bekerja;
Pada Pasal 2 ayat (2) dinyatakan juga bahwa APD harus sesuai dengan Standar Nasional
Indonesia (SNI) atau standar yang berlaku. Standar yang berlaku seperti ANSI, JIS, AS/NZS dll.
Serta Pembuat dan distributor alat pelindung diri wajib bertanggung jawab atas kualitas,
keamanan dan keselamatan alat pelindung diri yang dibuat dan diedarkan.
Pasal 4 huruf h. Menyatakan bahwa APD wajib digunakan saat dilakukan pekerjaan dalam ruang
terbatas tangki, sumur atau lubang;
JENIS-JENIS APD
Jenis-jenis APD cukup banyak namun dalam modul ini hanya akan disampaikan beberapa jenis
saja yang sesuai dengan kebutuhan atau yang paling banyak dan sering digunakan di tempat
kerja.
Fungsi APD
Tudung kepala
Tudung atau hood dipakai untuk melindungi kepala dari bahaya terkena atau
kontak dengan bahan-bahan kimia, api, panas radiasi
Spesifikasi :
Pilih tudung dengan spesifikasi yang sesuai dengan keadaan lapangan
Pilih ukurannya, sesuai dengan besarnya lingkar kepala (kecil, sedang atau
besar)
Periksa bagian luar dan dalam tudung apakah sesuai dengan spesifikasinya,
apakah tudung dalam keadaan baik tidak rusak dan bersih.
Kendorkan klep pengatur untuk mempererat kedudukan tudung di kepala
Pakai tudung eratkan di kepala sehingga terasa pas dengan cara mengatur
klep pengatur. Setelah terasa pas di kepala, kencangkan kembali klep
pengatur
Kaitkan tali pengikat dagu dan atur sehingga pas letaknya di dagu
Untuk tudung yang sampai menutupi leher, leher tudung ada di bagian luar
leher baju
Spesifikasi :
- Prinsip kerjanya adalah mengabsorbsi bahan pencemar di udara
- Bahan kimia yang digunakan adalah karbon aktif atau silica gel
- Hanya mampu memurnikan satu macam bahan kimia
Respirator dengan kanister yang berisi bahan kimia
Spesifikasi:
- Prinsip kerjanya adalah mengabsorbsi bahan pencemar di udara
- Bahan kimia yang digunakan adalah bahan tertentu seperti asam sulfat
harus menggunakan kanister yang berisi soda
- Bahan kimia kanister mempunyai batas waktu tertentu
- Tidak bias digunakan dalam keadaan udara di lingkungan kerja yang
mengandung bahan kimia gas atau uap yang toksik
Respirator mekanik
Spesifikasi:
- Prinsip kerjanya adalah memurnikan udara terkontaminasi melalui
proses filtrasi
- Efisiensi filter tergantung kepada ukuran partikel dan diameter pori-
pori filter
- Ngabsorbsi bahan pencemar di udara
Respirator Kombinasi filter dan bahan kimia
- Dilengkapi dengan filter untuk menyaring udara terkontaminasi partikel
dan katrid atau kanister yang mengandung bahan kimia
6.3. Spesifikasi :
- Untuk pekerjaan peleburan dan pengecoran logam sepatu dari bahan kulit
dilapisi dengan krom atau asbes dan tingginya ± 35 cm.
- Untuk tempat kerja dengan potensi bahaya peledakan sepatu dari bahan kulit
sintetis dan tidak ada paku pada solnya
- Untuk tempat kerja dengan potensi bahaya listrik sepatu dari bahan kulit sintetis
yang seluruhnya dijahit dan tidak boleh ada paku
- Untuk pekerjaan kontruksi sepatu dari bahan kulit dilengkapi dengan campuran
baja dan karbon pada ujung depannya.
- Untuk mencegah dari bahaya terinjak benda-benda runcing sepatu dari bahan
kulit sintetis dengan sol dilapisi dengan logam
- Untuk mencegah dari bahaya kontak dengan bahan-bahan kimia berbahaya
sepatu terbuat dari bahan karet sintetis berbentuk boot
7. Pakaian pelindung,
7.2 Jenis
Menurut bentuknya dibedakan atas 2 (dua) yaitu:
a.Apron adalah menutup sebagian tubuh mulai dari dada sampai lutut
b. Overalis adalah menutup seluruh tubuh.
7.3 Spesifikasi
Pakaian pelindung dari kulit untuk mengerjakan pengelasan
Pakaian pelindung untuk pemadam kebakaran
Pakaian pelindung untuk pekerjaan yang terpajan radiasi
Pakaian pelindung dari plastic untuk pekerja yang kontak dengan bahan-bahan
kimia
c. Spesifikasi :
- Tali atau sabuk pengaman dari bahan yang kuat, tahan terhadap perubahan
cuaca, asam maupun alkalis
- Bahan terbuat dari kulit, nilon atau kombinasi dari keduanya. Pengait, gesper,
kancing terbuat dari bahan anti karat dan tidak mudah patah dan tidak elastis
biasanya dari bahan baja atau stainlessteel.
Penggunaan alat pelindung diri di tentukan berdasarkan penilaian risiko yang di lakukan
sebelum pekerjan ruang terbatas berlangsung. Persyaratan tersebut di masukkan dalam ijin (
permit) yang akan di keluarkan.
Tanggung jawab
Semua personil yang terlibat dalam pekerjaan ruang terbatas memiliki tanggungjawab terhadap
APD yang akan di gunakan. Secara spesifik, tanggung jwab itu terbagi sebagai berikut:
Pengusaha
• Menyediakan APD dalam jumlah yang cukup dan sesuai dengan standar ;
• Mengumumkan dan memasang rambu wajib APD di lokasi yang ditentukan berdasarkan
penilain risiko;
pelatihan;
inspeksi; dan
Ahli K3
• Mengidentifikasi potensi bahaya dan kemudian menentukan APD yang wajib di gunakan
dalam pekerjaan ruang terbatas.
• Memastikan bahwa APD yang dibutuhkan untuk pekerjaan ruang terbatas tersedia
dalam jumlah dan jenis yang cukup.
• Memastikan bahwa semua pekerja telah menggunakan APD yang dipersyaratkan dalam
ijin.
• Memastikan bahwa pekerja telah diberi pelatihan cara menggunakan APD dengan baik
dan betul, khususnya pelatihan penggunaan respirator yang sesuai.
• Memastikan bahwa semua alat pelindung diri dan alat enyelamatan yang di gunakan
berfungsi dengan baik.
PENUTUP
Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) merupakan salah satu aspek perlindungan
tenaga kerja untuk mencapai produktivitas yang optimal. Pengendalian secara teknologis
terhadap potensi bahaya/penyakit akibat kerja adalah yang menjadi tugas pokok dalam