NIM : 1610711092
6) BPBD Aceh
Menurut saya website BPBD Aceh memiliki beberapa kelebihan yaitu
seperti pada menu adanya visi misi, tugas pokok serta struktur organisasi yang
sudah jelas. Terdapat video tentang sikap siaga bencana agar masyarakat dapat
mempersiapkan jika ada bencana. Pada website ini juga memiliki fasilitas
searching dan memiliki informasi yang selalu update disertai dengan waktu yang
jelas.
Adanya kekurangan pada website ini yaitu kurangnya pengelompokkan
edukasi bencana dan tidak adanya pilihan menu untuk memberikan informasi
edukasi bencana.
7) BPBD Bali
Menurut saya kelebihan pada website BPBD Bali yaitu sudah menyajikan
berita yang sangat informatif dan edukatif jika terjadi bencana dan sudah
disajikan video simulasi jika terjadi bencana. Halaman utama website ini terdapat
informasi mengenai perkiraan cuaca di Bali, berita mengenai gempa terkini, lalu
edukasi mengenai pentingnya waspada letusan gunung api dan terdapat peta
KRB. Terdapat menu agenda yang berisikan kegiatan yang dilaksanakan oleh
BPBD Bali seperti jadwal rapat. Selain itu terdapat menu pengetahuan yang
terdiri atas beberapa sub bab seperti definisi bencana, daerah potensi bencana dan
sistem penanggulangan bencana yang sangat edukatif dan informatif serta sangat
mudah untuk diakses. Terdapat juga menu yang berisikan informasi mengenai
gunung agung dan potensinya untuk meletus melalui informasi siaga letusan
gunung api agung. Lalu terdapat informasi mengenai HKB yaitu Hari
Kesiapsiagaan Bencana yang sangat informatif sehingga masyarakat sadar akan
pentingnya kesiapsiagaan bencana.
Terdapat kekurangan pada website ini yaitu tidak adanya fasilitas
searching sehingga tidak bisa menemukan informasi lebih cepat dan tidak ada
fasilitas untuk memberikan pertanyaan jika ada pembaca yang ingin bertanya.
3. Kinerja organisasi
Menurut saya dengan pengalaman bencana pada tiap-tiap daerah mempunyai pengaruh
kinerja organisasi mereka karena dari pengalaman tersebut akan melakukan intropeksi
sehingga akan adanya perbaikan dan penyempurnanaan kekurangan yang ada. Seperti
contohnya BNPB, walaupun konsepnya sudah terbentuk sejak tahun 1945 yang bernama
Badan Penolong Keluarga Korban Perang (BPKKP) yang tujuannya adalah menolong
korban perang sampai kejadian tsunami dan gempa terbesar yang pernah terjadi di
Indonesia yaitu di Aceh pada tahun 2004 telah membuat Pemerintah Indonesia dan dunia
internasional dalam manajemen penanggulangan bencana. Menindaklanjuti situasi saat
iu, Pemerintah Indonesia mengeluarkan Peraturan Presiden Nomor 83 Tahun 2005
tentang Badan Koordinasi Nasional Penanganan Bencana (Bakornas PB). Badan ini
memiliki fungsi koordinasi yang didukung oleh pelaksana harian sebagai unsur pelaksana
penanggulanagn bencana. Sejalan dengan itu, pendekatan paradigma pengurangan resiko
bencana menjadi perhatian utama. Dalam merespon sistem penanggulangan bencana saat
itu, Pemerintah Indonesia sangat serius membangun legalisasi, lembaga, maupun
budgeting. Setelah dikeluarkannya Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 Tentang
Penanggulangan Bencana, pemerintah kemudian mengeluarkan Peraturan Presiden
Nomor 8 Tahun 2008 tentang Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB). BNPB
terdiri atas kepala, unsur pengarah penanggulangan bencana, dan unsur pelaksana
penanggulangan bencana. BNPB memiliki fungsi pengkoordinasian pelaksanaan
kegiataan penanggulangan bencana secara terencana, terpadu, dan menyeluruh.
Terbentuklah BNPB sejak 2008 hingga sekarang terus mengalami perbaikan dan
pengembangan disetiap kekurangannya.