Anda di halaman 1dari 4

9/6/2019 Biarlah Papua dan Aceh Merdeka

Cari artikel atau penulis



Depan Politik Ekonomi Hukum Iptek Perempuan Keluarga Olahraga Kuliah Qureta Lainnya

Biarlah Papua dan Aceh


Merdeka

Foto: newsstatus
Don Zakiyamani
Penikmat kopi
21/08/2019 12.8rb 3 min baca

Penikmat kopi senja l


twitter @don_zakiyamani l Sembari ngopi membaca berita di media online, kutemukan
web personal
paradoks kemeriahan 74 tahun Indonesia merdeka. Sukacita
donzakiyamani.co.id
yang harusnya hadir ternyata absen karena salah memahami
Follow kedaulatan dan nasionalisme. Barangkali kita sedang
berhalusinasi tentang kemerdekaan.

Negara merdeka bukanlah negara yang ketakutan dengan


bendera daerahnya sendiri. Bukan pula pemerintahan yang
dengan semena-mena terhadap aspirasi rakyatnya. Hanya
mental kolonialisme yang begitu, menekan dengan cara
militeristik guna meraih SDA.

Dalam hal itu, negara bukan melindungi, namun menjadi


momok menakutkan bagi rakyatnya. Dan menariknya, terjadi di
dua daerah pemodal bagi negara. 

Bahkan kapitalisme sangat menghormati para pemodal. Kok


negara pancasila malah sebaliknya?

Apa yang terjadi di Manokwari harusnya tak perlu direspons


dengan penambahan pasukan militer. Mereka rakyat yang harus
dilindungi, bukan penjajah yang menginjak kedaulatan negara.

Menambah kekuatan militer bukanlah solusi jangka panjang.


Menurut saya, malah itu solusi emosional. Solusi tidak kreatif
yang nyaris picik setidaknya panik. Tak jauh beda dengan
pendekatan orde baru maupun masa Megawati ketika
menerapkan hal yang sama pada Aceh.

Sudah jadi rahasia umum, konflik di belahan bumi mana pun


tetap berdimensi ekonomi. Kedua daerah yang seolah anak tiri

https://www.qureta.com/next/post/biarlah-papua-dan-aceh-merdeka 1/4
9/6/2019 Biarlah Papua dan Aceh Merdeka

dan anak pungut tersebut memiliki kekayaan alam yang sedang


dicari negara mana pun di dunia ini.

Baca Juga: Papua Wajib Merdeka!

Pendekatan militer tidak akan berhasil meredam konflik di


Papua. Hal itu sudah terbukti ketika beragam operasi militer
dijalankan di Aceh. Justru menambah besar konflik dan korban
jiwa. 

Baru-baru ini, konflik bersenjata di Kabupaten Nduga


menyebabkan 180 orang pengungsi meninggal dunia. Bahkan
113 di antaranya perempuan. Begitulah konflik bersenjata akan
jatuh korban jiwa dan dendam yang tak berkesudahan.

Di Aceh, hal yang sama pernah terjadi. Selain korban jiwa dan
kerugian materiil, konflik juga menyisakan kisah para
perempuan yang diperkosa. Sayangnya peristiwa itu dijadikan
catatan sejarah maupun catatan yang diseminarkan tanpa
keadilan.

Meski kini GAM dan RI sudah sepakat damai, bukan berarti


keadilan dilupakan. Lagian GAM dan rakyat Aceh dua
komponen yang berbeda, sama halnya seperti Papua dan
OPM. 

Sejatinya kedua daerah ini tidak menuntut muluk-muluk.


Mereka hanya menginginkan keadilan. Selain itu, mereka juga
sepakat bahwa kemerdekaan itu hak setiap bangsa.

Lalu mengapa pemerintah Indonesia begitu semangat


mengorbankan rakyat sipil agar kedua bangsa ini tetap dalam
NKRI? Apakah karena SDA mereka yang melimpah? Atau ada
alasan logis lain yang menyebabkan nilai kemanusiaan pun
dikorbankan?

Mencontoh Singapura yang tidak memiliki SDA melimpah,


harusnya Indonesia tak butuh Papua dan Aceh. Indonesia harus
menjadi negara mandiri yang tidak selalu bergantung pada
SDA Papua dan Aceh.

Apakah benar bahwa tanpa Aceh dan Papua, Indonesia akan


bangkrut? Menurut saya tidak. Indonesia memiliki cukup banyak
SDM yang berkualitas. Lalu apa yang dibutuhkan dari Papua
dan Aceh?

Wilayah geografis Indonesia terlalu luas jika melibatkan Aceh


dan Papua di dalamnya. Ketimbang menghabiskan energi,
korban jiwa, kerugian materiil, ada baiknya Indonesia melepas
Aceh dan Papua.

Kalaupun pemerintah benar-benar ingin mengetahui aspirasi


sebenarnya, silakan melalui mekanisme referendum. Ketimbang
terus-terusan menggunakan senjata dalam penyelesaian
konflik.

https://www.qureta.com/next/post/biarlah-papua-dan-aceh-merdeka 2/4
9/6/2019 Biarlah Papua dan Aceh Merdeka

Baca Juga: Jakarta Ingkari Janji, Aceh Tertipu Lagi?

Setidaknya kemanusiaan yang adil dan beradab itu bukan


hanya hafalan. Namun dapat diimplementasikan dalam
menyelesaikan konflik di Papua maupun Aceh. Momen tersebut
nantinya akan mengharumkan Indonesia di kancah
internasional.

Indonesia menjadi teladan negara demokrasi yang memberi


referendum untuk dua Provinsi sekaligus. Melalui mekanisme
itu nantinya ketahuan rakyat maunya bagaimana, bergabung
atau pisah dengan NKRI.

Apa pun hasilnya tidak akan merugikan, justru membuktikan


bahwa menjadi warga negara Indonesia tidak dipaksa. Tidak
harus ditodong pistol atau laras panjang agar mengakui cinta
Indonesia.

Indonesia lahir atas kesepakatan. Jika sudah tidak sepakat lagi,


mengapa harus dipaksakan bersama? Biarlah Papua memilih
jalannya sendiri, biarlah Aceh menentukan masa depannya
sendiri.

Jangan lagi menambah korban jiwa, korban perkosaan, anak-


anak yang terancam kehilangan masa depan hanya demi
obsebsi menjadi NKRI. Masa sih dana rakyat dihabiskan untuk
memerangi rakyat? Apa bedanya dengan Belanda dan Jepang
di masa lalu?

Apakah menunggu sumber daya alam Papua dan Aceh habis


baru melepas mereka? Coba tanyakan pada prajurit TNI/Polri di
lapangan, andai diberikan pilihan, mereka bakal memilih
memeluk anak-istri ketimbang perang.

Coba tanyakan pada prajurit TNI/Polri yang pernah berperang


Aceh. Menyesal, tidak, ketika peluru mereka mengenai anak-
anak? Bagaimana perasaan mereka ketika teman mereka wafat
dalam tugas?

Coba tanyakan pula pada korban perkosaan, apakah mereka


ikhlas menjadi warga negara Indonesia? Kemudian, apakah
anak-anak tidak berhak mendapatkan damai? Meraih masa
depan, bukan berlarian menghindari peluru.

Pendekatan militeristik tidaklah cocok digunakan untuk rakyat


sendiri. Jika ingin Papua damai, dan ingin Aceh sepenuh hati
bersama Indonesia, diplomasi cara terbaik. 

Namun jika memang tak mampu menyelesaikan dengan cara-


cara diplomatik dan simpatik, biarlah Papua dan Aceh merdeka.

https://www.qureta.com/next/post/biarlah-papua-dan-aceh-merdeka 3/4
9/6/2019 Biarlah Papua dan Aceh Merdeka

Menakar Tren Geopolitik- Sandiaga Uno si Mantan Pasukan Pragmatisme dan Oportunism
Ekonomi AS dan Cina Korporat Air Antiteror tapi Tak
Paham Akar
Terorisme

Fahmi Fahrurroji Rian Ernest Rachmadiar Perdana


12/12/2018 19/01/2019 03/12/20
Profesional Mahasiswa 28/12/2018 Politisi Mahasiswa

37 Comments Sort by Oldest

Add a comment...

Dien Alfianis
Setuju benar sekali itu..pemikiran yg cemerlang menurut saya..bagaimana
dengan teman2 yg lain masik akal gak..
Like · Reply · 11 · 2w

Faisal Aceh
Pantang menyerah Aceh dan papua sebelum merdeka. Salam dari kami warg
Aceh buat Papua...
Merdeka Aceh ..
Merdeka Papua..
Like · Reply · 18 · 2w

Patrice Muabuay
Salam Faisal Aceh dari Papua Barat
Like · Reply · 1 · 2d

Jubir Anuek Mak


Itu solusi yg bgu
Like · Reply · 8 · 2w

Rey Myst
Memang seharusnya begitu
Like · Reply · 4 · 2w

Mutasar Abd
S7
Like · Reply · 2 · 2w

Load 10 more comments

https://www.qureta.com/next/post/biarlah-papua-dan-aceh-merdeka 4/4

Anda mungkin juga menyukai