Anda di halaman 1dari 4

9/6/2019 Antara Gender, Feminisme, dan Tantangan Global

Cari artikel atau penulis



Depan Politik Ekonomi Hukum Iptek Perempuan Keluarga Olahraga Kuliah Qureta Lainnya

Antara Gender, Feminisme,


dan Tantangan Global

tirto

05/09/2019 36 3 min baca

Domestikasi dan marginalisasi perempuan di ruang publik


memang sudah berjalan dalam kurun waktu yang sangat
panjang. Tentu bukan hal yang asing lagi jika budaya patriaki,
teks-teks keagamaan yang dipahami secara diskriminatif, dan
kebijakan negara yang tidak sensitif gender melanggengkan
realitas perempuan yang marginal.

Lyli Zakiyah Munir, dalam buku berjudul “Hak Asasi Perempuan


dalam Islam: Antara Idealisme dan Realitas”, menegaskan
pemikirannya bahwa budaya patriarki telah menempatkan
perempuan hanya sebagai pelengkap, sebagai pendamping
suami. Hal ini bertentangan dengan Islam yang menyatakan
hubungan laki-laki dan perempuan adalah setara dan
resiprokal. 

Menurut Lyli, Islam tidak membebani perempuan dengan


kewajiban di sektor produksi, tetapi lebih kepada tugas
reproduksi. Peran ini menurutnya lebih penting karena hal ini
merupakan penentu kualitas hidup manusia selanjutnya.
Namun demikian, tidak menutup kemungkinan atas pilihan
perempuan untuk bekerja di sektor produktif dan
kemasyarakatan atas kerelaan dirinya sendiri (Munir, 1999: 53-
55).

Feminisme sendiri merupakan pembebasan perempuan karena


yang melekat dalam semua pendekatannya adalah keyakinan
bahwa perempuan mengalami ketidakdilan karena jenis
kelaminnya (Humm, 2002: 158). Sedangkan patriarki yang
berkembang di seluruh dunia merupakan sumber opresi yang
menimpa perempuan. 

https://www.qureta.com/next/post/antara-gender-feminisme-dan-tantangan-global 1/4
9/6/2019 Antara Gender, Feminisme, dan Tantangan Global

Patriarki bukanlah determinisme biologis, tetapi merupakan


sistem struktur sosial, dan praktik-praktik di mana setiap laki-
laki mendominasi, menindas, dan mengeksploitasi perempuan. 

Baca Juga: Audrey, Patriarki, dan Kacamata Persekusi

Patriarki meliputi enam struktur, yaitu (1) mode produksi


patriarki, dimana dalam struktur rumah tangga, perempuan
perempuan adalah kelas yang memproduksi dan laki-laki yang
mengambil keuntungan. 

(2) Patriarki pada pekerjaan dengan upah, melarang


perempuan masuk ke dalam jenis pekerjaan yang lebih baik
karena menganggap perempuan tidak berkompeten. 

(3) Patriarki dalam negara, dimana negara bias terhadap


Danang Puji Atmojo kepentingan patriarkis dalam kebijakan dan tindakan. (4)
Pembelajar Kekerasan laki-laki, muncul dalam bentuk yang beragam dan
Pembelajar partikelir, saat
secara sistematis dimaafkan dan ditoleransi oleh masyarakat.
ini sedang mendalami
disiplin ilmu politik.
 (5) Patriarki dalam seksualitas, mewajibkan heteroseksualitas,
Follow dan standar ganda seksual, yang menempatkan perempuan
sebagai objek seks. (6) Patriarki dalam lembaga budaya,
menciptakan representasi perempuan dari sudut pandang
patriarki dalam arena agama, pendidikan, dan media (Walby,
2014:28-30).

Feminisme sendiri juga menitikberatkan dan memberikan


ruang bagi perempuan teropresi untuk mencari jalan
pembebasan yang dipilih, yakni dengan membebaskan dirinya
dari fungsi-fungsi reproduksi yang dianggap menindas,
membebaskan diri untuk menikmati seksualitas sesuai dengan
pilihan masing-masing, maupun dengan menghargai tubuhnya
sendiri dengan fungsi-fungsi reproduksi yang tidak tergantikan
dengan fungsi artifisial yang direkayasa patriarki untuk
mengasingkan perempuan.

Meskipun demikian, keperluan analisis juga diperlukan dengan


cara mengambil metodologi yang sewajarnya dan selaras
dengan ketetapan Alquran dan Sunah untuk menjamin
keabsahannya. Penerimaan pemikiran dan analisis gender
Barat sepenuhnya yang hanya berdasarkan intelektualitas dan
rasionalitas kemanusiaan semata-mata tanpa
menitikseimbangkan nilai keagamaan dan tradisi budaya
tempatan adalah pertimbangan yang tidak tepat dalam
memperjuangkan keadilan sosial dalam kalangan wanita
mahupun lelaki. 

Sedangkan, realitas kedudukan dan kodrat wanita dalam


masyarakat Muslim adalah berbeda antara satu sama lain dan
ia perlu ditanggapi dengan cermat dari perspektif dalam
masyarakat itu sendiri (ethnocentrism). 

https://www.qureta.com/next/post/antara-gender-feminisme-dan-tantangan-global 2/4
9/6/2019 Antara Gender, Feminisme, dan Tantangan Global

Pemakaian kacamata eurocentrism (berpusatkan sudut


pandang barat atau Eropa) mungkin akan menimbulkan salah
faham penafsiran tentang keadilan dalam budaya masyarakat
Muslim umumnya dan hukum Islam khasnya. Hal ini
dikarenakan tidak semua perbedaan menggambarkan
ketidakadilan dan tidak semua persamaan menggambarkan
keadilan. Begitupun sebaliknya meletakkan sesuatu pada
tempatnya merupakan asas keadilan dalam Islam.

Baca Juga: Mengakhiri Fenomena Feminisme

Sehubungan itu, analisis gender boleh dijadikan satu instrumen


analisis sosial yang berkesan sekiranya mengambilkira
pandangan syariat Islam serta nilai tradisi masyarakat Muslim.
Dengan itu, keseimbangan antara apa yang dicitrakan dalam
syariat Islam dengan apa yang berlaku dalam realiti sosial
dapat dianalisis dengan adil dan saksama. 

Dalam Nahdlatul Ulama sendiri para ulama yang menjadikan


Aswaja sebagai ideologi organisasi yang mengarahkan cara
berpikir, bertindak, dan mengambil keputusan. Aswaja yang
juga menuntut para ulama untuk konsisten mengikuti konsep
Imam al-Asy’ari dan Imam Maturidi dalam akidah, Imam
Hanafi, Imam Maliki, Imam Syafi’i, dan Imam Hanbali dalam
syariat (fikih), dan Imam al-Ghazali atau Imam Junaidi al-
Baghdadi dalam tasawuf. 

Para imam utama ini menekankan moderasi, toleransi,


keseimbangan, dan tegak lurus dalam melakukan amar ma’ruf
nahyi munkar.

Peran domestik perempuan tidak boleh ditinggalkan dalam


keadaan apapun. Seorang perempuan yang aktif di ruang
publik harus tetap menempatkan peran domestik sebagai
peran utama yang harus diprioritaskan. 

Oleh sebab itu, konsep gender dan feminisme perempuan


dalam NU selalu berpegang para prinsip tawassuth, yaitu
moderasi peran domestik dan publik yang diharapkan mampu
mewujudkan kemaslahatan hakiki di dunia dan akhirat.

Menanam Peradaban, Membongkar Tarian Perdana PSI Pandangan Islam


Menebang Pohon- Subordinasi tanpa Tentang Pemilihan
Pohon Menanggalkan Umum
Tradisi

Irsan Manup… Amar Alfi… Manuel Mawengk… M Rusdil F…


14/12/2018 01/12/2018 23/07/2019 24/12/2018
Mahasiswa Pelajar Penulis Mahasiswa

https://www.qureta.com/next/post/antara-gender-feminisme-dan-tantangan-global 3/4
9/6/2019 Antara Gender, Feminisme, dan Tantangan Global

0 Comments Sort by Oldest

Add a comment...

Facebook Comments plugin

https://www.qureta.com/next/post/antara-gender-feminisme-dan-tantangan-global 4/4

Anda mungkin juga menyukai