Anda di halaman 1dari 6

9/6/2019 Anda Cinta, Berfoto, dan Lahir-Besar Papua; Omong Kosong Saja

Cari artikel atau penulis



Depan Politik Ekonomi Hukum Iptek Perempuan Keluarga Olahraga Kuliah Qureta Lainnya

Anda Cinta, Berfoto, dan Lahir-


Besar Papua; Omong Kosong
Saja

Ianub Jr
Blogger
Pecinta peMIMPIn dunia: di
era 90an - Abraham
Lincoln, 20an - Nelson
Mandela, dan 21an -
Obama.

Follow
Marchelino Kudiai, Papuansphoto

25/08/2019 5rb 7 min baca

“Kemarin, waktu kami dipersekusi, kalian ada di mana semua?


LSM, media, polisi, akademisi, dll, sesungguhnya hari ini kalian
menegaskan sikap diskriminatif itu. Ketika orang Papua
terancam, kalian diam seribu bahasa. Namun ketika orang
Papua mengancam, kalian paling banyak bicara. Itulah
TAKUPAS!,” tulis Victor Mambor, Jurnalis senior Papua Barat di
dinding Facebook-nya.

Kutipan Victor ini mengalamatkan kepada semua orang


Indonesia, Merauke sampai Sabang. Terutama manusia
Indonesia yang selalu mengatakan dan menyatakan: “saya cinta
Papua, saya berfoto bersama orang Papua, dan saya memang
lahir besar di Papua.” Mungkin juga, mereka yang rekayasa atau
benar melontarkan, saya pernah ke Papua dan saya punya
teman ada juga orang Papua.

Kini, saat masalah Papua memanas dan dikatakan kata-kata


rasial terhadap pelajar Papua oleh TNI/Polri, ormas-ormas
(ormas yang kerja sama dengan prajurit, pemerintah Indonesia)
dan orang Malang dan Surabaya, orang-orang yang disebutkan
di atas ini, ke mana sembari mahasiswa Papua dalam teraniaya
dan terancam?

Dari situ saja kita menilai orang-orang ini pura-pura mencintai


Tanah Papua dan orang Papua. Mereka bicara hanya
menyegarkan suasana saja dan tidak dengan hati sanubari
mereka. Omong kosong saja mereka, mengklise cintai Papua
balaka.

https://www.qureta.com/next/post/anda-cinta-berfoto-dan-lahir-besar-papua-omong-kosong-saja 1/6
9/6/2019 Anda Cinta, Berfoto, dan Lahir-Besar Papua; Omong Kosong Saja

Terutama buat orang-orang pendatang yang lahir besar dan


mendiami di tanah Papua, mereka sesungguhnya adalah kepala
batu sekali. Mereka tidak ada sama sekali aksi melawan
rasialisme dan turun jalan berdemo bersama orang Papua. 

Jika melihat di dunia maya, orang-orang ini ramai, bahkan


mereka memakai aksesori Papua dan berfoto dengan orang
Papua dengan keterangan; kami Papua, NKRI harga Mati.
Bhinneka Tunggal Ika.

Mereka hanya bilang saya adalah orang Papua tanpa ada


kontribusi mengurangi rasialisme. Jangankan orasi tentang
kemanusiaan tentang pembunuhan orang Papua oleh militer
Indonesia, mereka menganggap hal itu adalah salah satu
dukungan perjuangan Papua merdeka. Itulah pikiran dangkal
mereka; salah satunya.

Dalam sejarahnya orang pendatang di Papua, sejauh orang


Papua meninggal gara-gara sistem negara dan pelanggaran-
pelanggaran HAM dibuat oleh negara, mereka ini sama saja
dengan anak buahnya iblis, di mana mereka tidak mempunyai
rasa kemanusiaan karena iblis yang benci hal kebaikan
manusia. 

Baca Juga: Kita dan Papua: Jebakan Konstruksi Rasialisme

Rasa simpatinya mereka nomor terakhir—tidak ada sama sekali


meski mereka klaim sebagai orang terdidik dan cinta Papua.

Padahal, dalam Alkitab sudah dituliskan, “Usahakanlah


kesejahteraan kota ke mana kamu Aku buang, dan berdoalah
untuk kota itu kepada TUHAN, sebab kesejahteraannya adalah
kesejahteraanmu.” (Yeremia 29:7)

Jika ayat ini kita menginterpretasikan bahasa kita, kawan, ayat


ini menuntut kita berdoa buat kota di mana kita tinggal, tapi
lebih dari itu bukan selalu berdoa yang tutup mata seperti yang
biasanya. Namun kita berpartisipasi kesejahteraan kota kita
dengan tindakan. Itu juga berdoa. Selama orang di sekitarmu
dan tetanggamu sedang teraniaya, di situlah Anda harus
bicara. Nah, itulah maksud ayat di atas.

Jadi, manusia Indonesia yang ada di Papua ini sejatinya


pengkhianat Bhinneka Tunggal Ika karena mereka membiarkan
orang Papua dalam dunia persekusian. Mereka tidak
memikirkan perbedaan dalam persatuan, tapi mereka memilih-
milih orang. 

Seakan mereka pikir orang Papua harus binasa dari muka bumi
Papua, bila kita menyimak kelakuan pendatang di Papua karena
mereka alpa memeluk kepedihan orang Papua.

Kami mengakui orang Indonesia punya postingan-postingan di


media sosial, mengatakan bahwa: Papua adalah sebangsa
kami, orang Papua adalah saudara/i kami, dll. Saya kasih tahu,

https://www.qureta.com/next/post/anda-cinta-berfoto-dan-lahir-besar-papua-omong-kosong-saja 2/6
9/6/2019 Anda Cinta, Berfoto, dan Lahir-Besar Papua; Omong Kosong Saja

itu bukan dukungan penuh terhadap masalah Papua akhir-akhir


ini. Itu bukan rasa keprihatinan Anda terhadap masalah yang
sedang dihadapi mahasiswa Papua.

Paling parah adalah orang Indonesia ini mempermainkan


simbol negara Indonesia, Bhinneka Tunggal Ika.

Mereka menulis caption mereka yang latar gambarnya orang


Papua dan akhir dari kutipan mereka selalu ada tulisan
Bhinneka Tunggal Ika, kita beda tapi tetap satu. Sobat, foto-
foto itu tertuju ke mana? Ke siapa? Ke publik atau orang-orang
tertentu? Anda bikin pusing orang saja. Jika Anda adalah
manusia dan concern betul pada kemanusiaan, bukan begitu
caranya.

Jika Anda mengarahkan pointer langsung ke pemerintah, itu


adalah tindakan yang paling baik. Seharusnya begitu karena
pemerintah yang bikin rusuh tindakan rasialisme ini di Asrama
Papua di Surabaya dan Malang. Bagaimana tidak, Jokowi dan
Tito mengeluarkan pernyataan yang paling lemah. Dalam
pernyataannya tersebut menunjukkan bahwa pemerintah telah
salah dan melanggar hukumnya sendiri.

Karena permintaan maaf pemerintah oleh Jokowi dan Tito


mengambinghitamkan kebinekaan. Apalagi pelaku sampai saat
ini belum ada pengungkapan. Ini menandakan aktor di balik
semua ini adalah pemerintah dan dikasih biarkan ormas
ngeledek rumah mahasiswa dan polisi serbu dengan gas air
mata di asrama (property of Papuan students) Mahasiswa
Papua di Surabaya.

Sejak keterangan disampaikan oleh kedua bapak ini, ekor-ekor


Indonesia juga terpengaruh terbawah ikut. Kata “Maaf” seakan
menjadi kunci perdamaian antara orang Papua dan Indonesia.
Setelah orang Indonesia yang berteman dengan orang Papua
mendengar kata rasialisme ini, mereka langsung meminta maaf
kepada teman yang orangnya dari asal Papua.

Baca Juga: Papua Wajib Merdeka!

Ini penyakit besar yang pemimpin besar mengajarkan kita


sebangsa dan setanah air, Indonesia, bahwasanya jika orang
mati dan terima kata-kata rasialisme, kita (pelaku) meminta
maaf kepada korbannya. Masalahnya adalah kata maaf ini
dilontarkan setiap insiden kematian orang Papua—berulang
dan ulang kali. Khotbah pemimpin paling tidak masuk akal yang
pernah ada.

Pak Jokowi memaksa orang Papua untuk meminta maaf. Mas


Jokowi bertobat dulu boleh dan tidak mengirimkan serdadu
banyak-banyak ke Papua. Karena orang Papua juga ingat
petuah Gus Dur, Maaf sih ya, dilupakan ngga. Dilupakan bisa
saja terjadi kalau keinginan orang Papua didengarkan oleh
Jakarta. 

https://www.qureta.com/next/post/anda-cinta-berfoto-dan-lahir-besar-papua-omong-kosong-saja 3/6
9/6/2019 Anda Cinta, Berfoto, dan Lahir-Besar Papua; Omong Kosong Saja

Pak Jokowi juga perlu ingat bahwa memaafkan orang itu bukan
memaksa. Ia datang dari hati dan jiwa yang terdalam seperti.
(Nelson Mandela, father of power of forgiveness).

Hal lain yang menjengkelkan dan membunuh psikologi orang


Papua adalah saat selebritas Indonesia yang kerap kunjungi ke
Papua, berfoto bersama orang Papua, mereka juga ikut
berpartisipasi mempermainkan Bhinneka Tunggal Ika semata.

Agnes Monica, umpamanya, saat isu rasialisme terhadap


pelajar Papua merajalela ke mana-mana, ia tidak buang suara
tentang hal itu di mediumnya. Padahal Agnes sudah
meluangkan waktu bersama anak-anak Papua sementara
mengambil foto bersama dengan mereka. Bahkan di Instagram-
nya penuh dengan foto-foto bergaya ke-Papua-an.

Kami tahu, sebagai selebritas, mereka hanya mau


mempromosikan popularitas mereka di ranah publik sambil
mendekati dengan anak-anak Papua, sebut saja kaum
minoritas. Selebritas seperti ini memanfaatkan orang Papua
hanya untuk nama naik diri sendiri, bukannya mengedepankan
humanisme terhadap sesama manusia. 

Mereka mempermainkan nilai Bhinneka Tunggal Ika karena


mereka tidak punya tindakan secara nyata.

Artis-artis ini pikir mereka telah menarik hati orang Papua, jadi
kerja nyata kebinekaan terhadap orang Papua sudah selesai. Itu
tidak benar (baca: takupas) juga karena kakak dua Ari Silasahe
dan Nia Zukarnaen saja takut mempromosikan sebuah kritisme
kepada pemerintahan meskipun kakak dua adalah selalu kerja
keras untuk membangun anak-anak Indonesia Timur, termasuk
Papua.

Seperti pace-pace terkenal Jakarta selalu bilang di media, siapa


pun yang tidak melakukan fungsi-fungsi Bhinneka Tunggal Ika,
dia adalah penghianat bangsa dan negara. Lalu siapa yang
penipu di sini? Pemerintah? Orang-orang pendatang di Papua?
Artis-artis Indonesia? Atau orang Papua sendiri yang pro-
pemerintahan Indonesia yang lupa dengan humanisme? Ko
yang tahu jawabannya.

Lagi, orang-orang yang lahir dan besar Papua seperti host Kick
Andy, Andy Noya, dan pendiri Net Tv, Wishnutama
Kusubandio. Mereka sama saja di barisan di atas bahwasanya
mereka tidak peka terhadap masalah yang benar-benar
dihadapi oleh mahasiswa/i Papua di antero Ibu Pertiwi.

Kalau tidak, mereka harus bilang satu kata dua kata kepada
pemerintah, bukan pesan-pesan seperti di atas yang tidak tahu
arah penerima dan tujuan ajukan pesan yang sesungguhnya. 

Baca Juga: Agnez Mo, Papuans, dan Teguran

https://www.qureta.com/next/post/anda-cinta-berfoto-dan-lahir-besar-papua-omong-kosong-saja 4/6
9/6/2019 Anda Cinta, Berfoto, dan Lahir-Besar Papua; Omong Kosong Saja

Seperti komedian Arie Kriting kan jelas terarah ke pemerintah


dan ia bisa menuturkan haknya dia dalam free speech. Ia
pernah keluarkan pidato singkatnya dengan: nyawa dan darah
tidak bisa dibayar dengan bangunan dan aspal (Papua).

Orang Papua bosan sekali baca dan meramalkan kata-kata


Bhinneka Tunggal Ika di setiap hari. Kalau itu yang Anda
promosikan di status media sosial Anda di dunia maya, itu tidak
bermanfaat.

Sekarang saatnya Anda bisa berubah cara ketik kutipan di


media sosial Anda lantaran Anda mengetik Bhinneka Tunggal
Ika adalah tidak relevan lagi sekarang di mata orang Papua
kalau tidak Anda (fisikmu) sendiri turun jalan berdemo. Bukan
baku gaya di dunia maya dan bilang saya cinta Papua seratus
persen.

Saya bilang di atas ini hanya untuk mengantisipasi metafora


kuda: bet for the horse while it is still in the mud, yang
disampaikan oleh Dr. Kevin Cosby saat berpidato pemakaman
Muhammad Ali di Amerika Serikat.

Bertaruhlah untuk kuda saat masih dalam pelumpuran. Saat


Muhammad Ali di tahun 60an dan ia mulai-mulai naik daun
dalam dunia tinju, tidak ada satu orang pun yang mendukung
bahkan tahun itu adalah tahun rasialis dan segregasi terkenal di
Amerika. Dobel lagi, dia adalah orang berkulit hitam, Islam, dan
minoritas.

Kemudian, tahun berikutnya, setelah ia menjadi terkenal dan


menang piala tinju dunia berdobel-dobel, orang-orang yang
tidak peduli itu bahkan baku antrian panjang bertaruh untuk
men-support Ali. 

Sesungguhnya kita mendukung orang setelah ia menang dan


terkenal itu mah b*llsh*ttt, takupas, dan tidak ada artinya—
pencitraan. Pokoknya tidak ada bernilai. Sebaiknya adalah
mengangkat orang saat ia lagi dalam keadaan darurat dan
keadaan lumpur. 

Jangan seperti kejadian Muhamad Ali di kemudian hari terjadi di


Indonesia, bahwa setelah Papua duduk bangku sederatan
dengan negara lain, baru Anda akan jadi big fan of Papua.

Hoaks Keagamaan Kenapa Tidak Hapus Hentikan Pendanaan Antagonisme Politik


Saja Mata Pelajaran Batu Bara dan Energi Berwajah Agama Kubu
Agama di Sekolah? Fosil Prabowo-Sandi

JR. Sinaga Rahmat Fauzi M Dani Habibi


07/07/2019 26/06/2019 02/11/2018
Fredy Wansyah 14/11/2018 Penulis Mahasiswa Mahasiswa

https://www.qureta.com/next/post/anda-cinta-berfoto-dan-lahir-besar-papua-omong-kosong-saja 5/6
9/6/2019 Anda Cinta, Berfoto, dan Lahir-Besar Papua; Omong Kosong Saja

15 Comments Sort by Oldest

Add a comment...

Anthony Sinaga
MANTAP!
Like · Reply · 1 · 1w

Ledox Lennon Lalo


Edukasi yg baik bagi pembaca.
Like · Reply · 1 · 1w

Tyo St. Anarchistus


Saya tidak bisa ngomong apa2... Semoga kami yg bukan orang Papua bisa
mengerti.
Like · Reply · 1 · 5d

Budi Waluyo
~ Mata najwa langsung mengupas masalah rasisme di papua ~
Like · Reply · 4d

Nopi Jr.
kurangnya, Nana tidak panggil pihak OPM atau KNPB (komite nasiona
papua barat) atau AMP (aliansi mahasiswa Papua)
Like · Reply · 4d

Hekman Maifun
Hormat
Like · Reply · 4d

Load 10 more comments

https://www.qureta.com/next/post/anda-cinta-berfoto-dan-lahir-besar-papua-omong-kosong-saja 6/6

Anda mungkin juga menyukai