Anda di halaman 1dari 43

Konsep Asuhan Keperawatan keluarga

Konsep Asuhan Keperawatan Keluarga.


Konsep asuhan keperawatan keluarga akan dibahas mengenai pengertian keluarga,
tipe/jenis keluarga, struktur keluarga, peran keluarga, fungsi keluarga tahap-tahap keluarga, tugas
perkembangan keluarga, dan peran perawat keluarga.
1. Konsep keluarga.
Pada konsep keluarga ini penulis akan membahas tentang pengertian keluarga, tipe atau
jenis keluarga, struktur keluarga, peran keluarga, fungsi keluarga, tahap perkembangan
keluarga dan tugas perkembangan keluarga.
a. Pengertian
Ada beberapa pengertian keluarga diantaranya menurut National Center For Health
Statistic (1990), yang dikutip oleh Stan-hope dan Lancaster (1998), keluarga adalah
kelompok dua orang atau lebih yang berhubungan karena kelahiran dan perkawinan,
adopsi atau tinggal bersama dalam suatu rumah tangga. Menurut Harmon dan Boyd
(1996), keluarga adalah suatu kelompok orang yang dipersatukan oleh tali perkawinan,
pertalian darah atau adopsi, constituring rumah tangga tunggal, memberitahukan dan
saling berinteraksi satu sama lain di dalam peranan sosial istri dan suami, ibu dan ayah,
saudara dan saudari dan menciptakan serta memelihara suatu kultur. Menurut Frietman
(1998), keluarga adalah suatu kesatuan dan orang-orang yang terikat dalam perkawinan,
ada hubungan darah atau adopsi dan tinggal dalam satu rumah.
b. Tipe Keluarga
1. Tipe keluarga tradisional terdiri dari :
a). Keluarga Inti
Suatu rumah tangga yang terdiri dari suami, istri, dan anak kandung atau
angkat.
b). Keluarga Besar
Keluarga inti ditambah dengan keluarga-keluarga lain yang
mempunyai hubungan darah, misalnya kakek, paman, bibi.
c). Keluarga Dyad
Suatu rumah tangga yang terdiri dari suami, istri tanpa anak.
d). Single Parent
Suatu rumah tangga yang terdiri dan satu orang tua dengan anak
(kandung atau angkat). Kondisi ini dapat disebabkan oleh perceraian atau
kematian.
e). Single Adult
Suatu rumah tangga yang terdiri dari seorang dewasa.
f). Keluarga Usila
Suatu rumah tangga yang terdiri dari suami istri yang berusia lanjut.
2. Tipe keluarga non tradisional terdiri dari
a). Commune Family yaitu lebih dari satu keluarga tanpa pertalian darah hidup
serumah.
b). Orang tua (Ayah-Ibu) yang tidak ada ikatan perkawinan dan anak hidup
bersama dalam satu rumah tangga.
e). Homoseksual, yaitu dua individu yang sejenis hidup bersama dalam satu
rumah tangga.
c). Struktur Keluarga
Struktur keluarga dapat menggambarkan bagaimana keluarga melaksanakan
fungsi keluarga dimasyarakat sekitarnya (Parad dan Caplan, 1995) yang diadopsi
Friedman, mengatakan ada empat elemen struktur keluarga, yaitu:.
1. Struktur peran keluarga, menggambarkan peran masing- masing anggota
keluarga dalam keluarga sendiri dan perannya ditingkat masyarakat atau peran
formal dan informal
2. Nilai atau norma keluarga, menggambarkan nilai dan norma keluarga yang
dipelajari dan diyakini oleh keluarga, khususnya yang berhubungan dengan
kesehatan.
3.Pola komunikasi keluarga, menggambarkan bagaimana cara dan pola
komunikasi ayah dan ibu (orangtua), orang tua dengan anak-anak, anak
dengan anggota keluarga lain (pada keluarga besar) dengan keluarga inti.
4.Struktur kekuatan keluarga, merupakan kemampuan diri individu untuk
mengembalikan atau mempengaruhi untuk merubah perilaku orang lain kearah
yang positif.
d. Peran Keluarga
Peran keluarga menggambarkan seperangkat interpersonal, sifat kegiatan yang
berhubungan dengan individu dengan posisi dan situasi tertentu. Peranan individu
dalam keluarga didasari oleh harapan dan pola perilaku keluarga, kelompok dan
masyarakat.
Berbagai peran yang terdapat dalam keluarga adalah sebagai berikut :
1. Peran ayah sebagai suami dan isteri dengan anak-anak, berperan sebagai pencari
nafkah, pendidik dan pemberi rasa aman, sebagai kepala keluarga dan sebagai
anggota dan kelompok sosialnya serta sebagai anggota masyarakat dari
lingkungannya.
2. Peran ibu, ibu mempunyai peranan untuk mengurus rumah tangga. sebagai
pengasuh dan pendidik anak-anaknya, pelindung sebagai salah satu kelompok
dalam peranan sosialnya serta sebagai anggota masyarakat dan lingkungannya,
disamping itu juga. ibu dapat berperan sebagai pencari nafkah tambahan dalam
keluarganya.
3.Peran anak, anak melaksanakan peranan psikososial sesuai dengan tingkat
perkembangannya baik fisik, mental, sosial, spiritual.
e. Fungsi Keluarga
Friedman (1986) mengidentifikasi 5 fungsi dasar keluarga, yaitu:
a. Fungsi Afektif
Fungsi afektif berhubungan erat dengan fungsi internal, keluarga yang
merupakan basis kekuatan, sumber energi yang berguna untuk pemenuhan
kebutuhan psikososial. Keberhasilan melaksanakan fungsi afektif tampak pada
kebahagiaan dan kegembiraan dari seluruh anggota keluarga. Tiap anggota
keluarga, keluarga saling mempertahankan iklim yang positif. Hal tersebut
dipelajari dan dikembangkan melalui interaksi dan hubungan dalam keluarga
dengan cara saling mengasuh, saling menghargai, ikatan dan identifikasi. Apabila
fungsi afektif tidak terpenuhi. maka akan timbul keretakan keluarga, masalah
anak atau masalah keluarga.
b. Fungsi Sosialisasi
Sosialisasi adalah proses perkembangan dan perubahan yang dilalui
individu, yang menghasilkan interaksi sosial dan belajar dalam lingkungan sosial.
c. Fungsi Reproduksi
Keluarga berfungsi untuk meneruskan kelangsungan keturunan dan menambah sumber daya manusia.
Dengan adanya program keluarga berencana maka fungsi ini sedikit terkontrol.
d. Fungsi Ekonomi
Fungsi ekonomi merupakan untuk memenuhi kebutuhan seluruh anggota keluarga seperti kebutuhan
akan makanan, pakaian dan tempat berlindung (rumah).
e. Fungsi Perawatan Kesehatan
Keluarga juga berfungsi untuk melaksanakan praktek asuhan kesehatan, yaitu untuk mencegah
terjadinya gangguan kesehatan dan merawat anggota keluarga yang sakit. Keluarga yang dapat
melaksanakan tugas kesehatan berarti sanggup menyelesaikan masalah kesehatan keluarga.
Adapun tugas kesehatan keluarga adalah sebagai berikut :
1. Mengenal masalah.
2. Membuat keputusan tindakan yang tepat.
3. Memberi perawatan pada anggota keluarga yang sakit.
4. Mempertahankan atau menciptakan suasana rumah yang sehat.
5. Mempertahankan hubungan dengan menggunakan fasilitas kesehatan masyarakat.

f. Tahap- Tahap Perkembangan Keluarga


a. Tahap I: Keluarga Baru (Pasangan Baru)
Keluarga baru dimulai saat masing- masing individu laki- laki (suami) dan perempuan
(istri) membentuk keluarga melalui perkawinan yang sah dan meninggalkan keluarga masing-
masing.

b. Tahap II : Keluarga “Child Bearing” (kelahiran anak pertama)


Keluarga yang menantikan kelahiran anak mulai dari kehamilan sampai kelahiran anak
pertama dan berlanjut sampai usia 30 bulan.
c. Tahap III: Keluarga dengan anak pra sekolah
Tahap ini dimulai saat kelahiran anak pertama berusia 2,5 tahun dan berakhir saat berusia 5
tahun.
d. Tahap IV: Keluarga dengan anak sekolah
Tahap ini dimulai saat anak masuk pada usia 6 tahun dan berakhir pada usia 12 tahun. Pada
tahap ini orang tua perlu belajar berpisah dengan anak memberi kesempatan pada anak untuk
bersosialisasi, baik aktivitas di sekolah maupun di luar sekolah.
e. Tahap V: Keluarga dengan anak remaja
Tahap ini dimulai pada saat anak pertama berusia 13 tahun dan biasanya berakhir sampai anak berusia
16-17 tahun, yaitu pada saat anak meninggalkan rumah orang tuanya.
f. Tahap VI: Keluarga dengan anak dewasa (Pelepasan)
Tahap ini dimulai pada saat anak pertama meninggalkan rumah dan berakhir pada saat anak
terakhir meninggalkan rumah.

g. Tahap VII: Keluarga usia pertengahan


Tahap ini dimulai pada saat anak yang terakhir meninggalkan rumah dan berakhir pada saat
pensiun dan salah satu pasangan meninggal dunia.
h. Tahap VIII: Keluarga usia lanjut
Tahap terakhir perkembangan keluarga ini dimulai saat salah satu pasangan pensiun,
berlanjut saat salah satu pasangan meninggal sampai keduanya meninggal dunia.

g. Tugas Perkembangan Pada Setiap Tahapan Keluarga


Setiap tahapan perkembangan keluarga memiliki tugas perkembangan masing- masing
sesuai dengan tahapannya yang harus dipenuhi oleh setiap keluarga.
Adapun tugas perkembangan pada setiap tahapan keluarga adalah:
a. Tahap I: Keluarga Baru (Pasangan Baru)
1. Membina hubungan intim yang memuaskan.
2. Membina hubungan dengan keluarga lain, teman, kelompok sosial.
3. Mendiskusikan rencana memiliki anak.

b. Tahap II: Keluarga Child Bearing (Keluarga anak pertama)


1. Persiapan menjadi orang tua.
2. Adaptasi dengan perubahan anggota keluarga, peran, interaksi, hubungan seksual, dan kegiatan.
3. Mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan pasangan.
c. Tahap III: Keluarga dengan anak pra sekolah
1. Memenuhi kebutuhan anggota keluarga seperti kebutuhan tempat tinggal, privacy dan rasa aman.
2. Membantu anak bersosialisasi.
3. Beradaptasi dengan anak yang baru lahir, sementara kebutuhan anak yang lain juga hams
terpenuhi.
4. mempertahankan hubungan yang sehat baik di dalam maupun diluar keluarga (keluarga lain dan
lingkungan sekitar)
5. Pembagian waktu untuk individu, pasangan dan anak
6. Pembagian tanggungjawab anggota keluarga
7. Kegiatan dan waktu untuk stimulasi tumbuh kembang
d. Tahap IV: Keluarga dengan anak sekolah
1. Membantu sosialisasi anak terhadap tetangga, sekolah dan lingkungan
2. Mempertahankan keintiman pasangan
3. Memenuhi kebutuhan dan biaya kehidupan yang semakin meningkat, termasuk kebutuhan untuk
meningkatkan kesehatan anggota keluarga.
e. Tahap V: Keluarga dengan anak remaja
1. Memberikan kebebasan yang seimbang dengan rasa tanggung jawab mengingat remaja yang
sudah bertambah dewasa dan meningkatkan kesehatan anggota keluarga.
2. Mempertahankan hubungan yang intim dengan keluarga.
3. Mempertahankan komunikasi terbuka antara anak dan orang tua. Hindari perdebatan, kecurigaan
dan permusuhan.
4. Perubahan sistem peran dan peraturan untuk tumbuh kembang keluarga
f. Tahap VI: Keluarga dengan anak dewasa (Pelepasan)
1. Memperluas keluarga inti menjadi keluarga besar.
2. Mempertahankan keintiman pasangan.
3. Membantu orang tua suami! istri yang sedang sakit dan memasuki masa tua.
4. Membantu anak untuk mandiri di masyarakat.
5. Penataan kembali peran dan kegiatan rumah tangga.
g. Tahap VII: Keluarga usia pertengahan
1. Mempertahankan kesadaran.
2. Mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan teman sebaya dan anak- anak.
3. Meningkatkan keakraban pasangan.
h. Tahap VIII: Keluarga usia lanjut
1. Mempertahankan suasana rumah yang menyenangkan.
2. Adaptasi dengan perubahan kehilangan pasangan, teman, kekuatan fisik, dan pendapatan.
3. Mempertahankan keakraban suami/ istri dan saling merawat.
4. Mempertahankan hubungan dengan anak dan sosial masyarakat.
5. Melakukan “Life Review”.

h. Peran Perawat Keluarga


Peran perawat dalam melakukan perawatan kesehatan-kesehatan keluarga, yaitu:
a. Pendidik
Perawat perlu memberikan pendidikan kesehatan kepada agar :
1. Keluarga dapat melakukan program asuhan kesehatan keluarga secara mandiri
2. Bertanggungjawab terhadap kesehatan

b. Koordinator
Koordinator diperlukan pada perawatan berkelanjutan agar pelayanan yang komprehensif tercapai dan
diperlukan untuk mengatur program kegiatan atau terapi dan berbagai disiplin ilmu.
c. Pelaksana
Perawat yang bekerja dengan klien dan keluarga baik di rumah, klinik, maupun rumah sakit.
bertanggung jawab dalam memberikan perawatan langsung.
d. Pengawas Kesehatan
Perawat harus melaksanakan home visit secara teratur untuk melakukan pengkajian tentang kesehatan
keluarga.
e. Konsultan (Penasehat)
Perawat harus terbuka dan dapat dipercaya sebagai narasumber bagi keluarga di dalam mengatasi
masalah kesehatan.
f. Fasilitator
Perawat harus mengetahui sistem pelayanan kesehatan, misalnya sistem rujukan dan dana’ kesehatan
agar dapat membantu keluarga di dalam menghadapi kendala untuk meningkatkan derajat
kesehatannya.

g. Kolaborasi
Perawat harus bekerjasama dengan tim kesehatan lain untuk mencapai tahap kesehatan yang optimal.
h. Penemu Kasus
Perawat mengidentifikasi masalah kesehatan secara dini sehingga tak terjadi ledakan atau wabah.
i. Modifikasi Lingkungan
Perawat harus dapat memodifikasi, baik lingkungan rumah maupun lingkungan masyarakat agar dapat
tercipta lingkungan yang sehat.

2. Konsep Keperawatan Keluarga


a. Pengkajian
Pengkajian merupakan data yang perlu dikaji pada proses perawatan keluarga dengan
masalah Diabetes Mellitus menurut Friedman (1998) meliputi data dasar keluarga, lingkungan
keluarga, struktur keluarga, fungsi keluarga, stress dan koping keluarga dan fungsi perawatan
kesehatan.
1. Data dasar keluarga, data yang perlu dikaji antara lain: nama keluarga, amanat dan nomor
telepon, komposisi keluarga, tipe keluarga, latar belakang budaya (etnis), identifikasi religi,
status kelas keluarga, aktivitas rekreasi dan waktu senggang keluarga.
2. Data lingkungan keluarga, data yang perlu dikaji antara lain: karakteristik rumah, karakteristik
dan lingkungan sekitar dan komunitas yang lebih besar, mobilitas geografi keluarga,
perkumpulan dan interaksi keluarga dengan masyarakat, serta sistem-sistem pendukung keluarga.
3. Struktur keluarga yang terdiri dai: pola komunikasi keluarga: data yang harus dikaji adalah
observasi seluruh anggota keluarga dalam berhubungan satu sama lain, apakah komunikasi
dalam keluarga berfungsi atau tidak, seberapa balk setiap anggota keluarga menjadi pendengar,
jelas dalam penyampaian, perasaan terhadap komunikasi dan interaksi, apakah keluarga
melibatkan emosi atau tidak dalam penyampaian pesan. Struktur kekuatan keluarga: yang perlu
dekaji antara lain: siapa yang mengambil keputusan dalam keluarga, ,siapa yang mengambil
keputusan penting seperti anggaran keluarga, pindah kerja, tempat tinggal, mengatur disiplin dan
aktivitas anak serta proses dalam pengambilan keputusan dengan concerisus tawar-menawar dan
sebagainya. Struktur peran keluarga: data yang dapat dikaji dalam peran formal adalah peran dan
posisi formal setiap anggota keluarga tidak ada konflik dalam peran, bagaimana perasaan
terhadap perannya. Jika dibutuhkan dapatkah peran berlaku fleksibel. Jika ada masalah dalam
peran siapa yang mempengaruhi anggota keluarga, siapa yang memberikan mereka penilaian
tentang pertumbuhan, pengalaman baru, peran dan tekhnik komunikasi. Peran informal: peran
informal dan peran yang tidak jelas apa yang ada di dalam keluarga. Bagaimana anggota
keluarga melaksanakan perannya, apakah sudah sesuai posisi keluarga dengan peran yang
dilaksanakannya, apabila peran tidak terlaksana tanyakan siapa yang biasanya melaksanakan
peran tersebut sebelumnya dan apa pengaruhnya. Sedangkan nilai dan budaya, data yang dapat
dikaji adalah nilai-nilai yang dominan yang dianut oleh keluarga, nilai mu keluarga seperti siapa
yang berperan dalam mencari nafkah, kemauan dan penguasaan lingkungan, orientasi masa
depan, kegemaran-kegemaran keluarga, apakah ada kesesuaian antara nilai-nilai keluarga dan
komunitas yang lebih luas, apakah ada kesesuaian antara nilai-nilai keluarga dan nilai-nilai sub
sistem keluarga, bagaimana pentingnya nilai-nilai terhadap keluarga, apakah keluarga menganut
nilai-nilai keluarga secara sadar atau tidak, apakah ada konflik nilai yang menonjol dalam
keluarga itu sendiri, bagaimana nilai-nilai mempengaruhi kesehatan keluarga.
4. Fungsi keluarga terdiri dan: fungsi afektif, atau yang dapat dikaji antara lain: pola kebutuhan
keluarga dan respon, apakah anggota keluarga merasakan keutuhan individu lain dalam keluarga,
apakah orang tua / pasangan mampu menggambarkan kebutuhan persoalan lain dan anggota
yang lain, bagaimana sensitifnya anggota keluarga dengan melihat tanda-tanda yang
berhubungan dengan perasaan dan kebutuhan orang lain, apakah anggota keluarga mempunyai
orang yang dapat dipercayainya saling memperhatikan, sejauh mana anggota keluarga
memberikan perhatian satu sama lain, bagaimana mereka sating mendukung, apakah terdapat
perasaan akrab dan intim diantara lingkungan hubungan keluarga, sebaik apa hubungan anggota
keluarga dengan anggota yang lain, apakah ada kedekatan khusus anggota keluarga dengan
anggota keluarga yang lain, keterpisahan dan keterikatan, bagaimana keluarga menanamkan
perasaan kebersamaan dengan anggota keluarga, apakah sudah sesuai perpisahan yang terjadi di
keluarga dengan tahap perkembangan di keluarga. Fungsi sosial, data yang perlu dikaji adalah:
bagaimana keluarga membesarkan anak dan keluarga dalam area orang: kontrol perilaku,
disiplin, penghargaan, hukuman, otonomi dan ketergantungan, memberi dan menerima cinta
serta latihan perilaku sesuai dengan usia, siapa yang menerima tanggung jawab dan peran
membesarkan anak/fungsi anak atau fungsi sosialisasi, apakah fungsi tersebut dipikul bersama,
bagaimana cara pengaturannya, bagaimana anak-anak dihargai oleh keluarga kebudayaan yang
dianut dalam membesarkan anak, apakah keluarga merupakan resiko tinggi mendapat masalah
dalam membesarkan anak, factor resiko apa yang memungkinkan, apakah lingkungan
memberikan dukungan dalam perkembangan anak seperti tempat bermain dan istirahat (kamar
tidur sendiri). Fungsi reproduksi, data yang perlu dikaji, berapa jumlah anak, bagaimana keluarga
merencanakan jumlah anak, metode apa yang digunakan keluarga dalam pengendalian jumlah
anak.
5. Stress dan koping keluarga hal yang perlu dikaji, stressor jangka pendek dan jangka panjang,
kemampuan keluarga berespon dalam masalah, strategi koping yang digunakan, strategi adaptasi
difungsional dan pemeriksaan fisik dilakukan secara head to head.
6. Fungsi perawatan kesehatan dalam melaksanakan lima tugas kesehatan keluarga, hal yang perlu
dikaji meliputi;
a. Kemampuan keluarga mengenal masalah kesehatan, data yang perlu dikaji, pengetahuan keluarga
tentang masalah kesehatan Reumatik yang meliputi pengertian, faktor penyebab, tanda dan
gejala dan persepsi keluarga terhadap masalah.
b. Kemampuan keluarga mengambil keputusan mengenai tindakan yang tepat untuk mengatasi
masalah Diabetes militus, hal yang perlu dikaji adalah kemampuan keluarga tentang pengertian,
sifat dan luasnya masalah Diabetes MeIlitus, apakah masalah dirasakan keluarga. apakah
keluarga pasrah terhadap masalah, apakah keluarga akut dan akibat tindakan penyakitnya,
apakah keluarga mempunyai sikap negatif terhadap masalah kesehatan, apakah ada informasi
yang salah terhadap tindakan dalam menghadapi masalah.
c. Untuk mengetahui kemampuan keluarga merawat anggota keluarga dengan Diabetes Meilisus,
data yang perlu dikaji adalah sejauh mana keluarga mengetahui keadaan penyakit, bagaimana
sifat dan perkembangan perawatan yang dibutuhkan, bagaimana pengetahuan keluarga tentang
fasilitas yang diperlukan untuk perawatan, apakah keluarga mengetahui sumber-sumber yang
ada, sikap keluarga terhadap sakit.
d. Kemampuan keluarga untuk memelihara lingkungan rumah yang sehat, hal yang perlu dikaji
adalah pengetahuan keluarga tentang sumber-sumber yang dimiliki keluarga, bagaimana
keluarga melihat keuntungan atau manfaat pemeliharaan lingkungan, sejauh mana keluarga
mengetahui pentingnya hygiene sanitasi, keluarga mengetahui upaya pencegahan penyakit,
bagaimana sikap atau pandangan keluarga terhadap hygiene sanitasi, sejauh mana kekompakan
keluarga.
e. Kemampuan kelu1irga dalam memanfaatkan fasilitas kesehatan, hal yang perlu dikaji adalah
sejauh mana keluarga mengetahui keberadaan fasilitas kesehatan, keuntungan-keuntungan dan
fasilitas kesehatan, tingkat kepercayaan keluarga terhadap petugas kesehatan atau fasilitas
kesehatan, ada pengalaman yang kurang baik terhadap petugas kesehatan, fasilitas kesehatan
yang terjangkau oleh keluarga,

b. Diagnosa Keperawatan
Menurut Bailon dan Maglaya (1989) dan modifikasi oleh Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas
Indonesia (2000), bahwa etialogi diagnosa keperawatan ada 3 yaitu:
a. Aktual (deficit atau gangguan kesehatan), bila didapatkan data tanda dan gejala gangguan
kesehatan, contoh: ketidakseimbangan antara makanan dan insulin. Pada keluarga Bapak D
berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga dengan Diabetes
Mellitus.
b. Resiko (ancaman kesehatan), sudah ada data yang menunjang namun belum terjadi gangguan,
misalnya : kebiasaan tidak mengontrol makanan yang banyak mengandung glukosa atau dengan
makanan yang berlebihan. Contoh : Resiko peningkatan kadar glukosa dalam darah pada
keluarga Bapak berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga
dengan Diabetes Mellitus.
c. Potensial (keadaan sejahtera atau wellness), kejadian dimana keluarga dalam keadaan sejahtera
sehingga kesehatan keluarga dapat ditingkatkan. Contoh : potensial terjadi peningkatan
kesejahteraan pada ibu hamil atau keluarga.
Pada pembuatan diagnosa keluarga ini, etiologi berdasarkan lima fungsi keperawatan
keluarga, dimana apabila ditentukan lebih dari satu fungsi kesehatan yang terganggu maka yang
menjadi etiologi adalah ketidakmampuan keluarga merawat.

c. Perencanaan
1. Penapisan Masalah
Dalam menyusun prioritas masalah keperawatan yang telah teridentifikasi perlu
dilakukan penapisan masalah keperawatan dengan menggunakan kriteria sebagai berikut :
Kriteria Skor Bobot Pembenaran
Sifat Masalah
a. Aktual 3 1 Aktual bobot tinggi karena
b. Resiko 2 memerlukan tindakan yang segera,
c. Potensial 1 potensial bobot sedikit karena
perilaku keluarga dalam transisi dari
tingkat kesejahteraan tertentu ke
tingkat kesejahteraan yang lebih
tinggi (Nanda, 1994), dikutip oleh
Carpenito 1998)
Kemungkinan masalah dapat Pengetahuan dan tekhnologi untuk
diubah menangani masalah, sumber daya
a. Mudah keluarga, perawat dan masyarakat.
b. Sebagian 3 2
c. Tidak dapat diubah 2
1
Potensi Masalah untuk Beratnya penyakit, prognosa
Dicegah penyakit atau kemungkinan untuk
a. Tinggi mencegah, lamanya masalah,
b. Sedang 3 1 adanya kelompok resiko tinggi atau
c. Rendah 2 rawan.
1
Menonjolnya masalah Persepsi keluarga melihat masalah.
a. Masalah Berat harus segera Jika keluarga menyadari masalah
ditangani 2 dan merasa perlu ditangani segera
b. Ada masalah tetapi tidak perlu skornya tinggi.
ditangani
c. Masalah Tidak dirasakan
1
0

Cara Perhitungan Skor


Pertama kita menentukan skor untuk setiap kriteria, kemudian skor yang diperoleh dibagi
dengan skor tertinggi dan dikalikan dengan nilai bobot. Setelah mendapatkan basil jumlah skor
untuk semua kriteria, skor tertinggi adalah 5 sama dengan jumlah seluruh bobot dan skor
tertinggi menjadi prioritas.

2. Perencanaan Keperawatan
Setelah menyusun prioritas masalah maka pada tahap berikutnya adalah menyusun
rencana tindakan keperawatan keluarga. Rencana tindakan keperawatan keluarga merupakan
sekumpulan rencana tindakan yang direncanakan perawat untuk dilaksanakan, Beberapa hal
yang perlu diperhatikan dalam mengembangkan rencana keperawatan adalah:
a. Rencana keperawatan harus berdasarkan atas analisa secara menyeluruh tentang masalah situasi
keluarga.
b. Rencana keperawatan harus realistis. Artinya dapat dilaksanakan dan dapat menghasilkan apa
yang diharapkan.
c. Rencana keperawatan harus sesuai dengan tujuan dan falsafah instansi kesehatan, misalnya jika
instansi kesehatan yang bersangkutan tidak memungkinkan pemberian pelayanan secara cuma-
cuma, maka perawat harus mempertimbangkan hal tersebut dalam membuat rencana
keperawatan dan tindakan.
d. Rencana keperawatan harus dibuat bersama keluarga, hal ini sesuai dengan prinsip bahwa
perawat bekerja bersama keluarga dan bukan untuk keluarga.
e. Rencana keperawatan dibuat secara tertulis, hall ini berguna bagi perawat maupun tim kesehatan
lainnya, serta dapat membantu dalam mengawasi perkembangan masalah keluarga.
Berikut ini adalah tindakan keperawatan yang dilakukan keluarga untuk mengatasi
penyebab masalah keperawatan :
a. Untuk membantu keluarga dalam penerimaan terhadap masalah dilakukan adalah: perluas dasar
sedang dihadapi, Bantu keluarga dan situasi yang ada. Hubungkan sasaran yang telah ditentukan.
menghadapi masalah.
b. Untuk membantu keluarga agar dapat menentukan keputusan yang tepat dalam rangka
menyelesaikan masalah, tindakan yang dilakukan adalah: diskusikan dengan keluarga
konsekuensi yang akan timbul jika tidak melakukan tindakan. Perkenalkan pada keluarga tentang
alternatif kemungkinan yang dapat diambil serta sumber-sumber yang diperlukan untuk
melaksanakan alternative tersebut. Diskusikan dengan keluarga tentang manfaat dan masing-
masing alternative tindakan.
c. Untuk meningkatkan kepercayaan diri keluarga dalam memberikan perawatan terhadap anggota
keluarga yang sakit, perawat dapat melakukan tindakan antara lain: demonstrasikan tindakan
yang diperlukan. Manfaatkan fasilitas atau sasaran yang ada di rumah keluarga. Hindari hal-hal
yang merintangi keberhasilan keluarga merujuk klien atau mencari pertolongan kepada tim
kesehatan yang ada.
d. Untuk meningkatkan kemampuan keluarga dalam menciptakan lingkungan yang menunjang
kesehatan, perawat dapat melakukan tindakan antara lain: Bantu keluarga dalam rangka
menghindari adanya ancaman dan perkembangan kepribadian anggota keluarga. Bantu keluarga
dalam rangka memperbaiki fasilitas fisik yang ada. Hindarkan ancaman psikologis dalam
keluarga dengan cara memperbaiki pola, komunikasi keluarga, memperjelas peran masing-
masing keluarga. Kembangkan kesanggupan keluarga dalam rangka pemenuhan kebutuhan
psikososial.
e. Untuk membantu keluarga dalam memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada, maka perawat
harus mempunyai pengetahuan yang luas dan tempat tentang sumber daya yang ada di
masyarakat dan cara memanfaatkannya, seperti instansi kesehatan, program peningkatan
kesehatan, dan organisasi-organisasi masyarakat.

d. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan merupakan salah satu proses keperawatan keluarga dimana perawatan
mendapatkan kesempatan untuk meningkatkan minat dan mengadakan perbaikan ke arah
perilaku yang sehat. Perawat harus memperhatikan ketidakmampuan dan kesulitan keluarga
dapat menghadapi masalah kesehatannya. Diharapkan perawat dapat memperhatikan beberapa
prinsip motivasi yang bermanfaat dalam pemeliharaan kesehatan masyarakat yaitu: tingkah laku
yang berkaitan dengan masalah kesehatan yang dipengaruhi oleh kemampuan keluarga melihat
akibat masalah kesehatan terhadap dirinya keyakinan keluarga terhadap keberhasilan tindakan
dalam menurunkan masalah. Dorongan yang berhubungan dengan kesehatan tidak selalu
menimbulkan tingkah laku sehat dan sebaliknya.
Dalam melaksanakan tindakan keperawatan ada beberapa faktor penghambat baik dan
keluarga maupun petugas kesehatan. Faktor-faktor penghambat dan keluarga adalah keluarga
kurang memperoleh informasi, keluarga mendapat informasi yang tidak lengkap sehingga
melihat masalah hanya sebagian, keluarga tidak dapat mengaitkan informasi dengan situasi yang
dihadapinya, keluarga tidak mau menghadapi tekanan sosial atau dan keluarga, keluarga ingin
mempertahankan suatu pola tingkah laku, keluarga gagal mengaitkan tindakan dengan sasaran
keluarga, keluarga tidak percaya dengan tindakan yang diusulkan oleh perawat. Sedangkan
faktor penyulit yang berasal dari petugas adalah petugas atau perawat cenderung menggunakan
satu pola pendekatan (perawat kaku), petugas kurang memberikan penghargaan atau perhatian
terhadap faktor-faktor sosial budaya. petugas kurang mampu dalam mengambil tindakan dan
menggunakan berbagai macam teknik dalam mengatasi masalah yang rumit.

e. Evaluasi
Dalam perawatan kesehatan keluarga, evaluasi merupakan proses yang dilakukan dalam
menilai keberhasilan dan suatu tindakan keperawatan dan menentukan sejauh mana tujuan sudah
tercapai, bila tujuan tercapai ditentukan a1aannya apakah tujuan realistis, mungkin tindakan
tidak tepat karena mungkin ada faktor 1inkungan yang tidak dapat teratasi. Tahap pada
umumnya, tahap evaluasi dapat dibedakan menjadi dua yaitu: evaluasi kuantitatif dimana
evaluasi ini menekankan pada jumlah pelayanan atau kegiatan yang telah diberikan. Sedangkan
evaluasi kualitatif adalah evaluasi yang difokuskan pada tiga dimensi yang saling berkaitan
yaitu: evaluasi struktur yaitu berhubungan dengan tenaga atau bahan yang diperlukan dalam
suatu kegiatan, evaluasi proses adalah evaluasi yang dilakukan selama kegiatan berlangsung dan
evaluasi basil merupakan basil dan pemberian asuhan keperawatan.
Adapun metode yang sering dipakai untuk menentukan apakah tujuan dati tindakan
keperawatan yang telah tercapai adalah sebagai berikut :
a. Observasi langsung metode ini merupakan metode yang paling valid untuk menentukan adanya
perubahan yaitu bila interpretasi yang subyektif dan pengamat dapat dikurangi dan menggunakan
instrument yang tepat dan tujuan yang telah ditetapkan mengenai proses atau hasil.
b. Memeriksa laporan atau record mengenai test diagnostik yang menunjukkan perubahan dalam
status kesehatan klien dapat diperoleh dan kartu penderita.
c. Wawancara untuk menentukan perubahan sikap dan tingkah laku yang rumit, wawancara dapat
disusun dan diberikan kepada keluarga yang berperan penting.
d. Latihan stimulasi, berguna untuk menentukan perkembangan kesanggupan untuk mengerti
seperti kecakapan dalam membuat keputusan, menanggapi masalah dan menganalisa masalah.
Untuk menentukan keberhasilan suatu tindakan keperawatan yang diberikan pada
keluarga dengan pedoman SOAP sebagai tuntunan perawat dalam melakukan evaluasi adalah:
Subyektif : Pernyataan atau uraian keluarga, klien atau sumber lain tentang perubahan yang dirasakan baik
kemajuan atau kemunduran setelah diberikan tindakan keperawatan.
Obyektif : Data yang bisa diamati dan diukur memalui teknik observasi, palpasi, perkusi dan auskultasi,
sehingga dapat dilihat kemajuan atau kemunduran pada sasaran perawatan sebelum dan setelah
diberikan tindakan keperawatan.
Analisa : Pernyataan yang menunjukkan sejauh mana masalah keperawatan ditanggulangi.
Planning : Rencana yang ada dalam catatan perkembangan merupakan rencana tindakan hash evaluasi tentang
dilanjutkan atau tidak rencana tersebut sehingga diperlukan inovasi dan modifikasi bagi perawat.
http://jannyerika-mkes.blogspot.com/2011/06/konsep-asuhan-keperawatan-keluarga.html

konsep dasar askep keluarga

KONSEP KELUARGA SEJAHTERA

KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA


Asuhan keperawatan adalah suatu proses atau rangkaian kegiatan pada praktik
keperawatan yang langsung diberikan kepada klien diberbagai tatanan nyata pelayanan kesehatan
dalam upaya pemenuhan kebutuhan dasar manusia, dengan menggunakan metodologi proses
keperawatan, berpedoman pada standar praktik keperawatan, dilandasi etik dan etika
keperawatan, dalam lingkup wewenang serta tanggung jawab keperawatan.
Sedangkan asuhan keperawatn keluarga adalah suatu rangkaian kegiatan yang
diberikan melalui praktik keperawatan dengan sasaran keluarga, yang bertujuan untuk
menyelesaikan masalah kesehatan yang dialami keluarga dengan menggunakan pendekatan
proses keperawatan. Secara umum tujuan asuhan keperawatan keluarga adalah peningkatan
kemampuan keluarga dalam mengatasi masalah kesehatannya secara mandiri. Sedangkan tujuan
khusus yang ingin dicapai adalah peningkatan kemampuan keluarga dalam :
1. Mengenal masalah kesehatan keluarga
2. Memutuskan tindakan yang tepat untuk mengatasi masalah kesehatan keluarga
3. Melakukan tindakan perawatan kesehatan yang tepat kepada anggota keluarga yang sakit,
mempunyai gangguan fungsi tubuh dan/atau keluarga yang membutuhkan bantuan sesuai dengan
kemampuan keluarga
4. Memelihara dan memodifikasi lingkungan keluarga (fisik, psikis dan sosial) sehingga dapat
meningkatkan kesehatan keluarga
5. Memanfaatkan sumber daya yang ada di masyarakat untuk memperoleh pelayanan kesehatan
sesuai kebutuhan keluarga

Sasaran asuhan keperawatan keluarga adalah keluarga-keluarga yang rawan kesehatan, yaitu
keluarga yang mempunyai masalah kesehatan atau yang beresiko terhadap timbulnya masalah
kesehatan, baik individu maupun keluarga itu sendiri.

Berikut ini, beberapa persiapan yang perlu dilakukan oleh perawat :


1. Menetapkan keluarga yang menjadi sasaran kunjungan serta menentukan kasus-kasus yang
perlu ditindaklanjuti di rumah, melalui seleksi kasus di puskesmas sesuai prioritas
2. Membuat kesepakatan dengan keluarga tentang waktu kunjungan dan kehadiran anggota
keluarga pengambil keputusan
3. Menyiapkan perlengkapan lapangan yang dibutuhkan untuk pelaksanaan kunjungan, antara
lain :
a. Mempelajari riwayat penyakit klien dari rekam kesehatan keluarga (family folder) di
puskesmas dan pencatatan lain yang ada kaitannya dengan klien tersebut
b. Membuat catatan singkat mengenai masalah klien dan keluarga sebagai dasar kajian lebih
lanjut di keluarga
c. Formulir atau catatan pengkajian keluarga dan catatan lain yang diperlukan
d. Kit Primary Health Nursing (PHN) yang berisikan peralatan dan obat-obatan sederhana
e. Alat bantu penyuluhan

Metodologi proses asuhan keperawatan keluarga merupakan metodologi penyelesaian masalah


kesehatan klien secara ilmiah berdasarkan pengetahuan ilmiah serta menggunakan teknologi
kesehatan dan keperawatan, meliputi tahap :

PENGKAJIAN ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA

Pengkajian adalah suatu tahapan ketika seorang perawat mengumpulkan informasi secara terus-
menerus tentang keluarga yang dibinanya. Pengkajian merupakan langkah awal pelaksanaan
asuhan keperawatan keluarga. Agar diperoleh data pengkajian yang akurat dan sesuai dengan
keadaan keluarga, perawat diharapkan menggunakan bahasa yang lazim digunakan, lugas dan
sederhana.

Pada kegiatan pengkajian ini, ada beberapa hal yang perlu dilakukan, antara lain :
1. Membina hubungan yang baik
Hubungan yang baik antara perawat dan keluarga merupakan modal utama pelaksanaan asuhan
keperawatan keluarga. Hubungan yang baik dapat terbentuk dengan menerapkan komunikasi
terapeutik yang merupakan strategi perawat untuk memberikan bantuan kepada klien dalam
memenuhi kebutuhan kesehatannya. Untuk membina hubungan yang baik tersebut, maka
beberapa hal perlu diperhatikan perawat saat melaksanakan pengkajian seperti berikut ini :
a. Diawali dengan perawat memperkenalkan diri dengan sopan dan ramah
b. Menjelaskan tujuan kunjungan
c. Menyakinkan keluarga bahwa kehadiran perawat adalah untuk membantu keluarga
menyelesaikan masalah kesehatan yang ada di keluarga
d. Menjelaskan secara rinci kesanggupan bantuan perawat yang dapat dilakukan
e. Menjelaskan kepada keluarga siapa tim kesehatan lain yang menjadi jaringan perawat

2. Pengkajian awal  terfokus sesuai data yang diperoleh dari unit pelayanan kesehatan
(puskemas)

3. Pengkajian lanjutan (tahap kedua)


Pengkajian tahap lanjutan dilaksanakan untuk memperoleh data yang lebih lengkap sesuai
masalah kesehatan keluarga yang berorientasi pada pengkajian awal. Saat ini juga merupakan
saat yang tepat perawat mengungkapkan keadaan keluarga apa penyebab dari masalah kesehatan
yang paling mendasar.

Pengumpulan data/informasi dari keluarga dapat menggunakan metode wawancara, observasi


fasilitas dalam rumah, pemeriksaan fisik pada setiap anggota keluarga yang merupakan data
primer. Sedangkan data sekunder dapat berupa hasil pemeriksaan laboratorium, foto rontgen,
rekam medik, dll.

Berikut ini, data-data yang perlu didapatkan perawat dalam tahap pengkajian antara lain :
1. Data umum
a. Mencakup kepala keluarga (KK), alamat lengkap, pekerjaan, pendidikan dan komposisi
keluarga dan selanjutnya komposisi keluarga dibuat genogramnya.
Hu Status immunisasi
K
Jenis b. Camp
Na Um Pendidi Polio DPT Hep et
No kelam Dg BC ak
ma ur kan
in n G
1 2 3 4 1 2 3 1 2 3
KK
Aturan yang harus dipenui dalam pembuatan genogram :
 Anggota keluarga yang lebih tua berada disebelah kiri
 Umur anggota keluarga ditulis pada simbol laki-laki atau perempuan
 Tahun dan penyebab kematian ditulis di sebelah simbol laki-laki atau perempuan

35 35

laki-laki Perempuan Menikah Cerai

Pisah

Anak kandung Anak kembar


Anak angkat
DM 1980

Aborsi Klien Meninggal Tinggal


dalam satu rumah

b. Tipe keluarga
c. Suku bangsa
d. Agama
e. Status sosial ekonomi keluarga  penghasilan seluruh anggota keluarga
f. Aktifitas rekreasi keluarga

2. Riwayat dan tahap perkembangan keluarga


a. Tahap perkembangan keluarga saat ini  ditentukan oleh usia anak tertua di keluarga inti
b. Tugas perkembangan keluarga yang belum terpenuhi
c. Riwayat kesehatan keluarga inti  meliputi riwayat kesehatan masing-masing anggota
keluarga, perhatian terhadap upaya pencegahan penyakit, upaya dan pengalaman keluarga
terhadap pelayanan kesehatan dalam rangka pemenuhan kebutuhan kesehatan
d. Riwayat kesehatan keluarga sebelumnya (generasi di atasnya)  meliputi riwayat penyakit
keturunan, upaya penanggulangannya dan upaya kesehatan yang dipertahankan sampai saat ini

3. Data lingkungan
a. Karakteristik rumah  meliputi luas, tipe, jumlah ruangan, pemanfaatan ruangan, jumlah
ventilasi, peletakan perabot rumah tangga, sarana pembuangan air limbah dan kebutuhan mck
(mandi, cuci dan kakus), sarana air bersih dan minum yang digunakan disertai dengan denah
rumah
b. Karakteristik tetangga dan komunitasnya  meliputi kebiasaan, nilai atau norma serta
aturan/kesepakatan penduduk setempat dan budaya setempat yang mempengaruhi kesehatan
c. Mobilitas geografis keluarga
d. Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat
e. Sistem pendukung keluarga  meliputi jumlah anggota keluarga yang sehat dan fasilitas
keluarga yang menunjang kesehatan, fasilitas fisik dan fasilitas sosial yang ada disekitar keluarga
yang dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan upaya kesehatan

4. Struktur keluarga
a. Struktur peran
b. Nilai dan norma keluarga
c. Pola komunikasi keluarga  meliputi siapa pengambil keputusan utama dan bagaimana peran
anggota keluarga dalam menciptakan komunikasi
d. Struktur kekuatan keluarga  menjelaskan kemampuan keluarga untuk mempengaruhi dan
mengendalikan anggota keluarga untuk mengubah perilaku yang berhubungan dengan kesehatan

5. Fungsi keluarga
a. Fungsi ekonomi  bagaimana upaya keluarga dalam pemenuhan kebutuhan sandang, pangan
dan papan serta pemanfaatan lingkungan rumah untuk meningkatkan penghasilan keluarga
b. Fungsi mendapatkan status sosial
c. Fungsi pendidikan
d. Fungsi sosialisasi
e. Fungsi pemenuhan (perawatan/pemeliharaan) kesehatan, meliputi :
1) Mengetahui kemampuan keluarga untuk mengenal masalah kesehatan, yang terdiri dari
sejauhmana keluarga mengetahui fakta dari masalah kesehatan, meliputi pengertian, tanda dan
gejala, faktor penyebab dan faktor yang mempengaruhi serta persepsi keluarga terhadap masalah
kesehatan yang dialami keluarga
2) Mengetahui kemampuan keluarga dalam mengambil keputusan mengenai tindakan kesehatan
yang tepat, yang terdiri dari : sifat dan luasnya masalah, apakah masalah dirasakan oleh keluarga,
dampak psikologis terhadap masalah dalam keluarga, sikap negatif terhadap upaya kesehatan,
kemampuan menjangkau fasilitas pelayanan kesehatan, kepercayaan terhadap tenaga kesehatan
dan informasi yang diperoleh tentang masalah kesehatan yang dialami
3) Mengetahui sejauhmana kemampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit, perlu
dikaji pengetahuan keluarga tentang penyakit, perawatannya, pemanfaatan sumber pelayanan
kesehatan dan sikap keluarga terhadap anggota keluarga yang sakit dan membutuhkan bantuan
kesehatan
4) Mengetahui kemampuan keluarga memelihara/memodifikasi lingkungan rumah yang sehat,
perlu dikaji pengetahuan keluarga tentang sumber yang dimiliki disekitar rumah, keuntungan dan
manfaat pemeliharaan lingkungan, sikap terhadap sanitasi lingkungan yang hygienis,
pengetahuan tentang pencegahan penyakit, peningkatan dan pemeliharaan lingkungan rumah
yang menunjang kesehatan keluarga
5) Mengetahui kemampuan keluarga dalam menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan di
masyarakat, perlu dikaji : pengetahuan keluarga tentang keberadaan fasilitas pelayanan kesehatan
yang dapat dijangkau, keuntungan yang diperoleh, tingkat kepercayaan keluarga terhadap
fasilitas dan petugas kesehatan, pengalaman yang kurang menyenangkan dengan fasilitas
pelayanan kesehatan
f. Fungsi religius
g. Fungsi rekreasi
h. Fungsi reproduksi
i. Fungsi afektif  meliputi gambaran diri anggota keluarga, perasaan memiliki dan dimiliki
dalam keluarga, dukungan anggota keluarga, hubungan psikososial dalam keluarga dan
bagaimana keluarga mengembangkan sikap saling menghargai

6. Stress dan koping keluarga


a. Stressor jangka pendek  stressor yang dialami keluarga dan memerlukan waktu penyelesaian
lebih kurang 6 bulan
b. Stressor jangka panjang  stressor yang dialami keluarga dan memerlukan waktu
penyelesaian lebih dari 6 bulan
c. Koping keluarga  kemampuan keluarga berespon terhadap stressor yang ada. Strategi
koping yang digunakan (mekanisme pembelaan) untuk menyelesaikan masalah atau sumber
stress yang ada dalam keluarga. Disfungsi strategi adaptasi menyebabkan perilaku keluarga tidak
adaptif dalam menyelesaikan masalah yang ada dalam keluarga

7. Pemeriksaan kesehatan
Pemeriksaan kesehatan pada individu anggota keluarga dilaksanakan tidak berbeda jauh dengan
pemeriksaan pada klien di klinik (rumah sakit) yang meliputi pengkajian kebutuhan dasar,
pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang yang diperlukan. Pemeriksaan kesehatan
sebaiknya dilakukan pada setiap individu yang tinggal dalam satu rumah keluarga.

8. Harapan keluarga
Perlu dikaji sejauhmana harapan keluarga terhadap perawat/petugas kesehatan dalam membantu
keluarga menyelesaikan masalah kesehatan yang terjadi.

Pengkajian Fokus
Setelah dilaksanakan pengkajian data dasar keluarga dengan menggunakan format pengkajian
keperawatan keluarga yang dapat digunakan pada semua tahap perkembangan keluarga
(terlampir), pengkajian selanjutnya diarahkan pada data fokus pada tiap tahap perkembangannya
yang didasari bahwa dalam tiap tahap perkembangan keluarga :
1. Karakteristik keluarga akan berbeda karena ada perubahan anggota keluarga (dapat bertambah
atau berkurang)
2. Keluarga mempunyai tugas perkembangan keluarga yang harus dilaksanakan
3. Kewajiban keluarga berbeda

Berikut ini akan diuraikan pengkajian data fokus keluarga pada tiap-tiap tahap
perkembangannya, meliputi :
1. Keluarga yang baru menikah
 Kapan pertemuan pertama pasangan?
 Bagaimana hubungan sebelum menikah?
 Bagaimana pasangan memutuskan untuk menikah?
 Adakah halangan terhadap pernikahan mereka (sebutkan)?
 Bagaimana respon anggota keluarga terhadap pernikahan?
 Bagaimana kehidupan dilingkungan keluarga asal, termasuk orientasi keluarga dari kedua
orangtua?
 Siapa orang lain yang tinggal serumah setelah pernikahan?
 Bagaimana hubungan dengan saudara ipar?
 Bagaimana keadaan orangtua masing-masing dan hubungannya dengan orangtua setelah
pernikahan?
 Bagaimana rencana mempunyai anak?
 Berapa lama waktu kumpul setiap hari?
 Bagaimana rutinitas (secara individu) setelah pernikahan?
 Bagaimana pelaksanaan tugas dan fungsi keluarga?

2. Keluarga dengan anak baru lahir (sampai usia 30 bulan)


 Bagaimana riwayat kehamilan anak ini?
 Bagaimana riwayat persalinan anak?
 Bagaimana perawatan anak setelah lahir sampai usia 2 minggu?
 Bagimana perawatan anak sampai usia 1 tahun?
 Adakah orang lain yang tinggal serumah setelah anak lahir dan apa hubungannya?
 Siapakah yang mengasuh anak setiap hari?
 Berapa lama waktu yang dimiliki orangtua untuk berkumpul dengan anak?
 Siapa yang memberikan stimulus dan latihan kepada anak dalam rangka pemenuhan tumbuh
kembangnya?
 Bagaimana perkembangan anak dan ketrampilan yang dimiliki anak yang dicapai pada usia
berapa?
 Adakah sarana untuk stimulus tumbuh kembang anak?
 Pernahkan anak menderita penyakit serius, apa jenisnya, kapan waktunya, berapa lama dan
dirawat dirumah sakit atau tidak?
 Bagaimana pencapaian perkembangan anak saat ini?
 Kemampuan apa yang dimiliki anak saat ini?
 Bagaimana harapan keluarga terhadap anak?
 Bila perlu gunakan skala DDST
 Bagaimana pelaksanaan tugas dan fungsi keluarga?

3. Keluarga dengan anak pra sekolah


 Stimulasi apa yang diberikan oleh keluarga selama di rumah dan adakah sarana stimulasinya?
 Sudahkan anak diikutkan kegiatan play group?
 Berapa lama waktu yang dimiliki oleh orangtua untuk berkumpul dengan anak setiap hari?
 Siapakah orang yang setiap hari bersama anak?
 Kemampuan apa yang telah dimiliki anak saat ini?
 Bagaimana harapan keluarga terhadap anak saat ini?
 Bagaimana pelaksanaan tugas dan fungsi keluarga?

4. Keluarga dengan anak usia sekolah


 Bagaimana karakteristik teman bermain?
 Bagaimana lingkungan bermain?
 Berapa lama anak menghabiskan waktunya di sekolah?
 Bagaimana stimulasi terhadap tumbuh kembang anak dan adakah sarana yang dimiliki?
 Bagaimana temperamen anak saat ini?
 Bagaimana perilaku anak jika menginginkan sesuatu barang?
 Bagaimana perilaku orangtua menghadapi permintaan anak?
 Bagaimana prestasi yang dicapai anak saat ini?
 Kegiatan apa yang diikuti anak selain di sekolah?
 Sudahkan memperoleh immunisasi ulangan selama di sekolah?
 Pernahkan mendapat kecelakaan selama di sekolah atau dirumah saat bermain?
 Adakah penyakit yang muncul dan dialami anak selama masa ini?
 Adakah sumber bacaan lain selain buku sekolah dan apa jenisnya?
 Bagaimana pola anak memanfaatkan waktu luangnya?
 Bagaimana pelaksanaan tugas dan fungsi keluarga?

5. Keluarga dengan anak usia remaja


 Bagaimana karakteristik teman di sekolah atau di lingkungan rumah?
 Bagaimana kebiasaan anak menggunakan waktu luang?
 Bagaimana perilaku anak selama di rumah?
 Bagaimana hubungan antara anak remaja dengan adiknya, dengan teman sekolah atau
bermain?
 Siapa saja yang berada di rumah selama anak remaja di rumah?
 Bagaimana prestasi anak di sekolah dan prestasi apa yang pernah di peroleh anak?
 Apa kegiatan di luar rumah selain di sekolah, berapa kali, berapa lama dan dimana?
 Apa kebiasaan anak di rumah?
 Apa fasilitas yang digunakan anak secara bersamaan atau sendiri?
 Berapa lama waktu yang disediakan orangtua untuk anak?
 Siapa yang menjadi figur bagi anak?
 Seberapa peran yang menjadi figur bagi anak?
 Bagaimana pelaksanaan tugas dan fungsi keluarga?

6. Keluarga dengan anak dewasa (mulai lepas)


 Bagaimana karakteristik pasangan anak?
 Bagaimana hubungan anak terhadap orangtua dan mertua setelah menikah?
 Apakah anak yang telah menikah tinggal bersama atau lepas dari orangtua?
 Bila anak yang telah menikah tidak tinggal serumah, dimana tinggalnya dan berapa
lama/frekwensi anak bertemu dengan orangtua?
 Bagaimana hubungan antara anak yang telah menikah dengan adiknya?
 Bagaimana perasaan orangtua setelah anak menikah?
 Bagaimana orangtua membentuk jaringan dengan anak?
 Bagaimana pelaksanaan tugas dan fungsi keluarga yang dilaksanakan?

7. Keluarga usia baya


 Bagaimana kegiatan di rumah dan diluar rumah?
 Bagaimana hubungan anak dengan orangtua?
 Adakah orang lain yang tinggal serumah, bagaimana hubungan keluarga?
 Bagaimana pemenuhan kebutuhan individu setelah anak tidak lagi tinggal serumah?
 Bagaimana pelaksanaan tugas dan fungsi keluarga?
8. Keluarga lansia
 Bagaimana perasaan setelah tidak bekerja atau ditinggal pasangan?
 Bagaimana kegiatan di rumah dan di luar rumah?
 Bagaimana kunjungan anak ke orangtua dan berapa frekwensi kunjungan anak?
 Adakah orang yang menemaninya setiap hari?
 Bagaimana pemenuhan kebutuhan individu setelah dikategorikan usia tua?
 Bagaimana pelaksanaan tugas dan fungsi keluarga?
DIAGNOSA KEPERAWATAN KELUARGA

Pengelompokan data
Kegiatan ini sama dengan analisa data pada asuhan keperawatan klinik. Perawat
mengelompokkan data hasil pengkajian dalam data subjektif dan objektif, kemudian menganalisa
masalah (problem) dan penyebab (etiologi) timbulnya masalah.

Perumusan diagnosa keperawatan


Komponen diagnosa keperawatan keluarga sama dengan pada asuhan keperawatan klinik, yang
meliputi masalah (problem), penyebab (etiologi) dan sign/symptom (tanda/gejala). Perumusan
diagnosa keperawatan keluarga menggunakan aturan yang telah disepakati, terdiri atas :
1. Masalah (problem)  pernyataan tidak terpenuhinya kebutuhan dasar manusia yang dialami
oleh keluarga atau anggota keluarga.
2. Penyebab (etiologi)  suatu pernyataan yang dapat menyebabkan masalah dengan mengacu
kepada 5 tugas keluarga.
3. Tanda/gejala (sign/symptom)  sekumpulan data subjektif dan objektif yang diperoleh
perawat dari keluarga secara langsung atau tidak langsung, yang mendukung masalah dan
penyebab.

Tipologi masalah
Tipologi diagnosa keperawtan keluarga dibedakan menjadi 3 kelompok, yaitu :
1. Diagnosa aktual  masalah keperawatan yang sedang dialami keluarga dan memerlukan
bantuan dari perawat dengan cepat.
2. Diagnosa resiko tinggi  masalah keperawatan yang belum terjadi, tetapi tanda untuk menjadi
masalah keperawatan aktual dapat terjadi dengan cepat apabila tidak segera mendapat bantuan
perawat.
3. Diagnosa potensial  suatu keadaan sejahtera dari keluarga ketika keluarga telah mampu
memenuhi kebutuhan kesehatannya dan mempunyai sumber penunjang kesehatan yang
memungkinkan dapat ditingkatkan.
Contoh perumusan diagnosa keperawatan :
1. Aktual
 Gangguan pemenuhan kebutuhan istirahat tidur pada Ibu B keluarga Bapak Am yang
berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga memodifikasi lingkungan yang nyaman untuk
istirahat dan tidur.
 Perubahan peran menjadi orangtua tunggal pada Bapak I yang berhubungan dengan
ketidakmampuan keluarga mengenal masalah peran orangtua tunggal setelah istrinya meninggal.
 Gangguan pemenuhan kebutuhan aktifitas gerak pada Anak De keluarga Bapak Rm yang
berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga memodifikasi (menata) lingkungan yang aman
untuk latihan berjalan bagi Anak De.

2. High risk (resiko tinggi)


 Resiko tinggi (resti) terjadinya serangan ulang yang berbahaya pada lansia Er keluarga Bapak
Li yang berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga memanfaatkan fasilitas pelayanan
kesehatan (puskesmas) yang dekat dengan tempat tinggal keluarga.
 Resti gangguan perkembangan balita Yi keluarga Bapak Ni yang berhubungan dengan
ketidakmampuan keluarga melakukan stimulus pada balita.
 Resti konflik antara orangtua dan anak remaja keluarga Bapak Kar yang berhubungan dengan
ketidakmampuan keluarga mengenal masalah komunikasi yang tepat bagi anak remajanya.

3. Potensial

 Potensial peningkatan kesejahteraan Ibu Ju yang sedang hamil di keluarga Bapak


Man.

 Potensial peningkatan status kesehatan balita di keluarga Bapak Xi.

 Potensial tumbuh kembang yang optimal bagi anak An di keluarga Bapak Im.
Berikut ini, daftar masalah keperawatan untuk keadaan wellness/sejahtera menurut Asosiasi
Perawat Amerika (NANDA) yang dapat digunakan, antara lain :
1. Gangguan proses keluarga
2. Gangguan pemeliharaan kesehatan
3. Perubahan kebutuhan nutrisi : kurang atau lebih dari kebutuhan tubuh
4. Gangguan peran menjadi orangtua
5. Gangguan pola eliminasi
6. Kondisi sanitasi yang tidak memenuhi syarat kesehatan
7. Gangguan penampilan peran
8. Gangguan pola seksual
9. Ketidakmampuan antisipasi duka berkepanjangan
10. Konflik pengambilan keputusan
11. Adaptasi kedukaan yang tidak fungsional
12. Potensial berkembangnya koping keluarga
13. Koping keluarga tidak efektif
14. Gangguan manajemen pemeliharaan rumah
15. Hambatan interaksi sosial
16. Defisit pengetahuan tentang ………………….
17. Tidak diizinkannya ……………….. (contoh : anak remaja keluar rumah)
18. Konflik peran keluarga
19. Resiko perubahan peran orangtua
20. Resiko terjadi trauma
21. Resiko tinggi perilaku kekerasan
22. Ketidakberdayaan ……..
23. Terjadinya isolasi sosial, etc.

Penilaian (skoring) diagnosa keperawatan


Skoring dilakukan perawat apabila diagnosa keperawatan yang dirumuskan lebih dari satu
dengan menggunakan skala yang dirumuskan oleh Bailon dan Maglaya (1978), dengan ketentuan
sebagai berikut :
1. Tentukan skorenya sesuai dengan kriteria yang dibuat perawat
2. Selanjutnya skore yang diperoleh dibagi skore tertinggi dan kemudian dikalikan dengan bobot
3. Jumlahkan skore untuk semua kriteria (skore maximal adalah 5)

Berikut ini, scoring diagnosa keperawatan keluarga menurut Bailon dan Maglaya (1978)

No Kriteria Score Bobot


1 Sifat masalah 1
 Tidak/kurang sehat 3
 Ancaman kesehatan 2
 Keadaan sejahtera 1
2. Kemungkinan masalah dapat diubah 2
 Mudah 2
 Sebagian 1
 Tidak dapat 0
3. Potensial masalah untuk dicegah 1
 Tinggi 3
 Cukup 2
 Rendah 1
4. Menonjolnya masalah 1
 Masalah berat harus segera ditangani 2
 Ada masalah, tetapi tidak perlu ditangani 1
 Masalah tidak dirasakan 0

Prioritas masalah
Penentuan prioritas sesuai kriteria skala dengan pertimbangan pembenaran yang beralasan
seperti berikut ini :
1. Sifat masalah
Prioritas masalah utama diberikan pada tidak atau kurang sehat karena perlu tindakan segera dan
biasanya disadari anggota keluarga.
2. Kemungkinan masalah dapat diubah, perlu diperhatikan :
 Pengetahuan yang ada sekaran meliputi teknologi dan tindakan untuk mengatasi masalah
 Sumber daya keluarga  fisik, keuangan, tenaga
 Sumber daya perawat  pengetahuan, ketrampilan, waktu
 Sumber daya lingkungan  fasilitas, organisasi dan dukungan
3. Potensial masalah untuk dicegah, perlu diperhatikan :
 Kepelikan dari masalah yang berhubungan dengan penyakit atau masalah
 Lamanya masalah yang berhubungan dengan jangka waktu
 Tindakan yang sedang dijalankan atau yang tepat untuk memperbaiki masalah
 Adanya kelompok yang beresiko untuk dicegah agar tidak menjadi aktual dan menjadi parah
4. Menonjolnya masalah, perawat perlu menilai persepsi atau bagaimana keluarga menilai
masalah keperawatan tersebut.

Penyusunan prioritas diagnosa keperawatan didasarkan pada diagnosa keperawatan yang


mempunyai skore tertinggi dan disusun berurutan sampai ke skore terendah. Namun, perawat
perlu mempertimbangkan juga persepsi keluarga terhadap masalah keperawatan mana yang perlu
diatasi segera.

Berikut ini, contoh salah satu scoring diagnosa keperawatan keluarga.


“Resiko terjatuh (terpeleset) pada lansia yang tinggal di keluarga Bapak An yang berhubungan
dengan ketidakmampuan keluarga menyediakan lingkungan yang aman bagi lansia.”

No Kriteria Score Pembenaran


1 Sifat masalah Bila keadaan tersebut tidak segera diatasi a
 Ancaman kesehatan membahayakan lansia yang tinggal bers
2/3 x 1 = 2/3
keluarga, karena lansia setiap hari di rumah ta
pengawasan.
2. Kemungkinan masalah dapat diubah Penyediaan sarana yang murah dan muda
2/2 x 2 = 2
 Mudah dapat oleh keluarga, misalnya sandal karet.
3. Potensial masalah untuk dicegah Keluarga mempunyai kesibukan yang cu
 Cukup tinggi, tetapi merawat orangtua yang telah la
2/3 x 1 = 2/3
merupakan penghormatan dan pengabdian
yang perlu dilakukan.
4. Menonjolnya masalah 0/2 x 1 = 0 Keluarga merasa keadaan tersebut t
 Masalah tidak dirasakan berlangsung lama dan tidak pernah ada keja
yang mengakibatkan lansia mengalami s
cidera (terjatuh) di rumah akibat lantai yang l

RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA

Setelah merumuskan diagnosa keperawatan, perawat menyusun rencana asuhan keperawatan


keluarga (family nursing care) dalam bentuk perencanaan keperawatan keluarga (family care
plan).

Berikut ini, petunjuk sederhana dalam menyusun rencana asuhan keperawatan :


o Masalah/Problem  digunakan untuk merumuskan tujuan umum-khusus atau jangka pendek-
panjang.
o Penyebab/ Etiologi  digunakan untuk merumuskan kriteria/standar yang diharapkan sebagai
tolak ukur suatu keberhasilan
o Tanda-gejala/Sign-symptom  digunakan untuk mendukung perumusan rencana
tindakan/intervensi keperawatan keluarga dengan berorientasi pada kriteria dan standar.

Rencana tindakan keperawatan terhadap keluarga, meliputi kegiatan yang bertujuan :


1. Menstimulus kesadaran atau penerimaan keluarga mengenai masalah dan kebutuhan kesehatan
dengan cara :
a. Memberikan informasi yang tepat
b. Mengidentifikasi kebutuhan dan harapan keluarga tentang kesehatan
c. Mendorong sikap emosi yang mendukung upaya kesehatan
2. Menstimulasi keluarga untuk memutuskan cara perawatan yang tepat, dengan cara :
a. Mengidentifikasi konsekwensinya bila tidak melakukan tindakan
b. Mengidentifikasi sumber-sumber yang dimiliki dan ada disekitar keluarga
c. Mendiskusikan tentang konsekwensi tipe tindakan
3. Memberikan kepercayaan diri selama merawat anggota keluarga yang sakit, dengan cara :
a. Mendemonstrasikan cara perawatan

b. Menggunakan alat dan fasilitas yang ada di rumah

c. Mengawasi keluarga melakukan perawatan

4. Membantu keluarga untuk memelihara (memodifikasi) lingkungan yang dapat meningkatkan


kesehatan keluarga, dengan cara :

a. Menentukan sumber-sumber yang dapat digunakan keluarga

b. Melakukan perubahan lingkungan bersama keluarga seoptimal mungkin

5. Memotivasi keluarga untuk memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada disekitarnya, dengan
cara :

a. Menggunakan fasilitas kesehatan yang ada disekitar lingkungan keluarga

b. Membantu keluarga menggunakan fasilitas kesehatan yang ada

Hal yang penting diperhatikan perawat dalam menyusun rencana asuhan keperawatan keluarga
yaitu :
1. Tujuan hendaknya logis, sesuai masalah dan mempunyai jangka waktu yang sesuai dengan
kondisi keluarga
2. Kriteria hasil hendaknya dapat diukur dengan alat ukur dan diobservasi panca indera perawat
dengan objektif
3. Rencana tindakan disesuaikan dengan sumber daya dan dana yang dimiliki oleh keluarga dan
mengarah ke kemandirian klien sehingga tingkat ketergantungan dapat diminimalisasi

Berikut ini, contoh rencana asuhan keperawatan keluarga dengan masalah pada lansia!

 Tujuan jangka panjang : Lansia selama tinggal bersama keluarga Bapak An tidak terjatuh
 Tujuan jangka pendek : Setelah pelaksanaan asuhan keperawatan keluarga yang ke-5 melalui
kunjungan kerumah, keluarga menyediakan sarana yang aman bagi lansia
 Kriteria hasil
Pengetahuan :
o Keluarga dapat menyebutkan bahaya lingkungan yang mungkin terjadi akibat lantai yang licin
o Keluarga dapat menyebutkan akibat yang dapat diderita lansia bila jatuh
o Keluarga dapat menyebutkan cara mencegah lansia jatuh akibat lantai yang licin
Sikap :
o Keluarga mengkomunikasi lingkungan yang membahayakan lansia dengan anggota keluarga
lainnya
o Keluarga mampu memutuskan untuk menyediakan sarana yang aman bagi lansia
Psikomotor :
o Keluarga menyediakan sarana yang aman bagi lansia
o Keluarga dapat memodifikasi lingkungan rumah yang aman bagi lansia

 Rencana tindakan (intervensi keperawatan)


o Mendiskusikan tentang bahaya lantai yang licin
o Mendiskusikan akibat bila lansia terjatuh
o Mendiskusikan cara mencegah lansia terjatuh
o Mengajarkan kepada keluarga cara untuk menyelesaikan masalah lansia dengan keluarga
o Tanpa waktu yang disepakati dengan keluarga, perawat melaksanakan observasi terhadap lansia
selama dalam rumah dan diluar rumah
o Bersama keluarga memodifikasi lingkungan yang aman di dalam dan di luar rumah

Catatan :
Rencana tindakan sebaiknya diarahkan untuk menambah pengetahuan, mengubah sikap dan
tindakan keluarga, sehingga pada akhirnya keluarga mampu memenuhi kebutuhan kesehatan
anggota keluarganya dengan bantuan minimal dari perawat. Saat menyusun rencana tindakan,
sebaiknya perawat melibatkan keluarga secara aktif karena keluarga mempunyai tanggung jawab
akhir dalam mengatur hidup mereka sendiri dan merupakan cara untuk menghormati dan
menghargai keluarga. Efektifitas dari rencana tindakan yang akan diperoleh perawat, tergantung
kepada efek positif terhadap interaksi dengan keluarga, keluarga tidak menentang karena telah
dilibatkan sebelumnya dan keluarga cenderung bertanggung jawab.

Berikut contoh tabel diagnosa keperawatan dan rencana tindakan :

Tujuan Kriteria Hasil / Standar Intervensi


Setelah dilakukan Pengetahuan1. Keluarga
1. Diskusikan ........
tindakan dapat .................. 2. Diksusikan ........
keperawatan ................ 2. Keluarga
3. Diskusikan ........
................... Tindakan mampu ................ 4. Bersama
................................... 3. Keluarga keluarga .................
dapat ...................
4. Keluarga dapat
memodifikasi ................
IMPLEMENTASI ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA

Pada tahap ini, perawat yang melaksanakan asuhan keperawatan pada keluarga sebaiknya tidak
bekerja sendiri, tetapi perlu melibatkan secara terintegrasi semua profesi kesehatan yang menjadi
tim perawatan kesehatan di rumah. Peran perawat yang dilaksanakan dalam tahap implementasi
ini adalah sebagai koordinator. Namun, bila keluarga tidak mampu atau tidak memungkinkan,
perawat juga dapat mengambil peran sebagai pelaksana asuhan keperawatan.

Yang perlu diperhatikan bahwa pada tahap implementasi perawat perlu melakukan kontrak
sebelumnya (saat mensosialisasikan diagnosa keperawatan) meliputi kapan dilaksanakan, berapa
lama waktu yang dibutuhkan, materi/topik yang didiskusikan, siapa yang melaksanakan, anggota
keluarga yang perlu mendapat informasi (sasaran langsung implementasi) dan peralatan yang
perlu disiapkan keluarga (bila perlu). Kegiatan ini bertujuan agar keluarga dan perawat
mempunyai kesiapan secara fisik dan psikis saat pelaksanaan asuhan keperawatan dilaksanakan.

Langkah kebih lanjut adalah pelaksanaan implementasi sesuai dengan rencana dengan didahului
perawat mengingatkan keluarga bahwa akan dilakukan implementasi sesuai kontrak sebelumnya.
Dan implementasi keperawatan sebaiknya dapat dilakukan oleh klien atau keluarga dengan
bantuan minimal dari perawat atau anggota tim kesehatan lainnya.

Berikut ini contoh format catatan implementasi :


No.
Tanggal &
Diag. Implementasi
Waktu
Kep
23 Mar 1 Pendidikan kesehatan tentang ………………… dan ……… dengan
2005 keluarga Bapak An yang dihadiri …………………
15.00-16.00 Kontrak selanjutnya tanggal .............................. jam ............... untuk
kegiatan ...................................
Apabila dalam perencanaan kegiatan (tahap intervensi) direncanakan untuk dilaksanakan
pendidikan/penyuluhan kesehatan, maka perawat sebaiknya sebelum melaksanakannya
mempersiapkan dengan seksama sesuai dengan prinsip belajar mengajar pada tingkat keluarga,
meliputi persiapan :
1. Materi  hendaknya persiapan materi sesuai dengan tujuan yang diharapkan
2. Media  media yang disiapkan sesuai dengan kriteria pada rencana asuhan keperawatan
keluarga agar diperoleh efektifitas yang maksimal, misalnya dengan menyiapkan brosur/leaflet
yang dibuat sendiri oleh perawat, poster, rekaman AVA, dsb.

Berikut ini contoh format rencana kegiatan :

Sasaran : Keluarga Bapak An


Hari/Tanggal : Minggu, 23 Maret 2005
Waktu : 60 menit (jam 15.00-16.00)
Dx keperawatan : No.1
Intervensi : No.1, 2 dan 3
Kunjungan ke :5

Latar belakang :
Lansia yang tinggal di rumah Bapak An adalah ibu dari istrinya yang setiap hari (siang) tinggal
sendiri di rumah tanpa pengawas. Keadaan lingkungan (lantai) rumah terbuat dari keramik yang
dapat membahayakan lansia terjatuh bila lansia melakukan aktifitas (memenuhi kebutuhan
personal hygiene) ke/dari kamar mandi. Peningkatan pengetahuan keluarga merupakan
kebutuhan utama sebelum keluarga menyikapi dan menyediakan sarana yang aman bagi lansia di
rumah.

Tujuan :
Setelah dilaksanakan tindakan keperawatan dalam bentuk pendidikan kesehatan selama 60 menit
di keluarga Bapak An, diharapkan keluarga meningkatkan pengetahuannya dengan tolak
ukur/kriteria :
1. Keluarga dapat menyebutkan minimal …. dari ….. bahaya lingkungan (lantai yang licin)
2. Keluarga dapat menyebutkan minimal …. dari ….. akibat yang diderita lansia bila terjatuh
3. Keluarga dapat menyebutkan minimal …. dari ….. cara mencegah lansia terjatuh akibat lantai
yang licin

Kegiatan :
Tahap &
Kegiatan Perawat Kegiatan Keluarga
Waktu
Pendahuluan  Mengucapkan salam kepada keluarga  Menjawab salam
(10 menit)  Mengingatkan kontrak yang telah
 Memberikan respons
disepakati  Menjawab tentang
 Menanyakan kesiapan keluarga untuk kesiapan
kontrak saat ini
 Menginformasikan tujuan yang hendak
 memperhatikan
dicapai dalam kunjungan saat ini
Pelaksanaan  menjelaskan tentang lingkungan rumah
 Memperhatikan
(40 menit) yang sehat dan memenuhi syarat kesehatan
 menjelaskan lantai yang tidak
 Memperhatikan
membahayakan bagi lansia
 memberi kesempatan keluarga bertanya
 Bertanya
terhadap penjelasan yang telah diberikan
perawat dan menjawab pertanyaan
 memberikan penguatan terhadap
 Memperhatikan
respons yang telah dilakukan keluarga
 menjelaskan tentang akibat yang terjadi
 Memperhatikan
jika lansia terjatuh
 menjelaskan cara mencegah lansia
 Memperhatikan
terjatuh akibat lantai yang licin
 memberi kesempatan keluarga bertanya
 Bertanya
terhadap penjelasan yang telah diberikan
perawat dan menjawab pertanyaan
 memberikan penguatan terhadap
 Memperhatikan
respons yang telah dilakukan keluarga
Penutup  Membuat kesimpulan dengan keluarga Membuat kesimpulan
(10 menit) tentang materi pendidikan kesehatan yang bersama keluarga
telah didiskusikan
 Memberikan informasi cara dan tempat
 Memperhatikan
memperoleh informasi lanjutan yang
berhubungan dengan materi pendidikan
kesehatan
 Membuat kontrak yang akan datang  Mengungkapkan
tentang kontrak yang akan
datang dan menyatakan
kesanggupan

EVALUASI ASUHAN KEPERAWATAN

Evaluasi merupakan kegiatan yang membandingkan antara hasil implementasi dengan kriteria
dan standar yang telah ditetapkan untuk melihat keberhasilannya. Bila evaluasi tidak berhasil
atau berhasil sebagian, perlu disusun rencana keperawatan yang baru. Perlu diperhatikan juga
bahwa evaluasi perlu dilakukan beberapa kali dengan melibatkan keluarga sehingga perlu pula
direncanakan waktu yang sesuai dengan kesediaan keluarga.

Evaluasi disusun dengan menggunakan SOAP yang operasionalnya dengan pengertian Subjektif,
Objektif, Analisis dan Planning/perencanaan selanjutnya. Pada tahap ini ada 2 (dua) evaluasi
yang dapat dilaksanakan oleh perawat meliputi :
1. Evaluasi formatif/respons  bertujuan untuk menilai hasil implementasi secadra bertahap
sesuai dengan kegiatan yang dilakukan berdasarkan kontrak pelaksanaan
2. Evaluasi sumatif/hasil akhir  bertujuan menilai secara keseluruhan terhadap pencapaian
diagnosis keperawatan, apakah rencana diteruskan, diteruskan sebagian, diteruskan dengan
perubahan intervensi atau dihentikan
Berikut ini contoh format evaluasi sumatif :
No.
Tanggal &
Diag. Evaluasi sumatif
Waktu
Kep
23 Mar 1 : Keluarga mengatakan bahwa bahwa masih ada materi minggu lalu
2005 yang tidak dipahami tentang ……………………………
jam 16.00 Keluarga mengatakan tidak mampu untuk menyediakan sarana
bagi lansia sesuai dengan saran perawat.
: Keluarga dapat menjawab pertanyaan tentang
………………………….
Keluarga tidak dapat menjelaskan kembali tentang
………………………
Lansia yang berada di keluarga Bapak An belum mengenakan
sandal karet setiap hari selama di rumah.
Alat bantu untuk berjalan yang ditempel di dinding belum
disediakan keluarga.
: Diagnosa keperawatan belum teratasi
: Lanjutkan intervensi.
Rujuk ke lembaga swadaya masyarakat yang menyediakan dana
bagi lansia.
Ajarkan keluarga membuat sandal karet dari ban bekas.

http://dhienkcz.blogspot.com/2012/12/konsep-dasar-askep-keluarga.html

Anda mungkin juga menyukai