Prinsip kerja sistem injeksi, khususnya PGM-FI secara umum terdiri dari tiga tahapan
inti, yaitu: input, proses, dan output. Sementara itu pada sistem injeksi YM-Jet FI
dikenal dengan istilah sensor, control unit, dan actuator. Tahapan ‘input’ atau ‘sensor’
merupakan pengumpulan informasi atau data-data awal yang diperlukan oleh ECM
(Engine Control Module) pada motor Honda atau ECU (Engine Control Unit) pada
motor Yamaha untuk diproses selanjutnya. Data-data awal minimal (sebagai input)
yang diperlukan pada sistem injeksi terdiri dari beberapa sensor, diantaranya:
b. Sensor EOT (Engine Oil Temperature), yaitu suatu sensor yang bertugas untuk
memberikan informasi berupa suhu/temperature oli mesin yang dikonversi menjadi
tegangan untuk diteruskan ke ECM atau ECU. Pada beberapa jenis sepeda motor yang
menggunakan air pendingin radiator, sensor EOT diganti dengan sensor ECT (Engine
Coolant Temperature) dengan fungsi yang sama.
c. Sensor MAP (Manifold Absolute Pressure) atau Air Pressure Sensor, yaitu suatu
sensor yang bertugas untuk memberikan informasi tekanan udara yang akan masuk ke
ruang bakar yang dikonversi menjadi tegangan untuk diteruskan ke ECM atau ECU.
Sensor ini digunakan untuk sepeda motor injeksi tipe tertentu.
d. Sensor IAT (Intake Air Temperator) atau Air Temperature Sensor, yaitu suatu sensor
yang bertugas untuk memberikan informasi suhu udara yang akan masuk ke ruang
bakar yang dikonversi menjadi tegangan untuk diteruskan ke ECM atau ECU. Sensor
ini digunakan untuk sepeda motor injeksi tipe tertentu.
e. Sensor CKP (Crankshaft Position), yaitu suatu sensor yang bertugas untuk
memberikan informasi mengenai derajat waktu pengapian busi di ruang bakar
berdasarkan putaran crankshaft yang dikonversi menjadi tegangan untuk diteruskan ke
ECM atau ECU.
f. O2 sensor (Oksigen), yaitu suatu sensor yang bertugas untuk memberikan informasi
mengenai kandungan oksigen hasil pembakaran campuran udara dan bahan bakar yang
keluar melalui exhaust manipold (sebelum knalpot) yang dikonversi menjadi tegangan
untuk diteruskan ke ECM atau ECU.
Tahapan ‘proses’ atau ‘control unit’ merupakan penerimaan informasi atau data dari
input atau sensor yang selanjutnya akan diproses oleh ECM/ECU untuk menentukan
perbandingan campuran bahan bakar dan udara yang harus terjadi, durasi
penyemprotan bahan bakar, pemetaan derajat waktu pengapian, dan pengaturan
koefisien emisi gas buang supaya ramah lingkungan. Setelah data-data diproses, maka
selanjutnya ECM/ECU akan meneruskannya ke tahapan ‘output’ atau ‘actuator’ .
Output atau actuator menginstruksikan ke Injektor untuk mengatur campuran bahan
bakar dan udara serta lama penyemprotannya ke ruang bakar, dimana pada sistem
injeksi Yamaha dikenal dengan sensor FID (Fast Idle Speed) untuk tipe sport dan ISC
(Idle Speed Control) untuk tipe matic dan bebek. Selanjutnya informasi dari ECM/ECU
juga akan diteruskan ke Ignition coil untuk pengaturan ketepatan waktu pengapian
melalui percikan api busi. Pada akhirnya akan didapatkan proses pembakaran yang
ideal, yang akan berakibat pada hemat bahan bakar, akselerasi lebih cepat, tenaga lebih
optimum, dan gas buang yang ramah lingkungan.
Sebelum proses reset dilakukan, hal yang harus diperhatikan pertama adalah
memeriksa history kegagalan dalam ECM. Apabila kerusakan pada sensor sudah
diperiksa dan diperbaiki, maka sebenarnya MIL tidak akan berkedip, tetapi ECM
sekali lagi masih menyimpan kode kegagalan sebelumnya. Untuk mengetahui kode
kegagalan tersebut, dapat dilakukan dengan cara memasangkan DLC short connector
pada DLC. Adapun prosedur pemeriksaannya adalah:
1. Lepaskan cover sepeda motor yang menutup DLC, sehingga DLC kelihatan,
5. Putar kunci kontak pada posisi ON, dan history kegagalan pada ECM yang
tersimpan dapat dibaca/dilihat pada kedipan MIL.
Gambar 4.43 Tahapan memeriksa Kode Kerusakan Honda PGM-FI
6. Apabila terdapat history kegagalan yang disimpan di dalam ECM, maka MIL
akan berkedip menunjukan kode kegagalannya (lihat gambar 4.44 di bawah ini).
7. Jika tidak ada history kegagalan yang disimpan di ECM, maka MIL akan
menyala terus atau melotot (lihat gambar 4.45 di bawah ini).
1. Lepaskan cover sepeda motor yang menutup DLC, sehingga DLC kelihatan,
5. Putar kunci kontak pada posisi ON, dan MIL mulai berkedip,
6. Pada saat MIL berkedip, lepaskan DLC short connector dan pasangkan
kembali dalam waktu kurang dari 5 detik (catt: saat DLC dilepas MIL melotot,
dan saat dipasang MIL akan mati sekitar 2-3 detik),
7. Tunggu sekitar 2-3 detik dan MIL akan mulai berkedip pendek secara terus
menerus (seperti lampu sein) tanda berhasil menghapus kode kegagalan,
8. Putar kunci kontak pada posisi OFF, dan lepaskan DLC short connector.
Proses menghapus kode kegagalan tidak akan berhasil/gagal apabila DLC Short
Connector tidak tersambung dalam waktu kurang dari lima (5) detik (langkah no.
6 terlalu lama). Akibatnya MIL akan menyala terus/tidak berkedip. Hal tersebut
menunjukan bahwa proses penghapusan kode kegagalan pada ECM tidak berhasil
(memori kerusakan masih tersimpan di ECM). Kemudian apabila kunci kontak
diputar pada posisi OFF, dan diputar lagi “ON”, maka MIL akan tetap berkedip
sesuai dengan kode kerusakan yang tersimpan.
Apabila hal tersebut di atas terjadi (gambar 4.47), maka proses mereset kode
kegagalan gagal dan harus dilakukan proses mereset ulang ECM sampai dengan
berhasil.
3. Pada saat setting ketinggian pastikan sepeda motor dalam posisi kunci kontak
ON dan motor kondisi mati.
4.
6. Putar kunci kontak pada posisi ON, MIL seharusnya menyala dan mulai
berkedip dengan cepat,
7. Dalam waktu 5 detik setelah kedipan cepat dimulai, tutup handle gas dan tahan
selama kurang lebih 3 detik,
Pada gambar di bawah ini dijelaskan lebih rinci tahapan melakukan setting MODE-1
yang secara umum digunakan pada sepeda motor Honda PGM-FI yang ada di
Indonesia. Setting MODE-1 sebaiknya dilakukan setiap sepeda motor honda PGM-FI
di servis/tune up.
Sumber: BPR sepeda motor Honda PGM-FI
Pembersihan ISC valve dilakukan apabila kondisi sepeda motor injeksi tidak bisa
langsam atau muncul kode D67 pada alat FI Diagnostic Tool yamaha injeksi. Hal
tersebut disebabkan diantaranya oleh kondisi ISC valve yang kotor. Adapun tahapan
pembersihannya adalah:
§ Bersihkan komponen ISC valve menggunakan cutton buds yang sudah diberi
cairan carburator cleaner.
§ Bersihkan juga Throttle body menggunakan “Cotton buds” yang sudah diberi
cairan Carburetor Cleaner.
§ Lakukan penyetelan jarak bebas plunger ISC valve (a) dan gap plunger ISC valve
menggunakan jangka sorong, pastikan ukurannya standar yaitu 35mm ±
2mm dan 2mm ± 2mm
§ Setelah ISC dibersihkan dan di setel, pasangkan kembali ISC valve pada throttle
body.
Catatan:
Dilarang keras untuk melepas / membersihkan ulir pada ISC karena telah diberi
grease khusus.
Memeriksa Tegangan Puncak Primer Ignition Coil
dan Ignition Pulsa Generator Menggunakan Peak
Voltage Adaftor
Posted by www.garbamedia.com
Kali ini kita akan membahas tentang cara Memeriksa Tegangan Puncak Primer
Ignition Coil dan Ignition Pulsa Generator Menggunakan Peak Voltage Adaptor,
silahkan disimak langkah-langkahnya.
Siapkan alat multy tester digital, peak voltage adaptordan unit motor yang
akan diperiksa.
Lepaskan cover body yang menutupi komponen ignition coil menggunakan
obeng dan/atau kunci-kunci yang diperlukan.
Masukan test pin peakvoltage
adaptor pada sumber listric AC PLN, dan periksa tegangan yang muncul.
Standar:
1. Adaptor adalah normal jika voltase DC yang diukur melalui adaptor adalah
1,4 kali voltase AC listrik dari PLN, yaitu sekitar 300 volt.
Kesimpulan: ……………………………………………………………….
Hubungkan probe negatif (-) peak voltage pada terminal kabel kumparan
primar ignition coil (Bl/Y) dan probe positif (+) peak voltage pada massa,
dengan posisi ignition coil (kabel primer ignition coil) tersambung.
Putar Kunci kontak pada posisi ON, dan hidupkan mesin dengan electric/kick
s
tarter dan baca tegangan puncak ignition pulse generator yang muncul pada
multy tester digital.
Hasil pemeriksaan: ……………. volt.
Kesimpulan: ……………………………………………………………….
Jika tegangan puncak yang diukur pada ICM connector tidak normal, maka
ukur tegangan puncaknya dari sisi kabel socket ignition pulse generator 3P
(socket yang keluar dari ignition pulse generator) dengan cara yang sama
seperti pada ICM connector. Bandingkan dengan voltase yang diukur
pada ICM connector.
Catatan: Apabila hasil teganganpuncak yang diukur normal (sesuai standar min. 0,7
volt, maka pada kabel tersebut terjadi hubungan singkat atau hubungan longgar.