Anda di halaman 1dari 23

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kematian maternal adalah kematian seorang wanita waktu hamil atau dalam
42 hari sesudah berakhirnya kehamilan oleh sebab apapun, terlepas dari tuanya
kehamilan dan tindakan yang dilakukan untuk mengakhiri kehamilan. Sebab-sebab
kematian ini dapat dibagi dalam 2 golongan, yakni yang langsung disebabkan oleh
komplikasi-komplikasi kehamilan, persalinan dan nifas, dan sebab-sebab lain seperti
penyakit jantung, kanker, dan lain sebagainya.
Perdarahan postpartum dalam arti luas mencakup semua perdarahan yang terjadi
setelah kelahiran bayi, sebelum dan selama dan sesudah keluarnya plasenta. Menurut
defenisi, hilangnya darah lebih dari 500 ml selama 24 jam pertama merupakan
perdarahan postpartum. Setelah 24 jam, keadaan ini dinamakan perdarahan postpartum
lanjut atau late postpartum hemorrhage. Insidensi perdarahan postpartum sekitar 10
persen.
Pada kelahiran normal akan terjadi kehilangan darah sebanyak kurang lebih 200
ml. Episiotomi meningkatkan angka ini sebesar 100 mldan kadang-kadang lebih banyak
lagi. Wanita hamil mengalami peningkatan jumlah darah dan cairan sehingga kehilangan
500 ml darah pada wanita sehat setelah melahirkan tidak mengakibatkan efek yang
serius.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang di atas penulis dapat menyimpulkan rumusan masalah
sebagai berikut :
1. Apa pengertian tentang perdarahan postpartum?
2. Apa saja etiologi tentang perdarahan postpartum?
3. Bagaimana patofisiologi tentang perdarahan postpartum?
4. Apa saja manifestasi klinis tentang perdarahan postpartum?
5. Apa saja komplikasi tentang perdarahan postpartum?
6. Apa saja diagnosa keperawatanpada perdarahan postpartum?

1
7. Apa saja intervensi keperawatan pada perdarahan postpartum?
1.3 Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah di atas penulis dapat menyimpulkan tujuan sebagai
berikut :
1. Untuk mengetahui tentang konsep tentang perdarahan postpartum
2. Untuk mengetahui apa pengertian tentang perdarahan postpartum
3. Untuk mengetahui apa saja etiologi tentang perdarahan postpartum
4. Untuk mengetahui patofisiologi tentang perdarahan postpartum
5. Untuk mengetahui apa saja manifestasi klinis tentang perdarahan postpartum
6. Untuk mengetahui apa saja diagnosa keperawatan pada perdarahan postpartum
7. Untuk apa saja intervensi keperawatan pada perdarahan postpartum

1.4 Manfaat
Berdasarkan tujuan di atas penulis dapat menyimpulkan manfaat sebagai berikut :
1. Bagi institusi pendidikan, hasil makalah ini dapat dijadikan sebagai bahan bacaan di
bidang kesehatan sebagai bahan informasi.
2. Bagi pembaca dapat mengetahui dan memahami mengenai materi tentang perdarahan
postpartum.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Tentang Perdarahan Postpartum


Pendarahan pervaginan yang melebihi 500 ml setelah bersalin di definisikan sebagai
perdarahan pascapersalinan. Terdapat beberapa masalah mengenai definisi ini :
a. Perkiraan kehilangan darah biasanya tidak sebanyak yang sebenarnya kadang-kadang
hanya setengah dari sebenarnya. Darah tersebut bercampur dengan cairan amnion dan
urin. Darah juga tersebar pada spons, handuk, dan kain, di dalam ember dan lantai
b. Volume darah yang hilang juga bervariasi akibatnya sesuai dengan kadar hemoglobin
ibu. Seorang ibu dengan kadar hemoglobin normal akan dapat menyesuaikan diri
terhadap kehilangan darah yang akan berakibat fatal yang anemia
c. Pendarahan dapat terjadi dengan lambat untuk jangka waktu beberapa jam dan
kondisi ini tidak di kenali sampai terjadi syok.

Penilaian resiko pada saat antenatal tidak dapat memperkirakan akan terjadinya
pendarahan pascapersalinan. Penanganan aktif kala tiga sebaiknya di lakukan pada semua
nwanita yang bersalin karna hal ini dapat menurunkan insiden pendarahan pascaperalinan
akibat atonia uteri. Semua ibu pascapersalinan harus dipantau dengan ketat untuk
mendiagnosis perdarahan pascapersalinan.

Jenis-Jenis Perdarahan Postpartum

1. Perdarahan postpartum Primer


Perdarahan postpartum primer terjadi dalam 24 jam pertama. Penyebab utama
perdarahan postpartum primer adalah atonia uteri, retentio plasenta, sisa plasenta,
dan robekan jalan lahir. Terbanyak dalam 2 jam pertama.
2. Perdarahan postpartum Sekunder
3. Perdarahan postpartum sekunder terjadi dalam 24 jam pertama. Penyebab utama
perdarahan postpartum sekunderadalah robekan jalan lahir dan sisa plasenta atau
mebran.

3
Perdarahan Postpartum Primer Perdarahan Postpartum Sekunder
Definisi Definisi
a. Perdarahan ini berlangsung a. Perdarahan postpartum setelah
dalam 24 jam dengan pertama 24 jam pertama dengan jumlah
jumlah 500 cc atau lebih 500 cc atau lebih
Sebabnya 1. Tertinggalnya sebagian
a. Atonia uteri plasenta atau membrannya
b. Retensio Plasenta 2. Perlukaan terbuka kembali dan
c. Robekan jalan lahir menimbulkan perdarahan
1. Ruptur uteri inkomplet atau 3. Infeksi pada tempat implantasi
komplet plasenta.
2. Hematoma parametrium
3. Perlukaan servikal
4. Perlukaan vagina atau vulva
5. Perlukaan perineum
Menurut waktu yang terjadi di bagi atas dua bagian,yaitu:

a. Pendarahan postpartum primer(early postpartum hemorrhage) ialah pendarahan >500


cc yang terjadi dalam 24jam pertama setelah bayi lahir. Penyebab utama pendarahan
postpartun primer adalah atonia uteri,retensio plasenta,sisa plasenta dan robekan jalan
lahir.
b. Pendarahan postpartum sekunder (late postpartum hemorrhage) ialah pendarahan
>500ncc setelah 24 jam pasca persalinan. Menyebabkan utama pendarahan post
partum sekunder adalah sisa plasenta (manuaba,2010)
2.2 Etiologi
Pendarahan pospartum bisa di sebabkan karena:
a. Atonia uteri
Ketidakmampuan uterus untuk berkontraksi sebagaimana mestinya setelah
plasenta lahir. Pendarahan postpartum secara fisiologis di kontrol oleh kontraksi
4
serat-serat nyometrium terutama yang berada di sekitar pembuluh darah mensuplai
darah pada tempatpelengketan plasenta. Atonia uteri terjadi karena nyometrium tidak
dapat berkontraksi (wiknjosastro,2002 dalam astutik 2015).
Sedangkan faktor prediposisi yang mempengaruhi pwndarahan postpartum
menurut JHPIEGO,POGI,JNKPR (2007) antara lain:
1) Pembesaran uterus lebih dari normal selama kehamilan yang disebabkan karena
jumlah,air ketuban yang berlebihan (polihidramnion),kehamilan kembar
(gamelli), bayi besar (makrosomia)
2) Kala satu dan atau kala 2 yang lama atau memanjang
3) Persalinan cepat (presipitatus)
4) Persalinan yang di induksi atau dipercepat dengan oksigen
b. Retensio plasenta
Pendarahan yang di sebabkan karena plasenta belum lahir hingga atau
melebihi waktu 30 menit setelah bayi lahir. Hal itu di sebabkan karena plasenta
belum lepas dari dinding uterus atau plasenta sudah lepas,akan tetapi belum
dilahirkan (winknjosastro, 2002).npada beberapa kasus dapat terjadi retensio plasenta
berulang (habitual retensio plasenta)(manuaba,2010). Terdapat jenis retensio plasenta
antara lain:Terdapat jenis retensio plasenta antara lain:
1) Plasenta adhesiva adalah implantasi yang kuat dari jonjot korion plasenta
sehingga menyebabkan mekanisme separasi fisiologis.
2) Plasenta inkreta adalah inplantasi jonjot korion plasenta hingga memasuki
sebagian lapisan miometrium.
3) Plasenta inkreta adalah inplantasi jonjot korion plasenta yang menembus
lapisan serosa dinding uterus.
4) Plasenta perkreta adalah implitasi jonjot koriopn plasenta yang menembus
serosa dindinguterus.
5) Plasenta inkarserata adalah tertahannya plasenta di dalam kavum
uteri,disebabkan oleh kontruksi ostium uteru (saifuddin 2001).
Pada kasus retensio plasenta,plasenta harus dikeluarkan karena dapat
menimbulkan pendarahan,infeksi plasenta sebagai benda mati, plasenta dan terjadi
degenerasi sel ganas kario karsinoma.

5
c. Sisa Plasenta
Saat suatu bagian dari plasenta tertinggal, maka uterus tidak dapat
berkontraksi secara efektif dan keadaan ini dapat menimbulkan perdarahan-
perdarahan postpartum yang terjadi segera jarang di sebabkan oleh retensi potongan-
potongan kecil plasenta. Inspeksi plasenta segera setelah persalinan bayi harus
menjadi tindakan rutin. Jika ada bagian plasenta yang hilang, makauterus harus
dieksplorasi dan potongan plasenta di keluarkan.
d. Robekan Jalan Lahir
Robekan jalan lahir dapat terjadi bersamaan dengan atonia urteri. Perdarahan
pascapersalinan deangan uterus yang berkontraksi baik biasanya di sebabkan oleh
robekan serviks atau vagina. Setelah persalinan harus selalu di lakuakan pemeriksaan
vulva dan perineum.pemeriksaan vagina dan serviks dengan spekulum juga perlu di
lakukam setelah persalinan. Robekan jalan lahir selalu memberikan perdarahan dalam
jumlah yang bervariasi banyak. Perdarahan yang berasal dari robekan jalan lahir
selalu harus di evaluasi,yaitu sumber dan jumlah perdarahannya sehingga dapat di
atasi. Sumber perdarahan dapat berasal dari prenium, vagina, serviks, dan robekan
uterus(ruptur uteri). Perdarahan dapat dalam bentuk hematoma dan robekan jalan
lahir dengan perdarahan bersifat arteri atau pecahnya pembuluh darah.vena. untuk
dapat menetapkan sumber perdarahan,dapat di lakukan dengan pemeriksaan dalam
dan pemeriksaan spekulum. Setelah sumber perdarahan di ketahui dengan pasti,
perdarahan di hentikan dengan melakukan ligasi
e. Inversio Uteri
Invorsio urteri merupakan keadaan di mana fundus uteri masuk ke dalam
kavum urteri, dapat secara mendadak atau terjadi perlahan. Pada inversio urteri,
bagian atas uterus memasuki kavum uteri, sehingga fundus uteri sebelah dalam
menonjol ke dalam kavum uteri. Peristiwa ini jarang sekali di temukan, dan dapat
terjadi tiba-tiba dalam kala tiga atau segera setelah plasenta keluar. Penyebab inversio
uteri yang tersering adalah kesalahan dalam memimpin kala tiga, yaitu menekan
fundus uteri terlalu kuat dan menarik tali pusat pada plasenta yang belum terlepas dai
insersinya. .
2.3 Faktor Resiko

6
1. Penggunaan obat-obatan (anastesi umum, magnesium sulfat)
2. Partum presipitatus
3. Solusio plasenta
4. Persalinan traumatis
5. Uterus yang terlalau teregang (gameli,hidramion)
6. Adanya cacat parut, tumor, anomali uterus
7. Partus lama
8. Grandemultipara
9. Plasenta previa
10. Persalinan dengan pacuan
2.4 Patofisiologi

7
Atonia Uteri Persalinan dengan tindakan Retensio Plasenta Inversio Uteri
(episiotomi), robekan servik, robekan
perineum
plasenta tidak dapat terlepas fundus uteri

Kegagalan masih ada sisa plasenta dalam Rahim terbalik


Miometrium untukTerputusnya kontuniutas
berkontraksi pembuluh darah Mengganggu kontraksi sebagian atau
uterus seluruhnya masuk
Uterus dalam keadaanpembuluh darah tidak ke dalam cavum
relaksasi,melebar,melembek dapat menutup uteri

Pembuluh darah tidak linkaran kontriksi uterus akan


mampu berkontrasi mengecil

Pembuluh darah tetap Uterus akan terisi dengan


terbuka darah
Perdarahan Postpartum

Penurunan jml Berlangsung Terbentuknya porte Persalinan dg


cairan intra secara terus de entre (pintu tindakan
veskuler menerus masuknya virus & (episiotomi),
bakteri patogen) robekan servik,
Jumlah HB dlm Volume darah robekan perineum
darah menurun menurun Virus & bakteri dpt dg
mudah masuk ke dalam Prosedur invansif
Mk: kekurangan tubuh sehingga
Suplai oksigen
volume cairan menyebabkan infeksi
menurun Terputusnya
kontinuitas jaringan
Mk: Resiko
Syok Mk: Resiko syok
Infeksi nyeri
hipovolemia hipovolemia 8

Anemia Mk: Keletihan Mk: Nyeri Akut


2.5 Manifestasi Klinis
Gejala klinis berupa perdarahan pervaginaan yang terus menerus setelah bayi lahir.
Kehilangan banyak darah tersebut menimbulkan tanda-tanda syok yaitu:
a. Ibu pucat
b. Tekanan darah rendah
c. Denyut nadi cepat dan kecil
d. Ekstremitas dingin

Gejala umum

a. Perdarahan pervaginaan yang hebat atau tiba-tiba bertambahn banyak


b. Konsistensi rahim lunak
c. Tanda-tanda syok
d. Pengeluaran pervaginaan yang baunya menusuk
e. Rasa sakit di bagian bawah abdomen atau punggung
f. Pembengkakan di wajah/ tangan
g. Merasa sangat letih/napas terengah-engah
h. Kehilangan nafsu makan dalam saat yang sama
i. Rasa sakit,merah,lunak dan pembengkakan kaki.
j. Merasa sedih , merasa tidak mampu mengasuh sendiri bayinya/diri sendiri
k. Fundus uteri naik (kalau pengaliran darah keluar terhalang darah atau selaput janin)
l. Sakit kepala terus-menerus,nyeri uluhati,atau masalah penglihatan.
m. Demam,muntah,rasa sakit saat buang air kecil,merasa tidak enak badan
n. Payudara yang berubah menjadi merah,panas dan/atau terasa sakit.

Gejala klinis umum terjadi adalah kehilangan darah dalam jumlah yang banyak (>
500 ml), nadi lemah, pucat, lochea berwarna merah,haus, pusing, gelisah, letih dan dapat

9
terjadi syok hipovolemik, tekanan darah rendah, ektermitas dingin,mual. Gejala klinis
berdasar kan penyebab:

1. Atonia Uteri
a. Gejala yang selaluada: Uterus tidak berkonstraksi dan lembek dan perdarahan
segera setelah anak lahir (perarahan postpartum primer).
b. Gejala yang kadang-kadang timbul: Syok (tekanan darah rendah, denyut nadi
cepat dan kecil, ekstermitas dingin, gelisah, mual, dan lain-lain).
2. Robekan jalan lahir
a. Gejala yang selalu ada: Perdarahan segera, darah segar mengalirs etelah bayi
lahir, konstraksi uterus baik, plasenta baik.
b. Gejala yang kadang-kadang timbul: Pucat, lemah, menggigil.
3. Retensio plasenta
a. Gejala yang selalu ada: Plasenta belum lahir setelah 30 menit, perdarahan segera
konstraksi uterus baik.
b. Gejala yang kadang-kadang timbul: Tali pusat putus akibat konstraksi
berlebihan,inversi uterus akibat tarikan, perdarahan lanjutan.
4. Tertinggalnya plasenta (sisa plasenta)
a. Gejala yang selalu ada: Plasenta atau sebagian selaput (mengandung pembuluh
darah) tidak lengkap dan perdarahan segera.
b. Gejala yang kadang-kadang timbul: Uterus berkonstraksi baik tetapi tinggi
fundus tidak berkurang.
5. Inversion uterus
a. Gejala yang selalu ada: uterus tidak teraba, lumen vagina terisi massa, tampak tali
pusat (jika plasenta belum lahir), perdarahan segera, dan nyeri sedikit atau berat.
b. Gejala yang kadang-kadang timbul: Syok neurogonik dan pucat.

Perbedaan perdarahan pasca persalinan karena atonia uteri dan robekan jalan lahir adalah:

1. Atonia (sebelum/sesudahplasentalahir).
a. Kontraksi uterus lembek, lemah, danmembesar (fundus uteri masih tinggi).
b. Perdarahan terjadi beberapa menit setelah anak lahir.

10
c. Bila kontraksi lemah, setelah masase atau pemberian uterutonika, kontraksi yang
lemah tersebut menjadi kuat.
2. Robekan jalan lahir (robekan jaringan lunak).
a. Kontraksi uterus kuat, keras dan mengecil.
b. Perdarahan terjadi langsung setelah anak lahir, perdarahan ini terus-menerus.
Penanganannya, ambil speculum dan cari robekan.
c. Setelah dilakukan masase atau pemberian uterutonika langsung uterus mengeras
tapi perdarahan tidak mengurang.

2.6 Komplikasi
1. Syok Hemoragie
Akibat terjadinya, ibu akan mengalami syok dan menurunnya kesadaran akibat
banyaknya darah yang keluar. Hal ini menyebabkan gangguan sirkulasi darah ke
seluruh tubuh dan dapat menyebabkan gangguan sirkulasi darah ke seluruh tubuh
dan dapat menyebabkanhipolemia berat. Apabila hal ini tidak ditangani dengan cepat
dan tepat, maka akan dengan cepat dan tepat, maka akan menyebkan kerusakan atau
nekrosis tubulus renal dan selanjutnya merusak bagian korteks renal yang di penuhi
90 % darah di ginjal. Bila hal ini terus terjadi maka akan menyebabkan ibu tidak
terselamatkan.
2. Anemia
Anemia terjadi akibat banyaknya darah yang keluar dan menyebabkan perubahan
hemostatis dalam darah, juga termasuk hemaktokrit darah. Anemia dapat berlanjut
menjadi masalah apabila tidak ditangani, yaitu pusing dan tidak bergairah dan juga
akan berdampak juga pada asupan ASI bayi.
3. Sindrom Sheehan (nekrosis hipofisis pars anterior)
Hal ini terjadi karena, akibat jangka dari perdarahan postpartum sampai syok.
Sindrom ini disebabkan karena hipovolemia yang dapat menyebabkan nekrosis
kelenjar hipofisis. Nekrosis kelenjar hipofisis dapat mempengaruhi system endokrin.

2.7 Pemeriksaan Penunjang


1. Darah: Kadar hemoglobin, hemaktokrit, masa perdarahan, masa pembekuan.

11
2. USG: bila perlu untuk menentukan adanya sisa jaringan konsepsi intrauterine.
3. Teskongulasi (hitung trombosi, waktu prothrombin, waktu tromboplastin parsial,
fibrinogen dan produk pencegahan fibrin) dapat mengidentifikasi koagulopati.
4. Ultrasonografi: dapat mengungkapkan jaringan plasenta yang tertahan.10-14gr/dl. Ht
saat tidal hamil: 37%-47%, saat hamil: 32%-42%. Total SDP saat tidak hamil 4.500-
10.000/mm3, saathamil: 5.000-15.000).
5. Kultur uterus dan vagina: mengesampingkan infeksipasca partum.
6. Golongan darah: menentukan Rh, ABO, dan percocokan silang.
7. Jumlah darahlengkap: menunjukkan penurunanHb/Ht dan peningkatan jumlah sel
darah putih (SDP). (Hbsaat tidakhamil: 12-16gr/dl, saat hamil.
2.8 Penatalaksanaan
1. Terapi
Dengan adanya perdarahan yang keluar pada kala III,bila tidak berkontraksi
dengan kuat,uterus harus di urut :
a. Pijat dengan lembut boggi uterus,sambil menyokong uterus bagian bawah untuk
menstimulasi kontraksi dan kekuatan penggumpalan.waspada terhadap kekuatan
pemijatan.pemijatan yang kuat dapat meletihkan uterus,mengakibatkan atonia uteri
yang dapat menyebabkan nyeri. Lakukan dengan lembut. Pendarahan yang
segnifikan dapat terjadi karena penyebab lain selain atoni uteri.
b. Dorongan pada plasenta di upayakan dengan tekanan manual pada fundus uteri.
Bila pendarahan berlanjut pengeluaran plaseta secara manual harus dilakukan.
c. Pantau tipe dan jumlah pendarahan serta konsistensi uterus yang menyertai selama
berlangsungnya hal tersebut. Waspada terhadap darah yang berwarna merah dan
uterus yang relaksasi yang berindikasi atoni uteri atau fragmen plasenta yang
tertahan. Pendarahan vagina berwarna merah terang dan kontra indikasi uterus
mengindikasikan pendarahan akibat adanya laserasi.
d. Berikan kompres es selama jam pertama setelah kelahiran pada ibu yang berisiko
mengalami hematoma vagina. Jika hematoma terbentuk,gunakan rendan duduk
setelah 12 jam.
e. Pertahankan pemberian cairan IV dsn mulai carain IV ke dua dengan ukuran jarum
18,untuk pemberian produk darah jika di perlukan. Kirim contoh darah untuk

12
penentuan golongan dan pemeriksaan silang,jika pemeriksaan ini belum dilakukan
di ruang persalinan.
f. Pemberian 20 unit oksitodin dalam 1000 m larutan RL atau saline normal,terbukti
efektif bila diberikan infus intra vena+ 10 m /menit bersama dengan memngurut
uterus secara efektif.
g. Bila cara di atas tidak efektif,ergonovine 0,2 mg yang diberikan secara IV,dapat
merangsang uterus untuk berkontraksi dan berelaksasi dengan baik,untuk mengatasi
pendarahan dari tempat implantasi plasenta.
h. Pantau asupan dan haluaran cairan setiap jam. Pada awalnya masukkan kateter
foley untuk memastikan keakuratan perhitungan haluaran.
i. Berikan oksigen melalui masker atau nasal kanul,dengan laju 7-10 L/menit bila
terdapat tanda kegawatan pernafasan.

2. Penatalaksanaa Umum
a. Ketahui secara patsti kondisi ibu bersalin sejak awal.
b. Pimpin persalinan dengan mengacu pada persalinan bersih dan aman.
c. Selalu siapkan keperluan tindakan gawat darurat.
d. Segera lakukan penilaian klinik dan upaya pertolongan apabila dihadapkan
dengan masalh dan komplikasi.
e. Atasi syok jika terjadi syok.
f. Pastikan kontraksi berlangsung baik (keluarkan bekuan darah,lakukan pijatan
uterus,beri uterotonika 10 IV di lanjutkan infus 20 ml dalam 500 cc NS/RL
dengan tetesan 40 tetes/menit ).
g. Pastikan plasenta telah lahir lengkap dan eksplorasi kemungkinan robekan jalan
lahir.
h. Bila pendarahan tidak berlangsung,lakukan uji bekuan darah.
i. Pasang kateter tetap dan antau cairan keluar masuk.
j. Lakukan observasi ketat pada 2 jam pertama pasca persalinan dan lanjutkan
pemantauan terjadwal hingga 4 jam berikutnya.

3. Penatalaksanaan Khusus

13
a. Atonia uteri
Bila terjadi pendarahan sebelum plasenta lahir (retensi plasenta), ibu harus segera
minta pertolongan dokter rumah sakit terdekat,untuk daerah terpencil dimana
terdapat bidan,maka bidan dapat melakukan tindakan dengan urutan sebagai
berikut :
a) Pasang infus
b) Pemberian uterotonika intravena III hingga unit oksitosina atau ergometrim
0,5 cc hingga 1 cc
c) Kosongkan kandung kemih dan lakukan masase ringan di uterus
d) Keluarkan plasenta dengan prasat crede,bila gagal lanjutkan dengan :
e) Plasenta manual (seyokyanya di rumah sakit)
f) Periksa apakah masih ada plasenta yang tertinggal. Bila masih berdarah
g) Dalam keadaan darurat dapat dilakukan penekanan pada fundus uteri atau
kompresi aorta
Bila pendarahan terjadi setelah plansenta lahir,dapat dilakukan :

a. Pemberian uterotonika intavena


b. Kosongkan kandung kemih
c. Menekan uterus prasat crede
d. Tahan fundus uteri / (fundus uteri ) atau kompresi aorta
Tentu saja, urutan diatas dapat dilakukan jika fasilitas kemampuan penolong
memungkinkan. Bila tidak,rujuk ke rumah sakit yang mampu melakukan operasi
histeroktomi,dengan terlebih dahulu memberikan uterotonika inttavena serta
infus cairan sebagai penolong pertama. Pendarahan postpartum akibat raserasi
/robekan jalan lahir.

Pendarahan pasca persalinan yang terjadi pada kontraksi uterus yang


kuat,keras,bisa terjadi akibat adanya robekan jalan lahir (periksa dengan
spekulum dan lampu penerangan yang baik –merah). Bila sudah dapat di
lokalisir dari pendarahannya,jahitlah luka tersebut dengan menggunakan benang
katgut dan jarum bulat.

14
Untuk robekan yang lokasinya dalam atau sulit di jangkau,berilah tampon
pada liang segsama/vagina dan segera dirujuk dengan terlebih dahulu memasang
infus dan pemberian uterotonika intravena.

Kompres binamanual internal


Kenali dan tegakkan keja atoniauteri. Sambil melakukan pemasangan
infus dan pemberian uterotonika,lakukan pengurutan uterus pastikan plasenta
lahir lengkap dan tidak ada laserasi jalan lahir. Lakukan tindakan spesifik yang
diperlukan kompresi bimanual eksternal yaitu menekan uterus melalui dinding
abdomen dengan jalan saling mendekatkan kedua belah telapak tangan
melingkupi uterus bila pendarahan berkurang hingga uterus dapat
kembali,berkontraksi atau di bawa kefasilitas kesehatan rujukan. Kompresi
bimanual internal yaitu uterus ditekan di antara telapak tangan pada dinding
abdomen da tinju tangan dalam vagina untuk menjepit pembuluh darah didalam
meometrium.
Kompresi aorta abdomalis yaitu raba arteri femolaris dengan ujung jari
tangan kiri,pertahankan posisi tersebut genggam tangan kanan kemuadian
tekankan pada daerah umbilicus,tegak lurus dengan sumbu badan,higga
mencapai columna,vertebralis,penekanan yang tepat akan menghentkan atau
mengurangi dnyut arteri femuralis.
Letakkan satu tangan anda pada dinding perut,dan usahakan untuk
menahan bagian belakang uterus sejauh mungkin. Letakkan tangan yang lain
pada korpus depan dari dalam vagina,kemudian tekan kedua tangan untuk
mengkompresi pembuluh darah di dinding uterus. Amati jumlah darah yang
keluar yang di tampung dalam pan. Jika pendarahan berkurang,teruskan
kompres,pertahankan hingga uterus dapat berkontraksi atau hingga pasien
sampai ditempat rujukan. Jika tidak berhasil,cobalah mengajarkan pada keluarga
untuk melakukan kompresi bimanual eksternal sambping penolong malakukan
tahapan selanjutnya untuk penatalaksanaan autonia uteri.

b. Retensio plasenta dengan seperasi parsial

15
Tentukan jenis retensio yang terjadi karena berkaitan dengan tindakan yang
akan diambil. Regangkan tali pusat dan minta pasien untuk mengejan,bila ekspulsi
tidak terjadi cobakan traksi terkontrol tali pusat. Pasang infus oksitosin 20 unit /50
cc NS /RL dengan tetesan 40/menit. Bila perlu kombinasikan dengan nisoporostol
400 mg/regtal. Bila trkais terkontrol gagal melahirkan plasenta,lakukan manual
plasenta secara hati-hati dan halus. Testorasi cairan untuk mengatasi hipovolemia.
Lakukan transfusi darah diperlukan. Berikan anti biotik prefilaksis (ampicilin 2 gr
IV/oral tambah metronidazole 1g supp/oral).

c. Plasenta inkaserata
Tentukan diagnosis kerja siapkan peralatan dan bahan untuk menghilangkan
kontriksi serviks yang kuat,terapi siapkan infus fluothane/eter untuk
menghilangkan kontraksi serviks yang kuat,tetapi siapkan infus oksitosin 20 untuk
500 NS/RL untuk mengantisipasi gangguan kontraksi uterus yang mungkin
timbul. Bila bahan anastesi tidak tersedi,lakukan manufer sekrup untuk
melahirkan plasenta. Pasang spekulum sims sehingga ostium dan sebagian
plasenta tampak jelas. Jepit porsio dengan klem ovum pada jam 12,4 dan 8 dan
lepaskan spikulum. Tarik kedua ovum agar ostium,tali pusat dan plasenta tampak
jelas. Tarik tali pusat ke lateral sehingga menampakkan plasenta di isi perlawanan
agar dapat di jepit sebanyak mungkin,minta asisten untuk memegang klem
tersebut. Lakyukan hal yang sam pada plasenta konta lateral,sarukan kedua klem
tersebut,kemudian sambil diputar searah jarum jam tarik plasenta keluar perlahan-
lahan.
d. Ruptur uteri
Berikan segera cairan isotonik (RL/NS) 500 cc dalam 15-20 menit dan
siapkan laparatomi. Lakukan laparatomi untuk melahirkan anak dan
plasenta,palsenta pelayanan kesehatan dasar harus merujuk pasien ke rumah sakit
rujukan. Bila konserfasi uterus masih diperlukan dan kondisi jaringan
memungkinkan,lakukan oprasi uterus. Bila luka memgalami mekrosis yang luas
dan kondisi pasien menghawatirkan lakukan histeroktomi. Lakukan bilasan

16
peritonial dan pasang drain dari ovum abdomen. Antibiotik dan serum
antitektanus bila ada tanda-tanda infeksi.

e. Sisa plasenta
Penemuan secara dini,dengan memeriksa kelengkapan plasenta setelah
dilahirkan berikan antibiotik karena kemungkinan ada endometriosis lakukan
eksplorasi digital/bila serviks terbuka dan mengeluarkan bekuan darah ataua
jaringan,bila serviks hanya dapat dilalui oleh instrument,lakukan evaluasi sisa
plasenta dengan dilatasi dan kuret. Hb 8 gr % berikan transfusi atau berikan sulfat
ferosus 600 mg/hari selama 10 hari.

f. Ruptur peritodium dan robekan dinding vagina


Lakukan ekspolarasi untuk mengidentifikasi lokasi laserasi dan sumber
pendarahan lakukan irigasi pada tempat luka dan bubuhi larutan anti seotik. Jepit
dengan ujung klem sumber pendarahan kemudian ikat dengan benang yang dapat
diserap. Lakukan penjahitan luka dari bagian yang paling distal. Khusus pada
ruptur perineum komplit dilakukan penjahitan lapis demi lapis dengan bantuan
busi pada rektum,sebagai berikut. Setelah prosedur antiseptik,pasang busi rektum
hingga ujung roekan. Mulai penjahitan dari ujung robekan dengan jahitan dan
simpul sup mukosa,menggunakan benang polygelikolid no 2/0 (deton/vierge)
hingga spinter ani,jepit kedua spinter ani dengan klem dan jahit dengan benang no
2/0. Lanjutkan jahitan ke lapisan otot perineum dan sub mukosa dengan benang
yang sama (atau kromik 2/0) secara jelujur. Mukosa vagina dan kulit perineum
dijahit secara sub mukosa dan sub ketukuler. Berikan antibiotik provilaksis. Jika
luka kotor berikan antibiotika untuk terapi.

g. Robekan serviks
Sering terjadi pada sisi lateral,karena serviks yang terjulur akan mengalami
robekan pada posisi spina ishiadika tertekan oleh kepala bayi.Bila kontraksi uterus
baik,plasenta lahir lengkap,tetapi terjadi pendarahan banyak maka segera lihat
bagian lateral bawak kiri dan kanan porsio.Jepitan klem ovum pada kedua sisi

17
porsio yang robek sehingga pendaran dapat segera dihentikan,jika setelah
eksploitasi lanjutkan tidak dijumpai robekan lain,lakukan penjahitan,jahitan
dimulai dari ujung atas robekan kemudian ke arah luar sehingga robekan dapat
dijahit setelah tindakan periksa tanda vital,kontaksi uterus tingaa fundus uteri dan
pendarahan pasca tindakan.Berikan anti biotika profilaksis,kecuali bila jelas
ditemui tanda jelas infeksi bila terjadi defisit cairan lakukan restorasi bila kadar
Hb dibawah 8 dr % berikan tranfusi darah.

18
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN TEORI

PEMERIKSAAN FISIK

1. Pemeriksaan tanda-tanda vital:


a. Suhu badan, suhu biasanya meningkat sampai 38 C dianggap normal. Setelah
satu hari suhu akan kembali normal (36 C – 37 C), terjadi penurunan akibat
hypovolemia.
b. Denyut nadi, nadi akan meningkat cepat karena nyeri, biasanya terjadi
hypovolemia yang semakin berat.
c. Tekanan darah. Tekanan darah biasanya stabil, memperingan hypovolemia.
d. Pernafasan, bila suhu dan nadi tidak normal, pernafasan juga menjadi tidak
normal.
2. Pemeriksaan khusus:
Observasi setiap 8 jam untuk mendeteksi adanya tanda-tanda komplikasi dengan
mengevaluasi system dalam tubuh. Pengkajian ini meliputi:
a. Nyeri/ketidak nyamanan: nyeri tekan uterus (fragmen-fragmen plasenta tertahan),
ketidak nyamanan vagina/pelvis, sakit punggung (hematoma).
b. Sistem vaskuler.
a) Perdarah diobservasi setiap 2 jam selama 8 jam 1, kemudian tiap 8 jam
berikutnya.
b) Tensi diawasi setiap 8 jam.
c) Apakah ada tanda-tanda trombosit, kaki sakit, bengkak dan merah.
d) Hemorroid di observasi setiap 8 jam terhadap besar dan kekenyalan.
e) Riwayat anemia kronis, konjungtiva anemis/ sub anemis, defek
kongulasikongenital, idiopatiktrombosit openik purpura.
c. Sistem reproduksi.

19
a) Uterus di observasi setiap 30 menit selama 4 hari post partum, kemudian
setiap 8 jam selama 3 hari meliputi fundus uteri dan posisi nya dan
konsistensinya.
b) Lochea di observasi setiap 8 jam selama 3 hari terhadap warna, banyak
dan bau.
c) Perineum di observasi setiap 8 jam untuk melihat tanda-tanda infeksi,
luka jahitan dan apakah ada jahitannya yang lepas.
d) Vulva dilihat apakah ada edema atau tidak.
e) Payudara dilihat kondisi areola, konsistensi dan kolostrum.
f) Tinggi fundus atau badan gagal kembali pada ukuran dan fungsi sebelum
kehamilan (sub involusi).
d. Traktusurinarius. Di observa stiap 2 jam selama 2 hari pertama. Meliputi miksi
lancer atau tidak, spontan dan lain-lain.
e. Trkatur gastro intestinal. Observasi terhadap nafsu makan dan obstipasi.
f. Integritas Ego: mungkin cemas, ketakutan dan khawatir.

Pencegahan
Klasifikasi kehamilan resiko rendah dan resiko tinggi akan memudahkan
penyelenggara pelayanan kesehatan untuk menata strategi pelayanan ibu hamil saat
perawatan antenatal dan melahirkan dengan mengatur petugas kesehatan mana yang
sesuai dan jenjang rumah sakit rujukan, akan tetapi., pada saat poses persalinan, semua
kehamilan mempunyai resiko untuk terjadinya patologi persalinan, salah satunya adalah
perdarahan persalinan. Antisipasi terhadap hal tersebut dapat dilakukan sebagai berikut:
1. Persiapan sebelum hamil untuk mempebaiki keadaan umum dan menganstipasi
setiap penyakit kronis, anemia, dan lain-lain sehingga pada saat hamil dan
persalinan pasien tersebut ada dalam keadaan optimal.
2. Mengenal factor predisposisi PPP seperti multipritas, anak besar, hamil kembar,
dan lainnya yang resikonya akan muncul saat persalinan.
3. Persalinan harus selesai dalam waktu 24 jam dan pencegahan partus lama.
4. Kehamilan resiko tinggi agar melahirkan di fasilitas rumah sakit rujukan.

20
5. Kehamilan resiko rendah agar melahirkan di tenaga kesehatan terlatih dan
menghindari persalinan dukun.
6. Menguasai langkah-langkah pertolongan pertama menghadapi PPP dan
mengadakan rujukan sebagaimana mestinya.
Perdarahan anatomi uteri dapat dicegah dengan:
1. Melakukan secara rutin manejemen aktif kala III pada semua wanita yang
bersalin karena hal ini dapat menurunkan insiden perdarahan pascapersalinan
akibat atonia uteri.
2. Pemberian Misoprostol peroral 2-3 tablet (400-600 mg) segera setelah bayi
lahir.

21
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Pendarahan pervaginan yang melebihi 500 ml setelah bersalin di definisikan sebagai
perdarahan pascapersalinan. Terdapat beberapa masalah mengenai definisi ini :
a. Perkiraan kehilangan darah biasanya tidak sebanyak yang sebenarnya kadang-kadang
hanya setengah dari sebenarnya.
b. Volume darah yang hilang juga bervariasi akibatnya sesuai dengan kadar hemoglobin
ibu.
c. Pendarahan dapat terjadi dengan lambat untuk jangka waktu beberapa jam dan
kondisi ini tidak di kenali sampai terjadi syok.

Jenis-jenis perdarahan postpartum ada dua yaitu perdarahan postpartum primer dan
perdarahan postpartum sekunder. Pendarahan pospartum bisa di sebabkan karena atonia
uteri, retensio plasenta, sisa Plasenta, robekan jalan lahir, inversio uteri. Gejala klinis
berupa perdarahan pervaginaan yang terus menerus setelah bayi lahir. Kehilangan banyak
darah tersebut menimbulkan tanda-tanda syok yaitu: Ibu pucat, tekanan darah rendah,
denyut nadi cepat dan kecil serta ekstremitas dingin.

4.2 Saran
1) Bagi Institusi Pendidikan
Sebaiknya pihak yang bersangkutan memberikan pengarahan yang lebih
mengenai perdarahan postpartum.
2) Bagi Mahasiswa
Mengenai makalah yang kami buat, bila ada kesalahan maupun ketidak
lengkapan materi mengenai perdarahan postpartum.Kami mohon maaf, kamipun
sadar bahwa makalah yang kami buat tidaklah sempurna.Oleh karena itu kami
mengharap kritikdan saran yang membangun.

22
DAFTAR PUSTAKA

23

Anda mungkin juga menyukai