Anda di halaman 1dari 3

Tujuh belas Agustus merupakan hari besar kemerdekaan bangsa Indonesia.

Pada tanggal tersebut, 64 tahun yang lalu merupakan hari paling bersejarah
negeri ini karena di hari itulah merupakan awal dari kebangkitan rakyat
Indonesia dalam melawan penjajahan sekaligus penanda awalnya revolusi.
Namun, ada beberapa hal menarik seputar hari kemerdekaan negeri kita
tercinta ini yang sayang jika belum Anda ketahui.
DARI SISI ISLAM
PEMBACA budiman. Kita sebagai bangsa terkadang memiliki ingatan pendek
pada peristiwa-peristiwa penting masa silam yang telah turut mewarnai tonggak
perjalanan bangsa ini. Bahwa Soekarno-Hatta atas nama bangsa Indonesia dari
sebuah rumah di Jalan Pegangsaan Timur Nomor 56 Menteng Jakarta (kini
berdiri Monumen Proklamasi di Jalan Proklamasi) pada 17 Agustus 1945
memproklamasikan kemerdekaan Indonesia semua orang sudah mahfum.
Sebagian pembaca juga sudah tahu (dan sebagian yang lain mungkin belum
tahu), proklamasi kemerdekaan 17 Agustus 1945 tersebut bertepatan dengan
bulan Ramadhan. Sebuah kebetulan yang patut disyukuri. Namun tahukah
pembaca, momentum proklamasi itu ternyata jatuh pada hari Jum’at bertepatan
dengan 17 Ramadhan!
Hari dan tanggal tersebut amat dimuliakan umat Islam. Terlebih lagi umat Islam
di Indonesia ini sebagai penduduk muslim terbesar di dunia hingga saat ini.
Lantaran hari Jum’at merupakan hari “ibadat” khusus kaum Muslim, karena pada
hari itu kaum muslim berkumpul di masjid-masjid untuk melaksanakan Shalat
Jum’at secara berjamaah. Untuk bersilaturahmi sekaligus mendengarkan pesan-
pesan kebajikan khatib yang salah satunya pesan wajib berupa ajakan agar
manusia senantiasa bertaqwa.
Sementara itu malam 17 Ramadhan bagi umat Islam dikenal sebagai Nuzulul
Qur’an, yakni malam turunnya wahyu pertama Kitab Suci Al-Qur’an.
Sebagai pengingat-ingat, pemerintah Indonesia dalam rangka memperingati
momentum proklamasi kemerdekaan 17 Agustus membangun masjid megah
dengan nama Masjid Istiqlal, yang berarti kemerdekaan. Bahkan ada cerita
bahwa tinggi menara Masjid Istiqlal sama dengan ayat dalam Al-Quran yang
berkenaan dengan peristiwa Nuzulul Quran pada 17 Ramadhan.
Pembaca juga tidak akan pernah mendapatkan data penting soal persitiwa 17
Agustus 1945 yang bertepatan dengan 17 Ramadhan di buku-buku sejarah
kontemporer Indonesia manapun. Salah satu contohnya yang saya miliki, buku
karya M.C. Ricklefs “Sejarah Indonesia Modern 1200-2008” yang diterbitkan
PT Serambi Ilmu Semesta Cetakan I: November 2008. Momentum menjelang
dan pelaksanaan proklamasi 17 Agustus 1945 pada halaman 444 dan 445 hanya
ditulis ala kadarnya.
Alih-alih Ricklefs penulisnya menyinggung soal kebetulan (accidental)
proklamasi tersebut yang bertepatan dengan hari Jum’at dan 17 Ramadhan
dimaksud. Kita lupakan saja soal Ricklefs itu. Selanjutnya, pesan penting apa
yang dapat kita petik dengan momentum proklamasi 17 Agustus 1945 yang
jatuh pada 17 Ramadhan tersebut?
Sejatinya hari kemerdekaan Republik Indonesia 17 Agustus 1945 tepat pada 17
Ramadhan memiliki nilai intrinsik yang harus dipahami sebagai sebuah peristiwa
kebetulan. Namun, yang demikian itu harus juga diyakini sebagai hal yang sudah
menjadi rencana Tuhan. Sebagai sebuah grand design-Nya.
Prof DR Nurcholish Madjid, dalam sebuah tulisannya mengemukakan bahwa
hal-hal yang bersifat kebetulan dalam kacamata manusia, namun sebenarnya
merupakan rencana Tuhan, banyak terjadi sepanjang sejarah manusia, seperti
peristiwa dibuangnya Nabi Ismail a.s bersama ibunya Siti Hajar ke Mekkah, yang
kemudian menemukan sumur Zam-Zam.
Sumur itu ternyata dibuat oleh Nabi Adam dan Siti Hawa. Dengan demikian,
kejadian tersebut merupakan kejadian yang bersifat kebetulan, namun memiliki
arti karena sebenarnya sudah menjadi rencana Tuhan –seperti nilai
kesinambungan risalah Illahi (lihat Nurcholish Madjid, 30 Sajian Ruhani:
Renungan di Bulan Ramadhan, Penerbit Mizan Cetakan I, Ramadhan
1419/Desember 1998)
Sebagaimana kita ketahui wahyu pertama kepada Nabi SAW yang turun pada
malam 17 Ramadhan tersebut yakni Surat (96) Al-‘Alaq ayat 1-5, “Bacalah
dengan nama Tuhanmu yang menjadikan. Yang menjadikan manusia dari
segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmu teramat Mulia. Yang mengajarkan
dengan pena (baca tulis). Mengajarkan kepada manusia apa yang tidak
diketahuinya.”
Oleh karena itu, pesan penting secara tersirat dari momentum proklamasi
kemerdekaan 17 Agustus 1945 yang bertepatan dengan 17 Ramadhan atau
peristiwa Nuzulul Qur’an di atas, yaitu agar bangsa Indonesia menguasai ilmu
pengetahuan dan teknologi agar ia bisa mengejar ketertinggalan dengan bangsa-
bangsa lain yang telah maju sebelumnya.
Kata “bacalah” dari Surat 96 Al-Qur’an itu bisa kita tafsirkan sebagai perintah
kepada manusia agar “membaca” segala sesuatu hal-hal dari yang tidak diketahui
sebelumnya. Ia bisa ditafsirkan pula sebagai perintah agar manusia melakukan
penelaahan terhadap setiap fenomena yang terjadi dan mengambil manfaat
darinya demi kemaslahatan bersama.
Merujuk kepada pernyataan Nurcholish Madjid di atas, bahwa hal-hal yang
bersifat kebetulan dalam kacamata manusia, namun sebenarnya merupakan
rencana Tuhan. Dengan demikian sebuah “pesan tersembunyi” momen 17
Agustus 1945 yang bertepatan dengan 17 Ramadhan itu yakni agar bangsa
Indonesia dengan populasi penduduk muslim terbesar di dunia ini tampil sebagai
bangsa yang disegani dan mercusuar bagi bangsa-bangsa lain lantaran
penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologinya. Semoga saja.

Anda mungkin juga menyukai