Anda di halaman 1dari 15

ACARA 1

PERBANYAKAN VEGETATIF

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pada umumnya setiap makhluk hidup pasti akan melakukan perbanyakan
atau reproduksi demi mempertahankan keberadaan jenisnya. Perbanyakan pada
tanaman dapat dibedakan menjadi dua, yaitu perbanyakan tanaman secara
generatif dan vegetatif. Perbanyakan tanaman secara generatif adalah perbanyakan
tanaman melalui proses perkawinan antara gamet jantan dan gamet betina.,
sedangkan perbanyakan tanaman secara vegetatif adalah adalah perbanyakan
tanaman menggunakan bahan vegetatifnya, seperti akar, batang, dan daun.
Perbanyakan vegetatif dapat terjadi secara alami maupun buatan dengan campur
tangan manusia.
Menurut Pujiono (1999) cit. Adinugraha et al. (2007), perbanyakan
vegetatif memiliki beberapa keuntungan, antara lain sifat genetis keturunan yang
sama dengan induknya, tidak memerlukan peralatan khusus dan teknik yang
tinggi, produksi bibit tidak tergantung pada ketersediaan benih/musim buah, bisa
dibuat dengan mudah sehingga dapat diperoleh bibit dengan jumlah yang cukup
banyak. Tanaman dari hasil perbanyakan vegetatif umumnya akan lebih cepat
bereproduksi dibandingkan dengan tanaman yang berasal dari biji. Perbanyakan
tanaman secara vegetatif membawa lebih banyak keuntungan daripada
perbanyakan secara generatif. Oleh karena itu, dilakukan praktikum perbanyakan
vegetatif untuk memahami prinsip-prinsip dasar perbanyakan vegetatif dan
menguasai tekniknya.

B. Tujuan
Praktikum Perbanyakan Vegetatif ini bertujuan untuk :
1. Memahami prinsip-prinsip dasar perbanyakan tanaman secara
vegetatif
2. Menguasai teknik-teknik perbanyakan tanaman secara vegetatif

II. TINJAUAN PUSTAKA


Secara umum, perbanyakan tanaman dapat dilakukan dengan dua cara,
yaitu dengan cara vegetatif dan generatif. Perbanyakan secara generatif biasa
disebut dengan perbanyakn secara kawin atau seksual. Artinya, tanaman
diperbanyak melalui benih atau biji yang merupakan hasil dari perkawinan atau
penyatuan sel jantan dan sel betina dari tanaman induk. Penyatuan tersebut
melalui proses penyerbukan antara bunga jantan dan bunga betina (serbuk sari dan
kepala putik). Penyerbukan dapat terjadi secara alamai karena bantuan angin atau
serangga, maupun bantuna dari perlakuan manusia. Perbanyakan melalui benih
atau biji dilakukan karena lebih praktis, lebih mudah dan teknis ini merupakan
satu-satunya cara yang dapat dilakukan oelh tanaman tertentu (Gunawan, 2016).
Selain secara generatif, perbanyakan tanaman bisa dilakukan secara
vegetatif, yaitu perbanyakan tanaman yang dilakukan tanpa perkawinan.
Perbanyakan tanaman secara vegetatif dapat dilakukan dengan memanfaatkan
bagian-bagian tanaman, seperti batang, daun, dan akar. Contoh perbanyakan
tanaman secara vegetatif adalah stek, cangkok, dan merunduk. Perbanyakan ini
memiliki kelebihan yaitu tanaman akan memiliki sifat yang sama dengan
induknya, tanaman lebih cepat berbuah dan dapat tumbuh di daerah dangkal.
Sedangkan kelemahannya adalah tanaman juga mewarisi sifat jelek induknya,
sistem perakarannya relatif dalam sehingga mudah roboh, dan biaya pengadaan
ibit lebih mahal (Rahardja dan Wiryanto, 2003).
Perbanyakan tanaman dengan stek yaitu menumbuhkan bagian atau
potongan tanaman dalam media tanah sehingga menjadi tanaman baru,
pembibitan dengan stek dimulai dengan memilih pohon induk sebagai sumber
bahan tanam (entres). Stek diberi hormon perangsang tumbuh akar lalu
ditempatkan dalam peti pembibtan yang telah diisi pupuk organik dicampur tanah
atau dibedang. Stek dijaga suhu dan kelembapan lingkunganya serta penyinaran
cukup. Setelah berakar, stek dipindahkan ke dalam polibag yang diisi campuran
tanah dan pupuk organik untuk menjalani stadid hardening pertama. Pada stadium
ini, tanaman masih perlu mendapat perlakuan terutama pemberian air, cahaya, dan
suhu (Limbongan dan Djufry, 2013).
Ketersediaan benih untuk perkecambahan masih menjadi kendala besar
karena dikumpulkan oleh para pedagang atau dikonsumsi oleh biantang liar.
Untuk mengatasi masalah ini dilakukan perbanyakan vegetatif seperti stek daun
sudah disaranka oleh petani, karena selain menstransfer keturunan dari induknya
juga mempermudah massa produksi tanah yang dipilih (Tsobeng et al., 2014).
Perbanyakan melalui stek daun bisa menjadi cara yang tepat untuk
mengembangkan tanaman yang ekonomis dengan cara yang mudah ‘(Basak et al.,
2014).
Selain itu, perbanyakan tanaman bisa dilakukan dengan stek batang yang
merupakan teknik perbanyakan tanaman dengan memakai potongan batang,
cabang/ranting tanaman induknya. Potongan yang diambil sebaiknya tidak terlalu
tua dan tidak terlalu muda. Selain stek batang juga terdapat metode cangkok.
Tanaman yang dicangkok umumnya memiliki kambium.zat hijau daun.
Perbanyakan tanaman dengan mencangkok memiliki beberapa kelebihan,
diantaranya adalah memiliki sifat unggul seperti induknya dan tanaman lebih
cepat bereproduksi (Rahardja dan Wiryanto, 2003).
Perbanyakan tanaman bisa juga dilakukan dengan menggabungkan kedua
teknik perbanyakan yaitu perbanyakan secara generatif dan vegetatif.
Perbanyakan ini memerlukan dua induk tanaman. Induk pertama berupa bibit
yang berasal dari biji atau perbanyakan secara generatif dan induk keduan beruoa
bagian vegetatif seperti mata tunas/pucuk dari tanaman lain. Bibit asli biji
dijadikan sebagai batang bawah untuk menopang pertumbuhan dan
bagianvegetatif dijadikan sebagai batang atas. Tanaman baru hasil perbanyakan ini
akan memiliki sifat dari kedua induknya. Karena itu, tanaman yang digunakan
harus memilki sifat baik dan unggul (Gunawan, 2016). Perbanyakan ini juga
disebut teknik sambung pucuk.

III.METODE PELAKSANAAN PRAKTIKUM

Praktikum Dasar-Dasar Agronomi dengan judul Perbanyakan Vegetatif ini


dilaksanakan pada tangga 09 April 2018 di Laboratorium Manajemen Produksi
Tanaman, Departemen Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas
Gadjah Mada, Yogyakarta. Bahan yang dibutuhkan pada praktikum ini adalah
tanah, larutan ZPT IBA 2000 ppm, larutan air kelapa 50%, tanaman bunga sepatu
(Hibiscus rosasinensis), tanaman sirsak (Annoa murricana L.), tanaman lidah
mertua (Sancivera sp.), dan jeruk (Citrus sp.). Sedangkan alat-alat yang
dibutuhkan adalah pisau cutter, plastik pembungkus, tali karet, kertas label, gelas
ukur, dan alat tulis.
Cara kerja pada sambung pucuk terdapat dua perlakuan berbeda. Cara
yang pertama dua tanaman kembang sepatu dipilih yang batangnya sama besar,
berdaun hijau-putih untuk scion dan yang berdaun hijau untuk stock. Kemudian
dipotong pucuknya scion 10-15 cm dan daunnya dikurangi hingga 2-3 daun.
Bagian pangkal scion dipotong mebentuk huruf V atau membentuk baji. Lalu
stock dibelah ke bawah dan scion disisipkan ke dalam stock kemudian diikat
dengan tali.langkah terakhir dibungkus dengan plastik. Pada cara kedua hanya
terdapat perbedaan pada daun untuk scion dirompes semua. Kemudian tingkat
keberhasilan sambung pucuk antar perlakuan dibandingkan.
Cara kerja pada setek daun yang pertama daun Sanviciera sp. dan media
tanah disiapkan. Daun dipotong menjadi 3 bagian yaitu ujung, tengah, dan
pangkal. Kemudian masing-masing bagian ditanaman dalam media yang telah
disiapkan dan disiram untuk mempercepat pertumbuhan. Stek daun disungkup
dengan plastik dan diikat rapat untuk mengurangi penguapan. Kemudian tingkat
keberhasilan dan jumlah akar antar setiap perlakuan dibandingkan.
Pada stek batang tanaman Citrus sp., bagian tanaman yang akan di stek
dipilih dengan panjang kira-kira 10-15 cm dengan menyisakan satu daun dan
bagian pangkalnya dipotong dengan kemiringan 45o. Ukuran daun dikurangi
dengan memotongnya hingga tersisa setengah bagian. Kemudian bahan stek
dicelupkan pada tiga perlakuan (A: air, B:air kelapa muda 50%, C: ZPT IBA 2000
ppm). Masing-masing perlakuan dicelupkan selama 15 menit kemudian ditanam
di media yang telah disediakan. Stek batang disiram hingga dalam keadaan
kapasitas lapang dan disungkup dengan plastik rapat untuk mengurangi
penguapan. Tanaman dipelihara dengan menjaga agar media tanam tetap dalam
keadaan kapasitas lapang. Tingkat keberhasilan, jumlah tunas, dan jumlah akar
antar perlakuan dibandingkan.
Kegiatan terakhir adalah mencangkok yang dilakukan secara mandiri.
Komoditas tanaman yang akan dicangkok telah ditentukan oleh asisten, yaitu
srikaya, jambu biji, jeruk, rambutan, mangga. Kegiatan mencangkok
didokumentasikan dalam bentuk video. Alat dan bahan yang digunakan adalah
tanaman berkambium, pisau, tali palstik/tali bambu, palstim transparan, dan tanah
yang agak badah dan subur. Cara kerja yang pertama adalah dahan dicari yang
tidak terlalu besar atau terlalu kecil. Dahan diukur dari batang pohon paling
sedikit 10 cm. Kulit batang pohon yang akan dicangkok dikupas sekelilingnya
dengan panjang kupasan kurang lebih 5 cm. Setelah dikupas, lendir/kambium
dikerik dengan perlahan agar kering kemudian diolesi ZPT.

IV. HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Pengamatan
Tabel 1.4.1. Tingkat keberhasilan sambung pucuk pada tanaman Hibiscus rosa-
sinensis
Perlakuan Keberhasilan(%)
Dirompes 16,67
Tidak dirompes 0

Tabel 1.4.2. Tingkat keberhasilan dan jumlah akar hasil stek daun pada tanaman
Sanciviera sp.
Perlakuan Keberhasilan(%) Jumlah akar
Ujung 16,67 0,17
Tengah 16,67 0,33
Pangkal 33,33 2,33

Tabel 1.4.3. Tingkat keberhasilan,jumlah akar, dan jumlah tunas hasil stek
batang pada tanaman Citrus sp.
Perlakuan Keberhasilan(%) Jumlah akar Jumlah tunas
Air biasa 66,67 1,83 1,17
Air kelapa 50% 66,67 2,67 1,5
IBA 2000 ppm 100 6,83 0,5

Tabel 1.4.4. Tingkat keberhasilan cangkok


Keberhasilan(%)
16,67

B. Pembahasan
Perbanyakan tanaman dilakukan dengan dua cara yaitu generatif dan
vegetatif. Perbanyakan vegetatif adalah teknik perbanyakan tanaman yang
dilakukan dengan menggunakan bagian-bagian vegetatif dari tanaman seperti
akar, batang dan daun. Perbanyakan generatif yaitu sebagai hasil dari perkawinan
antara 2 individu atau bagian dari individu yang terpisah, sehingga sifat-sifat dari
orang tuanya bercampur. Perbandingan antara perbanyakan vegetetif dan generatif
didapatkan bahwa perbanyakan vegetatif lebih menguntungkan daripada
perbnyakan generatif karena memiliki kelebihan seperti membawa sifat-sifat baik
dari induknya, waktu yang dibutuhkan untuk berbuah dan berbunga lebih cepat
dari perbanyakan generatif. Sedangkan kekurangan dari perbanyakan vegetatif
adalah mempunyai perakaran yang kurang kuat sehingga mudah tumbang.
Macam-macam perbanyakan vegetatif biasanya dilakukan dengan cara
stek, cangkok, sambung pucuk dan okulasi. Dalam praktikum ini perbanyakan
vegetatif yang dilakukan adalah sambung pucuk, stek, dan cangkok. Stek yang
dilakukan adalah stek batang dan stek daun. Stek batang menggunakan batang
dari tanaman jeruk (Citrus sp.), stek daun menggunakan daun dari tanaman lidah
mertua (Sanciviera sp.), sambung pucuk menggunakan tanaman bunga sepatu
(Hibiscus rosasinensis), dan cangkok menggunakan beberapa tanaman buah.
Keuntungan dari perbanyakan vegetatif yaitu tanaman akan membawa
sifat-sifat baik dari induknya, waktu yang dibutuhkan untuk berbuah dan
berbunga lebih cepat daripada dengan perbanyakan vegetatif, tanaman dapat
dikembangbiakkan tanpa menunggu berbuah terlebih dahulu dan tanaman dapat
dikembangbiakkan dan dilestarikan meskipun tanaman tidak berbiji atau berbuah.
Namun selain menguntungkan, memperbanyak tanaman dengan perbanyakan
vegetatif juga memiliki kerugian antara lain : tanaman juga akan membawa sifat-
sifat buruk dari tanaman induk, sistem perakarannya menjadi serabut sehingga
menjadi tidak sekuat tanaman asli dan dari satu induk hanya diperoleh keturunan
baru yang jumlahnya terbatas.
Pada praktikum ini dilakukan beberapa perbanyakan vegetatif.
Perbanyakan vegetatif meliputi stek batang, stek daun, sambung pucuk, dan
cangkok. Kelebihan dari perbanyakan tanaman secara stek adalah sangat mudah
dilakukan karena alatnya yang sederhana dan pelaksanaannya tidak terlalu rumit.
Tumbuhan yang dikembangbiakkan secara stek akan memiliki ketahanan yang
cukup baik terhadap penyakit dan hama tumbuhan. Cara stek juga dapat
menghasilkan tanaman baru dalam jumlah yang banyak walaupun jumlah
tanaman yang tersedia terbatas. Sedangkan kekurangan dari stek adalah pemilihan
indukan tanaman yang tidak cukup baik akan menimbulkan pertumbuhan
tanaman baru yang tidak merata. Adapun faktor yang mempengaruhi keberhasilan
stek adalah media perakaran, suhu, kelembaban, dan cahaya. Sedangakan faktor
internal adalah umur bahan stek, jenis tanaman, zat pengatur tumbuh, adanya
tunas dan daun muda pada stek.

Histogram 1.4.2. Tingkat keberhasilan stek daun tanaman Sanviciera sp.

Berdasarkan gambar histogram diatas didapatkan hasil presentase


keberhasilan stek daun tanaman Sanviciera sp. Tingkat keberhasilah pada
potongan ujung daun dan tengah daun adalah 16,67%, sedangakan tingkat
keberhasilan pada pangkal daun adalah 33,33%. Warna dan daun yang akan
digunakan untuk stek memiliki kriteria tertentu. Warna dari daun dipilih yang
memiliki warna daun hijau segar karena daun yang berwarna kekuningan
menandakan daun itu kekurangan nitrogen yang akan berdampak pada lambatnya
proses pembentukan akar sehingga tingkat keberhasilan stek daun juga akan
berkurang. Daun yang dipilih untuk stek ini harus yang telah cukup umurnya,
dengan demikian daun tersebut mempunyai kandungan karbohidrat yang cukup
tinggi.
Histogram 1.4.3. Jumlah akar hasil stek daun tanaman Sanviciera sp.

Berdasarkan gambar histogram diatas didapatkan hasil jumlah akar pada


stek daun adalah 0,17 akar pada ujung, 0,33 akar pada tengah daun, dan 2,33 akar
pada pangkal daun. Hal ini sesuai dengan teori yang ada bahwa yang paling
berpotensi memunculkan akar adalah pada bagian pagakal daun karena pada
bagian pangkal daun termasuk jaringan yang masih muda sehingga memiliki
pertumbuhan akar yang paling cepat.

Histogram 1.4.4. Tingkat keberhasilan stek batang pada tanaman Citrus sp.
Berdasarkan gambar histogram diatas didapatkan presentase keberhasilan
stek batang adalah 67,77% pada air biasa dan pada air kelapa. Pada perlakuan
ZPT IBA 2000 ppm didapatkan hasil yang paling tinggi yaitu 100%. Dari semua
perlakuan, batang tanaman Citrus sp. terbentuk tunas dan akar sehingga
menunjukkan bahwa stek batang yang dilakukan mengalami keberhasilan.
Air kelapa telah diketahui mengandung enzim auksin yang sangat baik
bagi pertumbuhan tanaman, air kelapa juga sumber yang dapat digunakan untuk
perkembangan embrio, diantaranya sitokinin endogen. Komponen-komponen
penyusun air kelapa yaitu terdiri dari asam organik, asam amino, gula, vitamin,
dan vitohormon seperti auksin, giberalin dan sitokinin. Air kelapa mempunyai
aktivitas sitokinin karena di dalamya terdapat zeatin, zeatin-glikosida, dan zeatin
rebosida.
Tanaman Citrus sp. yang direndam dalam air kelapa selama 15 menit
meningkatkan pertumbuhan jumlah tunas, panjang akar, luas daun dan bobot
kering tanaman. Efek pembelahan oleh air kelapa bukan disebabkan oleh satu
senyawa, tetapi kombinasi oleh semua senyawa. Hal ini dapat dilihat dari
beberapa senyawa yang terkandung dalam air kelapa. Di dalam air kelapa
mengandung nutrisi yang tinggi sehingga mikroba mudah tumbuh dan
berkembang di dalamnya. Selain itu, air kelapa juga mengandung gula (sumber
karbohidrat) dan gula alkohol yang selalu diberikan karena dapat memperbaiki
pertumbuhan in vitro.
Air yang berfungsi sebagai pelarut, penggiat enzim, dan dapat ikut serta
dalam reaksi-reaksi yang terjadi dalam biji. Air juga ikut serta dalam membantu
pernafasan sehingga dihasilkan tenaga dan energi pada tumbuhan. Tenaga ini
dipergunakan untuk pembelahan sel-sel embrio sehingga tumbuhan dapat tumbuh.
Air atau H2O merupakan salah satu komponen yang dibutuhkan dan sangat
penting bagi pertumbuhan. Air tersebut dapat memacu pertumbuhan akar karena
akar akan mencari sumber nutrisi atau bahan yang dibutuhkan tanaman untuk
tumbuh. Akar akan tumbuh memanjang mencari sumber air/tempat air berada
untuk kebutuhan hidup tanaman, sedangkan pada larutan ZPT IBA (Zat Pengatur
Tumbuh Indole Butyric Acid) mengandung hormon auksin yang berfungsi sebagai
pengatur pembesaran sel dan memicu pemanjangan sel di daerah belakang
meristem ujung.
Histogram 1.4.5. Jumlah akar hasil stek batang pada tanaman Citrus sp.

Berdasarkan gambar histogram diatas didapatkan hasil jumlah akar pada


stek batang adalah 1,83 pada perlakuan air, 2,67 pada perlakuan air kelapa 50%,
dan 6,83 pada perlakuan IBA 2000 ppm. Hasil yang didapatkan terdapat beberapa
batang yang tidak tumbuh akar, hal itu disebabkan hormon yang ada pada air
kelapa 50% lebih banyak merangsang pertumbuhan keatas dan kurang sterilnya
alat-alat yang digunakan pada saat memotong pangkal batang.

Histogram 1.4.6. Jumlah tunas hasil stek batang pada tanaman Citrus sp.
Berdasarkan gambar diatas didapatkan hasil jumlah tunas pada stek batang
adalah 1,17 pada perlakuan air biasa, 1,5 pada air kelapa 50%, dan 0,5 pada IBA
2000 ppm. Pertumbuhan yang dimiliki oleh air kelapa 50% dan IBA 2000 ppm
seharusnya meiliki jumlah tunas yang lebih banyak karena air kelapa mengadung
kalium yang baik untuk pertumbuhan tanaman terutama pada tunas, tapi tidak
cukup untuk merangsang pertumbuhan tunas dengan optimal. Perlakuan IBA 2000
ppm yang kurang optimum disebabkan konsentrasi pada ZPT 2000 ppm terlalu
besar, sehingga membuat pertumbuhan tanaman menjadi terhambat sehingga
didapatkan hasil yang lebih kecil.
Teknik yang kedua adalah sambung pucuk. Sambung pucuk adalah teknik
perbanyakan tanaman dengan menggabungkan batang bawah dari pohon induk
terseleksi dan adaptif didaerah setempat dengan batang atas dari varietas unggul
hasil penelitian yang berproduksi tinggi. Keuntungan dari teknik sambung pucuk
adalah dapat menggabungkan dua tanaman yang berbeda yang memiliki
keunggulan dari masing-masing bagiannya, seperti scion yang dipiih dari tanaman
yang memiliki buah manis dan besar, serta bagian stock dipilih dari tanaman yang
memiliki sistem perakaran yang kuat. Sehingga dari teknik sambung pucuk dapat
mendapatkan tanaman yang unggul tannpa harus menunggu lama.Sedangkan
kelemahan dari teknik sambung pucuk adalah mudah keringnya daerah
persambungan dan cukup sulit untuk menyatukan tanaman yang berbeda agar
dapat tumbuh. Alat-alat yang digunakan harus dipastikan memiliki kestrerilan
tang tinggi. Adapun faktor yang mempengaruhi keberhasilan sambung pucuk
adalah faktor tanaman (genetik, kondisi tumbuh, panjang entres), lingkungan (alat,
kondisi, cuaca, waktu pelaksanaan), dan faktor ketermpilan orang yang
melakukan grafting.
Histogram 1.4.1. Tingkat keberhasilan sambung pucuk tanaman Hibiscus
rosasinensis

Berdasarkan gambar histogram diatas didapatkan hasil persentase


keberhasilan pada praktikum sambung pucuk ini pada daun yang dirompes adalah
16.67% dan pada daun yang tidak dirompes tidak berhasil. Hasil tersebut
menunjukkan bahwa 16.67% sambung pucuk memunculkan tunas baru,
tumbuhnya daun dan tidak layu. Dari keseluruhan hasil didapatkan 83.33%
kegagalan. Kegagalan ini dapat dikarenakan teknik pelukaan tanaman yang salah
sehingga tidak terjadi pertautan antara kedua batang tanaman. Pengikatan yang
tidak sempurna juga dapat menjadi salah satu penyebab kegagalan, karena
mungkin pada saat pengikatan ada yang terlalu kencang dan ada yang tidak
kencang sehingga merusak jaringan tanaman dan membuat batang scion dan stock
tidak dapat tumbuh menjadi tanaman baru.
Perbanyakan secara vegetatif selanjutnya adalah teknik cangkok.
Mencangkok merupakan salah satu cara pembiakan vegetatif buatan yang
bertujuan untuk memperbanyak tanaman yang memiliki sifat yang sama dengan
induknya dan cepat menghasilkan buah. Selain itu, pada teknik cangkok dipiih
dari yang pohonnya tidak terlalu tinggi. Kelebihan dari teknik cangkok adalah
tumbuhan hasil cangkokan akan lebih cepat berbuah dibandingkan tumbuhan
yang ditanam dari biji. Tumbuhan yang dicangkok memiliki sifat yang sama
dengan induknya. Tingkat keberhasilannya lebih tinggi, karena pada proses
mencangkok akar akan tumbuh ketika masih berada di pohon induk. Produksi dan
kualitas buahnya akan persis sama dengan tanaman
induknya. Tanaman asal cangkok bisa ditanam pada tanah yang letak air tanahnya
tinggi atau di pematang kolam ikan. Sedangkan kerugian dari teknik cangkok
adalah tanaman hasil proses cangkok cenderung memiliki sistem perakaran yang
kurang kuat. Pada musim kemarau panjang tanaman tidak tahan kering. Tanaman
mudah roboh bila ada angin kencang karena tidak berakar kuat. Pohon induk
tajuknya menjadi rusak karena banyak cabang yang dipotong. Dalam satu pohon
induk kita hanya bisa mencangkok beberapa batang saja, sehingga perbanyakan
tanaman dalam jumlah besar tidak bisa dilakukan dengan cara ini. Dalam satu
pohon induk kita hanya bisa mencangkok beberapa batang saja, sehingga
perbanyakan tanaman dalam jumlah besar tidak bisa dilakukan dengan cara
cangkok. Adapun faktor yang mempengaruhi keberhasilan cangkok adalah faktor
lingkungan (alat, kondisi, cuaca, waktu pelaksanaan), faktor tanaman (genetik,
kondisi tanaman), dan faktor keterampilan dalam mencangkok.

Histogram 1.4.7. Tingkat keberhasilan cangkok

Meski demikian, persentase keberhasilan dari semua kelompok dalam satu


golongan adalah sebesar 16,67%. Keberhasilan dalam teknik cangkok ini
tergolong sangat kecil. Hal ini dapat terjadi karena pemeliharaan batang
cangkokan yang kurang intensif (terutama dalam hal pemberian air). Selain itu,
terdapat beberapa faktor, yaitu saat melakukan penyangkokan alat-alat yang
digunakan kurang steril, pada saat mengkuliti dan di diamkan semalam masih ada
kambium yang menempel, pada saat memberi ZPT kurang merata, dan waktu
yang dibutuhkan untuk menumbuhkan akar hanya satu bulan. Sedangkan waktu
yang dibutuhkan untuk tumbuhnya akar adalah sekitar 3 bulan. Hal-hal yang perlu
diperhatikan dalam mencangkok, antara lain waktu mencangkok, pemilihan dan
pemeliharaan batang cangkokan. Pohon yang digunakan untuk mencangkok
adalah pohon induk yang kuat, sehat dan subur, serta banyak dan baik buahnya.

V. KESIMPULAN

Berdasrkan hasil pengamatan yang telah dilakukan, diperoleh kesimpulan


sebagai berikut :
1. Prinsip-prinsip dasar perbanyakan vegetatif dapat dilakukan dengan cara
merangsang tunas adventif agar berkembang menjadi tanaman sempurna
yang memiliki akar, batang, daun sekaligus.
2. Perbanyakan vegetatif dapat dilakukan secara buatan, yaitu dengan cara
stek batang, stek daun, sambung pucuk dan juga cangkok. Perbanyakan
vegetatif memiliki sifat yang mirip dengan induknya namun memiliki
sistem perakaran yang lemah dan tingkat keberhasilan rendah.
DAFTAR PUSTAKA

Adinugraha, H.A., S. Pudjiono, T. Herawan. 2007. Teknik perbanyakan vegetatif


jenis tanaman Acacia mangium. Info Teknis 5(2). Balai Besar Penelitian
Bioteknologi dan Pemuliaan Tanaman Hutan.

Gunawan, E. 2016. Perbanyakan Tanaman. PT. AgroMedia Pustaka. Jakarta


Selatan.

Rahardja, P. C., W. Wiryanto. 2003. Aneka Cara Perbanyakan Tanaman. PT.


AgroMedia Pustaka. Jakarta.

Limbongan, J. dan F. Djufry. 2013. Pengembangan teknologi sambung pucuk


sebagai alternatif pilihan perbanyakan bibit kakao. Balai Pengkajian
Teknologi Pertanian Sulawesi Selatan. Makassar.

Tsobeng, A., E. Asaah, J. Makueti, Z. Tchoundjeu, P. V. Damme. 2013.


Propagation of Pentaclethra macrophylla benth (Fabaceae) through
seed and rooting of leafy stem cuttings. International Journal of
Agronomy and Agricultural Research 3(12) p. 10-20

Basak, UC., D. Dazh, G. J. P. Jena, A. K. Mahapatra. 2014. New technique for


adventitious rooting and clonal propagation of Piper longum L.
(pippali) through leaf cuttings. African Journal of Plant Science 8(2)
p.102-112

Anda mungkin juga menyukai