Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
A. PENDAHULUAN
Dampak sosial terhadap penyakit kusta ini sedemikiari besarnya, sehingga
menimbulkan keresahan yang sangat mendalam. Tidak hanya pada penderita sendiri,
tetapi pada keluarganya, masyarakat dan negara. Hal ini yang mendasari konsep perilaku
penerimaan periderita terhadap penyakitnya, dimana untuk kondisi ini penderita masih
banyak menganggap bahwa penyakit kusta merupakan penyakit menular, tidak dapat
diobati, penyakit keturunan, kutukan Tuhan, najis dan menyebabkan kecacatan. Akibat
anggapan yang salah ini penderita kusta merasa putus asa sehingga tidak tekun untuk
berobat. Hal ini dapat dibuktikan dengan kenyataan bahwa penyakit mempunyai
kedudukan yang khusus diantara penyakit-penyakit lain. Hal ini disebabkan oleh karena
adanya leprophobia (rasa takut yang berlebihan terhadap kusta). Leprophobia ini timbul
karena pengertian penyebab penyakit kusta yang salah dan cacat yang ditimbulkan
sangat menakutkan. Dari sudut pengalaman nilai budaya sehubungan dengan upaya
pengendalian leprophobia yang bermanifestasi sebagai rasa jijik dan takut pada penderita
kusta tanpa alasan yang rasional. Terdapat kecenderungan bahwa masalah kusta telah
beralih dari masalah kesehatan ke masalah sosial.
Leprophobia masih tetap berurat akar dalam seleruh lapisan masalah masyarakat
karena dipengaruhi oleh segi agama, sosial, budaya dan dihantui dengan kepercayaan
takhyul. Fhobia kusta tidak hanya ada di kalangan masyarakat jelata, tetapi tidak sedikit
dokter-dokter yang belum mempunyai pendidikan objektif terhadap penyakit kusta dan
masih takut terhadap penyakit kusta. Selama masyarakat kita, terlebih lagi para dokter
masih terlalu takut dan menjauhkan penderita kusta, sudah tentu hal ini akan merupakan
hambatan terhadap usaha penanggulangan penyakit kusta. Akibat adanya phobia ini,
maka tidak mengherankan apabila penderita diperlakukan secara tidak manusiawi di
kalangan masyarakat.
B. LATAR BELAKANG
Penyakit kusta merupakan salah satu Penyakit menular yang menimbulkan
masalah kompleks, disebabkan oleh kuman Mycobacterium Leprae. Kusta merupakan
penyakit yang menyerang saraf tepi, kulit dan organ lainnya, dalam perjalanan
penyakitnya kusta yang ditemukan dan diobati terlambat dapat menimbulkan kecacatan.
Kecacatan yang kelihatan pada penderita kusta seringkali tampak menyeramkan sehingga
menyebabkan perasaan jijik dan ketakutan yang berlebihan terhadap kusta (Leprofobia).
Meskipun penderita kusta telah selesai minum obat (RFT=Release From Treatment)
1
status predikat kusta tetap melekat pada dirinya seumur hidup. Status predikat inilah yang
menjadi dasar permasalahan psikologis pada penderita. Penderita merasa kecewa, takut,
dan duka yang mendalam terhadap keadaan dirinya, tidak percaya diri, malu, merasa diri
tidak berharga dan berguna dan kekhawatiran akan dikucilkan. Selain itu, opini
masyarakat (stigma) juga menyebabkan penderita kusta dan keluarganya dijauhi dan
dikucilkan oleh masyarakat.
Keadaan ini memerlukan tindak lanjut guna mengidentifikasi masalah setempat, dan
juga dengan melakukan inovasi dalam program pengendalian kusta, termasuk
pemberdayaan dan penggerakan masyarakat setempat.
Penyusunan Kerangka Acuan Kegiatan ini harus mengacu pada Visi Misi dan Tata
Nilai Puskesmas Kauman:
Visi:
Sebagai penggerak pembangunan kesehatan di wilayah kerja Puskesmas Kauman untuk
mewujudkan masyarakat sehat yang mandiri dan berkeadilan.
Misi :
1. Meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, melalui pemberdayaan masyarakat,
termasuk swasta untuk tercapainya kemandirian masyarakat di bidang kesehatan.
2. Menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan yang paripurna, merata, bermutu dan
berkeadilan.
3. Mengupayakan ketersediaan dan pemerataan sumber daya kesehatan di wilayah kerja
Puskesmas.
4. Menciptakan tata kelola pelayanan kesehatan yang baik di seluruh jaringan Puskesmas
TATA NILAI
C. TUJUAN
1. TUJUAN UMUM
Meningkatkan kemampuan dan pengetahuan Masyarakat tentang Kusta
2. TUJUAN KHUSUS
a. Masyarakat dapat mengenal tanda – tanda utama kusta
b. Masyarakat dapat menklasifikasikan kusta
c. Masyarakat sadar akan pentingnya pengobatan dan pemantauan pengobatan
kusta
d. Masyarakat mengetahui cara penanggulangan reaksi kusta
e. Masyarakat mampu dengan mandiri menangani reaksi kusta
f. Masyarakat mampu memberi informasi kusta pada masyarakat lainnya
g. Masyarakat mengerti tentang perawatan diri pada penderita Kusta
h. Masyarakat mampu melaksanakan rujukan ke Petugas / Puskesmas bila ada
penderita Kusta baru
2
N TUJUAN SASARAN LINSEK PERAN PROGRAM PERAN PROGRAM HUBUNGAN
O TERKAIT LINSEK TERKAIT TERKAIT KEGIATAN DENGAN
TATA NILAI
PUSKESMAS
1 Tujuan umum Pelaksan - - Pelaksana 1. Hasil KompetensiProfesio
a program kegiatan nal : petugas dan
untuk
kegiatan sesuai target pelaksana mampu
Meningkatkan yang telah Mengetahui cara-
ditetapkan cara penyuluhan
kemampuan dan
Tanggungjawab :
pengetahuan petugas dan
pelaksanan
Masyarakat
mencatat dan
tentang Kusta melaporkan kasus
Kerjasama :
petugas dan
pelaksanan mampu
bekerja sama
dengan baik untuk
meningkatkan
pencapaiana kinerja
3
tentang materi yang telah diberikan.
5. Penutup - Memberikan kesimpulan terhadap materi
yang disampaikan.
- Ucapan terima kasih.
- Doa dan menutup acara.
G. SASARAN
Sasaran Penyuluhan adalah perangkat desa, TOMA, TOGA, kader kesehatan, LSM,
Organisasi kemasyarakatan, dan masyarakat setempat.
4
5