Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
PENDAHULUAN
1.3 TUJUAN
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini antara lain :
1. Untuk mengetahui tentang Lingkungan Hukum
2. Untuk memahami tentang kewajiban menurut Common Lau
3. Untuk memahami tentang kewajiban menurut UU Sekuritas
4. Untuk mengetahui peran dari Racketeer Influenced and Corrupt Organization Act
(RICO)
1
BAB II
PEMBAHASAN
2
Krisis yang terjadi ini tidak hanya terbatas pada profesi akuntan saja.
Kelompok konsultan hukum dan ekonomi pda tahun 1993, menunjukkan bahwa
gugatan class action tentang kecurangan (fraud) dalam bidang sekuritas yang
diterbitkan tanpa jaminan.
Tumbuhnya kesadaran akan adanya masalah pada system peradian,
mendorong terbentuknya Coalition to Eliminate Abusive Securities Suits (CEASS).
Koalisi ini terdiri dari AICPA, kantor akuntan Enam Besar, para penjamin asuransi,
lebih dari 300 perusahaan manufaktur, pengecer, dan asosiasi niaga.
Untuk meloloskan Private Securities Litigation Act tahun 1995, diperlukan
campur tangan berupa veto seorang presiden.
3
Tidak mengirimkan laporan audit sesuai dengan batas waktu yang telah
disepakati
Melanggar hubungan kerahasiaan klien.
Subrogee adalah pihak yang memperoleh hak pihak lain melalui
substitusi. Apabila terjadi pelanggaran kontrak, biasanya penggugat akan
mencari satu atau lebih jalan keluar sebagai berikut: (1) kewajiban
spesifik tergugat dalam kontrak, (2) kerugian keuangan langsung yang
terjadi akibat pelanggaran tersebut, (3) kerugian terkait dan kerugian
sebagai konsekuensi yang merupakan akbiat tidak langsung atas
pelanggaran tersebut.
2) Hukum Kerugian (Tort Law)
Tindakan merugikan adalah tindakan salah merugikan milik, badan, atau
reputasi seseorang. Tindakan merugikan dapat dilakukan berdasarkan salah
satu penyebab berikut ini:
Kelalaian yang biasa, yaitu kelalaian untuk menerapkan tingkat
kecermatan yang biasa dilakukan secara wajar oleh orang lain dalam
kondisi yang sama.
Kelalaian kotor, yaitu kelalaian untuk menerapkan tingkat kecermatan
yang paling ringan pada suatu kondisi tertentu.
Kecurangan, yaitu penipuan yang direncanakan, misalnya salah saji,
menyembunyikan atau tidak mengungkapkan fakta yang material,
sehingga dapat merugikan pihak lain.
Dalam banyak kasus, penggugat memiliki hak untuk menuntut dengan
menggunakan pasal-pasal kontrak atau menggunakan hukum kerugian.
3) Kasus-kasus yang Mengilustrasikan Kewajiban kepada Klien
Dua kasus berkaitan dengan kewajiban kepada klien akan diberikan berikut
ini. Kasus pertama berkaitan dengan kalalaian, dan yang kedua berkaitan
dengan pelanggaran kontrak. Kasus kedua adalah Fund of Funds, Ltd. V.
Arthur Andersen & Co. dalam kasus ini, penggugat menggugat auditor atas
pelanggaran kontrak karena auditor lalai mengungkapkan adanya
penyimpangan kepada klien sesuai dengan isi surat perikatan yang
mewajibkan auditor menyajikan secara spesifik setiap penyimpangan yang
muncul.
4
2. Kewajiban Kepada Pihak Ketiga
Pihak ketiga dpat didefinisikan sebagai seseorang yang tidak mengetahui
tentang pihak-pihak yang ada di dalam kontrak. Menurut sudut pandang hukum,
terdapat dua kelompok pihak ketiga, yaitu: (1) pemegang hak utama dan (2)
pemegang hak lainnya. Pemegang hak utama adalah seseorang yang namanya
telah diketahui oleh seorang auditor sebelum audit dilaksanakan sebagai
penerima utama laporan auditor. Pemegang hak lainnya adalah pihak ketiga yang
namanya tidk disebutkan, seperti para kreditor, pemegang saham, dan investor
potensial.
1) Kewajiban Kepada Pemegang Hak Utama
Sebuah analisis atas keputusan tersebut menunjukkan adanya
beebrapa factor lingkungan signifikan yang secara khusus menarik dalam
pandangan lingkungan hukum yang diuraikan sebelumnya pada wal bab ini.
Pertama, hakim mengakui bahwa kewajiban yang diperluas atas
kelalaian biasa kepada pihak ketiga dapat meyurutkan langkah orang-orang
untuk memasuki profesi akuntan.
Kedua, ia menjadi takut bahwa gangguan lebih luas atas doktrin
hubungan pribadi dalam kontrak akan berdampak juga kepada professional
lainnya seperti para pengacara dan dokter. Ketiga, keputusan tersebut
menegaskan kembali kewajiban auditor kepada pihak ketiga atas terjadinya
kelalaian kotor atau kecurangan.
2) Kewajiban Kepada Pemegang Hak Lainnya
Faktor-faktor lingkungan berikut telah memberikan sumbangan yang
cukup berarti atas terjadinya perubahan tersebut:
Konsep kewajiban telah berubah secara lambat namun signifikan untuk
mewajibkan perlindungan pelanggan dari kesalahan pabrikan dan dari
kesalahan professional
Perusahaan bisnis dan kantor-kantor akuntan telah bertumbuh dalam
ukuran yang memungkinkan mereka memikul dengan lebih baik bentuk
tanggung jawab yang baru
Jumlah individu an kelompok yang mengandalkan laporan keuangan
yang telah diaudit telah bertumbuh dengan mantap.
5
3) Kasus-kasus yang Mengilustrasikan Kewajiban Kepada Pemegang Hak
Lainnya
Untuk mendukung keputusan dalam kasus Rosenblum ini, pengadilan
Negara bagian New Jersey mengutip factor-faktor kebijakan public yang
muncul dalam bagian yang dimaksudkan untuk menyerang argumentasi
hakim Cordozo yang mendukung hubungan pribadi dalam kontrak menurut
doktrin Ultramares sebagai berikut:
Tersedia jaminan bagi akuntan untuk melindungi diri dari resiko-resiko
ini,
CPA memiliki tanggung jawab moral kepada setiap pihak yang
mengandalkan CPA tersebut,
Standar yang lebih ketat akan akuntan untuk bekerja lebih baik lagi.
4) Perkembangan terakhir
Pengadilan juga menetapkan tiga criteria untuk menentukan apakah
penggugat dapat mengajukan gugatan terhadap seorang auditor atas adanya
kelalaian biasa, yaitu:
Penggugat dalam kenyataannya memang benar-benar mengandalkan
laporan auditor tersebut,
Auditor mengetahui bahwa penggugat bermaksud untuk mengandalkan
laporan tersebut,
Melalui beberapa tindakan yang dilakukannya, auditor dapat
membuktikan pemahaman tentang maksud penggugat dalam
mengandalkan laporan auditor.
8
Dalam pasal ini, SEC mengumumkan secara resmi ketentuan 10b-5 yang
menyatakan bahwa merupakan tindakan yang tidak sah bagi setiap orang yang secara
langsung atau tidak langsung
Menggunakan setiap alat, skema, atau tipu daya untuk menggelapkan
Membuat setiap laporan yang tidak benar dari fakta
Terlibat dalam tindakan, praktik, atau usaha yang sedang berjlan sebagai
bentuk kecurangan
1) Mengajukan gugatan menurut undang-undang tahun 1934
Tergugat dalam gugatan pasal 18 harus membuktikan bahwa ia (1) telah
bertindak dengan jujur (2) tidak mengetahui tentang pernyataan yang tidak
benar atau menyesatkan.
2) Perbedaan antara undang-undang tahun 1933 dan 1934
Undang-undang tahun 1933 diterapkan pada penjualan perdana sekuritas yang
dapat terdiri dari modal saham dan obligasi kepada public oleh korporasi
penerbit, dimana undang-undang tahun 1934 diterapkan pada penjualan
perdana dan perdagangan sekuritas di bursa sekuritas nasional.
Perbedaan terletak pada (1) penggugat, (2) bukti ketergantungan untuk
mengandalkan laporan keuangan yang tidak benar, (3) kewajiban auditor atas
kelalaian biasa.
3) Kasus-kasus yang diajukan menurut undang-undang tahun 1934
Seorang auditor tidak perlu lagi bertanggung jawab kepada pihak ketiga
menurut pasal 10(b) dan peraturan 10b-5 undang-undang tahun 1934 atas
kelalaian biasa, dimana disebutkan bahwa dengan tidak adanya kesengajaan
untuk menipu atau bertindak curang, maka auditor tidak memiliki kewajiban.
Keputusan tersebut juga termasuk sebuah temuan atas perilaku ceroboh. Juri
juga berpendirian bahwa syarat adanya scienter terpenuhi melalui kecerobohan
akuntan. Disebutkan bahwa:
Salah saji ataupun pengabaian yang ceroboh
Akuntan telah bertindak memenuhi syarat sebagai scienter dalam
mengabaikan resiko yang nyata bagi FOF dengan cara memberikan
pendapat wajar tanpa pengecualian
4) Perkembangan Terakhir
Membantu dan bersekongkol berarti melibatkan secara tidak langsung atau
berperan secara tidak langsung dalam pelanggaran yang terencana. Keputusan
9
yang secara langsung juga melibatkan gugatan perorangan ini, tidak
menjelaskan apakah SEC dapat melanjutkan gugatan atas tindkan membantu
dan bersekongkol menurut pasal 10(b).
3. Private Securities Litigation Reform Act Tahun 1995
Undang-undang private securities litigation reform yang disahkan kongres
pada tahun 1995 dimaksudkan untuk mengurangi resiko litigasi yang ceroboh bagi
auditor, perusahaan yang menjual sekuritasnya kepada public, dan para pihak
yang berafiliasi dengan penerbit sekuritas.
1) Kewajiban Proporsional
Reform act ini memperkenalkan dan memulai suatu system kewajiban
proporsional dimana seorang tergugat yang tidak “mengetahui tindak
pelanggaran” atas hukum sekuritas tetap bertanggung jawab berdasarkan suatu
persentase tanggung jawab.
2) Menutup Kerugian Aktual
Reform act juga menutup kerugian actual yang timbul menurut undang-
undang sekuritas berdasarkan harga pembelian investor atas sebuah sekuritas
dan harga perdagangan rata-rata selama periode 90 hari setelah tanggal
informasi diterbitkan yang mengoreksi adanya salah saji dan pengabaian
dalam laporan keuangan.
3) Tanggung jawab untuk melaporkan tindakan melanggar hokum
Apabila seorang auditor menyimpulkan bahwa suatu tindakan melanggar
hukum memiliki pengaruh yang material atas laporan keuangan, sementara
manajemen senior belum mengambil langkah yang tepat, dan kegagalan
tersebut menjadi alas an penerbitan laporan yang menyimpang dari laporan
standar atau bahkan pengunduran diri auditor dari perikatan, maka auditor
harus segera melaporkan kesimpulan ini langsung kepada dewan direksi.
4) Perubahan lain yang diberikan oleh reform act
Reform act juga memberikan kelonggaran lain bagi profesi akuntan, Undang-
Undang ini:
Mewajibkan penggugat membayar imbalan dan pengeluaran yang layak
bagi penasehat hokum
Memberikan tenggang waktu untuk berusaha menyelesaikan masalah yang
ada
10
Membatasi kerugian akibat tindakan hukum dengan cara menghapus
kecurangan sekuritas sebagai dasar mengambil tindakan menurut
Racketeer Influenced and Corrupt Organzation Act
Perubahan tata cara bagaimana pengadilan menunjuk wakil penggugat
dalam suatu class action untuk kepentingan para investor intitusional yang
pada umumnya memiliki kepentingan keuangan terbesar dalam ganti rugi
tersebut serta untuk mengurangi adanya “perlombaan menuju ruang
pengadilan oleh para penggugat professional” yang pada umumnya hanya
memiliki kepentingan yang paling sedikit.
3.1 KESIMPULAN\
Mengingat profesi akuntan publik sangat penting perannya dalam dunia bisnis
di Indonesia, maka Akuntan Publik harus selalu menjaga integritas (integrity) dan
profesionalisme melalui pelaksanaan standar dan kode etik profesi secara konsekuen
dan konsisten. Dalam setiap penugasan yang diberikan, Akuntan Publik harus selalu
bersikap independen dan menggunakan kemahiran jabatannya secara profesional (due
professional care).
Akuntan Publik dan KAP agar menghindarkan diri dari tindakan tercela,
seperti kolusi (collusion) dengan klien atau menutupi terjadinya tindak kecurangan
(fraud) yang sangat merugikan berbagai pihak. Semoga Rancangan Undang-Undang
Akuntan Publik (RUU-AP) yang telah disusun cukup lama tersebut, segera dapat
ditetapkan oleh Pemerintah beserta Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) menjadi UU-
AP, sehingga akuntan publik memiliki landasan operasional (aspek legal) yang kuat
dan masyarakat (publik) mendapatkan perlindungan hukum dari tindakan malpraktik
yang melanggar kode etik profesi
13
DAFTAR PUSTAKA
Boynton, C William, Johnson N Raymond dan Kell G. Walter, 2003. Modern Auditing, buku satu,
edisi ketujuh diterjemahkan oleh Paul A. Rajoe, dkk, Penerbit Erlangga, Jakarta.
http://ismail125cc.blogspot.co.id/2014/03/kewajiban-hukum-auditor.html
14