Risiko deteksi adalah risiko bahwa auditor tidak akan dapat mendeteksi salah saji material
yang ada dalam suatu asersi. Suatu rencana tingkat risiko deteksi yang bisa diterima harus
ditetapkan untuk setiap asersi laporan keuangan yang signifikan. Apapun tingkat risiko yang
digunakan auditor ( cara kualitatif atau cara non-kuantitatif ), rencana risiko deteksi ditentukan
berdasarkan hubungan yang dinyatakan dengan model sebagai berikut :
𝑅𝐴
𝑅𝐷 =
𝑅𝐵 𝑋 𝑅𝑃
RB = Risiko Bawaan
RP = Risiko Pengendalian
RD = Risiko Deteksi
Model di atas menunjukkan bahwa pada suatu tingkat risiko audit tertentu (RA) yang
ditetapkan auditor, risiko deteksi (RD) adalah berhubungan terbalik dengan tingkat risiko
bawaan (RB) dan risiko pengendalian (RP) yang ditentukan. Apabila digunakan dalam tahap
perencanaan untuk menetapkan rencana risiko deteksi, maka RP mencerminkan rencana tingkat
risiko pengendalian yang ditetapkan sebagai komponen pertama dari strategi audit awal. Rencana
risiko deteksi adalah dasar untuk menetapkan rencana tingkat pengujian substantif yang
ditentukan oleh auditor sebagai komponen terakhir dalam penetapan strategi audit awal untuk
suatu asersi.
Hubungan antara strategi, risiko deteksi yang direncanakan, audit pendahuluan, dan
tingkat pengujian substantif.
Memperoleh
Risiko Deteksi Keyakinan yang Tingkat Pengujian
Strategi Audit yang Direncanakan dari Substantif yang
Pendahuluan Direncanakan : Direncanakan
Pendekatan
pengujian substantif
utama yang Pengujian rincian
menekankan Rendah atau sangat atas transaksi dan Tingkat yang lebih
pengujian rincian rendah saldo tinggi
Tingkat risiko
pengendalian yang Pengujian Tingkat yang lebih
dinilai lebih rendah Sedang atau tinggi pengendalian rendah
Pendekatan
pengujian substantif
utama yang
menekankan Rendah atau sangat Tingkat yang lebih
prosedur analitis rendah Prosedur analitis tinggi
Risiko deteksi menyangkut risiko bahwa semua pengujian substantif yang digunakan untuk
mendapatkan bukti tentang suatu asersi, secara kolektif akan gagal dalam mendeteksi salah saji
material. Dalam merancang pengujian substantif, auditor kadang kadang menginginkan untuk
menetapkan tingkat risiko deteksi berbeda yang akan digunakan dalam pengujian substantif yang
berbeda pula mengenai asersi yang sama. Sebagai contoh, berdasarkan asumsi bahwa bukti yang
diperoleh dari suatu pengujian atau sejumlah pengujian akan mengurangi risiko salah saji
material tetap tak terdeteksi setelah pengujian dilakukan, maka akan lebih tepat untuk
menggunakan tingkat risiko deteksi lebih tinggi untuk pengujian selebihnya.
Dalam hal tertentu jika prosedur analitis dipandang efektif, pelaksanaan prosedur
ini juga bisa menghemat biaya audit. Hal seperti itu biasanya nampak pada audit atas
perusahaan-perusahaan tertentu seperti perusahaan listrik, gas, dan telepon.
PSA No.22, Prosedur Analitis (SA 329.11), menyatakan bahwa efektivitas dan
efisiensi prosedur analitis tergantung pada : [16]
1) Sifat asersi
4) Ketepatan taksiran
Apabila hasil prosedur analitis sesuai dengan taksiran, dan tingkat risiko deteksi
yang bisa diterima untuk asersi tinggi, maka auditor tidak perlu melakukan pengujian
detil. Prosedur analitis biasanya ,tidak begitu mahal biaya pelaksanaannya. Oleh
karena itu, auditor perlu mempertimbangkan seberapa jauh prosedur ini dapat
digunakan untuk mencapai tingkat risiko deteksi yang dapat diterima sebelum auditor
memutuskan untuk melakukan pengujian detil.
Dari ilustrasi di atas dapat disimpulkan bahwa apabila risiko deteksi tinggi, maka
auditor cukup menggunakan dokumen intern dan melakukan hanya sedikit prosedur
audit. Apabila risiko deteksi sangat rendah, auditor akan menggunakan dokumen
yang diperoleh langsung dari bank dan melaksanakan prosedur audit yang ekstensif.
Perancangan pengujian substatif meliputi penentuan sifat, saat, dan luasnya pengujian
substantif untuk setiap asersi laporan keuangan yang signifikan. Auditor menghubungkan asersi-
asersi, tujuan, khusus audit,dan pengujian substantif dalam mengembangkan program audit
tertulis untuk pengujian substantif.
Tujuan suatu audit laporan keuangan secara keseluruhan adalah untuk menyatakan
pendapat apakah laporan keuangan klien telah disajikan secara wajar, dalam segala hal yang
material, sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum. Dalam merancang pengujian
subtantif, auditor harus menenukan bahwa pengujian yang tepat telah diidentifikasi untuk
mencapai tujuan audit spesifik yang berkaitan dengan setiap asersi.
Dalam praktik, auditor kadang – kadang membuat rincian yang berbeda untuk hal–hal
tertentu dalam program auditnya. Sebagai contoh ditunjukkan secara lebih rinci tentang rencana
sampel, termasuk besarnya sampel untuk berbagai pengujian dalam program audit itu sendiri.
Namun dalam keadaan bagaimanapun program audit hendaknya cukup detil agar dapat
memberikan :
Perencanaan Awal
1) Identifikasi asersi-asersi laporan keuangan yang harus dicakup oleh program audit
misalkan asersi-asersi keberadaan atau keterjadian, kelengkapan hak dan kewajiban,
penilaian atas pengalokasian, dan penyajian atau pengungkapan yang berkaitan dengan
saldo akhir persediaan.
2) Kembangkan tujuan-tujuan audit spesifik untuk setiap kategori asersi
3) Tentukan risiko bawaan dan risiko pengendalian dan tentukan pula tingkat risiko deteksi
akhir untuk setiap asersi, sejalan dengan tingkat risiko audit keseluruhan dan tingkat
materialitas yang dapat diterima.
4) Berdasarkan pengetahuan yang diperoleh dari prosedur-prosedur untuk mendapatkan
pemahaman mengenai kebijakan dan prosedur pengendalian intern yang relevan, catatan
akuntansi, dokumen pendukung dan proses akuntansi (termasuk alur audit) dan proses
pelaporan keuangan yang berhubungan dengan asersi-asersi.
5) Pertimbangkan pilihan – pilihan yang berhubungan dengan perancangan pengujian
substantif.
Program Audit dalam Penugasan Pertama
Dalam suatu penugasan pertama, spesifikasi pengujian substantif yang detil dalam program
audit biasanya belum akan disusun secara lengkap hingga selesainya kegiatan mempelajari dan
menilai struktur pengendalian intern dan ditentukannya tingkat risiko deteksi yang dapat diterima
untuk setiap asersi signifikan. Dua hal yang memerlukan pertimbangan khusus dalam merancang
program audit untuk audit sebagai penugasan pertama adalah penentuan ketepatan saldo-saldo
awal rekening pada periode yang diaudit; dan penentuan prinsip-prinsip akuntansi yang
digunakan pada periode yang lalu sebagai dasar untuk menentukan konsistensi penerapan prinsip
tersebut pada periode berjalan.
Dalam suatu penugasan ulangan, auditor memiliki akses pada semua program yang
digunakan pada periode yang lalu dan kertas kerja yang berkaitan dengan program tersebut.
Dalam situasi demikian, startegi awal audit biasanya ditetapkan auditor berdasarkan asumsi
bahwqa tingkat risiko dan program audit untuk pengujian substantif yang digunakan pada
periode yang lalu akan tepat digunakan pada periode berjalan. Oleh karena itu, program audit
untuk penugasan tahun berjalan seringkali disusun sebelum auditor menyelesaikan kegiatan
mempelajari dan menilai struktur pengendalian intern.
Apabila bukti yang diperoleh dari prosedur analitis dan dari pengujian detil atas rekening
neraca yang berkaitan tidak mengurangi risiko deteksi pada tingkat rendah yang dapat diterima,
maka diperlukan pengujian detil langsung atas asersi-asersi yang berhubungan dengan rekening
laba rugi. Hal ini terjadi apabila :
Estimasi akuntansi adalah perkiraan mengenai suatu elemen laporan keuangan, pos, atau
rekening yang terjadi bila tidak bisa diukur secara pasti. Estimasi akuntansi mempunyai
pengaruh signifikan terhadap laporan keuangan perusahaan. PSA No. 37, Audit atas Estimasi
Akuntansi (SA 342.07) menyatakan bahwa tujuan auditor dalam mengevaluasi estimasi
akuntansi adalah untuk memperoleh bukti audit kompeten yang cukup untuk memberikan
keyakinan memadai bahwa semua estimasi akuntansi yang material bagi laporan keuangan telah
ditetapkan; estimasi akuntansi tersebut masuk akal dalam kondisi yang bersangkutan; estimasi
akuntansi disajikan sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku dan diungkapkan secara
memadai.
Struktur pengendalian intern perusahaan bisa mengurangi kemungkinan terjadinya salah
saji material yang berasal dari estimasi akuntansi dan oleh karenanya mengurangi luasnya
pengujian substantif.
3. REKENING-REKENING BERKAITAN DENGAN TRANSAKSI DENGAN PIHAK
YANG MEMILIKI HUBUNGAN ISTIMEWA
Auditor harus mengidentifikasi transaksi dengan pihak yang memiliki hubungan
istimewa, dalam rangka membuat perencaaan audit. Tujuan auditor dalam pengauditan atas
transaksi-transaksi yang dilakukan dengan pihak-pihak yang memiliki hubungan istimewa
adalah untuk mendapatkan bukti mengenai tujuan, sifat dan luasnya transaksi iniserta
dampaknya terhadap laporan keuangan.
Dalam melakukan audit atas transaksi dengan pihak-pihak yang memiliki hubungan
istimewa, auditor tidak diharapkan untuk menentukan apakah suatu transaksi tertentu akan
terjadi, seandainya pihak-pihak yang bersangkutan tidak memiliki hubugan yang istimewa, dan
berapa harga pertukaran dan termin yang seajarnya digunakan. Tujuan auditor dalam hal ini
adalah menentukan substansi transaksi dengan pihak-pihak yang memiliki hubungan istimewa
dan pengaruhnya terhadap laporan keuangan.
Kesimpulan
Risiko deteksi adalah risiko bahwa auditor tidak akan menemukan salah satu material
yang ada dalam sebuah asersi. Risiko ini berasal dari adanya kemungkinan akuntan tidak
menemukan kesalahan atau penyelewengan yang sifatnya material sewaktu melaksanakan audit.
Sedangkan Rencana risiko deteksi adalah dasar untuk menetapkan rencana tingkat
pengujian substantif yang ditentukan oleh auditor sebagai komponen keempat atau terakhir
dalam penetapan strategi audit awal untuk suatu pernyataan/asersi. Merancang pengujian
substantif meliput: Sifat, Waktu, Luas Pengujian, Penentuan staf audit. Penentuan risiko deteksi
yaitu melalui:
Tujuan suatu audit laporan keuangan secara keseluruhan adalah untuk menyatakan
pendapat apakah laporan keuangan klien telah disajikan secara wajar. Berikut adalah
pertimbangan-pertimbangan khusus dalam perancangan pengujian substantif, yaitu:
Rekening-Rekening Laba-Rugi
Rekening-Rekening yang Berkaitan dengan Estimasi Akuntansi.
Rekening-Rekening Berkaitan dengan Transaksi dengan Pihak yang Memiliki Hubungan
Istimewa