PENDAHULUAN
I. Latar Belakang
πΜ = π π ππ
πΜ = π + ππ
di mana bagian nyata dari impedansi digunakan pertama kali oleh Oliver Heaviside
pada Juli 1886. Arthur Kennelly adalah yang pertama kali menunjukkan impedansi
dengan bilangan kompleks pada 1893.
Persamaan:
1
Vs (t) = i(t) R + β« i(t) dt
πΆ
Dengan Vs(t) = Vp cos (Wt + ΙΈos) dan i(t) = Ip cos (Wt + ΙΈoi)
Dapat kita fikirkan Vs(t) = Vp cos (Wt + ΙΈos) sebagai bagian nyata dari pada
1 1
πΜ
π ejwt = R πΌΜ
π ejwt + πΆ β« πΌΜ
π ejwt wt = R πΌΜ
π πππ€π‘ + πΌΜ
π ejwt
ππ€π
1 1
πΜ
π = π
πΌΜ
π + ππ€π πΌΜ
π = (π
+ ππ€π) πΌΜ
π
Arus bolak-balik
1
Dengan πΜ
= R + ππ€πΆ. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . (1.4)
Persamaan (1.3) menyataakan hubungan antara πΜ
π dan πΌΜ
π yang mirip dengan
Ohm, menggunakan besaran kompleks. Persamaan (1.3) memberi hubungan antara
fasor, yang berarti di dalamnya terkandung pengertian besar dan sudut fase sekaligus.
Besaraan Z disebut impendensi kompleks, dan menggantikan peranan hambataan R
pada rangkaian bolak-balik.
ππ Μ
Μ
Μ
ππ
πΌΜ
π = Μ
= Vp e jΙΈos : Z e jΙΈoz = e j(ΙΈos - ΙΈoz) dengan
π π
πΌπ πΜ
β1
tg ΙΈoz = = akan tetapi πΌΜ
π = Ip e jΙΈoi sehingga kita peroleh:
π
π πΜ
π€π
πΆ
ππ ππ
Ip = = 1 1/2
π (π
2 + 2 )
(π€π)
β1 1
dan ΙΈoi = ΙΈos β arc tg ( ) = ΙΈos + arc tg π€π
πΆ
π€π
πΆ
Hasilnya sama dengan yang kita peroleh dengan cara tasor. Keuntungan cara
penyelesaian dengan fungsi eksponensial kompleks dan impendansi kompleks adalah
dapat digunakan matematika untuk menyatakan fasor dan dapat diterapkannya aturan
untuk arus searah asalkan untuk tegangan, arus dan impendansi digunakan besaran
kompleks.
π βπ
Μ
Μ
Μ
ππΆ = = = -jXc
πππΆ ππΆ
Μ
Μ
Μ
ππΏ = ππ€πΏ = πππΏ
PEMBAHASAN
I. Pengertian Impedansi
Impedansi adalah ukuran resistansi pada sumber arus bolak-balik (AC) jadi
secara sederhana impedansi adalah resistansi yang lebih kompleks dan akurat pada arus
AC. Walaupun dalam speker terdapat impedansi dan tidak mempengaruhi kualitas
secara keseluruhan, tetapi secara otomatis akan mempengaruhi kerja sebuah system
audio. Speaker mobil biasanya mempunyai impedansi sekitar 4 Ohm, sedangkan
speaker home audio biasanya memiliki nilai 8 Ohm. Jika ditinjau lebih lanjut, satuan
Ohm yang ada pada impedansi sama dengan satuan untuk tahanan resistor. Padahal
dalam hal in dipastikan sangat berbeda.
Secara umum, impedansi memiliki definisi perhitungan secara total dalam Ohm
dari seluruh rangkaian elektrikal untuk signal langsung, yang termasuk diantaranya
resistansi, reaktansi, kapasitansi dan seluruh factor mekanika yang menimbulkan
hambatan dari transfer energy dalam sebuah sistem. Hal tersebut dapat diartikan
kebanyakan driver dipastikan mempunyai nilai dasar nominal impedansi dalam
resistansi DC voicecoil serta pergerakan mekanika. Dalam hambatan telah terdapat
istilahnya sendiri yaitu: Hambatan = Resistensi (R) sedangkan impedansi memiliki
lambing Z. Namun keduanya memiliki satuan yang sama yaitu Ohm.
Impedansi itu merupakan nilai resistansi yang tidak murni, berbeda dengan nilai
resistansi suatu komponen resistor itu bia kita ukur dengan alat multimeter jarum atau
multimeter digital. Tetapi jika nilai impedansi tidak bisa diukur dengan multimeter,
bisa dicoba dengan cara mengambil sebuah driver speaker yang nilai impedansinya 8
Ohm, ukur dengan multimeter (saklar selector multimeter di set ke satuan ohm), pasti
nilai yang terukur di multimeter tidak akan menunjukkan nilai 8 Ohm. Jadi impedansi
itu bukan suatu nilai resistansi/tahanan murni. Mengukur impedansi speaker itu bisa
dilakukan dengan rangakaian ukur yang melibatkan: sine generator, baik audio
generator.
Salah satu jenis rangkaian listrik adalah terdiri dari resistor, induktor, dan
kapasitor. Karena terdiri dari resistor (R), induktor (L), dan kapasitor (C), maka
rangkaian tersebut dinamakan rangkaian RLC. Rangkaian ini membentuk osilasi
harmonik dan akan beresonansi dalam cara yang sama sebagai rangkaian LC. Sebelum
masuk ke pembahasan rangkaian RLC, penulis akan menjelaskan terlebih dahulu
komponen-komponen pada rangkaian RLC:
1. Resistansi, Reaktansi, dan Impedansi
Resistansi adalah hambatan yang diberikan oleh resistor. Reaktansi adalah
hambatan yang bersifat reaksi terhadap perubahan arus dan tegangan. Nilainya
berubah-ubah tergantung dengan perbedaan fase dari arus dan tegangan.
Sedangkan impedansi adalah keseluruhan dari sifat hambatan terhadap arus,
baik mencakup resistansi, reaktansi, atau keduanya. Impedansi sering juga
disebut hambatan dalam. Satuan ketiga jenis hambatan ini adalah ohm (β¦).
2. Induktor dan Kapasitor
Induktor adalah komponen listrik yang menyimpan energi listrik dalam bentuk
energi magnetik. Induktor menghambat arus dengan cara menurunkan
tegangan, berbanding lurus dengan laju perubahan arus. Menurut hukum Lenz,
tegangan terinduksi selalu dalam polaritas sedemikian sehingga menjaga nilai
arus sama seperti sebelumnya. Jadi, ketika arus meningkat, tegangan terinduksi
akan melawan aliran elektron. Sedangkan ketika arus menurun, polaritas akan
berbalik dan mendorong aliran elektron. Hal ini disebut sebagai reaktansi.
Dalam indukor, energi disimpan pada medan magnetnya. Berikut hubungan
antara tegangan dengan laju perubahan arus melalui induktor:
ππ
π=πΏ
ππ‘
dengan V adalah tegangan, L adalah induktor, dan I adalah arus. Simbol
reaktansi induktif adalah X. Reaktansi induktif dapat dihitung dengan
persamaan berikut:
ππΏ = 2πππΏ
dengan XL dalam ohm, f (frekuensi) dalam Hertz, dan L dalam Henry.
Kapasitor adalah komponen listrik yang menyimpan muatan listrik.
Tidak seperti induktor, kapasitor justru membolehkan arus untuk melewatinya,
berbanding lurus dengan laju perubahan tegangan. Arus yang melalui kapasitor
adalah reaksi dari perubahan tegangan pada kapasitor tersebut. Dalam
kapasitor, energi disimpan dalam medan listriknya. Berikut hubungan antara
arus dengan laju perubahan tegangan melalui kapasitor:
ππ
π=πΆ
ππ‘
dengan V adalah tegangan, C adalah Kapasitor, dan i adalah arus.
Symbol reaktansi dapat dihitung dengan persamaan berikut:
1
ππ =
2πππΆ
dengan Xc dalam Ohm, f(frekuensi) dan Herts, dan C dalam Farad (F). Setelah
kita mendapatkan reaktansi induktor dan reaktansi kapasitor, besar impedansi
pada rangkaian dapat dicari dengan persamaan
|π| = βπ
2 + (ππΏ β ππ )2
Selain impedansi, kita juga dapat mencari tegangan efektif pada rangkaian
dengan persamaan:
πππ = βππ
2 + (ππΏ β ππ )2
Sehingga sudut fase rangkaiannya adalah
ππΏ β ππ ππΏ β ππ
tan π = =
ππ
π
Sifat rangkaian RLC tergantung pada reaktansi induktif dan reaktansi
kapasitif pada rangkaian tersebut. Apabila reaktansi induktif lebih besar dari
reaktansi kapasitif, maka rangkaian tersebut bersifat induktif. Sebaliknya,
apabila reaktansi induktif lebih kecil dari reaktansi kapasitif, maka rangkaian
tersebut bersifat kapasitif. Sedangkan apabila reaktansi induktif dan reaktansi
kapasitifnya sama, maka rangkaian tersebut bersifat resistif dan akan terjadi
resonansi yang besar frekuensinya dapat diketahui dengan persamaan:
1 1
ππππ = β
2π πΏ β πΆ