Anda di halaman 1dari 25

BAB I

PEMBAHASAN

1. Latar Belakang
Keselamatan dan kesejahteraan ibu secara menyeluruh merupakan
perhatian yang utama bagi seorang bidan. Bidan bertanggung jawab memberikan
pengawasan, nasehat serta asuhan bagi wanita selama masa hamil, bersalin dan
nifas. Asuhan kebidanan yang diberikan termasuk pengawasan pelayanan kesehatan
masyarakat di komunitas, baik di rumah, posyandu maupun polindes.
Sebagai seorang bidan yang nantinya yang akan ditempatkan di desa,
dalam menjalankan tugas ia merupakan komponen dan bagian dari masyarakat desa
dimana ia bertugas. Selain dituntut dapat memberikan asuhan bermutu tinggi dan
komprehensif, seorang bidan harus dapat mengenal masyarakat sesuai budaya
setempat dengan sebaik-baiknya, mengadakan pendekatan dan bekerjasama dalam
memberikan pelayanan, sehingga masyarakat dapat menyadari masalah kesehatan
yang dihadapi serta ikut secara aktif dalam menaggulangi masalah kesehatan baik
untuk individu mereka sendiri maupun keluarga dan masyarakat sekitarnya.
2. Rumusan Masalah
a. Bagaimana asuhan kehamilan dirumah ?
b. Bagaimana asuhan persalinan dirumah ?
c. Bagaimana asuhan nifas dirumah ?
d. Bagaimana asuhan BBL dan neonates dirumah ?
3. Tujuan
a. Untuk menegtahui asuhan kehamilan dirumah
b. Untuk mengetahui asuhan persalinan dirumah
c. Untuk mengetahui asuhan nifas dirumah
d. Untuk mengetahui asuhan BBL dan neonates dirumah

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Asuhan Kehamilan Dirumah


Pemberian asuhan kehamilan tidak hanya dilakukan di klinik saja,
tetapi dapat dimulai dari sub sistem masyarakat (keluarga)
Semua ibu hamil berpotensi mempunyai resiko terjadinya
bahaya/komplikasi dalam persalinan
Dampak komplikasi persalinan antara lain : Death; Disease; Disability;
Discomfort; Dissatisfaction
1. Definisi
Pemeriksaan kehamilan untuk melihat dan memeriksa keadaan ibu dan janin
yang dilakukan secara berkala
Tiap hasil pemeriksaan diikuti dengan upaya koreksi terhadap penyimpangan
yang ditemukan selama kehamilan
Pengawasan sebelum persalinan terutama ditujukan pada pertumbuhan dan
perkembangan janin dalam rahim
2. Tujuan
a. Memantau kemajuan kehamilan untuk memastikan kesehatan serta
pertumbuhan dan perkembangan bayi
b. Mendeteksi adanya komplikasi yang dapat mengancam jiwa ibu dan janin
c. Merencanakan asuhan khusus sesuai dengan kebutuhan
d. Mempersiapkan persalinan serta kesiagaan dalam menghadapi komplikasi
e. Mempersiapkan masa nifas dan pemberian ASI eksklusif
3. Standar Minimal Antenatal
a. Timbang BB;ukur Tek darah; TFU
Pemantauan selama masa kehamilan untuk melihat indikator
kesejahteraan ibu dan janin. Dilakukan setiap kali kunjungan, kunjungan
dilakukan :
1) Sampai 28 minggu : 4 minggu sekali
2) 28 - 36 minggu : 2 minggu sekali

2
3) Di atas 36 minggu : 1 minggu sekali
b. Imunisasi TT
Salah satu kebijakan pemerintah yang bertujuan untuk menurunkan
angka kematian bayi atau neonatus yang disebabkan oleh tetanus.TT 1
diberikan saat ANC pertama, dilanjutkan TT 2 setelah empat minggu dari
TT 1.Diharapkan bayi yang dilahirkan akan terlindung dari Tetanus
Neonatorum (3 Tahun).
c. Tablet Zat Besi
1) Tindakan pencegahan terhadap anemia dalam kehamilan
2) Kandungan dari obat FeSO4 320 (zat besi 60 mg) dan asam folat 500
Ug
3) Dosis pemberian : 1 tablet pada saat ibu tidak mual
4) Efek samping : mual & konstipasi
5) Optimalisasi penyerapan : tidak diminum bersama teh atau kopi
d. Tes terhadap PMS
1) Ibu hamil resiko tinggi terhadap PMS, sehingga dapat mengganggu
salura perkemihan dan reproduksi.
2) Upaya diagnosis kehamilan dengan PMS di komunitas adalah
melakukan diagnosis pendekatan gejala;
3) memberikan terapi; konseling untuk rujukan
4) Temu Wicara (Persiapan Rujukan)
5) Memberikan konsultasi atau melakukan kerjasama penanganan
Tindakan yang harus dilakukan bidan dalam temu wicara, antara lain :
1) Merujuk ke dokter untuk konsultasi, menolong ibu menentukan
pilihan yang tepat.
2) Melampirkan kartu kesehatan ibu beserta surat rujukan
3) Meminta ibu untuk kembali setelah konsultasi dan membawa surat
hasil rujukan
4) Meneruskan pemantauan kondisi ibu dan bayi selama kehamilan
5) Memberikan asuhan Antenatal
6) Perencanaan dini jika tidak aman melahirkan dirumah

3
7) Menyepakati diantara pengambil keputusan dalam keluarga tentang
rencana proses kelahiran
8) Persiapan dan biaya persalinan
4. Standar Alat Antenatal
a. Peralatan Tidak Steril
1) Timbangan BB dan pengukur TB
2) Tensi meter dan stetoscope
3) Funandoskop
4) Termometer dan alat pengukur
5) Senter
6) Reflek hammer
7) Pita pengukur LILA
8) Metline
9) Pengukur Hb
10) Bengkok
11) Handuk kering
12) Tabung urine
13) Lampu spiritus
14) Reagen untuk pemeriksaan urine
15) Tempat sampah
b. Peralatan Steril
1) Bak instrument
2) Spatel lidah
3) Sarung tangan (Handscoen)
4) Spuit dan jarum
c. Bahan-bahan Habis Pakai
1) Kassa bersih
2) Kapas
3) Alkohol 70%
4) Larutan Klorin

4
d. Formulir yang Di Sediakan
1) Buku KIA
2) Kartu status
3) . Formulir rujukan
4) Buku register
5) ATK
6) Kartu penapisan dini
7) Kohort ibu/bayi
e. Obat-obatan
1) Golongan roborantia (Vit B6 dan B kompleks)
2) Vaksin TT
3) Kapsul yodium
4) Obat KB
5. Manajemen Asuhan Antenatal
a. Kunjungan Rumah
Kunjungan rumah yang minimal dilakukan selama ANC :
1) Satu kali kunjungan selama trimester I, sebelum minggu ke-14
2) Satu kali kunjungan selama trimester II, diantara minggu ke-14 sampai
minggu ke 28
3) Dua kali kunjungan selama trimester III, antara minggu ke-23 sampai
dan setelah minggu ke-36
Kunjungan ideal selama kehamilan :
1) Sedini mungkin, ketika ibu mengatakan terlambat haid
2) Satu kali setiap bulan sampai usia kehamilan 7 bulan
3) Dua kali setiap bulan sampai usia kehamilan 8 bulan
4) Satu kali setiap minggu sampai usia kehamilan 9 bulan
5) Pemeriksaan khusus apabila ada keluhan-keluhan
b. Standar Pelayanan ANC di Komunitas
Standar pelayanan meliputi :
1) Identifikasi ibu hamil
2) Pemeriksaan dan pemantauan antenatal

5
3) Palpasi abdomen
4) Pengelolaan anemia pada kehamilan
5) Pengelolaan dini pada kasus hipertensi dalam kehamilan
6) Persiapan persalinan
c. ANC Di Rumah
Seorang bidan dapat melakukan beberapa hal berikut :
1) Bidan harus mempunyai data ibu hamil di wilayah kerjanya
2) Identifikasi ibu hamil melakukan ANC teratur
3) Bidan melakukan kunjungan ke rumah, bila ibu hamil tidak periksa
kehamilannya
4) Kontrak waktu yang disepakati dengan ibu hamil
5) Pemeriksaan sesuai dengan standar, identifikasi rumah untuk proses
persalinan
d. Pemilihan Tempat Persalinan
1) Hal-hal yang harus diperhatikan dalam memilih tempat persalinan,
antara lain :
Pengambilan keputusan dilakukan oleh ibu sendiri atas dasar konsultasi
dengan bidan atau dokter untuk memilih tempat persalinan
2. Selama proses persalinan ibu memerlukan rasa aman, nyaman dan
percaya terhadap orang yang menolong
3. Tempat persalinan harus direncanakan dengan baik untuk menghindari
rujukan yang estafet.
4. Proses skrining menggunakan prinsip 4T : temu muka; temu wicara;
temu faktor resiko; dan temu keluarga
e. Skrining Antenatal
1) Kehamilan Resiko Rendah (KRR)
Kehamilan normal tanpa masalah atau faktor resiko, kemungkinan
besar persalinan normal, tetapi waspada akan adanya komplikasi
persalinan
2) Kehamilan Resiko Tinggi (KRT)

6
kehamilan dengan faktor resiko, baik dari sisi ibu maupun sisi janin,
diperlukan rujukan ke r umah sakit
3) Kehamilan Resiko Sangat Tinggi (KRST)
Kehamilan dengan resiko ganda atau lebih dari dua faktor resiko baik
dari ibu ataupun janin, dibutuhakan perawatan khusus dan adequate
6. Langkah-Langkah Manajemen Antenatal
a. Ciptakan adanya rasa percaya dan membuat perasaan nyaman
b. Kaji riwayat kehamilan dan terapkan prinsip mendengarkan efektif
c. Anamnese secara lengkap
d. Melakukan pemeriksaan seperlunya
e. Pemeriksaan Laboratorium
f. Membantu persiapan persalinan dan kemugkinan darurat
g. Konseling sesuai kebutuhan
h. Persiapan persalinan yang aman dan bersih
i. Memberi nasehat pada ibu untuk mencari pertolongan apabila :
1) Perdarahan pervaginam
2) Sakit kepala lebih dari biasanya
3) Gangguan penglihatan
4) Pembengkakan pada wajah dan tangan
5) Nyeri abdomen
6) Janin bergerak tidak seperti biasanya
7) Pemberian tablet Fe 90 butir
8) Berikan suntikan TT dengan dosis 0,5cc
9) Jadwalkan kunjungan rumah berikutnya
10) Mendokumentasikan hasil kunjungan
B. Asuhan Persalinan Dirumah
Pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan adalah pelayanan persalinan
yang aman yang dilakukan oleh tenaga kesehatan kompeten, yaitu dokter spesialis
kebidanan, dokter umum dan bidan.
Tenaga kesehatan yang dapat memberikan pertolongan persalinan kepada
masyarakat adalah: dokter spesialis kebidanan, dokter umum dan bidan.

7
Pada kenyataan dilapangan, masih terdapat penolong persalinan yang
bukan tenaga kesehatan, dan dilakukan di luar fasilitas pelayanan kesehatan. Secara
bertahap seluruh persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan di fasilitas pelayanan
kesehatan.
1. Empat Standar Pelayanan Kebidanan Yaitu :
a. Asuhan saat persalinan
Bidan menilai secara tepat bahwa persalinan sudah dimulai, kemudian
memberikan asuhan dan pemantauan yang memadai, dengan
memperhatikan kebutuhan ibu selama proses persalinan berlangsung.
b. Persalinan yang aman
Bidan melakukan pertolongan persalinan yang aman dengan sikap sopan
dan penghargaan terhadap klien serta memperhatikan tradisi setempat.
c. Pengeluaran plasenta dengan penegangan tali pusat
Bidan melakukan penegangan tali pusat dengan benar untuk membantu
pengeluaran plasenta dan selaput ketuban secara lengkap.
d. Penanganan kala II dengan gawat janin melalui episiotomi
Bidan mengenali secara tepat tanda-tanda gawat janin pada kala II yang
lama, dan segera melakukan episiotomi dengan aman untuk memperlancar
persalinan, diikuti dengan penjahitan perineum.
2. Persiapan Bidan Meliputi :
a. Menilai secara tepat bahwa persalinan sudah dimulai, kemudian
memberikan asuhan dan pemantauan yang memadai dengan memperhatikan
kebutuhan ibu selama proses persalinan .
b. Mempersiapkan ruangan yang hangat dan bersih serta nyaman untuk
persalinan dan kelahiran bayi.
c. Persiapan perlengkapan, bahan-bahan dan obat-obatan yang diperlukan dan
pastikan kelengkapan jenis dan jumlah bahan-bahan yang diperrlukan serta
dalam keadaan siap pakai pada setiap persalinan dan kelahiran bayi.
d. Mempersiapkan persiapan rujukan bersama ibu dan keluarganya. Karena
jika terjadi keterlambatan untuk merujuk ke fasilitas yang lebih memadai

8
dapat memahayakan keselamatan ibu dan bayinya.apabila iu dirujuk,
siapkan dan sertakan dokumentasi asuhan yang telah diberikan.
e. Memberikan asuhan sayang ibu, seperti memberi dukungan emosional,
membantu pengaturan posisi ibu, memberikan cairan dan nutrisi,
memberikan keleluasaan untuk menggunakan kamar mandi secara teratur,
serta melakukan pertolongan persalinan yang bersih dan aman dengan
teknik pencegahan infeksi.
3. Persiapan Rumah Dan Lingkungan
Ruangan atau lingkungan dimana proses persalinan akan berlangsung
harus memiliki pencahayaan penerangan yang cukup, ranjang sebaiknya
diletakkan ditengah-tengah ruangan agar mudah didekati dari kiri maupun
kanan, dan cahaya sedapat mungkin tertuju pada tempat persalinan.

Persiapan untuk mencegah terjadinya kehilangan panas tubuh yang


berlebihan, perlu disiapkan juga lingkungan yang sesuai bagi bayi baru lahir
dengan memastikan bahwa ruangan bersih, hangat, pencahayaan yang cukup dan
bebas dari tiupan angin. Apabila lokasi tempat tinggal ibu di daerah pegunungan
atau yang beriklim dingin, sebaiknya sediakan minimal 2 selimut, kain atau
handuk yang kering dan bersih untuk mengeringkan dan menjaga kehangatan
tubuh bayi.
a. Situasi dan Kondisi
Situasi dan kondisi yang harus diketahui oleh keluarga, yaitu :
1) Rumah cukup aman dan hangat
2) Tersedia ruangan untuk proses persalinan
3) Tersedia air mengalir
4) Terjamin kebersihannya
5) Tersedia sarana media komunikasi
b. Rumah
Tugas bidan adalah mengecek rumah sebelum usia kehamilan 37 minggu
dan syarat rumah diantaranya :
1) Ruangan sebaiknya cukup luas
2) Adanya penerangan yang cukup

9
3) Tempat nyaman
4) Tempat tidur yang layak untuk proses persalinan
4. Persiapan Peralatan
Perlengkapan yang harus disiapkan oleh keluarga untuk melakukan persalinan di
rumah :
a. Persiapan untuk pertolongan persalinan
1) Waskom
2) Sabun cuci
3) Handuk kering dan bersih
4) Selimut
5) Pakaian ganti
6) Pembalut
7) Kain pel
8) Lampu
b. Persiapan Untuk Bayi
1) Handuk Bayi
2) Tempat Tidur Bayi
3) Botol air panas untuk menghangatkan alas
4) Pakaian bayi
5) Selimut bayi
5. Persiapan Ibu Dan Keluarga
Persalinan adalah saat yang menegangkan bahkan dapat menjadi saat yang
menyakitkan dan menakutkan bagi ibu. Upaya untuk mengatasi gangguan
emosional dan pengalaman yang menegangkan dapat dilakukan dengan asuhan
sayang ibu selama proses persalinan.
6. Manajemen Asuhan Intranatal
Asuhan intranatal yang diberikan harus baik dan benar sesuai dengan standar,
sehingga dapat membantu menurunkan angka kematian atau kesakitan ibu dan
bayi

10
a. Intranatal Di Rumah
1) Asuhan Persalinan Kala I
Bertujuan untuk memberikan pelayanan kebidanan yang memadai dalam
pertolongan persalinan yang bersih dan aman
Bidan perlu mengingat konsep tentang konsep sayang ibu, rujuk bila
partograf melewati garis waspada atau ada kejadian penting lainnya
2) Asuhan Persalinan Kala II
Bertujuan memastikan proses persalinan aman, baik untuk ibu maupun
bayi
Bidan dapat mengambil keputusan sesegera mungkin apabila diperlukan
rujukan
3) Asuhan Persalinan Kala III
Bidan sebagai tenaga penolong harus terlatih dan terampil dalam
melakukan manajemen aktif kala III
Hal penting dalam asuhan persalinan kala III adalah mencegah kejadian
perdarahan, karena penyebab salah satu kematian pada ibu.
4) Asuhan Persalinan Kala IV
Asuhan persalinan yang mencakup pada pengawasan satu sampai dua jam
setelah plasenta lahir.
Pengawasan/observasi ketat dilakukan pada hal-hal yang menjadi
perhatian pada asuhan persalinan kala IV.
b. Kegawatdaruratan Persalinan
1) Jangan menunda untuk melakukan rujukan
2) Mengenali maslah dan memberikan instruksi yang tepat
3) Selama proses merujuk dan menunggu tindakan selanjutnya lakukan
pendampingan secara terus menerus
4) Lakukan observasi Vital Sing secara ketat
5) Rujuk segera bila terjadi Fetal Distress
6) Apabila memungkinkan, minta bantuan teman untuk mencatat riwayat
kasus dengan singkat

11
C. Asuhan Nifas Dirumah
1. Jadwal Kunjungan
Paling sedikit 4 kali kunjungan pada masa nifas, dilakukan untuk menilai
keadaan ibu dan bayi baru tahir dan untuk mencegah, mendeteksi dan
menangani masalah-masalah yang terjadi. Frekuensi kunjungan pada masa nifas
adalah:
a. Kunjungan I ( 6-8 jam setelah persalinan)
Tujuan:
1) Mencegah perdarahan pada masa nifas karena atonia uteri
2) Mendeteksi dan merawat penyebab lain perdarahan, rujuk jika perdarahan
berlanjut
3) Membenkan konseling pada ibu atau satah satu anggota keluarga,
bagaimana mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri
4) Pemberian ASI awal
5) Melakukan hubungan antara ibu dan bayi baru lahir
6) Menjaga bayi tetap sehat dengan cara mencegah terjadi hipotermi
7) Jika petugas kesehatan menolong persalinan, ia harus tinggal dengan ibu
dan bayi baru lahir untuk 2 jam pertama setelah kelahiran atau sampai ibu
dan bayi dalam keadaan stabil
b. Kunjungan II ( 6 hari setelah persalinan)
Tujuan:
1) Memastikan involusi uterus berjalan normal, uterus berkontraksi dengan
baik, fundus di bawah umbilikus, tidak ada perdarahan abnormal atau tidak
ada bau
2) Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi, atau perdarahan abnormal
3) Memastikan ibu cukup mendapatkan makanan, cairan dan istirahat
4) Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak memperlihatkan tanda¬
tanda penyulit
5) Memberikan konseling pada ibu mengenai asuhan pada bayi, tali pusat,
menjaga bayi agar tetap hangat dan merawat bayi sehari-hari.

12
c. Kunjungan III ( 2 minggu setelah persalinan)
Tujuan: sama dengan kunjungan II
d. Kunjungan IV ( 6 minggu setelah persalinan)
Tujuan:
1) Menanyakan pada ibu tentang penyulit yang ia atau bayi alami
2) Memberikan konseling untuk KB secara dini
Asuhan post partum di rumah difokuskan pada pengkajian, penyuluhan
dan konseling. Dalam memberikan asuhan kebidanan di rumah, bidan dan
keluarga diupayakan dapat berinteraksi dalam suasana yang rileks dan
kekeluargaan.
a) Perencanaan Kunjungan Rumah
Dalam memberikan asuhan kebidanan pada perawatan postpartum di
rumah, sebaiknya Bidan :
1) Merencanakan kunjungan rumah dalam waktu tidak lebih dari 24-
48 jam setelah kepulangan klien ke rumah.
2) Pastikan keluarga telah mengetahui rencana mengenai kunjungan
rumah dan waktu kunjungan bidan ke rumah telah direncanakan
bersama anggota keluarga.
3) Menjelaskan maksud dan tujuan kunjungan.
4) Rencanakan tujuan yang ingin dicapai dan menyusun alat dan
perlengkapan yang akan digunakan.
2) Pikirkan cara yang dapat digunakan untuk menciptakan dan
mengembangkan hubungan yang baik dengan keluarga.
3) Melakukan tindakan yang sesuai dengan standar pelayanan
kebidanan dalam memberikan asuhan kepada klien.
4) Buatlah pendokumentasian mengenai hasil kunjungan.
5) Sediakan sarana telepon untuk tindak lanjut asuhan pada klien.
b) Keamanan merupakan hal yang harus dipikirkan oleh bidan pada
saat melakukan kunjungan rumah tanpa menghiraukan dimana bidan
berinteraksi dengan klien. Bagaimanapun bidan harus tetap waspada.
Tindakan kewaspadaan ini, dapat meliputi :

13
1) Mengetahui dengan jelas alamat yang lengkap arah rumah klien.
2) Gambar rute alamat klien dengan peta sebelum berangkat,
perhatikan keadaan di sekitar lingkungan rumah klien sebelum
kunjungan diadakan untuk mengidentifikasi masalah potensial
yang kemungkinan akan muncul.
3) Beritahu rekan kerja anda ketika anda pergi untuk kunjungan dan
beri kabar kepada rekan anda segera setelah kunjungan selesai.
4) Bawalah telepon selular dan yakinkan batere telepon selular anda
telah diisi ulang.
2) membawa cukup uang dan uang recehan untuk menelepon dari
telepon umum jika diperlukan.
3) Menyediakan senter khususnya untuk kunjungan malam hari.
4) Sebaiknya memakai tanda nama pengenal dan kenakan sepatu
yang pantas dan nyaman, serta hindari memakai perhiasan yang
mencolok.
5) Waspada terhadap bahasa tubuh yang diisyaratkan dari siapa saja
yang ada selama kunjungan.
6) Tunjukkan perasaan menghargai di setiap kesempatan.
7) Saat perasaan tidak aman muncul, segeralah akhiri kunjungan.
2. Post Partum Group
Di dalam melaksanakan asuhan pada ibu postpartum di komunitas, salah satunya
adalah dalam bentuk kelompok. Ibu-ibu postpartum dikelompokkan dengan
mempertimbangkan jarak antara satu orang ibu postpartum dengan ibu
postpartum lainnya.
Kegiatan dapat dilaksanakan di salah satu rumah ibu postpartum atau di
Posyandu dan Polindes. Kegiatannya dapat berupa penyuluhan dan konseling
tentang:
a. Kebersihan diri (personal hygiene)
1) Menganjurkan ibu untuk membersihkan seluruh badan (mandi) minimal
2 kali sehari

14
2) Mengajarkan ibu bagaimana membersihkan daerah genitalia dengan
sabun dan air dari arah depan ke belakang
3) Sarankan ibu untuk mengganti pembalut minimal 2-3 kali sehari
4) Sarankan ibu untuk mencuci tangan dengan sabun sebelum dan sesudah
membersihkan genitalia
5) Apabila ibu mempunyai luka bekas episiotomi, maka sarankan ibu untuk
tidak menyentuh daerah luka
b. Istirahat
1) Sarankan ibu untuk beristirahat dengan cukup, sebaiknya ibu istirahat di
saat bayinya sedang tidur
2) Sarankan ibu agar mengerjakan pekerjaan rumah pertahan-lahan
c. Gizi
1) Nasi 200 gram (1 piring sedang)
2) Lauk 1 potong sedang
3) Tahu/tempe 1 potong sedang
4) Sayuran 1 mangkuk sedang
5) Buah1 potong sedang
6) Mengkonsumsi tambahan 500 kalori tiap hari
7) Makanan dengan diet berimbang: protein, mineral, vitamin yang cukup
8) Minum sedikitnya 3 liter per hari (8 gelas sehari)
9) Meminum pil zat besi selama 40 hari pasca persalinan
10) Minum kapsul vitamin A
d. Menyusui
1) Tanda-tanda ASI cukup
a) Bayi kencing setidaknya 6 kali dalam 24 jam
b) Bayi sering BAB, berwama kekuningan “berbiji”
c) Bayi tampak puas, sewaktu-waktu merasa lapar, kemudian bangun
tapi tidur cukup
d) Bayi setidaknya menyusu 10-12 kali dalam 24 jam
b) Payudara terasa kosong setiap kali selesai menyusui
c) Berat badan bayi bertambah

15
Bayi harus diberi ASI setiap kali ia merasa lapar, jika tayi dibiarkan
tidur lebih dari 3-4 jam atau bayi diberi jenis makanan lain atau
payudara tidak dikosongkan dengan baik setiap kali menyusui, maka
"pesan hormonal" yang diterima otak ibu adalah untuk menghasilkan
susu lebih sedikit.
2) Meningkatkan suplai ASI
a) Menyusui bayi setiap 2 Jam, lama ± 10-15 menit
b) Pastikan posisi ibu benar saat menyusui bayinya
c) Susukan bayi dalam keadaan tenang dan suasana yang nyaman
d) Tidurlah bersebelahan dengan bayi
e) Tingkatkan istirahat dan hidrasi
3) Perawatan payudara
a) Menjaga payudara tetap bersih dan kering
b) Gunakan bra yang menyokong
c) Apabila puting susu lecet, keluarkan kolostrum dan oleskan setiap kali
selesai menyusui
d) Apabila lecet sangat berat dapat diistirahatkan selama 24 jam
e) Payudara yang bengkak dapat dikompres hangat selama 5 menit
f) Untuk menghilangkan nyeri, ibu dapat diberikan parasetamol 500 mg
setiap 6-8 jam
e. Lochea
Pembagian lochea antara lain:
1) Lochea rubra (1-3 hari postpartum)
Berwarna merah kehitaman berisi jaringan yang sudah mati
2) Lochea sanguinolenta (3-7 had postpartum)
Berwarna kecoklatan
3) Lochea serosa (7-14 had postpartum)
Berwarna kekuning-kuningan, berisi serum
4) Lochea alba ( 14-40 hari)
Berwarna keputihan

16
f. Involusi uterus
Setelah bayi dilahirkan, uterus yang selama persalinan mengalami kontraksi
dan retraksi akan menjadi keras, sehingga dapat menutup pembuluh darah
besar yang bermuara pada bekas implantasi placenta. Pada involusi uteri,
jaringan ikat dan jaringan otot mengalami proses proteolitik, berangsur-
angsur akan mengecil sehingga akhir kala nifas besarnya seperti semula
dengan berat 30 gram.
g. Senggama
Secara fisik untuk memulai hubungan suami istri, begitu darah merah
berhenti, ibu dapat memasukkan satu atau dua jari ke dalam vagina tanpa
rasa nyeri. Memulai hubungan suami istri tergantung pada pasangannya.
h. Keluarga berencana
Idealnya, pasangan harus menunggu sekurang-kurangnya 2 tahun sebelum
ibu hamil kembali. Pasangan sendirilah yang menentukan kapan ingin
berKB. Tapi sebaiknya segera sebelum 40 hari masa nifas. Tenaga
kesehatan akan memberitahu tentang cara, kelebihan, keuntungan, dau efek
samping dari alat kontrasepsi itu. Meskipun beberapa metode KB
mengandung resiko, penggunaan kontrasepsi aman setelah ibu haid kembali.
D. Asuhan Bayi Baru Lahir Dan Neonatus
Dalam masa nifas ini, bidan mempunyai peran dan tanggung jawab untuk
mendeteksi komplikasi pada ibu untuk melihat perlu atau tidaknya rujukan,
memberikan konseling kepada ibu dan keluarganya mengenai cara mencegah
perdarahan, mengenali tanda-tanda bahaya, memfasilitasi hubungan dan ikatan
batin antara ibu dan bayinya, memulai dan mendorong pemberian ASI.
Bidan di komunitas dapat memberikan asuhan kebidanan selama masa nifas melalui
kunjungan rumah, yang dapat dilakukan pada hari ketiga, minggu kedua dan
minggu keenam setelah persalinan, untuk membantu ibu dalam proses pemulihan
ibu dan memperhatikan kondisi bayi terutama penanganan tali pusat atau rujukan
komplikasi yang mungkin terjadi pada masa nifas, serta memberikan penjelasan
mengenai masalah kesehatan secara umum, kebersihan perorangan, makanan
bergizi, perawatan bayi baru lahir, pemberian ASI, imunisasi dan KB.

17
a. Penatalaksanaan Awal Bayi Baru Lahir
Penatalaksanaan awal dimulai sejak proses persalinan hingga kelahiran bayi,
dikenal sebagai Asuhan Esensial Neonatal yang meliputi:
1) Persalinan bersih dan aman
Selalu menerapkan upaya pencegahan infeksi yang baku (standar) dan di
tatalaksana sesuai dengan ketentuan atau Indikasi yang tepat
2) Memulai/inisiasi pernafasan spontan
Begitu bayi baru lahir segera lakukan inisiasi pernafasan spontan dengan
melakukan penilaian awal, sebagai berikut :
a) Nilai bayi baru lahir secara cepat dan tepat (0-30 detik)
b) Nilai kondisi bayi baru lahir secara cepat dengan menanyakan 4
pertanyaan sebagai berikut:
1) Apakah kehamilan cukup bulan ?
2) Apakah air ketuban jernih, tidak bercampur meconium ?
3) Apakah bayi menangis spontan ?
4) Apakah tonus otot baik ?
Selalu menerapkan upaya pencegahan infeksi yang baku (standar) dan
ditatalaksana sesuai dengan ketentuan atau indikasi yang tepat
Bila keempat jawaban diatas "YA" maka lakukan asuhan bayi baru
lahir normal sebagi berikut;
1) keringkan bayi dengan kain/handuk yang bersih, kering, hangat,
kemudian lingkupi tubuh bayi dengan kain /handuk kering dan
hangat yang lain.
2) Bersihkan mulut dan hidung bayi secukupnya.
Tidak perlu dilakukan penghisapan lender Hangatkan tubuh bayi
(selimuti dengan kain yang kering dan hangat, beri tutup kepala)
Berikan bayi pada ibunya untuk membangun hubungan emosional
dan pemberian asi secara dini
Salah satu jawaban "TIDAK" maka segera lakukan langkah awal
RESUSITASI bayi baru lahir
Rangsangan taktil

18
Upaya ini merupakan cara untuk mengaktifkan berbagai refleks
protektif pada tubuh bayi baru lahir. Mengeringkan tubuh bayi juga
merupakan stimulasi.
3) Stabilitas temperature tubuh bayi/menjaga agar bayi tetap hangat
Jika bayi dalam keadaan basah atau tidak diselimuti, mungkin akan
mengalami hipotermi,meskipun berada dalam ruangan yang relative
hangat. Mekanisme Kehilangan panas pada bayi baru lahir ;
a) Evaporasi : kehilangan panas pada tubuh terjadi karena menguapnya
cairan ketuban pada permukaan tubuh setelah bayi lahir karena tubuh
bayi tidak segera dikeringkan
b) Konduksi : Kehilangan panas melalui kontak langsung antar tubuh
bayi dengan permukaan yang dingin
c) Konveksi : Kehilangan panas yang terjadi pada saat bayi terpapar
dengan udara sekitar yang lebih dingin
d) Radiasi : Kehilangan panas yang terjadi saat bayi ditempatkan dekat
benda yang mempunyai temperature tubuh lebih rendah dari
temperature tubuh bayi
Upaya untuk mencegah kehilangan panas:
1) Keringkan bayi secara seksama
2) Selimuti bayi dengan selimut atau kain bersih, kering dan hangat
3) Tutupi kepala bayi
4) Anjurkan ibu untuk memeluk dan memberikan ASI
5) Jangan segera menimbang atau memandikan bayi baru lahir
setidak-tidaknya 6 jam setelah lahir
6) Tempatkan bayi di lingkungan yang hangat
Saat melakukan persiapan untuk memandikan bayi, ikuti rekomendasi-
rekomendasi berikut :
a) Tunggu sedikitnya enam jam setelah lahir, sebelum memandikan bayi.
b) Sebelum memandikan bayi pastikan bahwa temperature tubuh bayi
telah stabil (temperature aksila antara 36,5 C-37,5 C)
c) Jangan memandikan bayi yang mengalami masalah pernafasan

19
d) Sebelum memandikan bayi, pastikan ruangan tersebut hangat dan
tidak ada hembusan angin.Siapkan handuk bersih dan kering untuk
menyelimuti bayi setelah dimandikan
e) Mandikan bayi secara cepat dengan air bersih dan hangat
f) Segera keringkan bayi dengan menggunakan handuk bersih dan kering
g) Ganti handuk yang basah dan segera selimuti kembali bayi dengan
kain atau selimut bersihdan kering secara longgar. Pastikan bagian
kepala bayi ditutupi dengan baik
h) Tempatkan bayi di tempat tidur yang lama dengan ibunya dan
anjurkan ibu untuk menyusukan bayinya.
Tempatkan bayi di lingkungan yang hangat. Idealnya, segera setelah
lahir bayi harus ditempatkan bersama ibunya di tempat tidur yang
sama. Menempatkan bayi bersama ibu nya adalah cara yang paling
mudah untuk menjaga bayi agar tetap hangat, mendorong upaya untuk
menyusui dan mencegah bayi terpapar infeksi
4) ASI Dini dan Eksklusif
Pastikan bahwa pemberian ASI dimulai dalam 30 menit setelah bayi tahir.
Anjurkan ibu untuk memeluk dan mencoba untuk menyusukan bayinya
segera setelah tali pusat diklem dan dipotong. Tenteramkan ibu bahwa
penolong akan membantu ibu menyusukan bayi setelah plasenta lahir dan
penjahitan laserasi selesai dikerjakan.
Keuntungan pemberian ASI secara dini:
a) Merangsang produksi ASI
b) Memperkuat refleks menghisap (reflek menghisap awal pada bayi
paling kuat dalam beberapa jam pertama setelah lahir. Memulai
pemberian ASI secara dini akan memberikan pengaruh yang positif
bagi kesehatan bayi
c) Mempromosikan hubungan emosional antar ibu dan bayinya
d) Memberikan kekebalan pasif segera kepada bayi melalui kolostrum
e) Merangsang kontraksi uterus
Pedoman Umum Untuk Ibu Menyusui

20
a) Mulai menyusui segera setelah lahir, dalam 30 menit pertama
b) Jangan berikan makanan atau minuman lain kepada bayi (misalnya air
madu, larutan air gula atau pengganti air susu ibu) kecuali ada indikasi
yang jelas (atas alasan-alasan medis). Jarang sekali para ibu tidak
cukup memiliki air susu sehingga bayi memerlukan asupan susu
buatan tambahan (Enkin, et at, 2000)
c) Berikan ASI saja selama enam bulan pertama kehidupan
d) Berikan ASI pada bayi sesuai dengan kebutuhannya, baik siang
maupun malam (delapan kali atau lebih dalam 24 jam) selama bayi
menginginkannya.
5) Pencegahan Infeksl
Bayi baru lahir sangat rentan terhadap infeksi. Saat.melakukan penanganan
bayi baru lahir pastikan untuk melakukan tindakan pencegahan infeksi
berikut ini:
a) Cuci tangan secara seksama sebelum dan setelah melakukan
penanganan bayi baru lahir
b) Pakai sarung tangan bersih pada saat menangani bayi yang belum
dimandikan
c) Pastikan bahwa semua peralatan, termasuk klem gunting dan benang
tali pusat telah didesinfeksi tingkat tinggi atau sterile. Jika
menggunakan bola karet penghisap pakai yang bersih dan baru (Jangan
pernah menggunakan boal karet penghisap dari satu bayi ke bayi yang
lain)
d) Pastikan bahwa semua pakaian, handuk, selimut serta kain yang
digunakan untuk bayi telah dalam keadaan bersih
e) Pastikan bahwa timbangan, pita pengukur, termometer, steteskope dan
benda-benda lainnya yang akan bersentuhan dengan bayi dalam
keadaan bersih (dekontarninasi, cuci, dan keringkan setiap kali setelah
digunakan).
b) Dalam waktu satu jam setelah kelahiran berikan obat tetes mata /salep
pada bayi baru lahir untuk mencegah oftalmia neonatorum, salep mata

21
yang bisa dipakai yaitu tetrasikilin 1%, larutan perak nirat 1% atau
eritromisin 0,5%. Biarkan obatnya tetap dimata bayi jangan dibersihkan
salep atau obat mata yang berada di sekitar rata

Jadwal Kunjungan Ulang


1) 2 jam setelah persalinan Bidan melakukan pemantauan terhadap ibu dan
bayi terhadap terjadinya komplikasi dan memberikan penjelasan
tentang hal-hal yang mempercepat pemulihan kesehatan ibu dan
membantu ibu untuk memulai pemberian ASI
2) 6 jam setelah porsalinanTunggu enam jam atau lebih setelah kelahiran
bayi sebelum dimandikan. Jika bayi mengalami kesulitan
mempertahankan suhu tubuhnya tunda dalam waktu yang lebih lama
lagi untuk memandikan bayi. Periksa suhu tubuh bayi sebelum
memandikannya, suhu tubuh bayi baru lahir harus berkisar antara 36-37
C.
Gunakan air hangat untuk memandikan bayi dan pastikan ruangan
hangat.
Mandikan bayi dengan cepat dan segera keringkan bayi dengan handuk
bersih, hangat dan kering untuk mencegah kehilangan panas tubuh yang
berlebihan.
Periksa suhu tubuh bayi setiap jam jika suhu tubuh bayi tidak naik
segera rujuk bayi kerumah sakit. Anjurkan ibu untuk terus menyusui
bayinya dan pertahankan terus kontak kulit ibu bayi dengan
membiarkan bayi yang diselimuti dalam pelukan ibu.
Beritahu ibu dan keluarga jika dalam 24 jam.bayi tidak mengeluarkan
urine atau mekonium segera rujuk ke Puskesmas atau rumah sakit.
Lakukan pencatatan semua temuan dan perawatan yang diberikan
dengan cermat dan lengkap dalam partograf, kartu ibu dan kartu bayi.
3) Hari ke 3, Minggu ke 2 dan minggu ke 6
Tanyakan pada ibu dan suami/keluarganya jika ada masalah atau
kekhawatiran tentang ibu dan bayinya.

22
1. Cuci tangan sebelum dan sesudah memeriksa ibu dan bayinya
2. Berikan penyuluhan kepada ibu cara merawat bayinya.
3. Periksalah tali pusat bayi
4. Perhatikan kondisi umum bayi, tanyakan pada ibu pemberian ASI,
misalnya bayi tidak mau menyusu, cara bayi menangis, berapa kali
buang air kecil dan besar serta bentuk fecesnya
5. Perhatikan warna kulit bayi apakah ada ikterus atau tidak. Ikterus
pada hari ketiga postpartum adalah fisiologis yang tidak memerlukan
pengobatan. Namun bila icterus terjadi sesudah hari ketiga/kapan
saja, dan bayi malas untuk menyusu dan tampak mengantuk, maka
bayi harus segera dirujuk.
6. Perhatikan apakah bayi menyusu dengan baik (amati apakah ada
kesulitan atau masalah)
7. Nasehati ibu tentang pentingnya pemberian ASI eksklusif sedikitnya
4 sampai 6 bulan.Bicarakan bahaya pemberian unsur makanan
tambahan sebelum bayi berumur 4 bulan
8. Catat dengan tepat semua data yang ditemukan.Jika bayi meninggal
penyebab kematian harus diketahui sesuai dengan standar
kabupaten/pronfnsi/nasional
9. Beritahu ibu jangan memberikan sesuatu apapun pada tali pusat bayi.
Jika ada kemerahan pada pusat, perdarahan atau tercium bau busuk,
bayi segera dirujuk.
10. Beritahu ibu tanda-tanda bahaya pada bayi seperti :
11. Kegagalan menyusu terjadi secara berkala
12. Tidak buang air kecil beberapa kali sehari (kurang dan 6-8 kali
sehari)
13. Bayi kuning
14. Muntah atau diare
15. Merah, bengkak atau keluamya cairan dari tali pusat
16. Demam suhu > 37,5 C

23
BAB IV
PENUTUP
1. Kesimpulan
Pelayanan antenatal adalah pelayanan kesehatan oleh tenaga kesehatan
untuk ibu selama masa kehamilannya, dilaksanakan sesuai dengan standar
pelayanan antenatal yang ditetapkan dalam Standar Pelayanan Kebidanan (SPK).
Pelayanan antenatal yang berkualitas adalah yang sesuai dengan standar
pelayanan antenatal seperti yang ditetapkan dalam buku Standar Pelayanan
Kebidanan (SPK). Pelayanan antenatal sesuai standar meliputi anamnesis,
pemeriksaan fisik (umum dan kebidanan), pemeriksaan laboratorium rutin dan
khusus, serta intervensi umum dan khusus (sesuai risiko yang ditemukan dalam
pemeriksaan). Dalam penerapannya terdiri atas timbang berat badan dan ukur tinggi
badan, ukur tekanan darah, ukur tinggi fundus uteri, skrining status imunisasi
tetanus dan berikan imunisasi Tetanus Toksoid (TT) bila diperlukan, pemberian
tablet zat besi minimal 90 tablet selama kehamilan, test laboratorium (rutin dan
khusus), tata laksana kasus, temu wicara (konseling).
Pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan adalah pelayanan persalinan
yang aman yang dilakukan oleh tenaga kesehatan kompeten, yaitu dokter spesialis
kebidanan, dokter umum dan bidan. Tenaga kesehatan yang dapat memberikan
pertolongan persalinan kepada masyarakat adalah: dokter spesialis kebidanan,
dokter umum dan bidan. Pada kenyataan dilapangan, masih terdapat penolong
persalinan yang bukan tenaga kesehatan, dan dilakukan di luar fasilitas pelayanan
kesehatan. Secara bertahap seluruh persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan di
fasilitas pelayanan kesehatan.
Proses suatu persalinan dikatakan berhasil apabila selain ibunya, bayi yang
dilahirkan juga berada dalam kondisi yang optimal. Memberikan pertolongan
dengan segera, aman dan bersih adalah bagian asensial dari asuhan bayi baru lahir.
Sebagian besar kesakitan dan kematian bayi baru lahir disebabkan oleh asfiksia,
hipotermi dan atau infeksi. Kesakitan dan kematian bayi baru lahir dapat dicegah
bila asfiksia segera dikenali dan ditatalaksana secara adekuat, dibarengi pula
dengan pencegahan hipotermi dan infeksi

24
DAFTAR PUSTAKA

Depkes RI. (1999). Buku Pedoman Pengenalan Tanda Bahaya pada Kehamilan,
Persalinan dan Nifas, Departemen kesehatan, Departemen Dalam Negeri, Tim
Penggerak PKK dan WHO. Jakarta.

Depkes RI. (2002). Standar Pelayanan Kebidanan. Jakarta.

Depkes RI. (2003). Buku Kesehatan Ibu dan Anak. Jakarta.

Pelayanan Obtetri dan Neonatal Emergensi Komprehensif (PONEK) Asuhan Neonatal


Essensial. 2008

Syahlan, J.H. (1996). Kebidanan Komunitas. Yayasan Bina Sumber Daya Kesehatan.

Depkes RI, (2006) Modul Manajemen Terpadu Balita Sakit, Direktorat Bina Kesehatan
Anak, Direktorat Bina Kesehatan Masyarakat, Jakarta.

Depkes RI. (2006). Manajemen BBLR untuk Bidan. Depkes. Jakarta.

Markum. A.H. dkk. (1991). Ilmu Kesehatan Anak. FKUI. Jakarta.

Pelayanan Obtetri dan Neonatal Emergensi Komprehensif (PONEK) Asuhan Neonatal


Essensial. 2008.

Widyastuti, Endang. (2007). Modul Konseptual Frame work PWS-KIA Pemantauan dan
Penelusuran Wilayah Setempat Kesehatan Ibu dan Neonatal. Unicef.

http://enyretnaambarwati.blogspot.com/2010/02/askeb-di-komunitas-baik-di-
rumah.html

http://bahankuliahkesehatan.blogspot.com

25

Anda mungkin juga menyukai