Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH


Istilah “Kristologi” berasal dari bahasa Yunani “Christos/Kristus” dan “logos/ilmu”.
Kristologi merupakan cabang dari ilmu teologi, logos mengenai Kristus, pemikiran dan
ucapannya mengenai Yesus Kristus, sasaran iman kepercayaan Kristen (Groenen, 1992:13).
Kristologi adalah pemahaman dan kesaksian iman yang diekspresikan melalui refleksi
teologis. Di dalam merumuskannya, Kristologi menjadi suatu ungkapan iman yang dibangun
sebagai kerangka berpikir analistis-sintesis manusia. Hal ini terjadi karena Kristologi adalah
juga fides quarens intellectum, yaitu iman yang dapat dipahami secara intelektual atau iman
memberikan pemahaman pada pemikiran intelektual. Kristologi, sebagai bagian teks teologi,
dapat direinterpretasi dan direformulasi guna memperoleh makna yang aktual dan relevan di
setiap kondisi dan bidang kehidupan (Tobing, 2004:6).
Ada berbagai macam kesaksian tentang Yesus Kristus, kesaksian yang teragung dari
semua bukti eksistensi dan realitas yang Mahatinggi adalah wahyu Allah di dalam Yesus
Kristus. “Barangsiapa telah melihat Aku, ia telah melihat Bapa” ( Yohanes 14:9). Kristus
adalah Allah yang dapat dilihat, Allah yang dapat disentuh, Allah yang hidup, Allah yang
berinkarnasi. Yesus adalah Tuhan kita. Satu fakta terbesar yang tidak dapat disangkal di
sepanjang masa adalah Yesus Tuhan kita. Dunia tidak dapat menguburnya, bumi tidak cukup
dalam untuk mengubur-Nya, awan tidak cukup lebar untuk menyelimuti-Nya, dan batu karang
tidak cukup besar untuk menutupi kubur-Nya. Ia bangkit, Dia hidup, Dia naik ke Sorga.
Dia adalah agung. Dia berdiri di antara sejarah manusia. Sebelum Dia disebut tahun-
tahun B.C. (Before Christ atau sebelum 18 Kristus), dan setelah Dia datang disebut tahun-
tahun A.D. atau anno Domini, atau tahun Tuhan kita. Kelahiran dan kematian-Nya merupakan
pusat dari alam semesta. Bangsa-bangsa di Barat menulis dari kiri ke kanan, namun bangsa-
bangsa Timur menulis dari kanan ke kiri, dan di tengah adalah Dia, Dia adalah pusatnya. Ia
adalah Allah yang menyatakan diri-Nya.
Mengenal Yesus sama dengan mengenal Allah; mengasihi Yesus sama dengan
mengasihi Allah; menyembah Yesus sama dengan menyembah Allah; bersujud kepada
Kristus sama dengan bersujud kepada Allah. Ia adalah Allah yang dapat dikenal dan diraba. Ia
adalah manifestasi Allah yang berpribadi kepada kita. Penyataan penuh Allah ditemukan di
dalam Dia.
1|KRISTOLOGI
B. RUMUSAN MASALAH
Berangkat dari latar belakang diatas maka dibuatlah suatu perumusan masalah yang
hendak diteliti sebagai landasan utama dalam makalah. Makalah ini dibuat untuk membahas
“Perkembangan Kurikulum di Indonesia”. Untuk mempermudah tulisan dalam upaya
menghasilkan makalah yang obyektif, maka pembahasannya dirumuskan dalam masalah:
1. Apa itu kristologi?
2. Apa saja kesaksian-kesaksian tentang Kristus?
3. Siapa itu Kristus?
4. Apa saja fakta-fakta tentang Kristus?
C. TUJUAN DAN MANFAAT
Sesuai dengan pokok pemikiran diatas, terdapat tujuan yang hendak dicapai oleh
penulis yaitu merupakan jawaban-jawaban dari masalah-masalah yang dirumuskan
sebelumnya antara lain:
1. Menjelaskan apa itu kristologi.
2. Menyampaikan kesaksian-kesaksian tentang Kristus.
3. Menjelaskan tentang Kristus.
4. Menjelaskan fakta-fakta tentang Kristus
Adapun manfaat dari penulisan ini adalah:
1. Untuk menambah informasi mengenai kristologi.
2. Untuk menambah wawasan pengetahuan tentang siapa itu Kristus

2|KRISTOLOGI
BAB II
PEMBAHASAN

A. YESUS KRISTUS PADA KEKRISTENAN YUNANI


Sementara kekristenan Yahudi selama abad 2 semakin mundur, kepercayaan Kristen
semakin meluas dan berurat-akar di dunia Yunani. Nyatanya kepercayaan Kristen itu hampir
saja secara eksklusif menyebar dalam lingkup Negara Roma dan kebudayaan Yunani.
Kalaupun mungkin bahwa kepercayaan Kristen sudah sampai di Etiopia (bd. Kis. 8:26-40)
dan di India, namun dari penyeberan itu tidak ada bekasnya yang pasti. Mau tidak mau
kepercayaan Kristen mesti menyesuaikan diri dengan lingkup baru itu.
Proses penyesuaian itu tidak dapat tidak juga menjadi ancaman bagi identitas
kepercayaan Kristen dalam konseptualisasi dan pengungkapannya jauh dari seragam. Dan
ketidakseragaman itu terus bertambah besar selama abad 2.
Menjelang akhir zaman rasuli sudah ada usaha untuk membendung sedikit perkembangan itu.
berturut-turut disusun 3 karangan (yang kemudia disebut injil-injil sinoptik) yang menyajikan
semacam ‘riwayat hidup Yesus’. Karangan-karangan itu mengumpulkan, mengolah dan
menyusun sejumlah tradisi sekitar Yesus yang beredar. Dengan jalan itu 2 hal serentak
tercapai. Namun karangan- karangan itu tidak berhasil menjamin persatuan dalam
pengungkapan iman. Di satu pihak lingkup peredaran tiap-tiap karangan terbatas dan tidak
meliputi selurh umat Kristen di sunia Yunani. Bila injil karangan Markus, Matius, dan Lukas
masih berdekatan satu sama lain, injil karangan Yohanes terlalu berbeda.
Kecuali karangan-karangan yang kemudian terkumpul dalam perjanjian baru, umat
Kristen-Yunani sama seperti umat Kristen-Yahudi pada akhir abad 1 dan sepanjang abad 2-3
masih memproduksikan sejumlah besar karangan lain. Karangan-karangan itu biasanya
dikaitkan pada tokoh tertentu dari awal, seorang rasul, ataupun pada semua rasul. Karangan-
karangan itu macam-macam bentuknya: injil, kisah, surat, Wahyu. Karangan-karangan itu di
istilahkan sebagai “pseudepigraph”. Dan kalau tidak berhasil di cantumkan dalam Perjanjian
Baru di istilahkan sebagai “apokrip”. Banyak karangan bersifat esoteric, berarti: teruntuk bagi
kalangan terbatas. Isi karangan itu dikatakan berasal dari tokoh yang di perkenalkan sebagai
“penulis” dan kerap kali “ajaran” itu disampaikan secara rahasia oleh Yesus sendiri,
khususnya di masa ia masih tinggal di bumi setelah bangkit dari antara orang mati. Ada juga
karangan yang lain sifatnya, karangan-karangan I.K. resmi dari salah seorang pemimpin
(misalnya Ignatius dari Antiokhia, Polycarpus, Papias) atau jemaat (misalnya Roma, Smirna).
3|KRISTOLOGI
Meskipun di kemudian hari banyak dari karangan “pseudepigraph” dan “apokrip” itu
dinilai kurang berbobot, gadungan, menyebarkan ajaran sesat dan sebagainya, baiklah diingat
bahwa pada masa karangan itu di edarkan tidak serta merta jelas mana bobot, nilai dan
kewibawaannya. Belum ada tolok ukur berupa kitab suci Perjanjian Baru. Hanya Perjanjian
Lama dianggap berwibawa. Maka keranga yang dipasang oleh kebenaran-kebenaran itu
belum juga jelas dan tidak gampang dipakai. Maka agak sukar membedakan karangan mana
yang sungguh menyalurkan iman kepercayaan Kristen, mana yang tidak menyalurkannya.
Maka selama abad 2 jauh dari jelas mana iman kepercayaan Kristen sejati.
Kepercayaan itu mulai menetap di dunia Yunani, tetapi masih juga mencari bentuknya yang
I.K utuh lengkap. Lama-kelamaan dan melalui banyak bentrokan antara aliran dan kelompok
halnya menjadi jelas. Beberapa karangan yang tercantum dalam Perjanjian Baru sudah
memperlihatkan pergumulan dan bentrokan itu.
Sudah dikatakan di muka bahwa sekitar awal tarikh Masehi dunia Yuanani, khususnya
dibidang keagamaan, serba sinkretis. Dan sinkretisme itu selama abad 1-2-3 tetap ada
bertambah besar. Macam-macam agama, kepercayaan dan aliran filsafa disebarluaskan dan
segala sesuatu dicampuradukkan. Situasi lahir umat Kristen juga kurang menentu. Oleh
lingkungannya mereka kerap kai dicurigai. Sebab kelompok-kelompok Kristen selalu agak
eksklusif dan tertutup dan l.k. mengundurkan diri dari agama resmi. Umumnya masyarakat
Yuanani di bidang religius umat toleran, sehingga setiap kelompok yang kurang toleran,
seperti kelompok-kelompok Kristen, menimbulkan rasa curiga, fitnah dn permusuhan. Dan
penguasa politik pun tidak jarang terkena rasa curiga itu. kadang-kadang pemerintah
bertindak terhadap kelompok-kelompok Kristen. Mereka di cap sebagai “ateis” dan penuh
takhayul dan cabul. Dan memang ada kelompok-kelompk Kristen yang memberi angin
kepada fitnahan dan tuduhan macam itu. menjelang akhir abad 2 juga para cendekiawan mulai
menyerang agama Kristen dengan tulisan-tulisannya.
Sedikit sukar menjelaskan secara tuntas apa itu “gnosis”. Barangkali boleh dikatakan
sebagai berikut: “gnosis” Yunanu itu ialah suatu suasana rohani, “zeitgeist”, yang dengan satu
dan lain cara meresap ke mana-mana dan memperlihatkan diri dalam seratus seribu bentuk
dan rupa, aliran, ajaran dan kelompok. Gnosis itu suatu pandnagan hidup, sikap dan
pandangan terhadap realias secara menyeluruh. Meskipun gnosis bukan suatu “agama”
khusus, cirri religiusnya cukup menyolok.
Dunia yang sesungguhnya, dunia sejati ialah dunia ilahi, suatu prinsip ilahi yang tidak
terjangkau dan tidak tercapai. Antara dunia, prinsip ilahi, itu dan dunia yang diamati dan

4|KRISTOLOGI
dialami manusia terpasang pelbagai tingkat atau lapisan lain yang memang berpangkal pada
yang ilahi, tetapi semakin rendah tingkatnya dan semakin buruk. Tingkat terbawah, tingkat
material yang dialami manusia ialah tingkat yang paling buruk. Manusia sejati, manusia
sebenarnya berciri ilahi, semacam bunga api yang tercetus dari yang ilahi. Penyelamatan
manusia justru pembebasannya dari kurungan itu dan kembalinya manusia sejati kepada asal-
usulnya, yang ilahi. Hanya manusia sejati sudah lama lupa aka nasal-usulnya sehingga malah
tidak tahu lagi siapa dirinya adan apa itu penyelamatannya dan betapa buruk situasinya.
Karena itu manusia sendiri tidak dapat keluar dari penjaranya.
Tetapi yang ilahi, Bapa ilahi, tidak lupa akan apa yang berasal dari diri-Nya, yaitu
manusia. Maka yang ilahi dari tingkat teratas mengutus seorang penyelamat, manusia asli
sejati, yang membawa gnosis yang perlu, menyampaikan “wahyu” yang membuka mata
manusia yang buta dan lupa itu.
Dalam mengutarakan pandangan hidup gnosis itu para penganutnya menggunakan
macam-macam cara. Dari miologi kafir dipinjam konsep, bahasa symbol dan ungkapan.
Dengan mitologi itu asal-usul dunia dengan segala tingkatnya dan segala macam penghuni
tiap-tiap tingkat dijelaskan. Khususnya asal-usul manusia serta hal ihwalnya sehingga masuk
ke dalam keadaan buruknya diteragkan dengan pertolongan mitologi itu. orang-orang Yahudi
yang menganut “gnosis” itu, termasuk mereka yang msduk Kristen, memanfaatkan Kitab Suci
yang di tafsirkan dengan caranya sendiri.
Gnosis dalam bentuk manapun juga menawarkan keselamatan yang kini sudah bisa
diperoleh manusia berkat “gnosis. Dan dengan itu gnosis melayani pesimisme mendalam
yang melanda dunia melanda dunia Yunani-Romawi pada awal tarikh Masehi. Dilain pihak
gnosis memberi petunjuk jalan dan sarana kepada manusia untuk keluar dari situasi buruk itu.
dan dengan itu gnosis melayani kegemaran Yunani akan “ilmu”, pengetahuan, hikmat dan
filsafat.
Jelas pula bahwa gnosis bercirikan individualisme ekstrem. Yang dicari dan
ditawarkan ialah keselamatan tiap-tiap orang secara perorangan, “jiwanya”, manusia
sejatinya. Keselamatan itu mengimplikasikan bahwa orang keluar dari dunia seadanya,
meninggalkan dan menyangkalnya melalui mawas diri, bertapa dan askese ataupun dengan
melepaskan segala kekang yang dipaksa masyarakat, dunia. Kaum gnosis pada prinsipnya
imdividualis, kalaupun mereka membentuk kelompok-kelompok. Pemikiran gnosis tidak
mendatar, tapi tegak lurus. Penyelamatan dan keselamatan berupa ngelmu turun dari atas, dari
dunia ilahi, dan manusia yang selamat naik ke atas melintasi segala tingkat yang terpasang

5|KRISTOLOGI
antara dunia dan yang ilahi. Dan akhirnya gnosis pada prinsipnya a-moral, a-etis. Tata tertib
dan hukum bagi manusia yang terkurung dalam materi dan hawa nafsu (bd. 1 Tim. 1:9),
tetapi si gnostikus mengatasi semuanya itu, bebas dari tata tertib dan hukum.
Selama abad II (dan III) kepercayaan Kristen mesti bergumul dengan gnosis tersebut
yang tersebar luas dan meresap ke mana-mana. Kepercayaan Kristen dan Yahudi pada
dasarnya “optimis” dalam pandangannya terhadap dunia. Maka pada dasarnya dunia itu baik.
Keselamatan manusia tidak bergantung pada “ngelmu” yang diwahyukan, melainkan pada
peristiwa-peristiwa tertentu, khususnya pada peristiwa Yesus, orang Nazaret itu. bukan
“ngelmu”, melainkan iman, andalan pada Allah yang membangkikan Yesus dari antara orang
mati, diminta dari pihak manusia, lain tidak.
Meskipun gnosis bertolak belakang dengan kepercayaan Yahudi dan Kristen, ternyata
daya tariknya kuat sekali bagi orang (Yahudi) Kristen, baik keturunan Yahudi maupun dan
terutama yang Yunani. Sekitar tahun 53 Paulus mesti menghadapi sejumlah orang pada
jemaah di Korintus yang terlalu gemar akan “hikmat” dan “ngelmu” (1 Kor. 1:8-27), sehingga
merasa sudah sepenuh-penuhnya menikmati keselamatan berkat pengalaman actual akan Roh
Kudus (1 Kor. 4:6-13). Merekapun merasa diri bebas dari segala hukum dan aturan (1 Kor.
6:12), oleh karena mempunyai “gnosis” istimewa (1 Kor. 8:1-2). Kebangkitan orang mati
dianggap tidak menguntungkan sedikitpun (1 Kor. 15:12) dan kematian Yesus kurang
dihargai (1 Kor. 1:18, 23). Surat Kol. (2:8; 2:18) dan Ef. (4:14) bergumul dengan sinkretisme
Yunani yang berbau gnosis. Demikian pun Yud. (19) dan 2 Ptr. (2:19-20; 1:16), kitab Wahyu
(2:6, 9, 14-15; 2:14, 24; 3:9) serta surat-surat pastoral (1 Tim. 6:20; 2 Tim. 2:18; Ti. 1:14-15;
1 Tim. 1:4; 4:7) bergumul dengan orang Kristen yang mempropagandakan semacam
“ngelmu” istimewa yang memberi kemerdekaan penuh dan keselamatan definitif, sehingga
perkawinan terlarang, hawa nafsu dilampiaskan oleh yang ber-“ngelmu” dan kebangkitan tak
perlu. Tetapi sementara penulis-penulis itu melawan aliran “gnostis” itu, mereka sendiri
terpengaruh olehnya dan memakai istilah yang laku di kalangan gnostis itu. pengaruh gnosis
itu pun terasa dalam karangan-karangan lain. Contoh yang paling mengesankan ialah “Injil
Thomas”. Injil Thomas itu salah satu dari sekitar 40 naskah yang pada tahun 1945 ditemukan
di Nag-Hamadi di Mesir. Cirri gnostis perpustakaan yang dimiliki sekelompok orang Kristen
itu jelas sekali. Ada karangan gnostis tidak Kristen atau Yahudi, tetapi juga yang berasal dari
orang-orang Kristen keturunan Yahudi. Satu diantaranya justru Injil Thomaas tersebut.
Barangkali injil itu sudah disusun pada akhir abad I atau awal abad II. Sebenarnya Injil itu
hanya sekumpulan perkataan dan wejangan kecil dari Yesus. Yesus digambarkan sebagai

6|KRISTOLOGI
seorang “Guru” yang menyampaikan “gnosis” istimewa dan menjadi Juru Selamat ilahi
dengan membebaskan manusia dari dunia seadanya. Sengsara dan kematian Yesus tidak
sampai disinggung dan juga kedatangan Yesus kelak tidak berperan sama sekali.
Memang perkembangan dalam kristologi selama abad 1 sudah menggeserkan tekanan
dari Yesus, orang Nazaret yang melalui kebangkitan dinyatakan sebagai Anak Allah, kepada
Anak Allah, Firman yang sudah ada sebelum tampil dibumi. Dan pendekatan ini mudah
diterima oleh para penganut gnosis Yunani. Bila orang Kristen yang terkena gnosis mudah
meneerima bahwa Yesus Kristus Anak Allah dengan arti tertentu, termasuk dunia ilahi, yang
turun ke dunia dan menyampaikan wahyu, maka mereka sukar menerima bahwa Ia benar-
benar manusia.
Pendekatan macam itu terhadap Yesus Kristus diistilahkan sebagai doketisme
(dianggap sebagai, tampak sebagai). Betapa kuat doketisme itu terbukti oleh tradisi umat
Islam yang sampai dengan hari ini mempertahankan bahwa yang mati di salib bukan Isa
Almasih, melainkan orang lain, entah Yudas atau Simon dari Kirene ataupun Barabas. Mereka
menyangkal bahwa Anak Allah datang dalam “darah” (mati disalib) (1 Yoh. 5:5-8). Rupanya
orang-orang itu mengembangkan lebih lanjut beberapa unsure yang terkandung dalam
karangan lain dari tradisi yang sama, yaitu Injil Yohanes. Firman yang sejak awal ada dan
menjadi “daging”; Anak (Manusia) yang turun dari atas, daru surge, lalu kembali kepada
Bapa, kepada kemuliaan-Nya semula dan sebagainya.
Doketisme dapat tampil dalam pelbagai bentuk, lebih kurang kasar atau halus.
Kadang-kadang Kristus hanya memunyai rupa badan, lain kali Kristus surgawi (penyelamat)
dibedakan dengan Yesus yang mempunyai badan, tetapi untuk sementara waktu “didiami”
oleh Kristus surgawi. Kalau diraba-raba kadang-kadang Yesus dirasakan keras, tetapi kadang-
kadang juga tidak dirasakan sama sekali.
Berhadapan dengan gnosis/doketisme 1 Yoh. sangat menekankan historitas Yesus
Kristus dan realitas kematian-Nya. Yesus Anak Allah (1 Yoh. 5:5) dan sama dengan Kristus
(1 Yoh. 2:22; 5:1). Dan Anak Allah datang dalam daging (1 Yoh. 4:2), dalam “air” dan
“darah” (1 Yoh. 5:8), berarti: seluruh eksisensi keduniaan Yesus Kristus, termasuk kematian-
nya. Firman Allah sendiri pernah dilihat, didengar dan diraba-raba didunia ini (1 Yoh. 1:1-3).
Penyelamatan tidak terlaksana oleh “ngelmu”, gnosis, melainkan oleh Yesus yang menjadi
penyilih dosa kita dan dosa dunia melalui kematian-Nya (1 Yoh. 1:7; 2:2; 4:10; 3:5).
Pergumulan dengan gnosis berupa doketisme diteruskan oleh Ignatius, uskup
Antiokhia (± 110). Ignatius menentang gnosis (berupa doketisme), namun demikian alam

7|KRISTOLOGI
pikirannya Yunani dan malah berdekatan dengan alam pikiran yang tampil pada para gnostik
dan dalam karangan-karangan dari tradisi Yohanes.
B. PENYATAAN ALLAH
1. ALLAH MENYATAKAN DIRI-NYA DENGAN MENJELMA MENJADI
MANUSIA
Allah mempresentasikan diri-Nya sendiri dengan mengenakan daging manusiawi pada
diri-Nya sendiri. Mujizat yang paling agung dari semua mujizat yang Tuhan Allah buat adalah
bahwa Ia sendiri datang menjadi manusia. Itu adalah kebenaran yang melampaui pikiran kita
untuk dapat kita pahami. Misteri kebaikan-Nya adalah bahwa Allah menyatakan diri di dalam
daging.
(Yohanes 1:1, 14). Allah menyatakan diri di dalam daging. Seringkali keillahian
Tuhan kita terpancar dari diri-Nya ketika Ia menjadi manusia. Di gunung Hermon ketika Ia
dimuliakan di hadapan ketiga murid-Nya yang paling dekat dengan Dia dan pakaian serta
wajah-Nya bersinar seperti cahaya matahari dan pakaian-Nya menjadi seputih salju. Keilahian
Allah bersinar melalui tubuh-Nya ketika Ia menjadi manusia.
Ketika Ia tidur di perahu, murid-murid membangunkan Dia di tengah hantaman deru
ombak dan berseru kepada-Nya, “Guru tidak pedulikah Engkau jika kita binasa?” Kemudian
catatan selanjutnya mengatakan, “Ia pun bangun, menghardik angin itu dan berkata kepada
danau itu: “Diam! Tenanglah!” (Markus 4:38b- 39a). Keilahian Allah bersinar melalui
selubung daging-Nya.
Ketika para prajurit menangkap Dia, mereka berkata, “Kami mencari Yesus dari
Nazaret.” Yesus berkata kepada mereka, “Akulah Dia …” Kemudian apa yang terjadi?
“Ketika Ia berkata kepada mereka: “Akulah Dia,” mundurlah mereka dan jatuh ke tanah.”
(Yohanes 18:6). Keilahian Tuhan bersinar melalui selubung daging yang dikenakan-Nya.
Kitab Ibrani mengatakan bahwa dalam tubuh-Nya yang telah dimuliakan itu, Ia masuk
ke dalam kemuliaan dan membuat jalan bagi kita untuk masuk ke dalamnya. Oh betapa
agungnya penyataan Allah ketika Ia mengenakan bagi diri-Nya sendiri tubuh manusia!
2. ALLAH MENYATAKAN DIRI-NYA SENDIRI DI DALAM PENGALAMAN
MANUSIA
Allah menyatakan diri-Nya sendiri di dalam pemeliharaan dan pengalaman-
pengalaman kehidupan kita. Kita melihat Dia yang tidak kelihatan, kadang-kadang di dalam
tragedi-tragedi yang sangat menyedihkan dan air mata dalam kehidupan kita.

8|KRISTOLOGI
Ada seseorang yang tidak memiliki waktu untuk Allah atau gereja. Ia terlalu sibuk.
Anaknya yang masih kecil pergi ke Sekolah Minggu. Suatu hari ada seorang anak kecil teman
dari anaknya ini, mengetuk pintu rumahnya. Bisnismen ini kemudian membukakan pintu dan
kemudian anak itu menjelaskan kepadanya, “Anak anda menaiki sepedanya turun ke jalan dan
sebuah mobil telah menabraknya!” Sang ayah itu langsung lari turun ke jalan dan di sana ia
melihat sepeda anaknya rusak dan berlumuran darah. Ia bertanya kepada teman-temannya
yang berkumpul di situ, “Di manakah anakku?” mereka menjawab: “Kami tidak tahu, mobil
yang menabraknya membawanya pergi.”
Laki-laki itu kemudian segera lari pulang ke rumahnya dan mulai menelpon semua
Rumah Sakit di kota itu “Apakah anda menemukan anak laki-laki kecil yang terluka yang
mungkin baru saja anda terima?” Akhirnya salah satu dari Rumah Sakit itu menjawab, “Ya, ia
ada di sini.” Sang ayah itu kemudian menuju ke rumah sakit itu. Di sana terbaring anaknya
yang sedang terluka parah. Ketika ia duduk di samping anak itu, ia memegangi tangan
anaknya.
Anak kecil itu berkata kepada ayahnya, “Daddy, berdoalah.” Sang ayah menjawab,
“Nak saya tidak dapat berdoa.” Anak kecil itu berkata, “Tolong Daddy, berdoalah.” Dan ayah
itu menjawab, “Nak saya tidak tahu bagaimana caranya berdoa!” Anak kecil itu berkata,
“Daddy, di Sekolah Minggu saya belajar bagaimana berdoa, maukah Daddy berdoa bersama
saya?” Anak itu mulai memimpin doa, “Bapa kami yang di Sorga.” Sang ayah mengikuti doa
anaknya itu, “Bapa kami yang ada di Sorga.” “Dimuliakanlah nama-Mu.” Dan sang ayah
mengikutinya, “Dimuliakanlah namaMu.” Anak kecil itu melanjutkan doanya, “Datanglah
kerajaanMu.” Sang ayah kembali mengikuti, “Datanglah kerajaanMu.” Kemudian anak kecil
itu melanjutkan doanya, “Jadilah kehendakMu.” Tetapi sang ayah menolak untuk
mengucapkan kata “Jadilah kehendakMu.” Ayahnya itu menolaknya. Anak kecil itu
kemudian berkata, “Daddy, berdoalah seperti itu, katakanlah itu, „jadilah kehendakMu‟.”
Ketika ayahnya tetap menolak, tangan anak kecil itu kemudian mulai lemas. Sang ayah
melihat wajah anaknya dan ia telah pergi! Ayah itu kemudian tersungkur ke lantai dan di
dalam kesedihan yang luar biasa dan air matanya yang terus bercucuran ia menaikkan doa itu,
“Jadilah kehendakMu!” Pada saat itu juga Allah masuk ke dalam jiwanya dan ia mengalami
pertobatan yang sungguh ajaib dan mulia.

9|KRISTOLOGI
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Trinitas atau Tritunggal disebutkan oleh Rasul Paulus ketika dia menulis suratnya
kepada jemaat di Korintus. Ini adalah ucapan salam atau doa berkat yang didasarkan pada ke-
Tritunggalan Allah. “Kasih karunia Tuhan Yesus Kristus, dan kasih Allah, dan persekutuan
Roh Kudus menyertai kamu sekalian.”
Kita hidup di tengah-tengah misteri yang tidak dapat dipahami. Kita sendiri
merupakan bagian dari misteri itu. Bahkan anda mungkin tidak bisa memahami tentang
misteri diri anda sendiri. Kadang-kadang baik Alkitab, Tuhan Yesus maupun Rasul Paulus
berbicara tentang manusia sebagai dikotomi. Alkitab kadang-kadang menjelaskan kepada kita
bahwa manusia terdiri dari psuche dan soma, atau jiwa dan tubuh. Tetapi yang menjadi
pertanyaan adalah bagaimana mungkin jiwa dan tubuh itu bersatu atau antara roh dan materi
menjadi satu sehingga menjadi manusia.
B. SARAN
Perlunya penambahan atau perbanyakan literature mengenai Kristologi. Karena dapat
menambah kasanah pengetahuan tentang penyataan Allah melalui Kristus dan fakta-fakta
tentang Kristus.

10 | K R I S T O L O G I
DAFTAR PUSTAKA
Groenen, ofm, Dr. C. 2009. Sejarah Dogma Kristologi Perkembangan Pemikiran Tentang
Yesus Kristus Pada Umat Kristen. Yogyakarta. Penerbit Kanisius.
Criswell, Dr. W.A. & Peter Purwanto, Dr. Eddy. 2006. PENCIPTA & PENEBUS (TEOLOGI
& KRISTOLOGI). Tangerang. STT Philadelpia

11 | K R I S T O L O G I

Anda mungkin juga menyukai