Kristologi Clear
Kristologi Clear
PENDAHULUAN
2|KRISTOLOGI
BAB II
PEMBAHASAN
4|KRISTOLOGI
dialami manusia terpasang pelbagai tingkat atau lapisan lain yang memang berpangkal pada
yang ilahi, tetapi semakin rendah tingkatnya dan semakin buruk. Tingkat terbawah, tingkat
material yang dialami manusia ialah tingkat yang paling buruk. Manusia sejati, manusia
sebenarnya berciri ilahi, semacam bunga api yang tercetus dari yang ilahi. Penyelamatan
manusia justru pembebasannya dari kurungan itu dan kembalinya manusia sejati kepada asal-
usulnya, yang ilahi. Hanya manusia sejati sudah lama lupa aka nasal-usulnya sehingga malah
tidak tahu lagi siapa dirinya adan apa itu penyelamatannya dan betapa buruk situasinya.
Karena itu manusia sendiri tidak dapat keluar dari penjaranya.
Tetapi yang ilahi, Bapa ilahi, tidak lupa akan apa yang berasal dari diri-Nya, yaitu
manusia. Maka yang ilahi dari tingkat teratas mengutus seorang penyelamat, manusia asli
sejati, yang membawa gnosis yang perlu, menyampaikan “wahyu” yang membuka mata
manusia yang buta dan lupa itu.
Dalam mengutarakan pandangan hidup gnosis itu para penganutnya menggunakan
macam-macam cara. Dari miologi kafir dipinjam konsep, bahasa symbol dan ungkapan.
Dengan mitologi itu asal-usul dunia dengan segala tingkatnya dan segala macam penghuni
tiap-tiap tingkat dijelaskan. Khususnya asal-usul manusia serta hal ihwalnya sehingga masuk
ke dalam keadaan buruknya diteragkan dengan pertolongan mitologi itu. orang-orang Yahudi
yang menganut “gnosis” itu, termasuk mereka yang msduk Kristen, memanfaatkan Kitab Suci
yang di tafsirkan dengan caranya sendiri.
Gnosis dalam bentuk manapun juga menawarkan keselamatan yang kini sudah bisa
diperoleh manusia berkat “gnosis. Dan dengan itu gnosis melayani pesimisme mendalam
yang melanda dunia melanda dunia Yunani-Romawi pada awal tarikh Masehi. Dilain pihak
gnosis memberi petunjuk jalan dan sarana kepada manusia untuk keluar dari situasi buruk itu.
dan dengan itu gnosis melayani kegemaran Yunani akan “ilmu”, pengetahuan, hikmat dan
filsafat.
Jelas pula bahwa gnosis bercirikan individualisme ekstrem. Yang dicari dan
ditawarkan ialah keselamatan tiap-tiap orang secara perorangan, “jiwanya”, manusia
sejatinya. Keselamatan itu mengimplikasikan bahwa orang keluar dari dunia seadanya,
meninggalkan dan menyangkalnya melalui mawas diri, bertapa dan askese ataupun dengan
melepaskan segala kekang yang dipaksa masyarakat, dunia. Kaum gnosis pada prinsipnya
imdividualis, kalaupun mereka membentuk kelompok-kelompok. Pemikiran gnosis tidak
mendatar, tapi tegak lurus. Penyelamatan dan keselamatan berupa ngelmu turun dari atas, dari
dunia ilahi, dan manusia yang selamat naik ke atas melintasi segala tingkat yang terpasang
5|KRISTOLOGI
antara dunia dan yang ilahi. Dan akhirnya gnosis pada prinsipnya a-moral, a-etis. Tata tertib
dan hukum bagi manusia yang terkurung dalam materi dan hawa nafsu (bd. 1 Tim. 1:9),
tetapi si gnostikus mengatasi semuanya itu, bebas dari tata tertib dan hukum.
Selama abad II (dan III) kepercayaan Kristen mesti bergumul dengan gnosis tersebut
yang tersebar luas dan meresap ke mana-mana. Kepercayaan Kristen dan Yahudi pada
dasarnya “optimis” dalam pandangannya terhadap dunia. Maka pada dasarnya dunia itu baik.
Keselamatan manusia tidak bergantung pada “ngelmu” yang diwahyukan, melainkan pada
peristiwa-peristiwa tertentu, khususnya pada peristiwa Yesus, orang Nazaret itu. bukan
“ngelmu”, melainkan iman, andalan pada Allah yang membangkikan Yesus dari antara orang
mati, diminta dari pihak manusia, lain tidak.
Meskipun gnosis bertolak belakang dengan kepercayaan Yahudi dan Kristen, ternyata
daya tariknya kuat sekali bagi orang (Yahudi) Kristen, baik keturunan Yahudi maupun dan
terutama yang Yunani. Sekitar tahun 53 Paulus mesti menghadapi sejumlah orang pada
jemaah di Korintus yang terlalu gemar akan “hikmat” dan “ngelmu” (1 Kor. 1:8-27), sehingga
merasa sudah sepenuh-penuhnya menikmati keselamatan berkat pengalaman actual akan Roh
Kudus (1 Kor. 4:6-13). Merekapun merasa diri bebas dari segala hukum dan aturan (1 Kor.
6:12), oleh karena mempunyai “gnosis” istimewa (1 Kor. 8:1-2). Kebangkitan orang mati
dianggap tidak menguntungkan sedikitpun (1 Kor. 15:12) dan kematian Yesus kurang
dihargai (1 Kor. 1:18, 23). Surat Kol. (2:8; 2:18) dan Ef. (4:14) bergumul dengan sinkretisme
Yunani yang berbau gnosis. Demikian pun Yud. (19) dan 2 Ptr. (2:19-20; 1:16), kitab Wahyu
(2:6, 9, 14-15; 2:14, 24; 3:9) serta surat-surat pastoral (1 Tim. 6:20; 2 Tim. 2:18; Ti. 1:14-15;
1 Tim. 1:4; 4:7) bergumul dengan orang Kristen yang mempropagandakan semacam
“ngelmu” istimewa yang memberi kemerdekaan penuh dan keselamatan definitif, sehingga
perkawinan terlarang, hawa nafsu dilampiaskan oleh yang ber-“ngelmu” dan kebangkitan tak
perlu. Tetapi sementara penulis-penulis itu melawan aliran “gnostis” itu, mereka sendiri
terpengaruh olehnya dan memakai istilah yang laku di kalangan gnostis itu. pengaruh gnosis
itu pun terasa dalam karangan-karangan lain. Contoh yang paling mengesankan ialah “Injil
Thomas”. Injil Thomas itu salah satu dari sekitar 40 naskah yang pada tahun 1945 ditemukan
di Nag-Hamadi di Mesir. Cirri gnostis perpustakaan yang dimiliki sekelompok orang Kristen
itu jelas sekali. Ada karangan gnostis tidak Kristen atau Yahudi, tetapi juga yang berasal dari
orang-orang Kristen keturunan Yahudi. Satu diantaranya justru Injil Thomaas tersebut.
Barangkali injil itu sudah disusun pada akhir abad I atau awal abad II. Sebenarnya Injil itu
hanya sekumpulan perkataan dan wejangan kecil dari Yesus. Yesus digambarkan sebagai
6|KRISTOLOGI
seorang “Guru” yang menyampaikan “gnosis” istimewa dan menjadi Juru Selamat ilahi
dengan membebaskan manusia dari dunia seadanya. Sengsara dan kematian Yesus tidak
sampai disinggung dan juga kedatangan Yesus kelak tidak berperan sama sekali.
Memang perkembangan dalam kristologi selama abad 1 sudah menggeserkan tekanan
dari Yesus, orang Nazaret yang melalui kebangkitan dinyatakan sebagai Anak Allah, kepada
Anak Allah, Firman yang sudah ada sebelum tampil dibumi. Dan pendekatan ini mudah
diterima oleh para penganut gnosis Yunani. Bila orang Kristen yang terkena gnosis mudah
meneerima bahwa Yesus Kristus Anak Allah dengan arti tertentu, termasuk dunia ilahi, yang
turun ke dunia dan menyampaikan wahyu, maka mereka sukar menerima bahwa Ia benar-
benar manusia.
Pendekatan macam itu terhadap Yesus Kristus diistilahkan sebagai doketisme
(dianggap sebagai, tampak sebagai). Betapa kuat doketisme itu terbukti oleh tradisi umat
Islam yang sampai dengan hari ini mempertahankan bahwa yang mati di salib bukan Isa
Almasih, melainkan orang lain, entah Yudas atau Simon dari Kirene ataupun Barabas. Mereka
menyangkal bahwa Anak Allah datang dalam “darah” (mati disalib) (1 Yoh. 5:5-8). Rupanya
orang-orang itu mengembangkan lebih lanjut beberapa unsure yang terkandung dalam
karangan lain dari tradisi yang sama, yaitu Injil Yohanes. Firman yang sejak awal ada dan
menjadi “daging”; Anak (Manusia) yang turun dari atas, daru surge, lalu kembali kepada
Bapa, kepada kemuliaan-Nya semula dan sebagainya.
Doketisme dapat tampil dalam pelbagai bentuk, lebih kurang kasar atau halus.
Kadang-kadang Kristus hanya memunyai rupa badan, lain kali Kristus surgawi (penyelamat)
dibedakan dengan Yesus yang mempunyai badan, tetapi untuk sementara waktu “didiami”
oleh Kristus surgawi. Kalau diraba-raba kadang-kadang Yesus dirasakan keras, tetapi kadang-
kadang juga tidak dirasakan sama sekali.
Berhadapan dengan gnosis/doketisme 1 Yoh. sangat menekankan historitas Yesus
Kristus dan realitas kematian-Nya. Yesus Anak Allah (1 Yoh. 5:5) dan sama dengan Kristus
(1 Yoh. 2:22; 5:1). Dan Anak Allah datang dalam daging (1 Yoh. 4:2), dalam “air” dan
“darah” (1 Yoh. 5:8), berarti: seluruh eksisensi keduniaan Yesus Kristus, termasuk kematian-
nya. Firman Allah sendiri pernah dilihat, didengar dan diraba-raba didunia ini (1 Yoh. 1:1-3).
Penyelamatan tidak terlaksana oleh “ngelmu”, gnosis, melainkan oleh Yesus yang menjadi
penyilih dosa kita dan dosa dunia melalui kematian-Nya (1 Yoh. 1:7; 2:2; 4:10; 3:5).
Pergumulan dengan gnosis berupa doketisme diteruskan oleh Ignatius, uskup
Antiokhia (± 110). Ignatius menentang gnosis (berupa doketisme), namun demikian alam
7|KRISTOLOGI
pikirannya Yunani dan malah berdekatan dengan alam pikiran yang tampil pada para gnostik
dan dalam karangan-karangan dari tradisi Yohanes.
B. PENYATAAN ALLAH
1. ALLAH MENYATAKAN DIRI-NYA DENGAN MENJELMA MENJADI
MANUSIA
Allah mempresentasikan diri-Nya sendiri dengan mengenakan daging manusiawi pada
diri-Nya sendiri. Mujizat yang paling agung dari semua mujizat yang Tuhan Allah buat adalah
bahwa Ia sendiri datang menjadi manusia. Itu adalah kebenaran yang melampaui pikiran kita
untuk dapat kita pahami. Misteri kebaikan-Nya adalah bahwa Allah menyatakan diri di dalam
daging.
(Yohanes 1:1, 14). Allah menyatakan diri di dalam daging. Seringkali keillahian
Tuhan kita terpancar dari diri-Nya ketika Ia menjadi manusia. Di gunung Hermon ketika Ia
dimuliakan di hadapan ketiga murid-Nya yang paling dekat dengan Dia dan pakaian serta
wajah-Nya bersinar seperti cahaya matahari dan pakaian-Nya menjadi seputih salju. Keilahian
Allah bersinar melalui tubuh-Nya ketika Ia menjadi manusia.
Ketika Ia tidur di perahu, murid-murid membangunkan Dia di tengah hantaman deru
ombak dan berseru kepada-Nya, “Guru tidak pedulikah Engkau jika kita binasa?” Kemudian
catatan selanjutnya mengatakan, “Ia pun bangun, menghardik angin itu dan berkata kepada
danau itu: “Diam! Tenanglah!” (Markus 4:38b- 39a). Keilahian Allah bersinar melalui
selubung daging-Nya.
Ketika para prajurit menangkap Dia, mereka berkata, “Kami mencari Yesus dari
Nazaret.” Yesus berkata kepada mereka, “Akulah Dia …” Kemudian apa yang terjadi?
“Ketika Ia berkata kepada mereka: “Akulah Dia,” mundurlah mereka dan jatuh ke tanah.”
(Yohanes 18:6). Keilahian Tuhan bersinar melalui selubung daging yang dikenakan-Nya.
Kitab Ibrani mengatakan bahwa dalam tubuh-Nya yang telah dimuliakan itu, Ia masuk
ke dalam kemuliaan dan membuat jalan bagi kita untuk masuk ke dalamnya. Oh betapa
agungnya penyataan Allah ketika Ia mengenakan bagi diri-Nya sendiri tubuh manusia!
2. ALLAH MENYATAKAN DIRI-NYA SENDIRI DI DALAM PENGALAMAN
MANUSIA
Allah menyatakan diri-Nya sendiri di dalam pemeliharaan dan pengalaman-
pengalaman kehidupan kita. Kita melihat Dia yang tidak kelihatan, kadang-kadang di dalam
tragedi-tragedi yang sangat menyedihkan dan air mata dalam kehidupan kita.
8|KRISTOLOGI
Ada seseorang yang tidak memiliki waktu untuk Allah atau gereja. Ia terlalu sibuk.
Anaknya yang masih kecil pergi ke Sekolah Minggu. Suatu hari ada seorang anak kecil teman
dari anaknya ini, mengetuk pintu rumahnya. Bisnismen ini kemudian membukakan pintu dan
kemudian anak itu menjelaskan kepadanya, “Anak anda menaiki sepedanya turun ke jalan dan
sebuah mobil telah menabraknya!” Sang ayah itu langsung lari turun ke jalan dan di sana ia
melihat sepeda anaknya rusak dan berlumuran darah. Ia bertanya kepada teman-temannya
yang berkumpul di situ, “Di manakah anakku?” mereka menjawab: “Kami tidak tahu, mobil
yang menabraknya membawanya pergi.”
Laki-laki itu kemudian segera lari pulang ke rumahnya dan mulai menelpon semua
Rumah Sakit di kota itu “Apakah anda menemukan anak laki-laki kecil yang terluka yang
mungkin baru saja anda terima?” Akhirnya salah satu dari Rumah Sakit itu menjawab, “Ya, ia
ada di sini.” Sang ayah itu kemudian menuju ke rumah sakit itu. Di sana terbaring anaknya
yang sedang terluka parah. Ketika ia duduk di samping anak itu, ia memegangi tangan
anaknya.
Anak kecil itu berkata kepada ayahnya, “Daddy, berdoalah.” Sang ayah menjawab,
“Nak saya tidak dapat berdoa.” Anak kecil itu berkata, “Tolong Daddy, berdoalah.” Dan ayah
itu menjawab, “Nak saya tidak tahu bagaimana caranya berdoa!” Anak kecil itu berkata,
“Daddy, di Sekolah Minggu saya belajar bagaimana berdoa, maukah Daddy berdoa bersama
saya?” Anak itu mulai memimpin doa, “Bapa kami yang di Sorga.” Sang ayah mengikuti doa
anaknya itu, “Bapa kami yang ada di Sorga.” “Dimuliakanlah nama-Mu.” Dan sang ayah
mengikutinya, “Dimuliakanlah namaMu.” Anak kecil itu melanjutkan doanya, “Datanglah
kerajaanMu.” Sang ayah kembali mengikuti, “Datanglah kerajaanMu.” Kemudian anak kecil
itu melanjutkan doanya, “Jadilah kehendakMu.” Tetapi sang ayah menolak untuk
mengucapkan kata “Jadilah kehendakMu.” Ayahnya itu menolaknya. Anak kecil itu
kemudian berkata, “Daddy, berdoalah seperti itu, katakanlah itu, „jadilah kehendakMu‟.”
Ketika ayahnya tetap menolak, tangan anak kecil itu kemudian mulai lemas. Sang ayah
melihat wajah anaknya dan ia telah pergi! Ayah itu kemudian tersungkur ke lantai dan di
dalam kesedihan yang luar biasa dan air matanya yang terus bercucuran ia menaikkan doa itu,
“Jadilah kehendakMu!” Pada saat itu juga Allah masuk ke dalam jiwanya dan ia mengalami
pertobatan yang sungguh ajaib dan mulia.
9|KRISTOLOGI
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Trinitas atau Tritunggal disebutkan oleh Rasul Paulus ketika dia menulis suratnya
kepada jemaat di Korintus. Ini adalah ucapan salam atau doa berkat yang didasarkan pada ke-
Tritunggalan Allah. “Kasih karunia Tuhan Yesus Kristus, dan kasih Allah, dan persekutuan
Roh Kudus menyertai kamu sekalian.”
Kita hidup di tengah-tengah misteri yang tidak dapat dipahami. Kita sendiri
merupakan bagian dari misteri itu. Bahkan anda mungkin tidak bisa memahami tentang
misteri diri anda sendiri. Kadang-kadang baik Alkitab, Tuhan Yesus maupun Rasul Paulus
berbicara tentang manusia sebagai dikotomi. Alkitab kadang-kadang menjelaskan kepada kita
bahwa manusia terdiri dari psuche dan soma, atau jiwa dan tubuh. Tetapi yang menjadi
pertanyaan adalah bagaimana mungkin jiwa dan tubuh itu bersatu atau antara roh dan materi
menjadi satu sehingga menjadi manusia.
B. SARAN
Perlunya penambahan atau perbanyakan literature mengenai Kristologi. Karena dapat
menambah kasanah pengetahuan tentang penyataan Allah melalui Kristus dan fakta-fakta
tentang Kristus.
10 | K R I S T O L O G I
DAFTAR PUSTAKA
Groenen, ofm, Dr. C. 2009. Sejarah Dogma Kristologi Perkembangan Pemikiran Tentang
Yesus Kristus Pada Umat Kristen. Yogyakarta. Penerbit Kanisius.
Criswell, Dr. W.A. & Peter Purwanto, Dr. Eddy. 2006. PENCIPTA & PENEBUS (TEOLOGI
& KRISTOLOGI). Tangerang. STT Philadelpia
11 | K R I S T O L O G I