Anda di halaman 1dari 1

Sistein pada metallothionein mengikat ikatan hydroxil pada group SH dan mengurangi kerusakan

oksidatif pada molekul penting seperti protein dan DNA (Shestivska, et al. 2011).
Shestivska S, Adam V, Prasek J, Macek T, Mackova M, Havel L, Diopan V, Zehnalek J, Hubalek J,
Kizek R. 2011. Investigation of the antioxidant properties of metallothionein in transgenic tobacco
plants using voltammetry at a carbon paste electrode. Int J Electrochem Sci. 6: 2869–2883.
http://www.electrochemsci.org/papers/vol6/6072869.pdf

Ada dua kelompok protein pengikat logam pada sel tanaman yaitu phytochelatins (PCs) dan
Metallothionein (MT) (Cobbett & Goldsbrough 2002).

Cobbett C dan Goldsbrough P. 2002. Phytochelatins and Metallothioneins: Roles in heavy metal
detoxification and homeostasis. Annu Rev Plant Biol. 53: 159-182.
Doi:10.1146/annurev.arplant.53.100301.135154.

Metallothionein (MT) merupakan protein dengan berat molekul rendah (4 – 8 kDa), kaya akan
residu sistein dengan kemampuan mengikat atom logam dengan membentuk ikatan logam-Cys
(thiolate). Protein ini banyak terdapat pada organisme akuatik dengan konsentrasi MT tertinggi
pada saluran pencernaan dan insang (Morris et al. 1999; Mir et al. 2004; Bernal-Herna´ndez, et al.
2010). Residu sistein pada metallothionein mengikat berbagai jenis logam dengan ikatan
mercaptide.

Hg, Cd dan Pb yang terserap bersama oksigen mengikat gugus sulfur dan nitrogen yang terkandung
di dalam sel lamela insang (Pin et al. 1988; Cowan 1993; Manahan 2003).

Anda mungkin juga menyukai