Anda di halaman 1dari 39

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM

STUDI KELAYAKAN
PROPOSAL USAHA : Budidaya Itik Petelur Mojosari

Oleh :

RESKY GUSTIANA 200110160125


PRITA TIA PRAMESTI 200110160128
RIZKI FAUZI ISMAIL 200110160131

Kelompok : 7
Produksi B

FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
JATINANGOR - SUMEDANG
2019
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang

sudah memberikan karuniaNya pada kelompok ini dalam melaksanakan tugas

praktikum Studi Kelayakan ini. Sehingga akhirnya tersusunlah materi laporan

praktikum yang sistematis. Hal ini penulis lakukan untuk memenuhi tugas

praktikum Studi Kelayakan. Walaupun waktunya cukup singkat, tapi kegiatan ini
menghasilkan sesuatu yang berharga dalam mengaplikasikan efektifitas dan

efisiensi dari perkuliahan yang sedang penulis jalani melalui praktik dalam dunia

kerja yang nyata.

Dengan selesainya laporan praktikum Studi Kelayakan ini, maka tidak lupa

penulis ucapkan terima kasih kepada semua orang yang sudah membantu
kelompok, dan terima kasih juga untuk para pihak yang sudah terlibat langsung.

khususnya penulis ucapkan kepada Ibu Dr.Ir.Linda Herlina, MP dan juga seluruh

anggota kelompok yang sudah saling bahu membahu demi terlaksananya tugas

praktikum yang telah dikerjakan ini.

Penulis mohonkan saran dan kritiknya apabila terdapat banyak kekurangan


pada hasil laporan praktikum Studi Kelayakan yang sudah penulis buat. Semoga

laporan ini memberi banyak kegunaan pada semua pihak termasuk kelompok

penulis. Terima kasih.

Jatinangor , Mei 2019

Penulis

i
DAFTAR ISI

Bab Halaman
KATA PENGANTAR ................................................................... i
DAFTAR ISI .................................................................................. ii
DAFTAR TABEL.......................................................................... iii

I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .......................................................................... 1
1.2 Permasalahan............................................................................. 2
1.3 Model Analisis ......................................................................... 2

II PEMBAHASAN
2.1 Permintaan dan Penawaran ....................................................... 3
2.2 Pangsa Pasar .............................................................................. 4
2.3 Strategi Pemasaran .................................................................... 5

III ASPEK TEKNIS DAN ZOOTEKNIS


3.1 Pemilihan Lokasi....................................................................... 6
3.2 Pekandangan ............................................................................. 7
3.3 Asumsi dan Koefisien Teknis ................................................... 8
3.4 Dinamika Populasi dan Produksi ............................................. 12

IV ASPEK KEUANGAN
4.1 Proyeksi Kebutuhan Investasi ................................................... 13
4.2 Proyeksi Biaya dan Manfaat .................................................... 15
4.3 Proyeksi Cashflow..................................................................... 16

V KELAYAKAN INVESTASI
5.1 Net Present Value (NPV) ......................................................... 18
5.2 B/C Ratio) ................................................................................. 19
5.3 Internal Rate of Return )............................................................ 21
5.4 Profil Rencana Usaha)............................................................... 23

VI ASPEK LINGKUNGAN
6.1 Pendugaan Dampak Lingkungan .............................................. 29
6.2 Strategi Mengatasi Dampak Lingkungan .................................. 30
VII KESIMPULAN DAN SARAN
7.1 Kesimpulan ............................................................................... 33
7.2 Saran ......................................................................................... 33

DAFTAR PUSTAKA .................................................................... 34

ii
DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Produksi Itik di Prov Jabar ..................................................................... 5

2. Asumsi Koefisien Teknis dan Zooteknis................................................ 10

3. Pembayaran Angsuran dgn Bunga Pinjaman ......................................... 16

4. Proyeksi Cash Flow................................................................................ 19

5. Internal Rate of Returns (IRR) ............................................................... 23

6. Pay Back Period (PBP) ......................................................................... 27

7. Break Even Point (BEP) ........................................................................ 29

1
I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Seiring dengan perkembangan zaman, masyarakat mulai sadar akan

pentingnya kebutuhan pangan mereka yang harus terpenuhi. Salah satu faktor yang

paling dilirik oleh masyarakat adalah kebutuhan protein yang dapat dipenuhi oleh

protein nabati maupun protein hewani. Salah satu protein hewani yang memiliki

kebutuhan gizi lengkap dan daya cerna tinggi yaitu telur.


Telur merupakan bahan pangan hewani yang berasal dari terna jenis unggas.

Telur juga menjadi sumber protein utama dan murah bagi masyarakat Indonesia.

Tingginya tingkat permintaan akan telur memberikan peluang yang sangat besar

bagi para peternak untuk mengembangkan usahanya. Telur itik merupakan salah

satu produk pangan yang memiliki gizi yang cukup tinggi dan harga yang ekonomis.
Upaya pengembangan terhadap suatu usaha tentunya tidak dapat lepas pada

masalah kepentingan investasi yang harus diupayakan. Mengupayakan investasi


untuk sebuah usaha perlu melakukan perhitungan studi kelayakan. Hal ini dilakukan

untuk melihat peluang perusahaan dalam jangka panjang, mengingat bahwa kondisi

yang akan datang dipenuhi dengan ketidakpastian.


Studi kelayakan adalah penelitian yang menyangkut berbagai aspek baik dari

aspek hukum, sosial ekonomi budaya, aspek pasar dan pemasaran, aspek

lingkungan, aspek teknis teknologi sampai dengan aspek keuangan dan

manjemennya, digunakan sebagai dasar dan hasilnya digunakan untuk mengambil

keputusan apakah usaha atau proyek tersebut dapat dilaksanakan, ditunda atau
bahkan tidak dapat dilaksanakan. Kami memaparkan analisis kelayakan usaha itik

2
petelur dengan beberapa pertimbangan mengenai aspek – aspek yang terkait di

dalam suatu usaha sebagai bahan pertimbangan untuk melakukan kerja sama

dengan beberapa pihak investor dalam pengembangan usaha itik petelur.

1.2 Permasalahan
Permasalahan yang terdapat dalam usaha itik di Indonesia khususnya Jawa Barat

adalah banyaknya pesaing-pesaing yang bergerak di bidang ini. Selain itu persaingan harga

di tiap kota berbeda-beda. Hal ini terjadi akibat ketidakseimbangan permintaan dan

penawaran di setiap kota sehingga fruktuasi harga masih sering terjadi. Untuk itu perlunya

peranan pemerintah dalam menangani kasus fluktuasi harga di pasar. Masalah lainnya yang

timbul yaitu saat ini peternakan itik petelur belum ada yang berskala industri sehingga kami

ingin menjadi pelopor untuk pengembangan itik petelur jenis Mojosari sebagai sumber

daya genetik lokal dalam skala besar. Permasalahan lain diantaranya 80% peternak itik

petelur kebanyakan masih gagal dalam menjalankan usahanya karena sebelum

menjalankan usahanya tidak mempertimbangkan studi kelayakan dalam usaha yang

direncanakannya.

1.3 Model Analisis


Model analisis yang digunakan dalam mendirikan usaha peternakan itik

petelur dilihat dari beberapa aspek yaitu aspek pasar dan pemasaran, aspek teknis,

aspek ekonomi dan keuangan, aspek investasi, aspek manfaat, dan aspek
lingkungan.

Alat analisis yang digunakan dalam menentukan kelayakan usaha dan

analisis kriteria investasi diantaranya Net Present Value (NPV), Internal Rate of

Return (IRR), B/C Ratio (Gross B/C dan Net B/C), Payback Period (PBP) dan

3
Break Event Point (BEP). Metode analisis akan memberikan hasil akhir dengan

memberikan kesimpulan apakah usaha tersebut layak dijalankan atau tidak layak

II

ASPEK PASAR DAN PEMASARAN

2.1 Permintaan dan Penawaran


Dalam pembangunan usaha, aspek pasar harus benar-benar diperhatikan.

Sektor pemasaran sangat memegang peranan penting, termasuk permintaan dan

penawaran yang ada di pasar. Tujuan usaha adalah untuk mendapatkan keuntungan

yang maksimal, sedangkan besar kecilnya keuntungan akan diraih tergantung


kepada keberhasilan dalam sektor pemasaran.

Beberapa faktor yang mempengaruhi permintaan dan penawaran pada

peternakan itik petelur adalah:

1. Harga bahan baku (ternak, pakan, dan obat-obatan dan juga biaya produksi

lainnya), semakin tinggi harga bahan baku maka akan meningkatkan biaya
produksi dan akan mempengaruhi terhadap harga jual produk.

2. Tingkat kesadaran masyarakat terhadap kebutuhan protein, hal ini akan

berpengaruh terhadap permintaan produk itik petelur di masyarakat.

3. Kualitas bibit dari itik petelur tersebut sehingga menghasilkan produk


komersil dengan kualitas terbaik. Serta didukung dengan manajemen

kandang yang baik pula.

Tabel 1. Produksi Itik di Provinsi Jawa Barat (2006-2018)

Jenis Ternak Tahun Populasi

2006 2.430.767
ITIK
2007 2.464.623

4
2008 3.583.010

2009 3.632.813

2010 3.688.275

2011 3.884.269

2012 3.853.128

2013 4.213.379

2014 4.912.393

2015 4.983.776

2016 5.543.814

2017 5.600.971

2018 5.656.684
Sumber : Direktorat Jendral Peternakan dan Kesehatan ewan (2018)

Dalam penentuan permintaan dan penawaran dapat dilihat dari


perkembangan peternakan itik dan produksi telur itik di wilayah pulau Jawa.

Permintaan itik dipulau Jawa cukup besar terutama permintaan pada tahun 2018

yang merupakan tahun dengan permintaan terbesar. Berdasarkan data populasi itik
di Pulau Jawa pada tahun 2006-2018 tersebut menunjukkan perkembangan yang

cukup besar terutama di Provinsi Jawa Barat. Hal tersebut sesuai dengan permintaan
yang semakin meningkat setiap tahunnya.

2.2 Pangsa Pasar


Pemasaran hasil produksi berupa DOD dan telur konsumsi akan dipasarkan

ke Pasar Soreang, tempat wisata Gunung Puntang, Situ Cileunca, pasar-pasar besar
di Bandung, dan restoran atau rumah makan besar di beberapa kota yang ada di

Jawa Barat. Selain itu, pemasaran di luar kota pun dilakukan keseluruh wilayah

5
Jawa Tengah, Jawa Timur dan wilayah Jakarta, sedangkan untuk pupuk organik

akan dipasarkan ke petani-petani di daerah Bandung dan sekitarnya. Hasil produk

berupa DOD akan dipasarkan langsung kepada peternak-peternak itik.

2.3 Strategi Pemasaran


Dalam pemasaran hasil produk kami, perusahaan kami akan melakukan
berbagai cara dalam memasarkan produk untuk memenuhi dan mencapai target

pemasaran yang telah ditentukan antara lain dengan cara:

1. Melakukan promosi produk melalui media maupun dengan menjalin

kemitraan dengan peternak-peternak sekitar.

2. Berusaha meningkatkan kualitas produk dengan memperbaiki manajemen


dalam hal pemberian pakan maupun sanitasi kandang.

3. Memberikan pelayanan terbaik kepada konsumen agar konsumen merasa

puas dan ada kepercayaan konsumen.

4. Memberikan bonus 2% untuk konsumen yang membeli produk kita dengan

jumlah banyak (>setengah populasi penjualan).


5. Bekerja sama dengan penjual di pasar tradisional maupun supermarket

untuk menjual produk kami.

6
III

ASPEK TEKNIS DAN ZOOTEKNIS

3.1 Pemilihan Lokasi


Kondisi yang ideal untuk itik petelur adalah daerah yang sejuk dan sedikit

panas. Itik tidak tahan hidup di daerah yang sangat panas. Hal itu karena secara

fisiologi lemak di bawah kulitnya menyebabkan itik kesulitan melakukan sekresi

panas dari dalam tubuhnya. Dari habitat asalnya, itik merupakan ternak air yang
ditandai dengan adanya lemak di bawah kulit. Dengan demikian, itik bisa berenang

di air. Kondisi lingkungan yang cocok untuk itik adalah daerah sejuk dengan suhu
antara 24—31°C dan kelembaban udara 60—65%. Lingkungan yang aman juga

menjadi salah satu kunci keberhasilan beternak itik petelur.

Lokasi untuk beternak itik petelur tentu harus memenuhi persyaratan. Syarat
lokasi kendang itik yang ideal yaitu :

1. Jauh dari pemukiman penduduk dan tidak rawan penggusuran lokasi

peternakan

2. Jauh dari peternakan ungags lain untuk menghindari wabah penularan


penyakit

3. Jauh dari kebisingan karena itik sangat peka terhadap suara bising
4. Tanah tempat mendirikan bangunan memiliki drainase yang baik

5. Mudah mendapatkan pakan dan air bersih

6. Mudah diakses alat transportasi

7. Keamanan lingkungan kendang terjamin

8. Terjangkau aliran listrik

9. Kondisi cuaca dan iklim yang memiliki udara sejuk, suhu optimal sekitar
24—31°C dengan kelembaban 60-65%

7
3.2 Perkandangan
Lokasi usaha ternak itik petelur yaitu berada di Mojosari, Mojokerto, Jawa

Timur. Kandang untuk beternak itik idealnya memiliki sirkulasi udara yang cukup,

harus terkena sinar matahari, dan selalu kering dan tidak ada genangan. Kandang

itik pun harus diberi alas berupa jerami padi agar itik tidak langsung terkena
kelembapan tinggi dan debu yang berasal dari tanah. Karena jika langsung

menyentuh tanah, itik dapat terserang penyakit saluran pernapasan yang dapat

mengakibatkan kematian.

Persyaratan perkandangan itik antara lain :


1. Persyaratan temperatur kandang ± 39 derajat°C.

2. Kelembaban kandang berkisar antara 60-65%

3. Penerangan kandang diberikan untuk memudahkan pengaturan kandang


agar tata kandang sesuai dengan fungsi bagian-bagian kandang

4. Model kandang ada 3 (tiga) jenis yaitu:


o kandang untuk anak itik (DOD) oada masa stater bisa disebut juga
kandang box, dengan ukuran 1 m2 mampu menampung 50 ekor
DOD.

o kandang Brower (untuk itik remaja) disebut model kandang


Ren/kandang kelompok dengan ukuran 16-100 ekor perkelompok.

o kandang layar ( untuk itik masa bertelur) modelnya bisa berupa


kandang baterei ( satu atau dua ekor dalam satu kotak) bisa juga
berupa kandang lokasi ( kelompok) dengan ukuran setiap meter
persegi 4-5 ekor itik dewasa ( masa bertelur atau untuk 30 ekor itik
dewasa dengan ukuran kandang 3 x 2 meter).

5. Kondisi kandang dan perlengkapannya


Kondisi kandang tidak harus dari bahan yang mahal tetapi cukup

8
sederhana asal tahan lama (kuat). Untuk perlengkapannya berupa tempat

makan, tempat minum dan mungkin perelengkapan tambahan lain yang

bermaksud positif dalam managemen

3.3 Asumsi dan Koefisien Teknis

Tabel 2. Asumsi, Koefisien Teknis dan Zooteknis

NO. ASUMSI SATUAN NILAI


1 Ternak bibit

itik jantan harga/ekor 35.000

itik betina layer/pullet harga/ekor 45.000


2 Pakan
Pakan starter Rp/kg/ekor 12.000
pakan grower Rp/kg/ekor 12.000
Pakan Layer Rp/kg/ekor 15.000
3
Vaksin/periode Rp/ekor 1.000
4 Lahan dan Bangunan

a. Kantor Rp/m2 1.500.000

b. Ruang Penetasan Rp/m2 5.000.000

c. Gudang Pakan Rp/m2 1.500.000

d. Lahan Parkir Rp/m2 300.000

e. Pos Keamanan Rp/m2 800.000

h. Pemasangan Pagar Rp/m2 500.000

i. Kandang m2 100.000

J. Lahan m2 300.000

9
k. Cage battere per unit 150.000

l. kandang dod m2 1.000.000


5 Upah Pegawai

a. manajer Rp/orang/hari 300.000

b. anak kandang Rp/orang/hari 80.000


6 Sarana dan Prasarana

lampu unit 20.000

round feeder unit 25.000

drinker unit 20.000

listrik bulan 1.000.000

Mesin tetas unit 400.000

mobil unit 80.000.000

blower unit 400.000

timbangan unit 600.000

bensin liter 6.500

sekam kg 10.000

brooder electric unit 400.000

egg tray unit 15.000


7 Harga Jual

a. telur konsumsi butir 2.500

b. dod ekor 8.000

c. itik afkir ekor 40.000


NO. KOEFISIEN TEKNIS SATUAN NILAI
1 lahan dan bangunan
a. Kantor m2 30

10
b. Ruang Penetasan m2 250
c. Gudang Pakan m2 150
d. Lahan Parkir m2 40
e. Pos Keamanan m2 10
h. Pemasangan Pagar m2 550
i. Kandang m2 500
j. lahan m2 1800
k. Cage battery buah/2ekor 5000
l. kandang dod m2 300
2 pakan
Pakan starter gr/hari/ekor 40
pakan grower gr/hari/ekor 80
Pakan Layer gr/hari/ekor 110
3 vaksinasi ekor 11000
4 sarana dan prasarana
a. egg tray unit/butir 500
b. tempat minum unit/2 ekor 1
c. tempat pakan unit/2 ekor 1
d. mesin tetas unit 1000
e. mobil unit 3
f. lampu unit 1000
k. blower unit 50
timbangan unit 20
bensin liter 100
brooder unit 500
5 upah pegawai
a. manajer Rp/orang/hari 1
b. anak kandang Rp/orang/hari 3
listrik bulan 12
6 ternak bibit
jantan ekor 7000
betina layer ekor 15000
7 bunga bank % 10
NO. KOEFISIEN ZOOTEKNIS SATUAN NILAI
1 umur bertelur bulan 4
2 prod telur harian %/fase 2
3 persentase fertilitas persen 70%
4 persentase daya tetas persen 90%
5 mortalitas bulan/ekor 5

11
6 umur culling/afkir bulan 60%
7 produksi telur bulan 60%
8 sex ratio bulan 50%
9 Fase Starter bulan 1
10 fase grower bulan 4
11 fase layer bulan 3
12 lama pemeliharaan bulan 26
13 puncak produksi bulan 7
14 mortalitas telur tetas persen 5%
15 harapan hidup dod persen 96%

12
3.4 Dinamika Populasi Produksi
Dinamika populasi menggambarkan perkembangan ternak yang tumbuh

selama 5 tahun. Populasi dari tahun ke tahun relatif tidak jauh perbandingannya

karena masa afkir itik petelur ada di bulan ke 16 produksi. Apabila itik di afkir maka

akan digantikan dengan jumlah populasi yang tidak jauh beda seperti tahun
sebelumnya. Tujuan membuat dan menentukan dinamika populasi yaitu :

1. Memberikan kemudahan untuk menghitung jumlah kebutuhan pakan yang

diberikan sehingga dapat memprediksi kebutuhan pakan dan juga harga

dari pakan tersebut.


2. Dapat menentukan biaya pembangunan peternakan seperti : proyeksi
biaya, penyusunan biaya investasi, cashflow dari jumlah total populasi

selama usaha berlangsung.

13
IV

ASPEK KEUANGAN

4.1 Proyeksi Kebutuhan Investasi


Proyeksi keuangan adalah sebuah perencanaan keuangan atau sebuah
anggaran untuk rencana usaha, untuk memperkirakan jumlah biaya yang mungkin

timbul dan proyeksi pendapatan yang akan dihasilkan untuk periode tertentu.

Proyeksi keuangan meliputi dana pembiayaan proyek, biaya dan manfaat serta

proyeksi lainnya. Dana pembiayaan proyek merupakan dana yang dikeluarkan /


digunakan untuk membiayai proyek dari masa konstruksi hingga proyek beroperasi.
Dana proyek dibedakan menjadi dana untuk modal investasi/modal tetap dan dana

untuk modal kerja.

Modal investasi adalah dana awal yang dibutuhkan untuk pengadaan sarana

dan prasarana seluruh kebutuhan proyek yang meliputi pembelian tanah,


pembangunan gedung, pembelian mesin-mesin, alat kantor, furnitur dan lain-lain.

Modal kerja adalah dana yang dibutuhkan untuk operasi perusahaan sehari-hari

dalam membuat produk yang meliputi kebutuhan dana yang tertanam lancar dalam
bentuk piutang usaha, persediaan bahan baku, bahan dalam proses, barang jadi,

bahan bakar dan bahan bantu produksi lainnya. Termasuk sejumlah kas minimum
untuk kebutuhan tak terduga atau transaksi. Dana modal kerja terbagi atas biaya

tetap dan biaya variabel. Dana pembiayaan proyek dapat diukur dengan proyeksi

kebutuhan investasi yang dihitung diawal perencanaan usaha/ proyek.

Proyeksi kebutuhan investasi merupakan perkiraan kebutuhan dana tunai

yang harus tersedia pada tahun awal proyek yaitu untuk kegiatan pembangunan
proyek. Jaya Quack Farm mendapatkan sumber dana sepenuhnya berasal dari

pinjaman Bank Rakyat Indonesia sebesar Rp 5.657.000.000 dengan angsuran

14
selama 5 tahun dengan suku bunga tetap yang ditawarkan sebesar 10% yaitu dengan

biaya Rp 905.120.000/tahun. Perthitungan tersebut dapat dilihat pada tabel 1.

Tabel 3. Pembayaran Angsuran dengan Bunga Pinjaman Tetap

TAHUN 1 2 3 4 5

POKOK 5.657.000.000 4.525.600.000 3.394.200.000 2.262.800.000 1.131.400.000

ANGSURAN 1.131.400.000 1.131.400.000 1.131.400.000 1.131.400.000 1.131.400.000

BUNGA 905.120.000 905.120.000 905.120.000 905.120.000 905.120.000

JUMLAH 2.036.520.000 2.036.520.000 2.036.520.000 2.036.520.000 2.036.520.000

TOTAL 10.182.600.000

Dana pinjaman tersebut akan dipergunakan untuk keperluan perusahaan

mulai dari pembangunan fisik selama masa konstruksi (sewa lahan, pembuatan

bangunan, biaya instalasi, membeli peralatan/ mesin dan biaya perijinan ), kegiatan

operasional perusahaan (seperti modal kerja tetap, pembelian pakan, pembelian


obat-obatan), serta biaya lainnya.

Aset adalah segala sumber daya dan harta yang dimiliki perusahaan untuk

digunakan dalam operasinya. Suatu perusahaan pada umumnya memiliki dua jenis

aset yaitu aset lancar dan aset tetap. Aset lancar umumnya memiliki umur ataupun

tingkat perputaran yang relatif singkat yang biasanya kurang dari satu tahun.
Sedangkan, aset tetap mempunyai masa hidup lebih dari satu tahun, sehingga

penanaman modal dalam aset tetap adalah investasi jangka panjang. Aset ini dapat

berwujud atau tidak berwujud. Aset lancar pada Jaya Quack Farm ini antara lain

uang tunai dan alat pembayaran lainnya yang digunakan untuk membiayai operasi

15
perusahaan dan lain sebagainya. Aset tetap pada Jaya Quack Farm antara lain adalah

peralatan, alat pengangkut (truk), mesin-mesin, instalasi listrik, dan bangunan

perusahaan.

4.2 Proyeksi Biaya dan Manfaat


Proyeksi biaya merupakan perkiraan pembiayaan dalam implementasi
usaha, karena waktu merencanakan dan melaksanakan usaha berbeda, serta

pelaksanaannya pun membutuhkan rentang waktu tertentu (periode analisis)

mengacu pada besaran investasi, jangka waktu pinjaman modal, usia ekonomis

bangunan / peralatan, lama kontrak dengan pihak lain, dan lain sebagainya.

Proyeksi biaya ini terdiri dari biaya tetap (fixed cost) dan biaya tidak tetap (variable
cost).

Biaya tetap Jaya Quack Farm ini terdiri dari biaya pembelian betina layer,

pejantan, pembayaran manajer, anak kandang dan pembelian egg tray. Sedangkan,

biaya variabel terdiri dari biaya pakan, bensin, listrik dan vaksin.

Proyeksi manfaat (benefit) merupakan perkiraan nilai hasil penerimaan


usaha (keuntungan) yang bersumber dari output (produk utama dan produk

sampingan) yang telah dinilai dengan harga masing-masing output tersebut.

Manfaat proyek dapat bersifat social benefit dan financial benefit. Manfaat social

(social benefit) dari usaha/ proyek Jaya Quack Farm ini yaitu menyediakan
lapangan pekerjaan sehingga dapat meningkatkan perekonomian masyarakat

sekitar, meningkatkan sarana dan prasarana yang ada di kawasan peternakan kami,

dan mampu menyediakan sumber bahan (produk sampingan) yang dapat digunakan

bagi pihak yang membutuhkan.

16
Manfaat finansial (financial benefit) dari usaha/ proyek Jaya Quack Farm

ini berasal dari keuntungan produk utama dan produk sampingan. Produk utama

yaitu DOD jantan maupun betina dan telur konsumsi. Sedangkan produk sampingan
yaitu itik afkir. Total keuntungan yang didapatkan dari usaha kami selama 5 tahun

yaitu sebesar Rp. 146.277.362.100.

4.3 Proyeksi Cashflow


Cashflow merupakan laporan keuangan yang berisi pengaruh kas dari

kegiatan operasi, kegiatan transaksi investasi, kegiatan transaksi

pembiayaan/pendanaan, dan kenaikan atau penurunan bersih dalam kas suatu

perusahaan selama periode tertentu. Dengan kata lain, cashflow menggambarkan


posisi keuangan perusahaan yang mencatat arus uang masuk (inflow) dan arus uang

keluar (outflow), serta mencatat jumlah uang pada akhir tahun. Arus uang masuk ke

kas perusahaan umumnya terdiri dari sejumlah dana investasi (saldo awal), nilai

jual produk utama dan sampingan, serta nilai sisa (salvage value) asset tetap

maupun asset bergerak. Arus uang keluar meliputi pengeluaran uang untuk
memenuhi biaya tetap, biaya variabel, angsuran modal pinjaman, dan pajak-pajak.

Proyeksi cashflow Jaya Quack Farm menunjukkan usaha/proyek yang sehat,

dengan solvabilitas dan likuiditas yang baik. Hal ini dapat dilihat berdasarkan arus

inflow dan outflow pada lampiran tabel 2 yang menunjukkan bahwa posisi
keuangan perusahaan kami baik dan sehat yang secara finansial mampu

memberikan pendapatan.

17
Tabel 4. Proyeksi Cash FLow

NO. CASH FLOW 1 2 3 4 5

INFLOW

1 Saldo Awal tahun - 12.915.880.500 36.225.030.800 61.092.817.800 86.654.746.100

2 Modal Pinjaman 5.657.000.000 - - - -

3 Modal Sendiri - - - - -

4 Nilai Jual Produk 16.316.050.500 30.334.920.300 31.032.157.000 30.324.898.300 38.269.336.000

5 Nilai Jual Produk Sampingan - - - - -

TOTAL A 21.973.050.500 43.250.800.800 67.257.187.800 91.417.716.100 124.924.082.100

OUTFLOW

1 Biaya Tetap 1.204.400.000 20.000.000 290.000.000 20.000.000 710.000.000

2 Biaya Tidak Tetap 1.290.650.000 1.575.050.000 1.575.050.000 1.575.050.000 1.575.050.000

3 Kewajiban Bank

a. Bunga Pinjaman 905.120.000 905.120.000 905.120.000 905.120.000 905.120.000

b. Pokok Pinjaman 5.657.000.000 4.525.600.000 3.394.200.000 2.262.800.000 1.131.400.000

TOTAL B 9.057.170.000 7.025.770.000 6.164.370.000 4.762.970.000 4.321.570.000

SALDO AKHIR TAHUN (A-


12.915.880.500 36.225.030.800 61.092.817.800 86.654.746.100 120.602.512.100
B)

18
V

KELAYAKAN INVESTASI

Kelayakan investasi dapat diukur dengan kriteria investasi. Kriteria investasi

menilai sejauh mana gagasan usaha yang direncanakan dapat memberikan benefit, baik
finansial benefit maupun social benefit. Analisis terhadap kriteria investasi bermanfaat

bagi penanam modal, perusahaan atau lembaga keuangan sebagai bahan pertimbangan

dalam mengambil keputusan.

5.1 Net Present Value (NPV)


NPV adalah arus pendapatan bersih (net benefit) yang dinilai dalam waktu

sekarang/ telah didiskon dengan menggunakan social opportunity cost of capital

(SOCC) sebagai discount factor. Net Present Value (NPV) adalah kriteria investasi
yang menunjukkan apakah suatu proyek feasible (layak dijalankan) atau tidak. Apabila

hasil perhitungan NPV lebih besar dari nol, dikatakan usaha/ proyek tersebut feasible

(GO) untuk dilaksanakan, jika lebih kecil dari nol maka tidak layak untuk dilaksanakan,

dan jika sama dengan nol maka penerimaan sama dengan biaya (Ibrahim, 2003).

Secara sistematis, perhitungan NPV adalah sebagai berikut :

𝑛 𝑛
Bi = Benefit tahun ke i
∑ 𝑛𝑛 (1 + 𝑛)−𝑛 − ∑ 𝑛𝑛( 1 + 𝑛 )−𝑛
𝑛=1 𝑛=1 Ci = Biaya tahun ke i
( i + i )-n = Discount faktor

19
Nilai NPV di Jaya Quack Farm ini adalah Rp 115.280.911.600. Angka ini menunjukkan
bahwa keuntungan bersih yang dihasilkan oleh usaha kami sebesar angka tersebut. Hasil

NPV melebihi nol menunjukkan bahwa peternakan kami memiliki pendapatan bersih

yang cukup.Hal ini menandakan bahwa usaha kami di Jaya Quack Farm ini feasible

(layak dijalankan).

5.2 B/C Ratio [Gross B/C dan Net B/C]


5.2.1 Net B/C
Net B/C merupakan perbandingan antara net benefit yang telah di discount

positif dengan net benefit yang telah di discount negatif. Apabila nilai net B/C lebih
dari 1 maka proyek/ usaha tersebut feasible atau go dan apabila nilai net B/C kurang

dari 1 maka proyek/ usaha tersebut tidak feasible atau no go (Ibrahim, 2003). Net B/C

menggambarkan kemampuan benefit bersih dalam menutup seluruh kewajiban.

Nilai Net B/C Jaya Quack Farm adalah 1,03. Nilai ini menunjukkan bahwa

pendapatan bersih yang kami dapatkan mampu menutupi seluruh kewajiban usaha. Hal
ini menunjukkan bahwa usaha di Jaya Quack Farm kami adalah layak atau go untuk

dikerjakan. Hal ini dikarenakan nilai net B/C tersebut lebih dari 1.

5.2.2 Gross B/C


Gross B/C menggambarkan kemampuan benefit menutup seluruh pengeluaran

Gross B/C adalah rasio antara total present value benefit (PVB) dengan total present

value cost (PVC). Gross B/C menggambarkan kemampuan benefit menutup seluruh

20
pengeluaran selama umur proyek. Apabila nilai gross B/C lebih dari 1 maka proyek/
usaha tersebut feasible atau go, nilai gross B/C kurang dari 1 maka proyek/ usaha

tersebut tidak feasible atau no go, dan apabila nilai gross B/C kurang sama dengan 1

maka proyek/ usaha tersebut berada dalam keadaan BEP (Ibrahim, 2003).

Nilai Gross B/C Jaya Quack Farm adalah 8,21. Nilai ini menunjukkan bahwa

pendapatan yang kami dapatkan mampu menutupi seluruh pengeluaran usaha. Hal ini
menunjukkan bahwa usaha di Jaya Quack Farm kami adalah layak dijalankan. Hal ini
dikarenakan nilai gross B/C tersebut lebih dari 1. Data perhitungan NPV, Net B/C dan

Gross B/C terlampir pada tabel 3.

21
5.3 Internal Rate of Return (IRR)
TAHUN I TAHUN II TAHUN III TAHUN IV TAHUN V

Total Biaya Rp 7.112.050.000,00 Rp 1.595.050.000,00 Rp 1.865.050.000,00 Rp1.595.050.000,00 Rp 2.285.050.000,00

Total Benefit Rp 9.204.000.500,00 Rp28.739.870.300,00 Rp 29.167.107.000,00 Rp 28.729.747.300,00 Rp 35.984.286.000,00

Net Benefit Rp 2.091.950.500,00 Rp27.144.820.300,00 Rp 27.302.057.000,00 Rp 17.134.798.300,00 Rp 33.699.236.000,00

DF 10% 0,91 0,83 0,75 0,68 0,62

NPVi Rp 1.901.773.181,82 Rp22.433.735.785,12 Rp 20.512.439.519,16 Rp 18.533.432.347,52 Rp 20.924.574.203,20

Total NPVi Rp80.502.408.673,18 Rp82.404.181.855,00

PvC Rp 6.465.500.000,00 Rp 1.318.223.140,50 Rp 1.401.239.669,42 Rp1.089.440.611,98 Rp 1.418.836.269,26

PvB Rp 8.367.273.181,82 Rp23.751.958.925,62 Rp 21.913.679.188,58 Rp 19.622.872.959,50 Rp 22.343.410.472,46

Total PvC Rp11.693.239.691,15

Total PvB Rp95.999.194.727,97

NPV Rp 115.280.911.600,00

Net B/C 1,03

Gross B/C 8,21 GO/LAYAK (>1)

Tabel 5. Kriteria Investasi


Ukuran kedua dari perhitungan kriteria investasi adalah Internal Rate of Return
(IRR). IRR adalah suatu tingkat discount rate yang menghasilkan NPV sama dengan

nol. Apabila hasil perhitungan IRR lebih besar dari Social Opportunity Cost of Capital
(SOCC) atau discount factor maka dikatakan proyek/ usaha tersebut feasible atau go,

dan sebaliknya bila nilai IRR kurang dari nilai SOCC maka proyek/ usaha tersebut

tidak feasible atau no go (Ibrahim, 2003). IRR menggambarkan kemampuan suatu

22
usaha dalam menanggung nilai bunga yang di bebankan pada usaha tersebut. Semakin
tinggi nilai IRR menunjukkan bahwa usaha tersebut memiliki prospek yang baik.

Secara sistematis, perhitungan IRR adalah sebagai berikut :

NPV1
𝑛𝑛𝑛 = i1 + . (i1 − i2)
NPV1 − NPV2

I1 = Tingkat discount rate yang menghasilkan NPV1


I2 = Tingkat discount rate yang menghasilkan NPV2

NPV1 = NPV bernilai positif mendekati nilai 0 (nol)

NPV2 = NPV bernilai negatif mendekati nilai 0 (nol)

Hasil dari perhitungan IRR dapat dilihat pada tabel 5.


Tabel 6. IRR

TAHUN Net Benefit 10% PvNB 11% PvNB

1 Rp 2.091.950.500,00 0,893 Rp 1.867.812.946,43 0,885 Rp 1.851.283.628,32

2 Rp 27.144.820.300,00 0,797 Rp 21.639.684.550,38 0,783 Rp 21.258.375.988,72

3 Rp 27.302.057.000,00 0,712 Rp 19.433.064.897,28 0,693 Rp 18.921.695.034,36

4 Rp 27.134.798.300,00 0,636 Rp 17.244.654.873,52 0,613 Rp 16.642.279.969,19

5 Rp 33.699.236.000,00 0,567 Rp 19.121.851.523,60 0,543 Rp 18.290.595.174,59

TOTAL Rp 79.307.068.791,20 TOTAL Rp 76.964.229.795,19

(POSITIF) (NEGATIF)

IRR

23,85%

23
Hasil perhitungan IRR pada usaha di Jaya Quack Farm ini adalah sebesar
23,85%. Angka ini menunjukkan bahwa usaha masih dapat berjalan dengan beban

bunga sebesar IRR tersebut. Hasil IRR tersebut lebih besar namun dari Social

Opportunity Cost of Capital (SOCC) naun tidak terlalu jauuh rentang nya. Hal ini

menunjukan bahwa Jaya Quack Farm layak dijalankan (go) untuk dilaksanakan atau

dilanjutkan.

5.4 Profil Rencana Usaha (PBP dan BEP)


5.4.1 Pay Back Period (PBP)
Pay Back Period (PBP) adalah jangka waktu tertentu yang menunjukkan
terjadinya arus penerimaan (cash in flows) secara kumulatif sama dengan jumlah

investasi dalam bentuk present value. Analisis PBP juga digunakan untuk mengetahui

berapa lama usaha/proyek yang dikerjakan baru dapat mengembalikan investasi.

Semakin cepat dalam pengembalian biaya investasi sebuah proyek, maka semakin baik

proyek tersebut karena semakin cepat perputaran modal (Ibrahim, 2003). PBP dengan
kata lain merupakan taksiran kisaran waktu usaha dalam mengembalikan investasi.

Secara sistematis, perhitungan PBP adalah sebagai berikut :

PBP = TP-1 + ∑𝑛𝑛=1 𝑛𝑛 𝑛 𝑛𝑛 − ∑ 𝑛


𝑛 =1 𝑛𝑛 − 1 𝑛 𝑛𝑛

Bp x DF
PBP = Pay Back Period

Tp-1 = Tahun Sebelum Mendapat PBP

I1 = Jumlah investasi

Bi-1 = Jumlah Benefit Sebelum Tahun PBP

24
Bp = Jumlah Benefit Tahun PBP
DF = Discount Factor

25
TAHUN
NO. URAIAN JUMLAH
1 2 3 4 5

1 Investasi 4.617.000.000 20.000.000 290.000.000 20.000.000 710.000.000 5.657.000.000

Biaya

2 Operasional 2.495.050.000 1.575.050.000 1.575.050.000 1.575.050.000 1.575.050.000 8.795.250.000

3 Benefit 16.316.050.500 30.334.920.300 31.032.157.000 30.324.898.300 38.269.336.000 146.277.362.100

4 PV Investasi 4.197.272.727 16.528.926 217.881.292 13.660.269 440.854.139 4.886.197.354

PV Biaya

5 Operasional 2.268.227.273 1.301.694.215 1.183.358.377 1.075.780.343 977.982.130 6.807.042.338

6 PV Benefit 14.832.773.182 25.070.182.066 23.314.918.858 20.712.313.571 23.762.246.742 107.692.434.419

7 Cum. PVB 14.832.773.182 39.902.955.248 63.217.874.106 83.930.187.677 107.692.434.419 309.576.224.632

8 DF 10% 0,909 0,826 0,751 0,683 0,621

PBP 1,603

TAHUN 2

BULAN 1,39 Pembulatan :2

HARI 12

Tabel 7. Pay Back Period (PBP)

26
Nilai PBP Jaya Quack Farm yaitu Jaya Quack Farm adalah sebesar 1,603 . Hal
ini menandakan bahwa dalam waktu 2 tahun 2 bulan 12 hari usaha kami dapat

mengembalikan biaya tetap dan biaya variabel.. Waktu tersebut dapat dikatakan sangat

cepat, sehingga usaha/ proyek Jaya Quack Farm dapat dikatakan sangat baik. Selain

itu, perputaran modal di Jaya Quack Farm ini akan semakin lancar dengan waktu PBP

yang relatif singkat.

5.4.2 Break Even Point (BEP)


Break Even Point atau BEP adalah suatu teknik untuk mempelajari hubungan

antara biaya tetap, biaya variabel dan keuntungan, serta volume aktivitas. Konsep BEP

dapat dilakukan bila biaya perusahaan dibedakan atas biaya tetap dan biaya variable.

Analisis BEP bertujuan untuk menentukan berapa lama waktu yang diperlukan proyek

investasi untuk dapat menutup seluruh biaya.

27
TAHUN
NO. URAIAN JUMLAH
1 2 3 4 5

1 Investasi 4.617.000.000 20.000.000 290.000.000 20.000.000 710.000.000 5.657.000.000

Biaya

2 Operasional 2.495.050.000 1.575.050.000 1.575.050.000 1.575.050.000 1.575.050.000 8.795.250.000

3 Benefit 16.316.050.500 30.334.920.300 31.032.157.000 30.324.898.300 38.269.336.000 146.277.362.100

PV

4 Investasi 4.197.272.727 16.528.926 217.881.292 13.660.269 440.854.139 4.886.197.354

PV Biaya

5 Operasional 2.268.227.273 1.301.694.215 1.183.358.377 1.075.780.343 977.982.130 6.807.042.338

Jumlah

6 Biaya 6.465.500.000 1.318.223.140 1.401.239.669 1.089.440.612 1.418.836.269 11.693.239.691

7 PV Benefit 14.832.773.182 25.070.182.066 23.314.918.858 20.712.313.571 23.762.246.742 107.692.434.419

8 Cum. PVB 14.832.773.182 39.902.955.248 63.217.874.106 83.930.187.677 107.692.434.419 309.576.224.632

9 DF 10% 0,909 0,826 0,751 0,683 0,621

Tabel 8. Break Even Point (BEP)

BEP 0,790

TAHUN 2

BULAN 2 pembulatan (3 bulan)


HARI 14

28
Nilai BEP Jaya Quack Farm adalah sebesar 0,79. Hal ini menandakan bahwa
dalam waktu 2 tahun 3 bulan 14 hari usaha kami dapat mengembalikan biaya tetap dan

biaya variabel. Waktu tersebut dapat dikatakan standar, sehingga usaha/ proyek Jaya

Quack Farm dapat dikatakan sangat baik. Selain itu, perputaran modal di Jaya Quack

Farm ini akan semakin lancar dengan waktu PBP yang relatif singkat.

29
VI

ASPEK LINGKUNGAN

6.1 Pendugaan Dampak Lingkungan


Banyaknya usaha peternakan itik yang berada di lingkungan masyarakat
dirasakan mulai mengganggu warga, terutama peternakan itik yang lokasinya dekat

dengan pemukiman penduduk. Masyarakat banyak mengeluhkan dampak buruk dari


kegiatan usaha peternakan itik petelur karena masih banyak peternak yang

mengabaikan penanganan limbah dari usahanya. Limbah peternakan itik petelur berupa
feses, sisa pakan, air dari pembersihan ternak menimbulkan pencemaran lingkungan

masyarakat di sekitar lokasi peternakan tersebut.

Setiap kegiatan pembangunan peternakan, dimanapun dan kapanpun pasti akan

menimbulkan dampak. Dampak tersebut dapat bernilai positif yang berarti memberi

manfaat bagi kehidupan manusia dan dapat bernilai negatif yaitu timbulnya resiko yang
merugikan masyarakat.

Dampak positif yang memberi manfaat bagi kehidupan manusia:


 Penyerapan tenaga kerja, sehingga tejadinya kesejahteraan dan kemakmuran
rakyat disekitar wilayah peternakan.

 Ketahanan pangan, tersedianya pangan khususnya telur bagi masyarakat


sekitar, tercukupinya protein hewani.

 Kestabilan harga, menunjang dan memperkuat stabilitas nasional yang sehat


dan dinamis dalam rangka memperkokoh ketahanan pangan nasional.

30
 Terjaganya lingkungan, peternak ayam ras petelur yang mengelola limbah
dengan baik akan menciptakan lingkungan yang aman dan nyaman sehingga
tidak ada terjadi konflik antara pemilik peternak dengan msyarakat sekitar.
Dampak negatif yang terjadi bagi lingkungan:

 Masalah pencemaran, limbah dari kotoran peternakan ayam ras petelur jika
tidak dikelola dan ditangani dengan baik akan menimbulkan bau dari feses
ayam tersebut.

 Lingkungan, udara, tanah dan air menjadi tercemar akibat adanya peternakan
yang kurang memperhatikan tentang pengolahan limbah.

 Konflik, terjadinya konflik/gesekan terhadap masyarakat yang kurang setuju


adanya bangunan peternakan disekitar pemukiman warga, sehingga peternakan
yang harus mundur dan mengalah bahkan gulung tikar.

6.2 Strategi Mengatasi Dampak Lingkungan


Pemulihan (recovery) potensi limbah peternakan yang dimaksud dengan

pemulihan sumberdaya limbah peternakan disini adalah bagaimana cara mengkonversi


kembali limbah peternakan menjadi produk yang bermanfaat dan memiliki nilai

ekonomi yang lebih tinggi.

Berdasarkan ilmu pengetahuan dan teknologi limbah peternakan dapat

dikonversi menjadi pupuk organik, bahan bakar dan biomassa protein sel tunggal atau

etanol. Dari ketiga produk tersebut, konversi limbah menjadi pupuk organik paling
sering dilakukan. Dengan dilakukannya konversi limbah peternakan menjadi produk

31
yang bermanfaat, maka selain pencemaran lingkungan hidup dapat diatasi, juga
diperoleh nilai tambah pendapatan bagi pengusaha peternakan.

Selain itu, konversi limbah menjadi pupuk organik akan sangat berperan dalam

pemulihan daya dukung lingkungan, terutama di bidang pertanian. Apalagi dewasa ini

sedang gencar-gencarnya dilakukan upaya pengembangan pertanian organik yang

mensyaratkan penggunaan pupuk organik alami untuk meningkatkan produksi


pertanian. Apabila penggunaan pupuk organik ini berhasil dikembangkan, maka usaha
peternakan sangat potensial sebagai penghasil pupuk organik dan sekaligus dapat

meningkatkan nilai tambah pendapatan yang tidak sedikit. Pengelolaan limbah

peternakan yang ramah lingkungan adalah pengelolaan yang tidak berakibat terhadap

menurunnya daya dukung lingkungan. Dalam pengelolaannya harus diperhatikan hal-


hal sebagai berikut:

1. Cara pengelolaannya berkesinambungan

2. Hasil yang diperoleh dari pengelolaan limbah dapat menjamin proses


berikutnya

3. Teknologi yang digunakan dapat meningkatkan nilai sumber daya limbah yang

dikelola
4. Dampak negatif akibat pengelolaan limbah dapat dihindari

Sesuai dengan potensi yang dimiliki limbah peternakan, pengelolaan yang

ramah lingkungan akan berpengaruh sangat besar terhadap berbagai aktivitas yang

dapat memberi kontribusi keuntungan usaha di bidang pertanian. Selain itu, kualitas

Lingkungan pun akan selalu dapat terjaga, bahkan dimungkinkan dapat meningkat.

Dengan kualitas lingkungan yang baik, kualitas hidup manusiapun menjadi lebih baik

32
sehingga upaya pembangunan di bidang pertanian dapat ditingkatkan. Apabila hal ini
terwujud maka tujuan program Revitalisasi Pertanian, Perikanan dan Kehutanan

dengan mudah dapat dicapai. Ketahanan pangan bagi masyarakat Indonesia dapat

meningkat, sejalan meningkatnya efektifitas, efisiensi dan produktivitas usaha

pertanian.

Pemasaran hasil produksi berupa DOD dan telur konsumsi akan dipasarkan ke
Pasar Soreang, tempat wisata Gunung Puntang, Situ Cileunca, pasar-pasar besar di
Bandung, dan restoran atau rumah makan sekitar lokasi peternakan. Selain itu,

pemasaran di luar kota pun dilakukan keseluruh wilayah Jawa Barat dan wilayah

Jakarta, sedangkan untuk pupuk organik akan dipasarkan ke petani-petani di daerah

Bandung dan sekitarnya. Hasil produk berupa DOD akan dipasarkan langsung kepada
peternak-peternak itik.

33
VII

KESIMPULAN

7.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil perhitungan kelayakan secara finansial dari usaha itik

petelur pada PT. Jaya Quack Farm maka diperoleh skala usaha layer yang kami gagas

adalah industri skala besar. Dengan rata-rata produksi telur 427.207 butir per tahun.
Usaha ini dikatakan sangat layak secara finansial, apabila nilai NPV positif atau nilai

IRR lebih tinggi dari suku bunga kredit. Hal tersebut dibuktikan dengan perhitungan

yang sudah dibuat dan membuktikan bahwa usaha yang akan kami jalankan ini layak

dimana nilai NPV > 0 yaitu Rp 1115.280.911.600,-, IRR > SOCC yaitu 23,85% dan

Net B/C > 1 yaitu 1,03 dan Gross B/C sebesar 8,21 dan Saldo awal tahun yang dimiliki
tidak bersifat minus yang menandakan bahwa usaha yang akan kami jalankan sehat.

7.2 Saran
Diperlukan adanya dukungan pihak pemerintah baik dalam bentuk materil

ataupun non materil serta peningkatan sumber daya yang ada sehingga dapat bersama-
sama membangun dan memajukan industri peternakan di Indonesia yang lebih baik
lagi.

34
DAFTAR PUSTAKA

 Ibrahim, Y. 2003. Studi Kelayakan Bisnis. PT Rineka Cipta, Jakarta.

 Ciptaan, G. 2001. Penilaian Kualitas Ransum Itik yang Mengandung Kulit


Pisang Batu Fermentasi. Jurnal Peternakan dan Lingkungan. Vol.07. No. 3.
Hal. 5.

 Nurzaman. 2002. Perencanaan Wilayah di Indonesia pada Masa Sekitar


Krisis. Penerbit ITB, Bandung.

 Inounu, I. , A. Priyanti, E. Martindah, I.S. Nurhayati dan R. A. Saptati. 2006.


Restrukturisasi Sistem Produksi Perunggasan di Indonesia . Pusat Penelitian
dan Pengembangan Peternakan. Badan Penelitian dan Pengembangan
Pertanian. Bogor.

35

Anda mungkin juga menyukai