Anda di halaman 1dari 15

Kata Pengantar 1

Alhamdulillah Hirabbil Alamin..


Segala puji bagi Allah SWT., Sang Maha Pencipta dan Pengatur alam semesta. Berkat
ridho dan rahmatNya, kami akhirnya mampu menyelesaikan makalah yang berjudul “Konsep
Medis dan Konsep Keperawatan: Kecemasan” tepat pada batas waktu yang telah
ditentukan. Tak lupa pula kami mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing bidang
mata kuliah Keperawatan Jiwa, Ibu Rini Fahriani Zees, S. Kep, Ns, M. Kep yang telah
mengarahkan dan membimbing demi terselesaikannya makalah ini.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu
memberikan referensi dalam penyusunan makalah ini.
Dalam menyusun makalah ini, tidak sedikit kesulitan dan hambatan yang kami alami,
yang menyebabkan masih banyaknya kesalahan dan kekurangan dalam pembahasan materi
yang ada. Oleh karena itu, kami mengharapkan adanya kritikan dan saran yang positif serta
membangun dari seluruh pembaca, agar makalah kami dapat mendatangkan manfaat di masa
yang akan datang.

Gorontalo, 23 Februari 2018

Penulis

1|Kecemasan
Daftar Isi 2

KATA PENGANTAR 1
DAFTAR ISI 2
BAB I: PENDAHULUAN
A. Latar Belakang 3
B. Rumusan Masalah 3
C. Tujuan 3
D. Batasan Masalah 4
BAB II: TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi 5
B. Etiologi 5
C. Rentang Respon 7
D. Gambaran Klinis 8
BAB III: KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian 10
B. Diagnosa Keperawatan 11
C. Intervensi Keperawatan 12

BAB IV: PENUTUP

A. Kesimpulan 14
B. Saran 14

DAFTAR PUSTAKA 15

2|Kecemasan
BAB I 3

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kecemasan atau ansietas merupakan salah satu bentuk emosi individu yang
berkaitan dengan adanya rasa terancam oleh sesuatu, biasanya dengan objek ancaman
yang begitu tidak begitu jelas. Kecemasan dengan intensitas nilai ancaman yang wajar
dapat dianggap memiliki nilai positif sebagai motivasi, tetapi apabila intensitasnya
begitu kuat dan bersifat negatif justru akan menimbulkan kerugian dan dapat
mengganggu terhadap keadaan fisik dan psikis individu yang bersangkutan.
Kecemasan dapat dialami oleh siapapun dan dimanapun serta kapan pun
tergantung dari faktor pencetus dari kecemasan tersebut. Fakta membuktikan bahwa
di seluruh lapisan dunia kecemasan paling banyak terjadi setiap harinya.hal ini
disebabkan semakin kongkretnya masalah yang terjadi saat ini.
Di negara maju, gangguan jiwa berupa ansietas atau kecemasan menempati
posisi pertama dibandingkan dengan kasus lain. Oleh karena itu sebagai seorang
perawat, kita harus benar-benar kritis dalam menghadapi kasus kecemasan yang
terjadi.
Masalah gangguan jiwa yang menyebabkan menurunnya kesehatan mental ini
ternyata terjadi hampir di seluruh negara di dunia. WHO (World Health Organization)
badan dunia PBB yang menangani masalah kesehatan dunia, memandang serius
masalah kesehatan mental dengan menjadikan isu global WHO. WHO mengangkat
beberapa jenis gangguan jiwa seperti Schizoprenia, Alzheimer, epilepsy,
keterbelakangan mental dan ketergantungan alkohol sebagai isu yang perlu
mendapatkan perhatian.

B. Rumusan Masalah
1. Apakah definisi dari kecemasan?
2. Apakah etiologi dari kecemasan?
3. Bagaimana rentang respon kecemasan?
4. Bagaimana gambaran klinis kecemasan?
5. Bagaimana pengkajian yang dilakukan pada pasien cemas?
6. Apa sajakah diagnosa keperawatan pada pasien cemas?
7. Apa sajakah intervensi keperawatan yang diberikan pada pasien cemas?

C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa dapat memberikan asuhan keperawatan pada pasien cemas.
2. Tujuan Khusus
Secara khusus Melaksanakan Kolaborasi dalam Skrining Kesehatan” , ini
disusun agar:

3|Kecemasan
a. Mahasiswa dapat mengetahui definisi kecemasan. 4

b. Mahasiswa dapat mengetahui etiologi kecemasan.


c. Mahasiswa dapat mengetahui rentang respon kecemasan.
d. Mahasiswa dapat mengetahui gamabaran klinis kecemasan.
e. Mahasiswa dapat mengetahui pengkajian pasien cemas..
f. Mahasiswa dapat mengetahui diagnose keperawatan pasien cemas..
g. Mahasiswa dapat mengetahui intervensi keperawatan pasien cemas.

D. Batasan Masalah
Makalah kami terbatas hanya untuk membahas tentang kecemasan.

4|Kecemasan
BAB II 5

PEMBAHASAN
A. Definisi
Kecemasan adalah kekhawatiran yang tidak jelas dan menyebar, yang
berkaitan dengan perasaan tidak pasti dan tidak berdaya. Keadaan ini tidak memiliki
objek yang spesifik. Kecemasan dialami secara subjektif dan dikomunikasikan secara
personal. Kecemasan adalah respon emosional dan merupakan penilaian intelektual
terhadap suatu bahaya (Stuart, 2007). Definisi lain menjelaskan kecemasan
merupakan respon emosi tanpa objek yang spesifik yang secara sujektif dialami dan
dikomunikasikan secara interpersonal. Kecemasan adalah kebingungan, kekhawatiran
pada sesuatu yang akan terjadi dengan penyebab yang tidak jelas dan dihubungkan
dengan perasaan yang tidak menentu dan tidak berdaya (Suliswati, 2005).
Sementara itu Stuart & Laraia (2005) mengartikan kecemasan sebagai
kekhawatiran yang tidak jelas menyebar di alam pikiran dan terkait dengan perasaan
ketidakpastian dan ketidakberdayaan, tidak ada objek yang dapat diidentifikasi
sebagai stimulus kecemasan.

B. Etiologi
Stuart & Laraia (2005) menyatakan ada beberapa teori yang telah
dikembangkan untuk menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi kecemasan,
diantaranya faktor predisposisi dan presipitasi:
a. Faktor predisposisi:
1. Dalam pandangan psikoanalitis, kecemasan adalah konflik
emosional yang terjadi antara dua elemen kepribadian id dan
superego. Id mewakili dorongan insting dan impuls primitive,
sedangkan superego mencerminkan hati nurani dan dikendalikan
oleh norma budaya. Ego atau Aku, berfungsi menengahi tuntutan
dari dua elemen yang bertentangan itu, dan fungsi cemas adalah
mengingatkan ego bahwa ada bahaya.
2. Menurut pandangan interpersonal, kecemasan timbul dari perasaan
takut terhadap ketidaksetujuan dan penolakan interpersonal.
Kecemasan juga berhubungan dengan perkembangan trauma,
seperti perpisahan dan kehilangan, yang menimbulkan kerentanan
tertentu. Individu dengan haraga diri rendah rentan mengalami
kecemasan yang berat.
3. Menurut pandangan perilaku, kecemasan merupakan produk
frustasi yaitu segala sesuatu yang mengganggu kemampuan
individu untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Ahli teori
perilaku lain menganggap kecemasan sebagai suatu dorongan yang
dipelajari berdasarkan keinginan dari dalam diri untuk menghindari
kepedihan. Ahli teori konflik memandang kecemasan sebagai
pertentangan antara dua kepentingan yang berlawanan. Mereka
meyakini adanya hubungan timbal balik antara konflik dan
kecemasan. Konflik menimbulkan kecemasan, dan kecemasan

5|Kecemasan
menimbulkan perasaan tidak berdaya, yang pada gilirannya 6
meningkatkan konflik yang dirasakan.
4. Kajian keluarga menunjukkan bahwa gangguan kecemasan
biasanya terjadi dalam keluarga. Gangguan kecemasan juga
tumpang tindih antara gangguan kecemasan dengan depresi.
5. Kajian biologis menunjukkan bahwa otak mengandung reseptor
khusus untuk benzodiasepin, obat-obatan yang meningkatkan
neuroregulator inhibisi asam gama-aminobutirat (GABA), yang
berperan penting dalam mekanisme biologis yang berhubungan
dengan kecemasan. Kecemasan mungkin disertai dengan gangguan
fisik dan selanjutnya menurunkan kemampuan individu untuk
mengatasi stressor.
b. Faktor presipitasi:
Menurut Stuart & Laraia (2005) kategori faktor pencetus kecemasan
dapat dikelompokkan menjadi dua faktor:
1. Faktor eksternal:
i. Ancaman terhadap integritas fisik meliputi disabilitas
fisiologis yang akan terjadi atau penurunan kemampuan
untuk melakukan aktivitas hidup sehari-hari (penyakit,
trauma fisik, pembedahan yang akan dilakukan).
ii. Ancaman terhadap sistem diri dapat membahayakan
identitas, harga diri, dan fungsi sosial yang terintegrasi pada
individu.
2. Faktor internal:
i. Usia, seseorang yang mempunyai usia lebih muda ternyata
lebih mudah mengalami gangguan akibat kecemasan
daripada seseorang yang lebih tua usianya.
ii. Jenis kelamin, gangguan ini lebih sering dialami oleh
wanita daripada pria. Wanita memiliki tingkat kecemasan
yang lebih tinggi dibandingkan subjek berjenis kelamin
laki-laki. Dikarenakan bahwa perempuan lebih peka dengan
emosinya, yang pada akhirnya peka juga terhadap perasaan
cemasnya.
iii. Tingkat Pengetahuan, dengan pengetahuan yang dimiliki,
seseorang akan dapat menurunkan perasaan cemas yang
dialami dalam mempersepsikan suatu hal. Pengetahuan ini
sendiri biasanya diperoleh dari informasi yang didapat dan
pengalaman yang pernah dilewati individu.
iv. Tipe kepribadian, orang yang berkepribadian A lebih
mudah mengalami gangguan kecemasan daripada orang
dengan kepribadian B. Adapun ciri-ciri orang dengan
kepribadian A adalah tidak sabar, kompetitif, ambisius, dan
ingin serba sempurna.
v. Lingkungan dan situasi, seseorang yang berada di
lingkungan asing ternyata lebih mudah mengalami

6|Kecemasan
7
kecemasan dibanding bila dia berada di lingkungan yang
biasa dia tempati.

C. Rentang Respon
Cemas sangat berkaitan dengan perasaan tidak pasti dan tidak berdaya.
Keadaan emosi ini tidak memiliki objek yang spesifik. Kondisi dialami secara
subjektif dan dikomunikasikan dalam hubungan interpersonal. Cemas berbeda
dengan rasa takut, yang merupakan penilaian intelektual terhadap sesuatu yang
berbahaya. Kapasitas untuk menjadi cemas diperlukan untuk bertahan hidup,
tetapi tingkat cemas yang parah tidak sejalan dengan kehidupan. Rentang respon
kecemasan menggambarkan suatu derajat perjalanan cemas yang dialami individu
(dapat dilihat dalam gambar 2.1)
RENTANG RESPON KECEMASAN

Respon Adaptif Respon Maladaptif

Antisipasi Ringan Sedang Berat Panik

Gambar 2.1 Rentang respon kecemasan (Stuart, 2007).

Tingkat Kecemasan adalah suatu rentang respon yang membagi individu


apakah termasuk cemas ringan, sedang, berat atau bahkan panik. Beberapa kategori
kecemasan menurut Stuart (2007):
a. Kecemasan ringan.
Kecemasan ringan berhubungan dengan ketegangan yang menyebabkan
individu menjadi waspada dan meningkatkan lapang persepsinya.
Kecemasan ini dapat memotivasi belajar dan menghasilkan pertumbuhan
serta kreativitas.
b. Kecemasan sedang.
Kecemasan ini memungkinkan individu untuk berfokus pada hal yang
penting dan mengesampingkan yang lain. Kecemasan sedang ini
mempersempit lapang persepsi individu. Dengan demikian, individu
mengalami tidak perhatian yang selektif namun dapat berfokus pada lebih
banyak area jika diarahkan untuk melakukannya.
c. Kecemasan berat
Pada tingkat kecemasan ini sangat mengurangi lapang persepsi individu.
Individu cenderung berfokus pada sesuatu yang rinci dan spesifik serta
tidak berpikir tentang hal lain. Semua perilaku ditujukan untuk

7|Kecemasan
mengurangi ketegangan. Individu tersebut memerlukan banyak arahan 8
untuk berfokus pada area lain.
d. Tingkat Panik pada Kecemasan
e. Tingkat paling atas ini berhubungan dengan terperangah, ketakutan, dan
teror. Hal yang rinci terpecah dari proporsinya. Karena mengalami
kehilangan kendali, individu yang mengalami panik tidak mampu
melalukan sesuatu walaupun dengan arahan. Panik mencakup
disorganisasi kepribadian dan menimbulkan peningkatan aktivitas motorik,
menurunnya kemampuan untuk berhubungan dengan orang lain, persepsi
yang menyimpang, dan kehilangan pemikiran yang rasional. Tingkat
kecemasan ini tidak sejalan dengan kehidupan, jika berlangsung terus
dalam waktu yang lama, dapat terjadi kelelahan dan kematian. Serangan
panik merupakan periode tersendiri dari kecemasan yang intens seseorang
dikatakan panik bila memilki sedikitnya empat gejala berikut yang
berkembang cepat dan mencapai puncaknya dalam 10 menit (Stuart,
2007). Terdapat banyak gejala yang menandai serangan panik yang terjadi
pada individu, seperti: Palpitasi, jantung berdenyut keras dengan frekuensi
cepat, dapat pula terjadi keluar keringat yang berlebihan, gemetar, sesak
nafas atau seperti tercekik. Gejala lain yang dapat terjadi ialah merasa
tersedak, nyeri dada, mual atau distress abdomen, pusing dan ingin
pingsan, derealisasi (merasa tidak nyata) atau depersonalisasi (merasa
terasing dari diri sendiri), takut kehilangan kendali atau menjadi gila,
takut mati, parestesia.

D. Gambaran Klinis
Respon terhadap kecemasan terdiri dari respon fisiologis, perilaku, kognitif
dan afektif (Stuart, 2007). Tabel 2.1 dan 2.2 menguraikan respon fisologis, respon
perilaku, kognitif dan afektif terhadap kecemasan:
a. Respon fisiologis terhadap kecemasan
Tabel 2.1 Respon fisiologis terhadap kecemasan

Sistem tubuh Respons


Kardiovaskular palpitasi, jantung berdebar, tekanan
darah meningkat, rasa ingin pingsan,
tekanan darah menurun, denyut nadi
menurun.
Respirasi nafas cepat, sesak nafas, tekanan pada
dada, nafas dangkal, pembengkakan
pada tenggorokan, seperti tercekik,
terengah-engah.

8|Kecemasan
Neuromuskular refleks meningkat, mudah terkejut, mata 9
berkedip- kedip, insomnia, tremor,
rigiditas, gelisah, wajah tegang,
kelemahan umum, tungkai lemah,
gerakan yang janggal.
Gastrointestinal kehilangan nafsu makan, menolak
makan, mual, nyeri ulu hati, diare.
Saluran perkemihan tidak dapat menahan kencing, sering
berkemih.
Kulit wajah kemerahan, berkeringat
pada telapak tangan, gatal, wajah
pucat, diaphoresis.

b. Respons perilaku, kognitif dan afektif terhadap kecemasan


Tabel 2.2 respons perilaku, kognitif dan afektif terhadap kecemasan

Sistem Respons
Perilaku gelisah, ketegangan fisik, tremor,
reaksi terkejut, bicara cepat, kurang
koordinasi, cenderung mengalami
cidera, menarik diri dari hubungan
interpersonal, inhibisi, melarikan diri
dari masalah, menghindar,
hiperventilasi, sangat waspada.
Kognitif perhatian terganggu, konsentrasi buruk,
pelupa, salah dalam memberikan
penilaian, preokupasi, hambatan
berpikir, lapang persepsi menurun,
kreativitas menurun, produktivitas
menurun, bingung, sangat waspada,
kesadaran diri, kehilangan objektivitas,
takut kehilangan kendali, takut pada
gambaran visual, takut cidera atau
kematian, mimpi buruk.
Afektif mudah terganggu, tidak sabar,
gelisah, tegang, ketakutan, waspada,
kekhawatiran, mati rasa, malu.

9|Kecemasan
BAB III 10
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN
KECEMASAN

A. Pengkajian
Pengkajian ditujukan pada fungsi fisiologis dan perubahan perilaku melalui
gejala atau mekanisme koping sebagai pertahanan terhadap kecemasan.
1. Kaji faktor predisposisi.
Faktor predisposisi adalah semua ketegangan dalam kehidupan yang dapat
menyebabkan timbulnya kecemasan seperti:
a. Peristiwa traumatic yang dapat memicu terjadinya kecemasan dengan
krisis yang dialami individu baik krisis perkembangan atau situasional.
b. Konflik emosional yang dialami individu dan tidak terselesaikan
dengan baik. Konflik antara id dan super ego atau antara keinginan dan
kenyataan dapat menimbulkan kecemasan pada individu.
c. Konsep diri terganggu akan menimbulkan ketidakmampuan individu
berpikir secara realistis sehingga akan menimbulkan kecemasan.
d. Frustasi akan menimbulkan rasa ketidakberdayaan untuk mengambil
keputusan yang berdampak terhadap ego.
e. Gangguan fisik akan menimbulkan kecemasan karena merupakan
ancaman terhadap integritas fisik yang dapat mempengaruhi konsep
diri individu.
f. Pola mekanisme koping keluarga atau pola keluarga menangani setres
akan mempengaruhi individu dalam berespon terhadap konflik yang
dialami karena pola mekanisme koping individu banyak dipelajari
dalam keluarga.
g. Riwayat gangguan kecemasan dalam keluarga akan mempengaruhi
respon individu dalam berespon terhadap konflik dan mengatasi
kecemasannya.
h. Medikasi yang dapat memicu terjadinya kecemasan adalah pengobatan
yang mengandung benzodiepin, karena benzodizepin dapat menekan
neurotrasmiter gamma amino butyric acid (GABA) yang mengontrol
aktivitas neuron di otak yang bertanggung jawab menghasilkan
kecemasan.
2. Kaji Stressor Presipitasi
Stressor presipitasi adalah semua ketegangan dalam kehidupan yang dapat
mencetuskan timbulnya kecemasan. Stressor presipitasi kecemasan
dikelompokkan menjadi dua bagian:
a. Ancaman terhadap integritas fisik. Ketegangan yang mengancam
integritas fisik meliputi:
1) Sumber internal, mrliputi kegagalan mekanisme fisiologis system
imun, regulasi suhu tubuh, perubahan biologis normal (mis.hamil).
2) Sumber eksternal, meliputi paparan terhadap infeksi virus dan
bakteri, polutan lingkungan, kekurangan nutrisi, tidak adekuatnya
tempat tinggal.

10 | K e c e m a s a n
b. Ancaman terhadap harga diri meliputi sumber internal dan eksternal.11
1) Sumber internal: kesulitan dalam berhubungan interpersonal
dirumah dan di tempat kerja, penyesuaian terhadap peran baru.
Berbagai ancaman terhadap integritas fisik juga dapat mengancam
harga diri.
2) Sumber eksternal: kehilangan orang yang dicintai, perceraian,
perubahan status pekerjaan, tekanan kelompok, social budaya.
3. Kaji Perilaku
Secara langsung kecemasan dapat diekspresikan melalui respon
fisiologis dan psikologis dan secara tidak langsung melalui pengembangan
mekanisme koping sebagai pertahanan melawan kecemasan.
a. Respon fisiologis.
Mengaktifkan system saraf otonom (simpatis dan parasimpatis).
b. Respon psikologologis.
Kecemasan dapat mempengaruhi aspek intrapersonal maupun
personal.
c. Respon kognitif.
Kecemasan dapat mempengaruhi kemampuan berpikir baik proses
pikir maupun isis pikir, diantaranya adalah tidak mampu
memperhatikan, konsentrasi menurun, mudah lupa, menurunya
lapangan persepsi, bingung.
d. Respon afektif.
Klien akan mengekspresikan dalam bentuk kebingungan dan curiga
berlebihan sebagai reaksi emosi terhadap kecemasan.
4. Kaji penilaian terhadap stressor.
5. Kaji sumber dan mekanisme koping.
6. Rentang perhatian menurun.
7. Gelisah, iritabilitas.
8. Control impuls buruk.
9. Perasaan tidak nyaman, ketakutan, atau tidak berdaya.
10. Defisit lapangan persepsi.
11. Penurunan kemampuan berkomunikasi secara verbal.

B. Diagnosa Keperawatan
1. Panik yang berhubungan dengan penolakan keluarga karena bingung dan gagal
mengambil keputusan.
2. Kecemasan berat yang berhubungan dengan konflik perkawinan.
3. Ketidakefektifan koping individu yang berhubungan dengan kematian saudara
kandung.
4. Ketakutan yang berhubungan dengan rencana pembedahan.

11 | K e c e m a s a n
12
C. Intervensi Keperawatan
1. Panik berhubungan dengan penolakan keluarga karena bingung dan gagal
mengambil keputusan.
a. Kriteria hasil:
1) Klien tidak akan menciderai diri sendiri dan orang lain.
2) Klien akan berkomunikasi dengan efektif.
3) Klien akan menyampaikan pengetahuan tentang gangguan panik.
4) Klien akan mengungkapkan rasa pengendalian diri.
b. Intervensi:
1) Bantu klien berfokus pada pernapasan lambat dan melatihnya bernapas
secara ritmik.
2) Bantu klien mempertahankan kebiasaan makan teratur dan seimbang.
3) Identifikasi gejala awal dan ajarkan klien melakukan perilaku distraksi
seperti: berbicara kepada orang lain, melibatkannya dalam aktivitas
fisik.
4) Bantu klien melakukan bicara pada diri sendiri positif yang
direncanakan sebelumnya dan telah terlatih.
5) Libatkan klien dalam mempelajari cara mengurangi stressor dan situasi
yang menimbulkan ansietas.

2. Kecemasan berat berhubungan dengan konflik perkawinan.


a. Kriteria hasil:
1) Klien mendiskusikan tentang perasaan cemasnya.
2) Klien mengidentifikasi respon terhadap stress.
3) Klien mendiskusiksn suatu topik ketika bertemu dengan perawat.
b. Intervensi:
1) Eksplorasi perasaan cemas klien, perlihatkan diri sebagai orang yang
hangat, menjadi pendengar yang baik.
2) Bantu klien mengenali perasaan cemas dan menyadari nilainya.
3) Melakukan komunikasi dengan teknik yang tepat dan dimulai dari topic
yang ringan.
4) Bantu klien mengidentifikasi respon terhadap sters.

3. Ketidakefektifan koping individu berhubungan dengan kematian saudara


kandung.
a. Kriteria hasil:
1) Klien memiliki koping terhadap ancaman.
2) Strategi koping positif.
3) Untuk mengetahui sebab biologis.
4) Klien melakukan aktifitas seperti biasanya.
b. Intervensi:
1) Dorong klien untuk menggunakan koping adaptif dan efektif yang telah
berhasil digunakan pada masa lampau.
2) Bantu klien melihat keadaan saat ini dan kepuasan mencapai tujuan.
3) Bantu klien untuk menentukan strategi koping positif.

12 | K e c e m a s a n
4) Konseling dan penyuluhan keluarga ataupun orang terdekat tentang 13
penyebab biologis.
5) Dorong klien untuk melakukan aktifitas yang disukainya, hal ini akan
membatasi klien untuk menggunakan mekanisme koping yang tidak
adekuat.

4. Ketakutan yang berhubungan dengan rencana pembedahan.


1. Kriteria hasil:
1) Meningkatkan kesadaran diri klien.
2) Klien merasakan tenang dan nyaman dengan lingkungannya.
3) Klien memahami rasa takutnya ekstrim dan berlebihan.
2. Intervensi:
1) Perawat harus dapat menyadari perasaan cemasnya, membuka perasaan
cemasnya dan menangani secara konstruktif dan gunakan cara yang
dilakukan perawat secara terapeutik untuk membantu mengatasi
kecemasan klien.
2) Fasilitasi lingkungan dengan stimulus yang minimal, tenang dan
membatasi interaksi dengan orang lain atau kurangi kontak dengan
penyebab stresnya.
3) Berikan alternatif pilihan pengganti, tidak mengonfrontasi dengan objek
yang ditakutinya, tidak ada argument, tidak mendukung fobianya, terapkan
batasan perilaku klien untuk membantu mencapai kepuasan dengan aspek
lain.

13 | K e c e m a s a n
BAB IV 14

PENUTUP
A. Kesimpulan
Kecemasan adalah respon emosi tanpa objek yang spesifik yang secara
subjektif di alami dan dikomunikasikan secara interversonal. Hal ini bisa di kaji
dengan melihat stresos predisposisi dan stresor presipitasi dan faktor yang lainnya.
Sehingga kita sebagai seorang perawat bisa menerapkan proses keperawatan pada
klien dengan gangguan ansietas.
Cemas sangat berkaitan dengan perasaan tidak pasti dan tidak berdaya.
Keadaan emosi ini tidak memiliki objek yang spesifik. Kondisi dialami secara
subjektif dan dikomunikasikan dalam hubungan interpersonal. Cemas berbeda dengan
rasa takut, yang merupakan penilaian intelektual terhadap sesuatu yang berbahaya.
Kapasitas untuk menjadi cemas diperlukan untuk bertahan hidup, tetapi tingkat
cemas yang parah tidak sejalan dengan kehidupan.
Dalam memberikan asuhan keperawatan kecemasan, beberapa diagnosis yang
sering muncul diantaranya:
1. Panik yang berhubungan dengan penolakan keluarga karena bingung
dan gagal mengambil keputusan.
2. Kecemasan berat yang berhubungan dengan konflik perkawinan.
3. Ketidakefektifan koping individu yang berhubungan dengan kematian
saudara kandung.
4. Ketakutan berhubungan dengan rencana pembedahan.

B. Saran
Dengan adanya makalah ini, semoga dapat digunakan sebagai pedoman bagi
pembaca baik tenaga kesehatan khususnya perawat dalam memberikan serta
memenuhi asuhan keperawatan yang efektif dan professional pada pasien dengan
kecemasan.
Makalah ini kami sadari masih banyak kekurangan dalam hal penulisan
maupun isi. Oleh sebab itu, penulis mengharapkan saran dan kritik demi
kesempurnaan penyusunan makalah ini.

14 | K e c e m a s a n
DAFTAR PUSTAKA 15

1. Suliswati, dkk. 2005. Konsep Dasar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta: EGC.
2. Videbeck, S.J. 2008. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC.
3. Nurjannah, I. 2004. Pedoman Penanganan Pada Gangguan Jiwa Manajemen, Proses
Keperawatan dan Hubungan Terapeutik Perawat-Klien. Yogyakarta: Penerbit
MocoMedia.
4. Hawari, D. 2008. Manajemen Stres Cemas dan Depresi. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.

15 | K e c e m a s a n

Anda mungkin juga menyukai