Anda di halaman 1dari 5

HUBUNGAN HUKUM INTERNASIONAL

DENGAN HUKUM NASIONAL

HUKUM INTERNASIONAL KELAS E

Disusun Oleh :

Iftitah Budi Shofia 160710101500

Meida Putri Arisinta 160710101502

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS JEMBER

TAHUN PELAJARAN 2017


A. Latar Belakang

Hukum internasional adalah bagian hukum yang mengatur aktivitas entitas berskala
internasional. Pada awalnya, Hukum Internasional hanya diartikan sebagai perilaku dan
hubungan antar negara namun dalam perkembangan pola hubungan internasional yang
semakin kompleks pengertian ini kemudian meluas sehingga hukum internasional juga
mengurusi struktur dan perilaku organisasi internasional dan, pada batas tertentu, perusahaan
multinasional dan individu.

Hukum bangsa-bangsa dipergunakan untuk menunjukkan pada kebiasaan dan aturan hukum
yang berlaku dalam hubungan antara raja-raja zaman dahulu. Hukum antar bangsa atau hukum
antar negara menunjukkan pada kompleks kaedah dan asas yang mengatur hubungan antara
anggota masyarakat bangsa-bangsa atau negara. Hukum Internasional terdapat beberapa
bentuk perwujudan atau pola perkembangan yang khusus berlaku di suatu bagian dunia
(region) tertentu : Hukum Internasional Regional : Hukum Internasional yang berlaku/terbatas
daerah lingkungan berlakunya, seperti Hukum Internasional Amerika / Amerika Latin, seperti
konsep landasan kontinen (Continental Shelf) dan konsep perlindungan kekayaan hayati laut
(conservation of the living resources of the sea) yang mula-mula tumbuh di Benua Amerika
sehingga menjadi hukum Internasional Umum. Hukum Internasional Khusus : Hukum
Internasional dalam bentuk kaedah yang khusus berlaku bagi negara-negara tertentu seperti
Konvensi Eropa mengenai HAM sebagai cerminan keadaan, kebutuhan, taraf perkembangan dan
tingkat integritas yang berbeda-beda dari bagian masyarakat yang berlainan. Berbeda dengan
regional yang tumbuh melalui proses hukum kebiasaan.

Hukum Internasional didasarkan atas pikiran adanya masyarakat internasional yang terdiri atas
sejumlah negara yang berdaulat dan merdeka dalam arti masing-masing berdiri sendiri yang
satu tidak dibawah kekuasaan lain sehingga merupakan suatu tertib hukum koordinasi antara
anggota masyarakat internasional yang sederajat.

Hukum Nasional di Indonesia merupakan campuran dari sistem hukum hukum Eropa, hukum
Agama dan hukum Adat. Sebagian besar sistem yang dianut, baik perdata maupun pidana,
berbasis pada hukum Eropa kontinental, khususnya dari Belanda karena aspek sejarah masa
lalu Indonesia yang merupakan wilayah jajahan dengan sebutan Hindia Belanda (Nederlandsch-
Indie). Hukum Agama, karena sebagian besar masyarakat Indonesia menganut Islam, maka
dominasi hukum atau Syari'at Islam lebih banyak terutama di bidang perkawinan, kekeluargaan
dan warisan. Selain itu, di Indonesia juga berlaku sistem hukum Adat, yang merupakan
penerusan dari aturan-aturan setempat dari masyarakat dan budaya-budaya yang ada di
wilayah Nusantara.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari Hukum Internasional ?
2. Apa pengertian dari Pengertian Hukum Nasional ?
3. Apakah Hukum Internasional dan Hukum Nasional merupakan satu sistem ?
4. Manakah yang harus diutamakan Hukum Internasional atau Hukum Nasional ?
5. Hubungan Hukum Internasional dan Hukum Nasional ?

C. Dasar Hukum
1. Pengertian Hukum Internasional
Hukum internasional dapat didefinisikan sebagai sekumpulan hukum yang sebagian besar
terdiri atas prinsip-prinsip dan peraturan-peraturan yang harus ditaati oleh negara-negara, dan
oleh karena itu juga harus ditaati dalam hubungan-hubungan antara mereka satu dengan
lainnya, serta yang juga mencakup:

(a) organisasi internasional, hubungan antara organisasi internasional satu dengan lainnya,
hubungan peraturan-peraturan hukum yang berkenaan dengan fungsi-fungsi lembaga atau
antara organisasi internasional dengan negara atau negara-negara ; dan hubungan antara
organisasi internasional dengan individu atau individu-individu ; (b) peraturan-peraturan
hukum tertentu yang berkenaan dengan individu-individu dan subyek-subyek hukum bukan
negara (non-state entities) sepanjang hak-hak dan kewajiban-kewajiban individu dan subyek
hukum bukan negara tersebut bersangkut paut dengan masalah masyarakat internasional”
(Phartiana, 2003; 4).

Sejalan dengan definisi yang dikeluarkan Hyde, Mochtar Kusumaatmadja mengartikan ’’hukum
internasional sebagai keseluruhan kaidah-kaidah dan asas-asas hukum yang mengatur
hubungan atau persoalan yang melintasi batas-batas negara, antara negara dengan negara dan
negara dengan subjek hukum lain bukan negara atau subyek hukum bukan negara satu sama
lain’’. (Kusumaatmadja, 1999; 2).

Berdasarkan pada definisi-definisi di atas, secara sepintas sudah diperoleh gambaran umum
tentang ruang lingkup dan substansi dari hukum internasional, yang di dalamnya terkandung
unsur subyek atau pelaku, hubungan-hubungan hukum antar subyek atau pelaku, serta hal-hal
atau obyek yang tercakup dalam pengaturannya, serta prinsip-prinsip dan kaidah atau
peraturan-peraturan hukumnya.

Sedangkan mengenai subyek hukumnya, tampak bahwa negara tidak lagi menjadi satu-satunya
subyek hukum internasional, sebagaimana pernah jadi pandangan yang berlaku umum di
kalangan para sarjana sebelumnya.

2. Pengertian Hukum Nasional

Hukum nasional adalah sekumpulan hukum yang sebagian besar terdiri atas prinsip-prinsip dan
peraturan-peraturan yang harus ditaati oleh masyarakat dalam suatu negara, dan oleh karena
itu juga harus ditaati dalam hubungan-hubungan antara mereka satu dengan lainnya.
Hukum Nasional di Indonesia merupakan campuran dari sistem hukum hukum Eropa, hukum
Agama dan hukum Adat. Sebagian besar sistem yang dianut, baik perdata maupun pidana,
berbasis pada hukum Eropa kontinental, khususnya dari Belanda karena aspek sejarah masa
lalu Indonesia yang merupakan wilayah jajahan dengan sebutan Hindia Belanda (Nederlandsch-
Indie). Hukum Agama, karena sebagian besar masyarakat Indonesia menganut Islam, maka
dominasi hukum atau Syari'at Islam lebih banyak terutama di bidang perkawinan, kekeluargaan
dan warisan. Selain itu, di Indonesia juga berlaku sistem hukum Adat, yang merupakan
penerusan dari aturan-aturan setempat dari masyarakat dan budaya-budaya yang ada di
wilayah Nusantara.
3. Dalam kepustakaan hukum internasional telah dikenal ada dua teori mengenai
hubungan antara sistem hukum internasional dengan sistem hukum nasional yakni teori
monisme (Monism) dan teori dualisme (Dualism).
Menurut teori Monisme, hukum internasional dan hukum nasional merupakan bagian dari
satu sistem hukum pada umumnya. Menurut teori Monisme, semua ketentuan hukum
merupakan suatu kesatuan sistem yang terdiri dari ketentuan-ketentuan hukum yang mengikat
terhadap negara, individu maupun kesatuan bukan negara. Hukum nasional dan hukum
internasional masing-masing merupakan dua aspek dari satu sistem hukum tersebut. Hukum
internasional maupun hukum nasional secara keseluruhan merupakan bagian dari sistem
hukum universal yang mengikat manusia baik secara individual maupun secara kolektif. Hukum
internasional mengikat individu secara kolektif sedang hukum nasional mengikat individu
secara perseorangan.
Teori Dualisme beranggapan bahwa hukum internasional dan hukum nasional masing-masing
merupakan dua sistem hukum yang berbeda secara intrisik. Menurut pendukung teori dualisme
(Triepel) hukum internasional berbeda dengan hukum nasional karena berbeda subyek maupun
sumbernya. Menurut teori ini yang menjadi subyek hukum internasional adalah hanya negara
saja, sementara subyek hukum nasional adalah individu. Di samping itu hukum internasional
dan hukum nasional memiliki sumber yang berbeda. Hukum internasional adalah kehendak
bersama (common will) atau kesepakatan bersama dari berbagai negara, sementara hukum
nasional bersumber pada kehendak negara dan kekuasaan negara. Penganut teori dualisme
yang lain (Anzilotti) berpendapat bahwa hukum internasional dan hukum nasional masing-
masing merupakan dua sistem yang berbeda karena keduanya dilandasi oleh prinsip dasar
hukum yang berbeda. Hukum internasional dilandasai oleh prinsip dasar ”pacta sunt servanda”,
sedangkan hukum nasional dilandasai oleh prinsip dasar bahwa peraturan perundang-
undangan harus ditaati.

4. Lalu berdasarkan banyaknya perbedaan pendapat mengenai hukum internasional dan


hukum nasional, maka kemudian muncul pertanyaan, yaitu manakah yang lebih utama,
apakah hukum internasional atau hukum nasional?
Menurut sebagian penganut teori Monisme, hukum internasional dan hukum nasional
merupakan satu kesatuan sistem oleh karena itu ketentuan-ketentuan hukum internasional
dapat berlaku secara langsung dalam sistem hukum nasional (self executing effect). Jika terjadi
pertentangan antara ketentuan hukum internasional dengan hukum nasional maka yang lebih
diutamakan adalah hukum internasional.
Bagi penganut Monisme yang lain seperti Hans Kelsen, jika ada pertentangan antara hukum
internasional dengan hukum nasional maka harus dilakukan analisis struktutral untuk
menemukan apa yang menjadi postulat fundamental dari ketentuan hukum yang saling
bertentangan tersebut. Jika postulat fundamental berada pada sistem hukum internasional
maka yang diutamakan adalah ketentuan hukum internasional. Namun sebaliknya, jika postulat
fundamentalnya terletak pada hukum nasional, maka yang diutamakan adalah hukum nasional.

5. Menurut teori Dualisme, hukum internasional dan hukum nasional, merupakan dua
sistem hukum yang secara keseluruhan berbeda. Hukum internasional dan hukum
nasional merupakan dua sistem hukum yang terpisah, tidak saling mempunyai
hubungan superioritas atau subordinasi. Berlakunya hukum internasional dalam
lingkungan hukum nasional memerlukan ratifikasi menjadi hukum nasional. Kalau ada
pertentangan antar keduanya, maka yang diutamakan adalah hukum nasional suatu
negara.
Sedangkan menurut teori Monisme, hukum internasional dan hukum nasional saling berkaitan
satu sama lainnya. Menurut teori Monisme, hukum internasional itu adalah lanjutan dari hukum
nasional, yaitu hukum nasional untuk urusan luar negeri. Menurut teori ini, hukum nasional
kedudukannya lebih rendah dibanding dengan hukum internasional. Hukum nasional tunduk
dan harus sesuai dengan hukum internasional. (Burhan Tsani, 1990; 26).

Berangkat dari pentingnya hubungan lintas negara disegala sektor kehidupan seperti politik,
sosial, ekonomi dan lain sebagainya, maka sangat diperlukan hukum yang diharap bisa
menuntaskan segala masalah yang timbul dari hubungan antar negara. Hukum Internasional
ialah sekumpulan kaedah hukum wajib yang mengatur hubungan antara person hukum
internasional (Negara dan Organisasi Internasional), menentukan hak dan kewajiban badan
tersebut serta membatasi hubungan yang terjadi antara person hukum tersebut dengan
masyarakat sipil.

Oleh karena itu hukum internasional adalah hukum masyarakat internasional yang mengatur
segala hubungan yang terjalin dari person hukum internasional serta hubungannya dengan
masyarakat sipil. Hukum internasional mempunyai beberapa segi penting seperti prinsip
kesepakatan bersama (principle of mutual consent), prinsip timbal balik (priniple of
reciprocity), prinsip komunikasi bebas (principle of free communication), princip tidak
diganggu gugat (principle of inciolability), prinsip layak dan umum (principle of reasonable and
normal), prinsip eksteritorial (principle of exterritoriality), dan prinsip-prinsip lain yang
penting bagi hubungan diplomatik antarnegara.

Maka hukum internasional memberikan implikasi hukum bagi para pelangarnya, yang dimaksud
implikasi disini ialah tanggung jawab secara internasional yang disebabkan oleh tindakan-
tindakan yang dilakukan sesuatu negara atau organisasi internasional dalam melakukan segala
tugas-tugasnya sebagai person hukum internasional. Dari pengertian diatas dapat kita
simpulkan unsur-unsur terpenting dari hukum internasional; (a) Objek dari hukum
internasional ialah badan hukum internasional yaitu negara dan organisasi internasional, (b)
Hubungan yang terjalin antara badan hukum internasional adalah hubungan internasional
dalam artian bukan dalam scope wilayah tertentu, ia merupakan hubungan luar negeri yang
melewati batas teritorial atau geografis negara, berlainan dengan hukum negara yang hanya
mengatur hubungan dalam negeri dan (c) kaedah hukum internasional ialah kaedah wajib,
seperti layaknya semua kaedah hukum, dan ini yang membedakan antara hukum internasional
dengan kaedah internasional yang berlaku dinegara tanpa memiliki sifat wajib seperti life
service dan adat kebiasaan internasional.
Jika hukum nasional ialah hukum yang terapkan dalam teritorial sesuatu negara dalam
mengatur segala urusan dalam negeri dan juga dalam menghadapi penduduk yang berdomisili
didalamnya, maka hukum internasional ialah hukum yang mengatur aspek negara dalam
hubungannya dengan negara lain. Hukum Internasional ada untuk mengatur segala hubungan
internasional demi berlangsungnya kehidupan internasional yang terlepas dari segala bentuk
tindakan yang merugikan negara lain. Oleh sebab itu negara yang melakukan tindakan yang
dapat merugikan negara lain atau dalam artian melanggar kesepakatan bersama akan dikenai
implikasi hukum, jadi sebuah negara harus bertanggung jawab atas segala tindakan yang telah
dilakukannya.
Pengertian tanggung jawab internasional itu sendiri itu adalah peraturan hukum dimana hukum
internasional mewajibkan kepada person hukum internasional pelaku tindakan yang melanggar
kewajiban-kewajiban internasional yang menyebabkan kerugian pada person hukum
internasional lainnya untuk melakukan kompensasi.

Anda mungkin juga menyukai