Anda di halaman 1dari 11

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Bahasa Indonesia merupakan mata pelajaran yang diberikan pada tiap

jenjang pendidikan sekolah di Indonesia. Belajar Bahasa Indonesia pada

hakikatnya berkomunikasi baik lisan maupun tulisan. Menurut Sumardi dalam

Yulianto (2009:4) kebutuhan belajar siswa dapat dikelompokkan menjadi dua

jenis, yaitu (1) kebutuhan berbahasa luaran (kebutuhan instrumental) dan (2)

kebutuhan berbahasa sebagai sarana pengembangan kreativitas. Kebutuhan

berbahasa sebagai sarana akademik adalah kebutuhan berbahasa penajaman

proses berpikir kritis dan kreatif (Yulianto, 2009:4). Tujuan pembelajaran

Bahasa agar siswa dapat memanfaatkan pembelajaran Bahasa sebagai

pengembangan akademik, berpikir kreatif, dan kritis.


Pembelajaran Bahasa Indonesia pada hakikatnya bertujuan

membangkitkan penggunaan Bahasa Indonesia yang baik dan benar yang

menggunakan cara berpikir melalui akal pikiran dan perasaan. Empat

komponen yang ada dalam keterampilan berbahasa yaitu keterampilan (1)

menyimak; (2) berbicara; (3) membaca; dan (4) menulis, dan antar

keterampilan ada saling keterkaitan satu sama lain. Keterampilan menulis

adalah keterampilan paling akhir dalam proses pembelajaran setelah

menyimak, membaca, dan berbicara. Dalam keterampilan menulis siswa

dituntut untuk menuangkan ide, perasaan, kemauan, dan konsep sehingga


2

merupakan keteranpilan yang sangat rumit, sebab siswa tidak hanya

menuangkan gagasan saja.


Menulis merupakan aktivitas yang ekspesif dan produktif. Menulis

merupakan kegiatan mengungkapkan perasaan dan pikiran dalam bentuk

tulisan. Menurut Byne (dalam Sadhono dan Slamet, 2012: 103) keterampilan

menulis pada hakikatnya adalah keterampilan dalam penggunaan Bahasa yang

paling kompleks dibandingkan dengan keterampilan berbahasa yang lain. Hal

ini dikarenakan keterampilan menulis mengharapkan berbagai macam unsur

berbahasa dalam membuat suatu tulisan/karangan.

Menurut Moersey dalam Tarigan (2013: 4) menulis mengungkapkan

kejelasan tentang imajinasi, pemilihan kata-kata, dan penyusunan struktur/pola

kalimat dalam membuat laporan/pemberitahuan, dan memengaruhi, hal

tersebut hanya bisa tercapai dengan baik oleh penulis yang dapat menyusun

gagasannya. Sedangkan menurut Nurgiyantoro (2010: 296) bahwa kemampuan

menulis biasanya lebih sulit dikuasai bahkan oleh penutur asli bahasa yang

bersangkutan sekalipun. Pendapat tersebut terbukti dari pengajaran

keterampilan menulis yang diajarkan terakhir setelah menguasai tiga

keterampilan sebelumnya.

Kemampuan menulis menghendaki pemahaman pengetahuan dan

keterampilan, seperti terampil menggunakan kata, terampil memilih ide, dan

merangkai kalimat sesuai dengan ejaan yang baku. Siswa dapat menghasilkan

tulisan yang baik tidak hanya dengan teori yang dimiliki, melainkan melalui

latihan dan praktik.


3

Warsono (2014) menyatakan bahwa perlunya membentuk peserta didik

yang terampil memecahkan masalah, bijak dalam mengambil keputusan,

berpikir kreatif, suka bermusyawarah, dapat mengkomunikasikan gagasannya

secara efektif, dan mampu bekerja secara efisien baik secara individu maupun

dalam kelompok. Pada Abad 21 ini, masyarakat semakin menyadari bahwa

sekadar mengetahui pengetahuan (knowing of knowledge) terbukti tidak cukup

untuk dapat berhasil menghadapi hidup, serta kehidupan yang semakin

kompleks dan berubah dengan cepat. Oleh karena itu, kurikulum harus mampu

menjawab tantangan ini sehingga perlu menyeimbangkan dan mengembangkan

pengetahuan dan keterampilan dalam proses pembelajaran.


Observasi yang dilakukan peneliti pada siswa kelas III SD

Muhammadiyah 3 Surabaya, menunjukkan bahwa siswa masih rendah pada

kemampuan menulis khususnya menceritakan kembali isi dongeng pada

pembelajaran Bahasa Indonesia. Berdasarkan hasil wawancara dengan guru

kelas III, kendala siswa dalam hal ini antara lain rendahnya minat baca siswa

dikarenakan bahan bacaan yang sebatas teks saja dengan sedikit ilustrasi

berupa gambar untuk menarik minat siswa dalam membaca, siswa mengalami

kesulitan dalam memahami isi cerita, dan kurangnya daya imajinasi siswa.

Beberapa kendala tersebut menyebabkan siswa kesulitan menyusun rangkaian

kata untuk menceritakan kembali isi sebuah dongeng.


Guru memerlukan cara yang tepat untuk mengatasi permasalahan belajar

dan sikap siswa yang sulit untuk menceritakan kembali isi dongeng dalam

bentuk sebuah tulisan. Guru diharapkan memiliki kemampuan berpikir kreatif

serta menciptakan suatu alat pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan siswa
4

dengan menggunakan metode pembelajaran inovatif agar siswa tertarik dan

berperan aktif dalam proses pembelajaran. Kondisi di lapangan yang

dikemukakan oleh guru, buku yang digunakan oleh siswa di sekolah hanya

berupa buku siswa Kurikulum 2013 dan LKS saja. Buku-buku yang digunakan

cenderung monoton dan berdampak pada kurang menarik.


Menurut Sagala (2011: 102) stimulus belajar dapat diwujudkan melalui

beberapa upaya seperti penggunaan media (buku ajar) atau alat-alat peraga,

membuat variasi belajar pada siswa, memberikan stimulus dalam bentuk lain

sehingga tidak bosan. Sebagai seorang pendidik, guru seharusnya mampu

mengembangkan kreativitasnya menciptakan buku suplemen yang menarik

serta sesuai dengan karakteristik usia dan aspek perkembangan anak yang

meliputi aspek pemahaman nilai-nilai agama dan moral, fisik, kognitif, bahasa,

dan sosial-emosional.
Dalam teori belajar menurut piaget (dalam Jauhar, 2011; !5)

mengemukakan anak usia 7-11 tahun merupakan tahapan operasional konkret,

dimana anak-anak mulai menunjukkan kemampuan baru dalam memberi

alasan untuk memperhitungkan apa yang akan dilakukan. Pikiran mendahului

perbuatan. Berpikir dengan logis pada obyek konkrit adalah keadaan dari ciri-

ciri ini. Anak-anak pada tahap ini dapat mengetahui obyek atau keadaan-

keadaan yang konkrit.

Seorang guru diharapkan mampu mengembangkan buku suplemen yang

dapat membantu siswa untuk belajar menemukan atau mencari sumber belajar

lain selain buku yang mereka miliki, dengan begitu dapat memberikan

sumbangsih terhadap perbaikan kualitas pembelajaran di sekolah.


5

Dalam meningkatkan kualitas pembelajaran tidak hanya melalui desain

buku suplemen, namun hendaknya para guru juga menggunakan baik metode,

strategi, model maupun teknik pembelajaran yang tepat. Untuk mencapai

fungsi dan tujuan tersebut, maka salah satu metode yang digunakan peneliti

pada pengembangan buku suplemen adalah metode quantum learning.


Metode quantum learning merupakan seperangkat metode dan falsafah

belajar yang telah terbukti efektif di sekolah dan dapat perpengaruh pada

semua tipe orang dan segala usia. (De porter dan Hernacki, 2015: 14)
Beberapa hasil penelitian telah menunjukkan hasil positif dengan

menerapkan metode quantum learning. Hasil penelitian Imaduddin (2013)

dengan judul Modul Q-SETS sebagai Rekayasa Bahan Ajar Kimia yang

Bermuatan Quantum Learning dan Bervisi SALINGTEMAS. Hasil penelitian

ini menunjukkan bahwa pembelajaran menggunakan modul Q-SETS dengan

metode quantum learning berpengaruh terhadap hasil belajar kimia siswa.

Hasil penelitian lainnya adalah Hatmo (2008) dengan judul Pengembangan

Bahan Ajar Apresiasi Prosa Fiksi di Sekolah Menengah Pertama dengan

Pendekatan Quantum Learning. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa bahan

ajar yang dikembangkan dapat membangkitkan semangat, gairah belajar, dan

motivasi belajar siswa untuk semakin mengakrabi karya berbentuk prosa fiksi

sebagai karya seni yang harus dihayati, dipahami, diapresiasi, dan dinikmati.
Penelitian ini diharapkan menghasilkan buku suplemen yang

dikembangkan dengan memuat temuan-temua baru, yaitu mengaplikasikan

kemampuan menulis menggunakan metode quantum learning. Buku suplemen

dapat menjadi masukan untuk pendamping buku siswa Kurikulum 2013 yang

telah ada. Penelitian ini akan mengembangkan buku suplemen dengan metode
6

quantum learning untuk meningkatkan kemampuan menceritakan kembali isi

dongeng.
Latar belakang di atas dijadikan dasar utama bagi penulis untuk

mengadakan penelitian dengan judul “Pengembangan Buku Suplemen dengan

Metode Quantum Learning untuk Meningkatkan Kemampuan Menceritakan

Kembali Isi Dongeng pada Siswa Kelas III Sekolah Dasar.

B. Lingkup Penelitian
Berdasarkan latar belakang masalah dan teori yang melandasi penelitian

ini sangat luas. Memperjelas ruang lingkup permasalahan dan mengingat

adanya keterbatasan penelitian, maka peneliti ini dibatasi sebagai berikut:


1. Penelitian ini dilakukan di kelas III SD Muhammadiyah 3 Surabaya Tahun

Pelajaran 2018/2019
2. Penelitian dilaksanakan pada mata pelajaran bahasa Indonesia pada materi

dongeng.
3. Penelitian ini untuk meningkatkan kemampuan menceritakan kembali isi

dongeng.

C. Rumusan Masalah
Berdasarkan ruang lingkup dan batasan masalah yang disebutkan di

atas, maka dirumuskan suatu permasalahan sebagai berikut :


1. Bagaimanakah kevalidan buku suplemen dengan metode quantum

learning untuk meningkatkan kemampuan menceritakan kembali isi

dongeng siswa kelas III Sekolah Dasar?


Rumusan masalah ini dirinci menjadi beberapa sub masalah :
a. Bagaimana kelayakan buku suplemen yang dikembangkan

berdasarkan materi/isi?
b. Bagaimana kelayakan buku suplemen yang dikembangkan

berdasarkan penyajian?
c. Bagaimana kelayakan buku suplemen yang dikembangkan

berdasarkan kebahasaan?
7

d. Bagaimana kelayakan buku suplemen yang dikembangkan

berdasarkan kegrafikan?
2. Bagaimanakah kepraktisan buku suplemen dengan metode quantum

learning untuk meningkatkan kemampuan menceritakan kembali isi

dongeng siswa kelas III Sekolah Dasar?


a. Bagaimana penggunaan buku suplemen yang dikembangkan dilihat

dari sudut pandang guru?


1) Bagaimana aktivitas guru selama pembelajaran di kelas

menggunakan buku suplemen yang dikembangkan?


2) Bagaimana respon guru terhadap penggunaan buku suplemen

tersebut?
b. Bagaimana penggunaan buku suplemen yang dikembangkan dilihat

dari sudut pandang siswa?


1) Bagaimana aktivitas siswa selama pembelajaran di kelas

menggunakan buku suplemen yang dikembangkan?


2) Bagaimana respon siswa terhadap buku suplemen tersebut?
3. Bagaimanakah keefektivitasan buku suplemen dengan metode quantum

learning untuk meningkatkan kemampuan menceritakan kembali isi

dongeng siswa kelas III Sekolah Dasar?

D. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang dirumuskan di atas, maka tujuan

dari penelitian ini adalah :


1. Mendeskripsikan kevalidan buku suplemen dengan metode quantum

learning untuk meningkatkan kemampuan menceritakan kembali isi

dongeng siswa kelas III Sekolah Dasar.


Tujuan ini dirinci menjadi beberapa bagian:
a. Mendeskripsikan kelayakan buku suplemen yang dikembangkan

berdasarkan materi/isi.
b. Mendeskripsikan kelayakan buku suplemen yang dikembangkan

berdasarkan penyajian.
8

c. Mendeskripsikan kelayakan buku suplemen yang dikembangkan

berdasarkan kebahasaan.
d. Mendeskripsikan kelayakan buku suplemen yang dikembangkan

berdasarkan kegrafikan.
2. Mendeskripsikan kepraktisan buku suplemen dengan metode quantum

learning untuk meningkatkan kemampuan menceritakan kembali isi

dongeng siswa kelas III Sekolah Dasar.


a. Mendeskripsikan penggunaan buku suplemen yang dikembangkan

dilihat dari sudut pandang guru.


1) Mendeskripsikan aktivitas guru selama pembelajaran di kelas

menggunakan buku suplemen yang dikembangkan.


2) Mendeskripsikan respon guru terhadap penggunaan buku suplemen

yang dikembangkan.
b. Mendeskripsikan penggunaan buku suplemen yang dikembangkan

dilihat dari sudut pandang siswa.


1) Mendeskripsikan aktivitas siswa selama pembelajaran di kelas

menggunakan buku suplemen yang dikembangkan.


2) Mendeskripsikan respon siswa terhadap buku suplemen yang

dikembangkan.
3. Mendeskripsikan keefektivitasan buku suplemen dengan metode quantum

learning untuk meningkatkan kemampuan menceritakan kembali isi

dongeng siswa kelas III Sekolah Dasar dilihat dari hasil belajar siswa.

E. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Secara teoritis penelitian ini diharapkan memiliki kontribusi dalam

penggunaan metode pembelajaran yang inovatif.


9

a) Dapat menambah pengetahuan tentang metode quantum learning untuk

meningkatkan kemampuan menceritakan kembali isi dongeng siswa

kelas III Sekolah Dasar.


b) Dapat menginspirasi dalam melakukan inovasi metode pembelajaran

yang inovatif serta dapat dievaluasi dan dikembangkan bagi peneliti

selanjutnya.
2. Manfaat Praktis
Penelitian ini secara praktis diharapkan memiliki kegunaan bagi

praktisi di SD Muhammadiyah 3 Surabaya dalam pembelajaran bahasa

Indonesia yaitu:
a) Bagi Siswa
Dapat menambah pengetahuan, wawasan, dan pengalaman untuk

meningkatkan kemampuan menceritakan kembali isi dongeng pada mata

pelajaran bahasa Indonesia dengan menggunakan metode quantum

learning.
b) Bagi Guru
Sebagai sumber informasi untuk dijadikan bahan pertimbangan dan

masukan yang positif dalam memilih dan menerapkan suatu metode

pembelajaran untuk meningkatkan kompetensi peserta didik sehingga

tercipta pembelajaran yang tepat, efektif, dan menyenangkan dalam

meningkatkan kemampuan menceritakan kembali isi dongeng.


c) Bagi Peneliti
Dapat menambah wawasan dan ilmu pengetahuan dalam

menggunakan metode pembelajaran sehingga dapat bermanfaat dalam

proses pembelajaran.
d) Bagi peneliti lain
Dapat dijadikan referensi untuk melakukan penelitian sejenis dengan

mengetahui kelemahan dan kelebihan penelitian ini sehingga dapat

menciptakan penelitian baru yang lebih bervariasi dan inovatif.


10

F. Definisi Istilah
Penjelasan tentang beberapa istilah yang digunakan dalam penelitian ini,

untuk memudahkan pemahaman dan menghindari kesalahan dalam penafsiran,

maka diberikan sebagai berikut:

1. Buku Suplemen dengan metode quantum learning adalah buku pelengkap

pelajaran bahasa Indonesia yang dikembangkan untuk digunakan siswa

dalam meningkatkan kemampuan menceritakan kembali isi dongeng dengan

metode quantum learning.

2. Qantum learning adalah seperangkat metode dan falsafah belajar yang

terbukti efektif untuk semua umur.

3. Keterampilan menulis adalah aktivitas menyampaikan sebuah ide atau

gagasan dalam bentuk tulisan kepada orang lain atau menceritakan sebuah

peristiwa secara tertulis.

4. Kualitas buku suplemen adalah penilaian dari validator produk buku

suplemen dilihat dari segi materi/isi, kebahasaan, penyajian, dan kegrafikan.

5. Aktivitas guru dan siswa adalah kegiatan yang dilakukan guru dan siswa

dalam menggunakan buku suplemen dengan metode quantum learning

untuk meningkatkan kemampuan menceritakan kembali isi dongeng.

6. Respon guru dan siswa adalah umpan balik dari penggunaan buku suplemen

dengan metode quantum learning dalam proses pembelajaran materi

dongeng oleh guru dan siswa.

G. Spesifikasi Produk
11

Hasil penelitian ini merupakan pengembangan buku suplemen kelas III

Sekolah Dasar dengan metode quantum learning. Buku suplemen ini disusun

berdasarkan kurikulum 2013. Spesifikasi produk yang diharapkan berupa fisik

dan konten isi sebagai berikut:


1. Struktur buku suplemen
a) Pendahuluan:
Sampul, identitas buku, kata pengantar, daftar isi, Petunjuk penggunaan

buku.

b) Inti:
Perkenalan tokoh, cerita dongeng, rangkuman materi dongeng, evaluasi

kelompok dan individu, apresiasi.


c) Penutup:
Daftar pustaka dan biografi penulis.
2. Bentuk fisik buku suplemen:
a) Kertas yang digunakan adalah kertas ukuran A4 (21 cm x 29,7 cm) berat

220 gram.
b) Sampul depan menggunakan kertas hard cover dan isi menggunakan

kertas art paper.


c) Judul sampul menggunakan jenis huruf Aladin dan high tower text.
d) Isi menggunakan jenis huruf comic sans ms.
e) Margin buku untuk bagian kiri 3 cm. Untuk atas, bawah, dan kanan

adalah 2,54 cm.


f) Menggunakan bahasa Indonesia yang sesuai dengan PUEBI dan

komunikatif.
g) Menggunakan beberapa gambar pendukung sebagai ilustrasi.

Anda mungkin juga menyukai