Anda di halaman 1dari 1

Sari Dasar Teori

KEMENTRIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS GADJAH MADA Pengambilan sampel sedimen dilakukan pada minggu kedua dan minggu ketiga di Bulan Maret Tahun 2019. Lokasi
FAKULTAS TEKNIK pengambilan sampel adalah di sepanjang Sungai Progo per kelompok sesuai dengan pembagian lokasi masing-masing. Sampel
DEPARTEMEN TEKNIK GEOLOGI yang digunakan berjumlah enam STA dari total dua belas STA, yaitu STA 2, 4, 6, 8, 10, dan 12 . Sampel diambil dari point bar Sedimen merupakan material lepas yang terakumulasi di permukaan bumi. Material-material Perhitungan parameter statistik secara grafis
LABORATORIUM SEDIMENTOGRAFI pada masing-masing STA .Tujuan dari pengambilan sampel adalah untuk dianalisa beberapa hal yang dapat digunakan untuk penyusun sedimen umumnya berasal dari batuan yang sudah telah ada sebelumnya lalu mengalam Metode perhitungan ini didahului dengan pengeplotan data dalam bentuk grafik dan pada
menentukan proses transportasi dan sedimentasi yang bekerja di sepanjang Sungai Progo. Material sedimen yang ada di Sungai erosi, pelapukan, dan proses-proses lain yang mengikis batuan tersebut menjadi material dengan prinsipnya menggunakan kurva frekuensi atau frekuensi kumulatif untuk menentukan nilai phi
Progo berasal dari Gunung Sumbing, Pegunungan Kulon Progo, dan Gunung Merapi. Sungai Progo memiliki arah aliran dari ukuran yang lebih halus. Dalam mempelajari sedimen, pertama yang harus dilakukan analisis (Ø) pada persentil tertentu. Nilai phi (Ø) ini selanjutnya dimasukkan dalam rumus moment.
INTERPRETASI PROSES GEOLOGI DAN SEDIMENTASI
utara ke selatan dan sungai ini sudah memiliki stadia dewasa. Metode yang digunakan adalah quartering dan pengayakan granulometri yaitu menganalisis segala hal yang berhubungan dengan butiran sedimen seperti Untuk metode ini rumus yang sering digunakan adalah rumus yang diusulkan oleh Folk & Ward
BERDASARKAN UKURAN BUTIR
menggunakan mesh. Dari hasil penelitian didapatkan bahwa ukuran butir yang dominan adalah medium sand, sortasi sedang, bentuk dan ukuran sedimen, hubungan antarbutir, dan sebagainya. (1957, lihat Friedman & Sanders, 1978; Lewis & McConchie, 1994). Rumus itu digunakan untuk
PADA SUNGAI PROGO
skewness symmetrical, kurtosis platykurtic, dan mekanisme sedimentasi yang terjadi adalah transportasi, jarak transportasi Dalam mempelajari sedimen, dibuatlah skala ukuran butir sedimen untuk mempermudah menentukan nilai Median, Mode, Mean, Sortasi, Skewness, dan Kurtosis. Median adalah ukuran
yang pendek. dalam menganalisis morfologi sedimen. Dalam menentukan ukuran butir, digunakan Skala Udden butir partikel tepat pada tengah-tengah populasi, yang berarti separuh dari berat keseluruhan
-Wentworth yang didasarkan pada faktorial dua. Oleh Krumbein (1934) dalam Blat et al., (1980) parikel adalah lebih halus sedangkan separuh lainnya lebih kasar dari ukuran butir tersebut. Medi-
Kata kunci: sortasi, mean, transportasi, sedimentasi
skala ini dibuat suatu transformasi logaritmik yang dinamakan dengan skala phi (ø). Rumus skala an dapat dilihat secara langsung dari kurva kumulatif, yaitu nilai phi pada titik dimana kurva
2
phi yaitu ø = -log d dimana, d merupakan diameter partikel dengan satuan mm. Dalam Blat et kumulatif memotong nilai 50% Mode adalah ukuran butir yang frekuensi kemunculannya paling
al., (1980) rumus tersebut diperbaiki oleh McManus (1963) menjadi ø. Rumus untuk menentukan sering (paling banyak). Nilai mode adalah nilai phi pada titik tertinggi kurva frekuensi Mean
Maksud dan Tujuan ø sendiri yaitu: dengan d adalah diameter partikel dalam mm. Oleh merupakan nilai dari rata-rata ukuran butir. Rumus untuk menentukan nilai Mean adalah: Mz=
McManus (1963, lihat Blatt etal.,1980) rumus ini diperbaiki menjadi dengan d dimana merupakan nilai phi pada titik 16%, 50% dan 80% di kurva
Maksud dari dilaksanakannya Praktikum Sedimentologi Acara Ukuran Butir Sedimen yaitu untuk melakukan analisis distri-
adalah diameter partikel dan do adalah ukuran butir standar (1 mm). Untuk frekuensi kumulatif. Sortasi merupakan nilai yang menunjukkan tingkat keseragaman butir.
busi ukuran butir sedimen dengan menggunakan metode-metode tertentu seperti metode grafis dan metode matematis.
mengukur butiran sedimen dilakukan berbagai metode Rumus untuk menentukan nilai Sortasi adalah: σ1= Nilai hasil perhitungan
Sedangkan tujuan dari praktikum adalah untuk menentukan distribusi ukuran butir, tekstur, mekanisme transportasi, jarak trans-
tergantung pada ukuran butir suatu sedimen. Dalam tersebut kemudian dibandingkan dengan klasifikasi nilai σ1 untuk
portasi, dan relief topografi.
praktikum ini, ukuran butir yang dianalisis adalah ukuran menentukan tingkat sortasinya. Skewness merupakan nilai dari kesimetrian kurva frekuensi. Nilai
butir pasir dan kerakal sehingga cukup dilakukan metode skewness menunjukkan dominasi dari ukuran butir sedimen. Apabila kurva cenderung nampak
pengukuran sederhana yaitu dengan metode ayakan dan memuncak ke kiri, maka nilai skewness-nya positif dan sebaliknya jika memuncak kekanan
DISUSUN OLEH : pengukuran langsung. Setelah dilakukan pengayakan maka nilai skewness-nya negatif. Skewness positif menunjukkan ukuran butir kasar lebih
GEIKA PRAMANA SURYA Daerah Penelitian maka selanjutnya dilakukan pengolahan data distribusi dominan dan nilai skewness negatif menunjukkan dominansi ukuran butir yang halus. Rumus
(18/425077/TK/46772) frekuensi ukuran butir. Pengolahan data distribusi untuk menentukan nilai skewness adalah: SK 1 = Kurtosis merupakan
Hari, Romb/ Kel: SELASA, A1/1 frekuensi ukuran butir yang umum dilakukan berupa plot- nilai yang menunjukkan kepuncakan suatu kurva. Dimana sebuah
ting data sebagai histogram, kurva distribusi frekuensi kurva disebut normal (mesokurtic) apabila sebaran distribusi diantara 5% dan 95% adalah 2,44
ASISTEN KELOMPOK : atau tipe grafik yang lain yang dapat memberikan kali sebaran distribusi antara 25% dan 95%. Rumus untuk menentukan nilai kurtosis adalah: K G=
ICHSAN RAMADHAN gambaran visual data, perhitungan parameter statistik (rata
-rata, standar deviasi, kurtosis, dll) secara deskriptif dari ,
grafik, perhitungan momen statistik seperti di atas secara Perhitungan Parameter Statistik Secara Matematis
ASISTEN ACARA:
matematis dari data presentase berat fraksi ukuran butir Prinsipnya ialah dengan menggunakan konsep moment.Berbeda dengan metode grafis,
AISHA WARREN perhitungan secara matematis tidak memerlukan plotting data ke dalam kurva terlebih dahulu,
tetapi metode ini memerlukan data distribusi frekuensi yang lengkap sehingga data harus
diekstrapolasikan hingga 100%. Perhitungan ini menggunakan asumsi bahwa kurva distribusi
frekuensi bersifat normal.
Moment pertama – nilai mean (x ø) x ø =
YOGYAKARTA
Moment kedua – nilai variance, sortasi merupakan akar dari variance σø=
APRIL Tabel 1. Klasifikasi ukuran butir sedimen menurut US Standard oleh Pettijohn et al, 1972 pa-
2019 da Surjono, 2017 Moment ketiga – nilai skewness (Sk ø) Skø =

Moment keempat – nilai kurtosis (K ø) Kø =

Kesimpulan
1. Ukuran butir yang dominan pada Sungai Progo adalah medium sand
2. Material pada Sungai Progo memiliki sortasi sedang yang semakin
menghalus ke arah hilir
Analisis Data
Pembahasan & Interpretasi 3. Mekanisme yang umum terjadi adalah transportasi
4. Sungai Progo memiliki energi arus yang tinggi dan viskositas rendah
A. Kurva frekuensi dan ukuran Jika ukuran rata-rata butir dan kecepatan arus dimasukkan pada diagram Hjulstrom maka STA 2 dengan 5. Jarak transportasi pada Sungai Progo pendek
Perbandingan Nilai Mean, Sortasi, Skewness, dan Kurtosis ukuran rata-rata butir fine sand dan kecepatan arus 0,99 m/s, maka mekanisme yang seharusnya terjadi adalah 6. Relief Sungai Progo cukup tinggi
erosi dan transport. Namun pada kenyataannya juga terjadi deposisi material yang berukuran fine sand. Kemudi-
STA 2 4 6 8 10 12 an pada STA 4, dengan ukuran rata-rata butir coarse sand dan kecepatan arus 0,67 m/s maka mekanisme yang
terjadi adalah transportasi secara bedload. Pada STA 6, ukuran rata-rata butir medium sand dan kecepatan arus
Mean Fine sand Coarse sand Medium sand Medium sand Fine sand Medium sand 0,56 m/s maka mekanisme yang terjadi adalah transportasi. STA 8, ukuran rata-rata butir medium sand dan ke-
cepatan arus 0,3 m/s maka mekanisme yang terjadi adalah transportasi secara bedload. STA 10 memiliki ukuran
(Ukuran)
Sortasi Moderately Poorly sorted Moderately Moderately Moderately Moderately rata-rata butir fine sand dan kecepatan arus 0,5 m/s maka mekanisme yang seharusnya terjadi adalah transportasi. Dokumentasi
(Ukuran) (Ukuran) sorted sorted sorted sorted sorted Kemudian pada STA 12, ukuran rata-rata butirnya adalah medium sand dan kecepatan arus 0,8 m/s maka
Skewness Symmetrical Symmetrical Symmetrical Symmetrical Coarse- Symmetrical
mekanismenya adalah transportasi dan erosi. Berdasarkan teori, energi yang bekerja semakin ke hilir maka ener- STA 2
ginya akan semakin kecil. Energi arus dapat dicerminkan dengan kecepatan arus. Energi yang bekerja pada
Sungai Progo sesuai dengan teori, kecuali pada STA 12. Pada STA 12 terdapat pengaruh manusia sehingga ener-
STA 4
Kurtosis Mesokurtic Platykurtic Platykurtic Platykurtic Leptokurtic Mesokurtic
gi arus yang bekerja menjadi berbeda dengan teori.

Berdasarkan data ukuran rata-rata butir, didapatkan ukuran butir pasir yang memiliki range dari fine sand hingga Energi arus juga memengaruhi viskositas. Semakin besar energi arus, maka viskositas cairan akan semakin
coarse sand. Pada STA 2 terdapat sebuah anomali, butir pasir yang berada di bagian hulu seharusnya memiliki ukuran ra- kecil sedangkan semakin kecil energi arus, maka viskositasya semakin besar. Tumbukan yang tadinya lemah ka-
ta-rata butir yang lebih kasar. Selain itu, apablia kecepatan sungai dan material sedimen yang dideposisi pada STA 2 di- rena energi partikel kurang akan menjadi besar jika energi dinaikkan. Hal ini karena energi kinetik partikel besar.
(Ukuran) masukkan ke dalam Diagram Hjulstrom , maka material tersebut harusnya mengalami erosi dan transportasi. Hal ini dapat Akibatnya, laju aliran akan menjadi lebih besar sehingga viskositasnya menjadi kecil. Jika melihat kondisi
(Ukuran) (Ukuran)
disebabkan karena kesalahan dalam pengambilan sampel. Dari STA 10 ke STA 12 juga terdapat perubahan ukuran butir Sungai Progo, maka tipe aliran arusnya adalah laminar. Hal ini berarti bahwa viskositasnya adalah rendah dan
yang seharusnya tidak sesuai, yakni dari fine sand ke medium sand. Namun, apabila kita meninjau lokasi pengambilan sam- energi arusnya cukup besar.
B. Histogram
STA 12 STA 6
pel pada STA 12, dapat diketahui bahwa di STA 12 terdapat rekayasa manusia berupa dam, tanggul buatan, dan tambang Berdasatkan uraian yang sudah ada di atas, sortasi pada Sungai Progo dari STA yang dekat dengan hulu
pasir. Hal ini tentunya dapat mengacaukan atau membuat data yang diambil menjadi tidak ideal lagi. Data skewness juga dengan STA yang di hilir semakin membaik meskipun tidak terlalu signifikan. Hal ini menunjukkan bahwa se-
menunjukkan distribusi ukuran butir. Pada STA 2, 4, 6, dan 8 memiliki nilai skewness yang symmetrical. Ini berarti bahwa makin jauh material dari hulu, maka sortasinya semakin membaik. Namun, perubahan yang tidak terlalu signif-
perbandingan antara butir yang halus dan butir yang kasar tidak terlalu jauh. Sedangkan pada STA 10 skewness-nya berubah ikan dapat disebabkan oleh beberapa hal. Mulai dari factor cuaca, adanya erosi tebing sekitar, dan faktor manu-
(STA) menjadi coarse-skewed. Hal ini berarti puncak kurva berada di sebelah kanan dan ukuran butir yang mendominasi di STA sia. Perubahan sortasi yang tidak terlalu signifikan ini dapat juga disebabkan oleh Sungai Progo yang tidak terla-
ini adalah butir yang lebih halus. lu panjang. Sungai Progo memiliki panjang sekitar 140 km. Hal ini mengakibatkan sortasi tidak berlangsung da-
Secara umum, Sungai Progo tidak mengalami pensortasian yang terlalu ekstrem. Hampir setiap STA memiliki sortasi lam waktu yang lama sehingga perubahan dari hulu ke hilir tidak terlalu signifikan.
(STA) (STA) sedang. Berdasarkan teori, sortasi dari hulu menuju ke hilir seharusnya semakin membaik. Namun, berdasarkan data yang Sortasi sedang dan kecepatan arus yang stabil menunjukkan bahwa relief pada Sungai Progo cukup tinggi.
didapat, sortasi pada Sungai Progo cenderung stabil. Berdasarkan kurtosis, STA 2 memiliki nilai kurtosis yaitu mesokurtic Relief yang tinggi akan dapat menghasilkan energi yang cukup stabil sehingga material tidak mengalami sortasi
yang berarti distribusi ukuran butirnya tidak terlalu besar dan tidak terlalu kecil. Kemudian pada STA 4, 6, dan 8 nilai kurto- yang cukup signifikan.
STA 2 sisnya adalah platykurtic. Hal ini berarti distribusi ukuran butirnya cukup besar dan menunjukkkan sortasi yang berada pada Kolom Pengesahan
nilai sedang-buruk. Lalu STA 10 memiliki nilai kurtosis leptokurtic, hal ini menunjukkan bahwa distribusi ukuran butirnya
STA 4 Daftar Pustaka
sudah mengecil dan berarti sortasinya sudah membaik daripada STA sebelumnya. Kemudian pada STA 12 nilai kurtosis Yogyakarta, 25 Mei 2019
STA 6 menjadi mesokurtic lagi. Sortasi yang tidak berbeda terlalu jauh dari hulu hingga ke hilir ini mungkin disebabkan karena Dana, Cendi Diar Permata, dkk. 2016. Analisis Granulometri Morfologi Butir dan Batuan Asal pada Endapan Pasir-Kerakal di Menyetujui,
pengaruh jarak, viskositas, dan cuaca saat pengambilan data. Pengambilan data tidak dilakukan secara serentak. Hal inilah Sepanjang Aliran Sungai Progo. D.I.Yogyakarta : Universitas Gadjah Mada, Departemen Teknik Geologi
STA 8
(STA) yang dapat menyebabkan adanya perbedaan data dengan kondisi yang ideal. Cuaca saat pengambilan sampel yang hujan ju- Sujono, Sugeng S. dkk. 2017. Analisis Sedimentologi. Yogyakarta : Universitas Gadjah Mada, Jurusan Teknik Geologi Asisten Pendamping Penyusun
STA 10 ga dapat mengacaukan data. Viskositas juga dapat memengaruhi sortasi, viskositas tinggi akan menghasilkan sortasi buruk
dan viskositas rendah akan menghasilkan sortasi yang baik. Pada keadaan ideal, sungai akan memiliki viskositas rendah, Surjono, Sugeng S & Donatus Hendra Amijaya. 2017. Sedimentologi. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press & Anggota IKAPI
STA 12
dengan demikian sortasi sedang pada Sungai Progo masih sesuai dengan teori. Berdasarkan jarak yang ditempuh, sortasi ber- Triapriyasen, Ardiyan, dkk. 2016. Analisis Jenis Ukuran Butir Sedimen di Perairan Teluk Jakarta. Semarang : Universitas Diponegoro
gerak dari sortasi sedang, menjadi buruk, dan sedang lagi. Nilai sortasi sedang di bagian awal sungai dapat disebabkan oleh
lokasi pengambilan sampel yang kurang representatif. Ichsan Ramadhan Geika Pramana Surya
15/378925/TK/42867 18/425077/TK/46772

Anda mungkin juga menyukai