Anda di halaman 1dari 14

STANDAR OPERATIONAL PROCEDURE (SOP) OKSIGENASI

PENGERTIAN OKSIGENASI
Oksigenasi adalah suatu proses untuk mendapatkan O2 dan mengeluarkan
CO2. Kebutuhan fisiologis oksigenasi merupakan kebutuhan dasar manusia yang
digunakan untuk kelangsungan metabolisme sel tubuh, untuk mempertahankan
hidupnya dan untuk aktivitas berbagai organ atau sel. Apabila lebih dari 4 menit
orang tidak mendapatkan oksigen maka akan berakibat pada kerusakan otak yang
tidak dapat diperbaiki dan biasanya pasien akan meninggal.
Oksigen memegang peranan penting dalam semua proses tubuh secara fungsional.
Tidak adanya oksigen akan menyebabkan tubuh secara fungsional mengalami
kemunduran atau bahkan dapat menimbulkan kematian. Oleh karena itu, kebutuhan
oksigen merupakan kebutuhan yang paling utama dan sangat vital bagi tubuh.
Pemenuhan kebutuhan oksigen ini tidak terlepas dari kondisi sistem pernapasan secara
fungsional.
Bila ada gangguan pada salah satu organ sistem respirasi, maka kebutuhan oksigen
akan mengalami gangguan. Sering kali individu tidak menyadari terhadap pentingnya
oksigen.Proses pernapasan dianggap sebagai sesuatu yang biasa-biasa saja. Banyak
kondisi yang menyebabkan seseorang mengalami gangguan dalam pemenuhan
kebutuhan oksigen, seperti adanya sumbatan pada saluran pernapasan. Pada kondisi
ini, individu merasakan pentingnya oksigen.

SISTEM TUBUH YANG BERPERAN DALAM KEBUTUHAN OKSIGENASI


Sistem tubuh yang berperan dalam membantu dalam pemenuhan kebutuhan
oksigenasi adalah saluran pernafasan bagian atas dan saluran pernafasan bagian
bawah.
Saluran pernapasan bagian atas, terdiri atas:
1. Hidung, proses oksigenasi diawali dengan masuknya udara melalui hidung.
2. Esophagus.
3. Laring, merupakan saluran pernapasan setelah faring.
4. Epiglotis, merupakan katup tulang rawan yang bertugas menutup laring saat proses
menutup
Saluran pernapasan bagian bawah, terdiri atas:
1. Trakhea, merupakan kelanjutan dari laring sampai kira-kira ketinggian vertebrae
torakalis kelima.
2. Bronkhus, merupakan kelanjutan dari trakhea yang bercabang menjadi bronchus
kanan dan kiri.
3. Bronkiolus, merupakan saluran percabangan setelah bronchus.
4. Alveoli, merupakan kantung udara tempat terjadinya pertukaran oksigen dengan
karbondioksida.
5. Paru-Paru (Pulmo), paru-paru merupakan organ utama dalam sistem pernapasan.
Secara anatomi,system respirasi terbagi menjadi dua, yaitu saluran pernafasan dan
parenkim paru. Saluran pernafasan dimulai dari organ hidung, mulut, trakea, bronkus
sampai bronkiolus. Di dalam rongga toraks, bronkus bercabang menjadi dua kanan dan
kiri. Bronkus kemudian bercabang-cabang menjadi bronkiolus. Bagian parenkim
paru berupa kantong-kantong yang menempel di ujung bronkiolus yang disebut
alveolus (bila 1) atau alveoli (bila banyak)

JENIS PERNAPASAN DAN VOLUME PERNAFASAN


A. Jenis Pernafasan
Pernafasan dibedakan atas 2, yaitu pernafasan eksternal dan pernafasan internal
1) Pernapasan Eksternal
Pernapasan eksternal merupakan proses masuknya O2 dan keluarnya CO2 dari
tubuh, sering disebut sebagai pernapasan biasa. Proses pernapasan ini dimulai dari
masuknya oksigen melalui hidung dan mulut pada waktu bernapas, kemudian
oksigen masuk melalui trakea dan pipa bronchial ke alveoli, lalu oksigen akan
menembus membrane yang akan diikat oleh Hb sel darah merah dan dibawa ke
jantung. Setelah itu, sel darah merah dipompa oleh arteri ke seluruh tubuh,
kemudian meninggalkan paru dengan tekanan oksigen 100mmHg.
2) Pernapasan Internal
Pernapasan internal merupakan proses terjadinya pertukaran gas antar sel jaringan
dengan cairan sekitarnya yang sering melibatkan proses semua hormon termasuk
derivate catecholamine dapat melebarkan saluran pernapasan.
B. Volume Pernafasan
Volume pernafasan menggambarkan kapasitas pernafasan seseorang. Volume
pernafasan dapat diukur dengan alat yang disebut spirometer. Spirometer menggunakan
prinsip salah satu hukum dalam fisika yaitu hukum Archimedes. Hal ini tercermin pada
saat spiromete ditiup, ketika itu tabung yang berisi udara akan naik turun karena adanya
gaya dorong ke atas akibat adanya tekanan dari udara yang masuk ke spirometer.
Spirometer juga menggunakan hukum Newton yang diterapkan dalam sebuah katrol.
Katrol ini dihubungkan kepada sebuah bandul yang dapat bergerak naik turun. Bandul ini
kemudian dihubungkan lagi dengan alat pencatat yang bergerak diatas silinder
berputar. Karena proses pernafasan terbagi menjadi inspirasi dan ekspirasi, maka
volume pernafasan akan terbagi menjadi beberapa jenis
Pada spirometri, dapat dinilai 4 volume paru dan 4 kapasitas paru:
1. Volume paru:
a. Volume tidal (Tidal volume/TV), yaitu jumlah udara yang masuk ke dalam danke
luar dari paru pada pernapasan biasa/ istirahat. Pada orang dengan berat badan
70 kg, volume tidal berkisar 500 ml, hal ini berarti dalam kondisi relaks, individu
bernafas sebanyak 12 x per menit, menghisap dan menghembuskan nafas
sebanyak 500 x 12 = 6 liter per menit
b. Volume cadangan inspirasi (inspiratory reserve volume/IRV), yaitu jumlah udara
yang masih dapat masuk ke dalam paru pada inspirasi maksimal setelah inspirasi
biasa. Volume ini menggambarkan seberapa banyak udara yang dapat dihisap
sebanyak mungkin diluar pernafasan biasa. Nilai normal IRV berkisar 3000 ml
Volume cadangan ekspirasi (Expiratory Reserve Volume/ERV), yaitu jumlah udara
yang dikeluarkan secara aktif dari dalam paru setelah ekspirasi biasa.Nilai normal
ERV berkisar 1200ml
c. Volume residu yaitu jumlah udara yang tersisa dalam paru setelah ekspirasi
maksimal, tetap ada udara yang masih tersimpan di dalam paru-paru. Nilai
normal volume residual berkisar 1.2 liter.
2. Kapasitas paru:
a. Kapasitas paru total (total lung capacity/ TLC), yaitu jumlah total udara dalamparu
setelah inspirasi maksimal. Nilai normal TLC seseorang berkisar 6 liter. Akan
tetapi arti klnis TLC tidak sebesar VC, karena TLC hanya gambaran anatomi dari
volume respirasi.
b. Kapasitas vital (vital capacity/ VC), yaitu jumlah udara yang dapat diekspirasi
maksimal setelah inspirasi maksimal. Kapasitas vital memberikan arti klinis
yang bermakna dimana sebagai gambaran seberapa besar kemampuan paru-
paru seseorang untuk menggerakkan udara pada kondisi inspirasi dan ekspirasi
maksimal. Dapat dikatakan bahwa VC merupakan gambaran kapasitas fisiologis
seseorang untuk menghisap dan menghembuskan udara. Nilai normal VC berkisar
5 liter. Pada atlet VC dapat mencapai 6.5 liter, orang yang kurus berkisar 3
liter. Ukuran VC akan sangat berkurang pada klien gangguan kronis parenkim
paru seperti Tuberkulosis (TBC). Kapasitas vital juga akan berkurang bila
terjadi kelemahan otot pernafasan akibat penyakit (missal Polio, Guillan Barre
Syndrome) dan konsumsi obat tidur.
c. Kapasitas inspirasi, yaitu jumlah udaramaksimal yang dapat masuk ke dalam
paru setelah akhir ekspirasi biasa.
d. Kapasitas residu fungsional, yaitu jumlah udara dalam paru pada akhir ekspirasi
biasa.

Ruang Rugi (dead space)


Saat bernafas, udara keluar dan masuk paru-paru, akan tetapi sesungguhnya ada
udara yang tidak masuk ke dalam alveoli, sebab saat ispirasi ada udara yang masih
berada di saluran pernafasan dan sebelum udara itu masuk ke alveoli, paru-paru sudah
masuk ke fase ekspirasi sehingga udara yang masih di saluran pernafasan langsung
keluar lagi. Volume udara yang tidak masuk ke alveoli tersebut isebut volume
ruang rugi. Dari 500 ml volume tidal seseorang, ada sekitar 150 ml (30%) yang tidak
masuk ke alveoli dan langsung di ekspirasi.
Volume ruang rugi ini sesungguhnya menggambarkan volume saluran pernafasan
seseorang, bagi penderita yang mengalami gangguan obstruksi saluran pernafasan
missal pada Penyakit Paru Obstruksi Kronis/ PPOK (Asma bronkial, bronchitis
kronis,empisema), persentase volume ruang ruginya kurang dari 30%. Cara
menentukan volume ruang rugi yaitu dengan mengukur berapa volume paru-paru
yang diekspirasi paksa pada detik pertama (Porce Expiratory Volume Second 1 / PEV
1) Normal PEV 1 seseorang berkisar 30% dari kapasitas vital (VC) paru.
Berikut cara pemeriksaan vital paru dengan alat spirometri:
1. Siapkan alat spirometri
2. Nyalakan alat terlebih dahulu dengan memencet tombol ON. Masukkan data seperti
umur, seks, TB, dan BB
3. Kemudian masukkan mouthpiece yang ada dalam alat spirometri ke dalam
mulutnya dan tutuplah hidung dengan penjepit hidung.
4. Untuk mengatur pernapasan, bernapaslah terlebih dahulu dengan tenang sebelum
melakukan pemeriksaan.
5. Tekan tombol start jika sudah siap untuk memulai pengukuran.Mulai dengan
pernapasan tenang sampai timbul perintah dari alat untuk ekspirasi maksimal (tidak
terputus). Bila dilakukan dengan benar maka akan keluar data dan kurva pada layar
monitor spirometri.
6. Kemudian ulangi pengukuran dengan melanjutkan inspirasi dalam dan ekspirasi
maksimal.Setelah selesai lepaskan mouthpiece, periksa data dan kurva kemudian
dilanjutkan dengan mencetak hasil rekaman (tekan tombol print pada alat
spirometri)

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL PEMBERIAN TERAPI OKSIGEN


A. Definisi
Berdasarkan metode pemberian terapi oksigen dibagi menjadi 3, sebagai berikut:
1. Close system
Pemberian terapi oksigen dengan jalan mengisolir udara bebas melalui pipa
endotrakheal, tracheostomy atau masker ketat yang dihubungkan ke ventilator atau
alat anastesi.
- Keuntungan : Konsentrasi O2 bisa mencapai 100%
- Kerugian:
a. Klien merasa tidak nyaman,
b. Kemungkinan intoksikasi O2, dan
c. Bahaya jika terjadi kegagalan suplai O2.
2. Open delivery system
a. Low flow system
Sistem ini kecepatan aliran gas kurang dari volume inspirasi klien. Sebagian tidal
volume ditarik dari udara ruangan , oleh karena itu FiO2 aktual yang diberikan
kepada klien sudah diketahui secara pasti. FiO2 berubah-ubah tergantung pola
ventilasi dan tidal volume klien. Tidal volume ↑ maka FiO2↓. Contoh alat: nasal
kanule, simple face mask, partial rebreathing mask, dan non rebreathing mask.
b. High flow system
Kecepatan aliran gas memenuhi volume inspirasi. Contoh alat : bag and mask,
masker venturi dan high O2 environment Pemberian terapi O2 dengan cara
meningkatkan kadar O2 di lingkungan klien bisa dilakukan dengan
menggunakan tenda O2 (O2 tent), head boxes dan inkubator
B. Prosedur Oksigenasi
1. Nasal Kanul
a. Karakteristik
 Terdapat 2 ujung masing-masing 1.5 cm (0,5 inch) yang menonjol keluar.
 Tidak dapat megirimkan konsentrasi 02 > 40%.
b. Perkiraan Konsentrasi O2
 1L = 24 – 25 %
 2L = 27 - 29 %
 3L = 30 – 33 %
 4L = 33 – 37 %
 5L = 36 - 39 %
 6L = 41 - 45 %
c. Keuntungan
 Murah dan mudah diberikan,
 Ringan dan relatif nyaman,
 Tersedia untuk beberapa kelompok usia,
 Dapat digunakan dalam jangka waktu lama, dan
 Klien masih bisa beraktifitas (makan, minum, berbicara).
d. Kerugian
 Mudah lepas,
 Aliran meningkat menyebabkan iritasi mukosa hidung dan faring,
 Konsentrasi O2 tergantung pada RR dan tidal volume.
A. TAHAP PRE INTERAKSI
1. Verifikasi order/tindakan
2. Menyiapkan alat :
- Sumber O2,
- Nasal kanul plastik,
- Humidifier dan air,
- Flowmeter, dan
- No smoking sign.
3. Cuci tangan
B. TAHAP ORIENTASI
1. Berikan salam dengan menyebut nama
2. Menjelaskan tujuan dan prosedur tindakan
3. Menjaga privasi
C. TAHAP KERJA
1. Kaji keadaan klien, keadaan lubang hidung, kedalaman pernafasan
2. Nyeri atau tidak pada waktu bernafas
3. Posisi yang nyaman
4. Pasang tanda dilarang merokok pada pintu atau tempat yang mudah dilihat.
5. Tunjukkan nasal kanule dan terangkan prosedurnya.
6. Yakinkan humidifire telah terisi air.
7. Sambungkan konektor dengan sambungan luar humidifire.
8. Set flow meter sesuia kebutuhan dan rasakan lairan udaranya pada tangan.
9. Pasang ujung nasal kanule pada hidung dan lingkarkan selangnya melingkari
telinga menuju bawah dagu dengan rapi dan nyaman.
10. Minta klien bernafas melalui hidung
11. Tanyakan pada pasien apakah masih sesak
12. Observasi dan hitung pernafasan pasien serta catat hasilnya
11. Rapikan pasien
D. TAHAP TERMINASI
1. Akhiri dan simpulkan kegiatan
- Berikan H.E pada pasien dan keluarga:
 Tidak boleh merokok di lingkungan pasien
 Jangan merubah flowmeter
2. Evaluasi perasaan klien
3. Kontrak dengan kegiatan selanjutnya
4. Bereskan alat dan cuci tangan
E. DOKUMENTASI
Catat tindakan yang telah dilakukan dan respon pasien
1. Catat flow rate yang digunakan dan respon klien,
2. Kaji lebih lanjut kondisi klien, SaO2 dan BGA,
3. Pasatikan alat-alat masih berfungsi dengan baik,
4. Pastikan klien merasa nyaman Saat menggunakan nasal canula.
Tanda Tangan
2. Simple Face Mask
a. Karakteristik
 Terbuat dari plastik aerosol, dan
 Terdapat pengaman logam sebagai fiksasi di puncak hidung.
b. Estimasi Prosentase O2
 5 lpm = 40 %
 6 lpm = 45–50 %
 8 lpm = 55–60 %
c. Keuntungan
 Mudah didapat, penggunaan mudah
 Dapat mengirim O2 40 – 60 %
d. Kerugian
 Menyekap wajah
 Tidak memungkinkan untuk makan dan batuk (kecuali dibuka)
 Perlu pengikat wajah
 Harus 6 lpm untuk mendorong co2 dari masker
A. TAHAP PRE INTERAKSI
1. Verifikasi order/tindakan
2. Menyiapkan alat :
- Sumber O2,
- Humidifire dan air,
- Plastik aerosol,
- Selang O2,
- Flow meter,
- No smoking sign,
- Elemen pemanas humidifire (bila perlu).
3. Cuci tangan
B. TAHAP ORIENTASI
1. Berikan salam dengan menyebut nama
2. Menjelaskan tujuan dan prosedur tindakan
3. Menjaga privasi
C. TAHAP KERJA
1. Pasang no smoking sign di pintu atau tempat yang mudah dilihat.
2. Tunjukkan masker dan terangkan prosedurnya.
3. Yakinkan air humidifire telah terisi sampai tanda batas.
4. Sambungkan selang masker dengan humidifire pada elemen pemanas ( bila
menggunakan).
5. Set konsentrasi O2.
6. Bila Klien Tachipnoe dan konsentrasi O2 50 % atau lebih 2 humidifire dan flow
meter dipasang bersama.
7. Setel flow rate sampai timbul uap air.
8. Pasang masker apda wajah dan pasang strap seaman dan senyaman mungkin.
9. Bersihkan selang dari uap secara bertahap bila menggunakan elemen pemanas.
10. Bila menggunakan elemen pemanas periksa suhu botol humidifire.
D. TAHAP TERMINASI
1. Akhiri dan simpulkan kegiatan
- Berikan H.E pada pasien dan keluarga:
 Tidak boleh merokok di lingkungan pasien
 Jangan merubah flowmeter
2. Evaluasi perasaan klien
3. Kontrak dengan kegiatan selanjutnya
4. Bereskan alat dan cuci tangan
E. DOKUMENTASI
Catat tindakan yang telah dilakukan dan respon pasien
5. Catat konsentrasi O2 dan respon klien dan segera laporkan bila terjadi
intoleransi pada terapi.
6. Kaji kondisi klien dan alat-alat secara berkala.
7. Bila terjadi perubahan pada kondosi klien Observasi SaO2 atau ABG.
8. Catat perubahan volume dan kekentalan produksi sputum.
Tanda Tangan

3. Partial Rebreating Mask


a. Karakteristik:
 Fleksible.
 Dilengkapi kantong sebagai reservoir.
 Tidak dilengkapi one way flap.
 Pada saat inspirasi klien bernafas dari masker dan bag, pada saat ekspirasi bag
terisi oksiger dan gas buanagn dan sebagian keluar melalui sisi samping
masker.
 Konsentrasi O2 50 – 75 %.
4. Non Rebreathing Mask
a. Karakteristik:
 Mampu mengirim O2 100%.
 Mempunyai one way flap yang menutupi 1 tau kedua jalan exhalasi untuk
melindungi udara ruangan masuk saat inspirasi
 Optomalnya: volume inspirasi klien akan disediakan oleh masker / reservoir
dengan pengiriman O2 mendekati 100 %.
 Digunakan pada klien hipoksia berat.
A. TAHAP PRE INTERAKSI
1. Verifikasi order/tindakan
2. Menyiapkan alat :
- O2 sumber,
- Masker O2,
- Reservoir,
- Selang O2,
- Humidifire (jika perlu),
- Flow meter, dan
- No smoking sign.
3. Cuci tangan
B. TAHAP ORIENTASI
1. Berikan salam dengan menyebut nama
2. Menjelaskan tujuan dan prosedur tindakan
3. Menjaga privasi
C. TAHAP KERJA
1. Pasang No Smoking sign.
2. Isi Humidifire dengan air.
3. Sambungkan selang luar humidifire
4. Sambungkan flow meter.
5. Tunjukkan masker dan terangkan prosedurnya.
6. Isi reservoir bag dengan O2,kosongkan sebelumnya.
7. Pasang masker O2 pada wajah klien.
8. Atur Flow meter.
9. Tetap bersama klien untuk beberapa waktuuntuk membuat klien nyaman dan
observasi reaksinya.
10. Lepaskan secara periodik untuk mengeringkan wajah sekitar masker, beri bedak
dan masage wajah sekitar masker.
D. TAHAP TERMINASI
1. Akhiri dan simpulkan kegiatan
- Berikan H.E pada pasien dan keluarga:
 Tidak boleh merokok di lingkungan pasien
 Jangan merubah flowmeter
2. Evaluasi perasaan klien
3. Kontrak dengan kegiatan selanjutnya
4. Bereskan alat dan cuci tangan
E. DOKUMENTASI
Catat tindakan yang telah dilakukan dan respon pasien
9. Catat flow rate dan respon klien dengan segera serta toleransi klien terhadap
alat.
10. Observasi perubahan kondisi klien.
11. Observasi adanya kerusakan alat dan level air humidifier
Tanda Tangan
5. Masker Venturi
a. Karakteristik
 Masker plastik dengan 6 venturi konektor,
 Mencampur O2 bebas dengan O2 sumber.
b. Konsentrasi O2
 Orange = 10 lpm / 50 %
 Merah = 8 lpm / 40 %
 Hijau = 8 lpm / 35 %
 Putih = 6 lpm / 31 %
 Kuning = 4 lpm/ 28 %
 Biru = 4 lpm / 24 %
c. Keuntungan
 Konsentraso O2 dapat ditentukan dengan mengganti konektor sesui dengan
yang diinginkan,
 Ketepatan konsentras lebih baik,
 Dapat digunakan pada klien dengan kecenderungan retensi CO2
d. Kerugian
 Mahal,
 Dibutuhkan waktu untuk mengganti konector bila ingin merubah konsentrasi,
 Konektor beresiko hilang, dan
 Klien tidak bebas beraktifitas.

A. TAHAP PRE INTERAKSI


1. Verifikasi order/tindakan
2. Menyiapkan alat :
- Sumber O2
- Flow meter
- Venturi masker with konektor
Bila menginginkan higt humidity:
- Sumber compressed air source
- Flow meter
- Humidifire dan air
- Selang berukuran besar
3. Cuci tangan
B. TAHAP ORIENTASI
1. Berikan salam dengan menyebut nama
2. Menjelaskan tujuan dan prosedur tindakan
3. Menjaga privasi
C. TAHAP KERJA
1. Pasang tanda dilarang merokok pada pintu atau tempat yang mudah dilihat
2. Tunjukkan venturi masker dan terangkan prosedurnya.
3. Set venturi masker sesuai kebutuhan FiO2.
4. Sambungkan selang masker dengan sambungan luar humidifire.
5. Cek aliran udara apakah sudah benar-benar mengalir.
6. Letakkan masker venturi pada hidung, mulut dan dagu klien bagian bawah dan
pasang elastik strapnya.
7. Cek aliran udara tidak buntu.
8. Bila menggunakan higt humiditi:
9. Sambungkan humidifire dan sumber O2
10. Pasang selang pada humidifire dan sambung tubing pada dasar konektor
D. TAHAP TERMINASI
1. Akhiri dan simpulkan kegiatan
- Berikan H.E pada pasien dan keluarga:
 Tidak boleh merokok di lingkungan pasien
 Jangan merubah flowmeter
2. Evaluasi perasaan klien
3. Kontrak dengan kegiatan selanjutnya
4. Bereskan alat dan cuci tangan
E. DOKUMENTASI
Catat tindakan yang telah dilakukan dan respon pasien
12. Catat flow rate dan respon klien, Laporkan bila klien intolerance terhadap
terapi.
13. Bila klien menunjukkan retensi CO2, lakukan BGA tiap 30 menit, selama 1
– 2 jam atau sampai PaO2 > 50 mmHG dan PaCO2 tidak meningkat,
Monitor PH, Laporkan bila PH meningkat.
14. Observasi tingkat kenyamanan klien.
Tanda Tangan

6. Bag and Mask


a. Karakteristik
 Terbuat dari karet yang empuk, dan
 Dikerjakan secara manual.
b. Keuntungan
 Konsentrasi O2 bisa mencapai 100 % dan tidak dipengaruhi pola nafas klien,
 Bisa digunakan pada klien gagal nafas dan cardiac arrest,
 Baik untuk menguras retensi CO2,
 Biasa digunakan sebelum, selama dan sesudah suction endotrakheal.
c. Kerugian
 Dibutuhkan ketrampilan untuk menggunakannya, dan
 Harga mahal.

A. TAHAP PRE INTERAKSI


1. Verifikasi order/tindakan
2. Menyiapkan alat :
- Sumber O2
- Bag and mask
- O2 Connecting tube
- Hand Schoen
- Pelindung mata
- Selang O2
- Flow meter
3. Cuci tangan
B. TAHAP ORIENTASI
1. Berikan salam dengan menyebut nama
2. Menjelaskan tujuan dan prosedur tindakan
a. Pada klien cardiopulmonary arrest
- Tentukan bahwa klien benar-benar mengalami cardiopulmonary arrest.
- Gunakan teknik pencegahan saat membuka jalan nafas untuk mencegah
injuri tulang leher.
b. Untuk suctioning atau pada klien dalam transport sutiation
- Kaji/observasi heart rate, tingkat kesadaran dan status respiratory.
3. Menjaga privasi
C. TAHAP KERJA
1. Sambungkan flow meter pada selang ke resuscitation bag.
2. Putar flow meter → high flow (12-15 L).
3. Sambungkan reservoir bag ke resuscitation bag.
4. Pakai sarung tangan dan pelindung mata.
5. Pada klien cardiopulmunary arrest:
 Setelah jalan nafas dibuka dan respirasai tidak ada masukkan orofaringeal
air way dan segera berikan respirasi.
 Bila nadi masih teraba lakukan pemberian O2 sampai ana nafas spontan dan
nadi dalam batas normal, bila terjadi henti jantung atau irama jantung
abnormal lakukan pijat jantung.
Pada klien preoksigenasi dan suctioning:
 Lakukan 10 – 15 x/m baging untuk menyediakan cadangan O2 diparu.
Pada klien transporting:
 Jika pemberian O2 dilakukan saat transporting , lakukan suction sebelum
klien dipindahkan, monitor HR dan RR serta tingkat kesadaran selamam
tindakan.
 Berikan ventilasi 12 – 15 x/m.
D. TAHAP TERMINASI
1. Akhiri dan simpulkan kegiatan
- Berikan H.E pada pasien dan keluarga:
 Tidak boleh merokok di lingkungan pasien
 Jangan merubah flowmeter
2. Evaluasi perasaan klien
3. Kontrak dengan kegiatan selanjutnya
4. Bereskan alat dan cuci tangan
E. DOKUMENTASI
Catat tindakan yang telah dilakukan dan respon pasien
15. Pada klien cardiopulmonary arrest pastikan klien bernafas spontan adan
HR teratur, identifikasi bila baging diperlukan lagi.
16. Pada klien suctioning and transporting kembalikan / rapikan klien seperti
keadaan semula.
17. Observasi adanya intileransi terhadap prosedur.
Tanda Tangan

Anda mungkin juga menyukai