SKENARIO 5
SISTEM RUJUKAN
Kelompok Tutorial 10
Anggota Kelompok :
UNIVERSITAS JEMBER
2017
1
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI............................................................................................... 2
SKENARIO................................................................................................. 3
STEP 1......................................................................................................... 4
STEP 2......................................................................................................... 5
STEP 3.......................................................................................................6
STEP 4.......................................................................................................9
STEP 5......................................................................................................10
STEP 7......................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................27
2
SKENARIO 5
SISTEM RUJUKAN
Seorang pasien mengeluhkan sakit gigi parah disertai pipi bawah belakang bengkak
sampai ke daerah leher. Keadaan sudah berlangsung selama satu minggu. Berdasarkan hasil
anamnesis diketahui bahwa pasien menderita diabetes. Dokter mengkonsul pasien tersebut ke
dokter penyakit dalam. Setelah diperiksa oleh dokter gigi di Puskesmas Kecamatan Sehat, hasil
menunjukkan bahwa pasien tersebut memerlukan tindakan pembedahan. Tenaga dan peralatan
yang ada di puskesmas kurang memadai sehingga dokter gigi merujuk pasien tersebut ke rumah
sakit yang merupakan pelayanan kesehatan tingkat dua.
3
STEP 1
IDENTIFIKASI KATA SULIT
1. Rujukan adalah pelimpahan wewenang dan tanggungjawab atas kasus penyakit atau
masalah kesehatan yang diselenggarakan secara timbal balik, baik secara vertikal dalam
arti satu strata sarana pelayanan kesehatan lainnya, maupun secar horizontal dalam arti
antar strata sarana pelayanan kesehatan yang sama
2. Konsultasi adalah suatu cara untuk meminta pendapat ke dokter lain (dokter ahli) atau
dokter yang dianggap lebih kompeten atas suatu kasus yang sedang ditangani.
3. Fasilitas Kesehatan tingkat 2 adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang didalamnya
terdapat pelayanan spesialistik, contohnya adalah Rumah sakit daerah tipe A.
4
STEP 2
RUMUSAN MASALAH
5
STEP 3
BRAINSTORMING
7
6. Pada beberapa sistem seperti sistem rujukan bertingkat, maka alur rujukan dimulai dari
faskes I – faskes II dan faskes III apabila diperlukan. Namun hal tersebut tidak berlaku
pada pasien darurat. Tahapan yang harus dilalui oleh perujuk antara lain :
1) Segi perujuk :
Harus menjelaskan alasan kenapa dilakukan rujukan
Membuat surat rujukan
Mencatat laporan rujukan
Stabilisasi keadaan umum pasien
Menyerahkan surat rujukan ke pihak yang berwenang.
2) Segi pihak yang dirujuk :
Membuat laporan penerimaan rujukan
Melakukan diagnosis kasus
Apabila pasien meninggal, penerima harus membuat surat rujukan balik.
7. Sistem rujukan pada BPJS adalah sistem rujukan bertingkat, dimana pasien harus
menjalani pengobatan di fasilitas pelayanan kesehatan I. Akan tetapi, ada beberapa
pengecualian seperti :
terjadi keadaan gawat darurat : Kondisi kegawatdaruratan mengikuti ketentuan
yang berlaku
bencana : Kriteria bencana ditetapkan oleh Pemerintah Pusat dan atau
Pemerintah Daerah
kekhususan permasalahan kesehatan pasien : untuk kasus yang sudah
ditegakkan rencana terapinya dan terapi tersebut hanya dapat dilakukan di
fasilitas kesehatan lanjutan
pertimbangan geografis
pertimbangan ketersediaan fasilitas.
8. Rujukan boleh langsung ke faskes III apabila sarana dan prasarana tidak mendukung
pada faskes II untuk menangani kasus tersebut.
9. Rujukan antar provinsi diperbolehkan, dengan mempertimbangkan aspek geografis dan
keadaan pasien. Karena tujuan utama dari pelayanan kesehatan adalah menurunkan
resiko kematian pasien dan mempercepat penyembuhan.
8
STEP IV
MAPPING
Sistem Rujukan
Kesehatan
paripurna
9
STEP V
LEARNING OBJECT
10
STEP VII
GENERALISATION
Peraturan Menteri Kesehatan No. 71 Tahun 2013 tentang pelayanan kesehatan pada
jaminan kesehatan nasional. Pada bagian keempat tentang pelayanan kesehatan rujukan tingkat
lanjutan di pasal 20 dan 21 dijelaskan sebagai berikut:
Pasal 20
(1) Pelayanan Kesehatan Rujukan Tingkat Lanjutan meliputi :
a. administrasi pelayanan;
b.pemeriksaan, pengobatan dan konsultasi spesialistik oleh dokter spesialis dan
subspesialis;
c. tindakan medis spesialistik baik bedah maupun non bedah sesuai dengan indikasi
medis;
d.pelayanan obat dan bahan medis habis pakai;
e. pelayanan penunjang diagnostik lanjutan sesuai dengan indikasi medis;
f. rehabilitasi medis;
g.pelayanan darah;
h.pelayanan kedokteran forensik klinik;
i. pelayanan jenazah pada pasien yang meninggal di Fasilitas Kesehatan;
j. perawatan inap non intensif; dan
k.perawatan inap di ruang intensif.
(2) Administrasi pelayanan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a terdiri atas biaya
pendaftaran pasien dan biaya administrasi lain yang terjadi selama proses perawatan
atau pelayanan kesehatan pasien.
(3) Pemeriksaan, pengobatan, dan konsultasi spesialistik oleh dokter spesialis dan
subspesialis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b termasuk pelayanan
kedaruratan.
(4) Jenis pelayanan kedokteran forensik klinik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf
h meliputi pembuatan visum et repertum atau surat keterangan medik berdasarkan
pemeriksaan forensik orang hidup dan pemeriksaan psikiatri forensik.
11
(5) Pelayanan jenazah pada pasien yang meninggal di Fasilitas Kesehatan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf i terbatas hanya bagi Peserta meninggal dunia pasca rawat
inap di Fasilitas Kesehatan yang bekerja sama dengan BPJS tempat pasien dirawat
berupa pemulasaran jenazah dan tidak termasuk peti mati.
Pasal 21
(1) Peserta yang menginginkan kelas perawatan yang lebih tinggi dari pada haknya, dapat
meningkatkan haknya dengan mengikuti asuransi kesehatan tambahan, atau membayar
sendiri selisih antara biaya yang dijamin oleh BPJS Kesehatan dengan biaya yang harus
dibayar akibat peningkatan kelas perawatan.
(2) Dikecualikan dari ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), bagi Peserta
Penerima Bantuan Iuran Jaminan Kesehatan tidak diperkenankan memilih kelas yang
lebih tinggi dari haknya. Pasal 22 (1) Dalam hal ruang rawat inap yang menjadi hak
Peserta penuh, Peserta dapat dirawat di kelas perawatan satu tingkat lebih tinggi. (2)
BPJS Kesehatan membayar kelas perawatan Peserta sesuai haknya dalam keadaan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1).
(3) Apabila kelas perawatan sesuai hak Peserta telah tersedia, maka Peserta ditempatkan di
kelas perawatan yang menjadi hak Peserta.
(4) Perawatan satu tingkat lebih tinggi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) paling lama 3
(tiga) hari.
(5) Dalam hal terjadi perawatan sebagaimana dimaksud pada ayat (4) lebih dari 3 (tiga)
hari, selisih biaya tersebut menjadi tanggung jawab Fasilitas Kesehatan yang
bersangkutan atau berdasarkan persetujuan pasien dirujuk ke Fasilitas Kesehatan yang
setara.
LO 2. Syarat Rujukan
12
LO 3. Macam / Jenis Rujukan
Sebagaimana pada Permenkes No. 1 Tahun 2012 tentang sistem rujukan, pada pasal
7,8,9, dan 10 disebutkan bahwa:
Pasal 7
(1) Rujukan dapat dilakukan secara vertikal dan horizontal.
(2) Rujukan vertikal sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan rujukan antar
pelayanan kesehatan yang berbeda tingkatan.
(3) Rujukan horizontal sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan rujukan antar
pelayanan kesehatan dalam satu tingkatan.
(4) Rujukan vertikal sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dapat dilakukan dari tingkatan
pelayanan yang lebih rendah ke tingkatan pelayanan yang lebih tinggi atau sebaliknya.
Pasal 8
Rujukan horizontal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (3) dilakukan apabila
perujuk tidak dapat memberikan pelayanan kesehatan sesuai dengan kebutuhan pasien
karena keterbatasan fasilitas, peralatan dan/atau ketenagaan yang sifatnya sementara atau
menetap.
Pasal 9
Rujukan vertikal dari tingkatan pelayanan yang lebih rendah ke tingkatan pelayanan yang
lebih tinggi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (4) dilakukan apabila:
a. pasien membutuhkan pelayanan kesehatan spesialistik atau sub spesialistik;
b. perujuk tidak dapat memberikan pelayanan kesehatan sesuai dengan kebutuhan
pasien karena keterbatasan fasilitas, peralatan dan/atau ketenagaan.
Pasal 10
Rujukan vertikal dari tingkatan pelayanan yang lebih tinggi ke tingkatan pelayanan yang
lebih rendah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (4) dilakukan apabila:
a. permasalahan kesehatan pasien dapat ditangani oleh tingkatan pelayanan kesehatan
yang lebih rendah sesuai dengan kompetensi dan kewenangannya;
b. kompetensi dan kewenangan pelayanan tingkat pertama atau kedua lebih baik
dalam menangani pasien tersebut;
c. pasien membutuhkan pelayanan lanjutan yang dapat ditangani oleh tingkatan
pelayanan kesehatan yang lebih rendah dan untuk alasan kemudahan, efisiensi dan
pelayanan jangka panjang; dan/atau
13
d. perujuk tidak dapat memberikan pelayanan kesehatan sesuai dengan kebutuhan
pasien karena keterbatasan sarana, prasarana, peralatan dan/atau ketenagaan.
Sistem Kesehatan Nasional membedakan rujukan menjadi dua macam yakni :
1. Rujukan Kesehatan
Rujukan ini terutama dikaitkan dengan upaya pencegahan penyakit dan peningkatan
derajat kesehatan. Dengan demikian rujukan kesehatan pada dasarnya berlaku untuk pelayanan
kesehatan masyarakat (public health service). Rujukan kesehatan dibedakan atas tiga macam
yakni rujukan teknologi, sarana, dan operasional (Azwar, 1996). Rujukan kesehatan yaitu
hubungan dalam pengiriman, pemeriksaan bahan atau specimen ke fasilitas yang lebih mampu
dan lengkap. Ini adalah rujukan uang menyangkut masalah kesehatan yang sifatnya
pencegahan penyakit (preventif) dan peningkatan kesehatan (promotif). Rujukan ini mencakup
rujukan teknologi, sarana dan opersional (Syafrudin, 2009).
2. Rujukan Medik
Rujukan ini terutama dikaitkan dengan upaya penyembuhan penyakit serta pemulihan
kesehatan. Dengan demikian rujukan medik pada dasarnya berlaku untuk pelayanan
kedokteran (medical service). Sama halnya dengan rujukan kesehatan, rujukan medik ini
dibedakan atas tiga macam yakni rujukan penderita, pengetahuan dan bahan bahan
pemeriksaan (Azwar, 1996). Menurut Syafrudin (2009), rujukan medik yaitu pelimpahan
tanggung jawab secara timbal balik atas satu kasus yang timbul baik secara vertikal maupun
12 horizontal kepada yang lebih berwenang dan mampu menangani secara rasional. Jenis
rujukan medic antara lain:
a. Transfer of patient.
Konsultasi penderita untuk keperluan diagnosis, pengobatan, tindakan operatif dan lain –lain.
b. Transfer of specimen
Pengiriman bahan (spesimen) untuk pemeriksaan laboratorium yang lebih lengkap.
c. Transfer of knowledge / personal.
Pengiriman tenaga yang lebih kompeten atau ahli untuk meningkatkan mutu layanan setempat.
Rujukan upaya kesehatan perorangan yang pada dasarnya menyangkut masalah medic
perorangan yang antara lain meliputi:
a) Rujukan kasus untuk keperluan diagnostik, pengobafan, rindakan operasional dan lain
– lain
14
b) Rujukan bahan (spesimen) untuk pemeriksaan laboratorium klinik
yang lebih lengkap.
c) Rujukan ilmu pengetahuan antara lain dengan mendatangkan atau mengirim
tenaga yang lebih kompeten atau ahli untuk melakukan rindakan, member
pelayanan, ahli pengetahuan dan teknologi dalam meningkatkan kualitas
pelayanan.
Rujukan upaya kesehatan masyarakat pada dasarnya menyangkut masalah
kesehatan masyarakat yang meluas meliputi:
a) Rujukan sarana berupa bantuan laboratorium dan teknologi kesehatan.
b) Rujukan tenaga dalam bentuk dukungan tenaga ahli untuk penyidikan, sebab
dan asal usul penyakit atau kejadian luar biasa suatu penyakit serta
penanggulannya pada bencana alam, dan lain – lain
c) Rujukan operasional berupa obat, vaksin, pangan pada saat terjadi bencana,
pemeriksaan bahan (spesimen) bila terjadi keracunan massal, pemeriksaan air
minum penduduk dan sebagainya.
Menurut tata hubungannya, sistem rujukan terdiri dari : Rujukan internal dan
rujukan eksternal
a) Rujukan Internal adalah rujukan horizontal yang terjadi antar unit pelayanan di dalam
institusi tersebut Misalnya dari jejaring puskesmas (puskesmas
pembantu) ke puskesmas induk.
b) Rujukan Eksternal adalah rujukan yang terjadi antar unit - unit dalam jenjang pelayanan
kesehatan, baik horizontal (dari puskesmas rawat jalan kepuskesmas rawat map)
maupun vertikal (dan puskesmas ke rumah sakit umum daerah).
Menurut indikasinya, sistem rujukan dibagi menjadi :
15
Indikasinya : pelayanan kesehatan gigi yang memerlukan pembuatan prothesa termasuk
mahkota dan jembatan, plat orthodonsi, obturator, feeding plate, inlay, onlay, uplay.
c. Rujukan Spesimen :
Indikasinya : semua kelainan/kasus yang ditemukan tenaga kesehatan gigi (dokter gigi,
perawat gigi) di puskesmas yang memerlukan pemeriksaan penunjang diagnostik/laboratorium
sehubungan dengan kelainan dalam rongga mulutnya.
Tujuan umum :
Tujuan khusus :
Manfaat Rujukan
Menurut Azwar (1996), beberapa manfaat yang akan diperoleh ditinjau dari unsur pembentuk
pelayanan kesehatan terlihat sebagai berikut :
16
1. Sudut pandang pemerintah sebagai penentu kebijakan Jika ditinjau dari sudut pemerintah
sebagai penentu kebijakan kesehatan (policy maker), manfaat yang akan diperoleh antara lain
membantu penghematan dana, karena tidak perlu menyediakan berbagai macam peralatan
kedokteran pada setiap sarana kesehatan; memperjelas sistem pelayanan kesehatan, karena
terdapat hubungan kerja antara berbagai sarana kesehatan yang tersedia; dan memudahkan
pekerjaan administrasi, terutama pada aspek perencanaan.
2. Sudut pandang masyarakat sebagai pemakai jasa pelayanan Jika ditinjau dari sudut
masyarakat sebagai pemakai jasa pelayanan (health consumer), manfaat yang akan diperoleh
antara lain meringankan biaya pengobatan, karena dapat dihindari pemeriksaan yang sama
secara berulangulang dan mempermudah masyarakat dalam mendapatkan pelayanan, karena
diketahui dengan jelas fungsi dan wewenang sarana pelayanan kesehatan.
LO 5. Prosedur Rujukan
PERSIAPAN PENDERITA
Sebelum dikirim keadaan umum penderita harus diperbaiki lebih dahulu. Keadaan umum
ini perlu dipertahankan selama dalam perjalanan. Untuk itu infuse maupun obat-obatan yang
diperlukan untuk itu perlu disertakan pada waktu pasien diangkut. Surat rujukan perlu
17
disiapkan sesuai dengan format terlampir. Seorang paramedik perlu mendampingi penderita
dalam perjalanan, untuk menjaga keadaan umum penderita.
Pasien yang akan dirujuk sudah diperiksa, dan disimpulkan bahwa kondisi pasien layak
serta memenuhi syarat untuk dirujuk, tanda-tanda vital (vital sign) berada dalam kondisi
baik/stabil serta transportable, memenuhi salah satu syarat berikut untuk dirujuk:
a. Hasil pemeriksaan pertama sudah dapat dipastikan tidak mampu diatasi secara tuntas
di fasyankes.
b. Hasil pemeriksaan fisik dengan pemeriksaan penunjang medis ternyata pasien tidak
mampu diatasi secara tuntas ataupun tidak mampu dilayani karena keterbatas
kompetensi ataupun keterbatasan sarana/prasarana.
c. Memerlukan pemeriksaan penunjang medis yang lebih lengkap, tetapi pemeriksaan
harus disertai pasien yang bersangkutan.
d. Apabila telah diobati di fasyankes tingkat pertama dan atau dirawat di fasyankes
perawatan tingkat pertama di Puskesmas perawatan/RS D Pratama, ternyata masih
memerlukan pemeriksaan, pengobatan, dan atau perawatan di fasyankes rujukan yang
lebih mampu, untuk dapat menyelesaikan masalah/ Kesehatan nya dan dapat
dikembalikan ke fasyankes perujuk.
Langkah-langkahnya
1. Petugas memberi penjelasan alasan pasien dirujuk pada pasien / keluarga pasien
2. Petugas memberikan informasi pilihan fasilitas rujukan yang dapat melayani pasien.
3. Petugas menanyakan kepada pasien dan keluarga pasien tentang keputusan mereka.
4. Petugas membuat dan melengkapi surat persetujuan rujukan untuk pasien yang bersedia
dirujuk atau surat penolakan rujukan bagi pasien yang tidak bersedia dirujuk.
5. Perawat menanyakan ketersediaan tempat pada Rumah Sakit tujuan (menerima / menolak).
6. Jika fasilitas kesehatan menerima pasien, petugas menyampaikan informasi pada fasilitas
rujukan yang dituju bahwa akan ada penderita yang dirujuk. Petugas juga membuat dan
melengkapi surat rujukan sesuai dengan SOP Rujukan
7. Jika fasilitas kesehatan menerima pasien, petugas memberitahu pasien untuk memilih
fasilitas rujukan lainnya.
8. Jika semua fasilitas rujukan tidak bersedia menerima pasien atau pasien dan keluarga pasien
tidak bersedia untuk dirujuk, maka pasien ditangani sesuai dengan SOP alternatif
penanganan pasien yang memerlukan rujukan tetapi tidak mungkin dilakukan
18
9. Petugas memastikan pasien dalam kondisi stabil saat dirujuk Untuk pasien dalam
keadaan stabil dengan keadaan umum baik dan tidak memenuhi kriteria emergensi,
pasien ke fasilitas rujukan tanpa didampingi petugas / diantar ambulan. Apabila pasien
dalam keadaan emergensi, tangani pasien sesuai dengan SOP rujukan pasien
emergensi
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR MERUJUK PASIEN
Menurut Pedoman Sistem Rujukan Nasional, Kementrian Kesehatan RI tahun 2013, SOP
merujuk pasien dapat dibedakan berdasarakan tingkatan fasilitas kesehatan, yakni:
Prosedur Klinis
1) Pada kasus non emergensi, maka proses rujukan mengikuti prosedur rutin yang
ditetapkan. Provider Kesehatan yang berwenang menerima pasien di fasyankes tingkat
pertama, melakukan anamnesa, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang medik
yang mampu dilakukan di fasyankes tingkat pertama, untuk menentukan diagnosa
Utama/Diagnosis Kemungkinan, dan Diagnosis Banding, disertai kelengkapan kode
diagnosis untuk fasyankes tingkat pertama
2) Dalam kondisi pasien saat kedatangan dalam kondisi emergensi dan membutuhkan
pertolongan kedaruratan medik, petugas yang berwenang segera melakukan
pertolongan segera (prosedur life saving) untuk menstabilkan kondisi pasien di
fasyankes, sesuai dengan Standar Prosedur Operasional (SPO)
19
c. Kemana pasien akan dirujuk,
d. Akibat atau risiko yang mungkin terjadi pada kondisi Kesehatan pasien ataupun
keluarga/lingkungannya apabila rujukan tidak dilakukan, dan keuntungan
apabila dilakukan rujukan,
6) Rencana dan proses pelaksanaan rujukan, serta tindakan yang mungkin akan dilakukan
di fasyankes rujukan.
7) Hal-hal yang perlu dipersiapkan oleh pasien/keluarga,
8) Penjelasan-penjelasan lain yang berhubungan dengan proses rujukan termasuk berbagai
persyaratan secara lengkap, untuk memberi kesempatan kepada pasien/keluarga
mengambil keputusan secara cerdas dalam mengatasi penyakit/masalah Kesehatan
pasien.
9) Putusan akhir atas rencana pelaksanaan rujukan seperti dijelaskan, ada pada pasien/
keluarga sendiri, apakah yang berkepentingan setuju ataukah menolak untuk dirujuk ke
salah satu fasyankes rujukan sesuai dengan alur sistem rujukan yang ditetapkan.
Kesepakatan akhir atas hasil penjelasan dinyatakan dengan pembubuhan tanda-tangan
dua belah pihak dalam format Informed concent sesuai prosedur.
10) Atas persetujuan rujukan dari pasien/keluarga, provider berwenang mempersiapkan
rujukan dengan memberikan tindakan pra rujukan sesuai kondisi pasien sebelum
dirujuk berdasarkan SPO.
11) Menghubungi kembali unit pelayanan di fasyankes tujuan rujukan, untuk memastikan
sekali lagi bahwa pasien dapat diterima di fasyankes rujukan atau harus menunggu
sementara ataupun mencarikan fasyankes rujukan lainnya sebagai alternatif.
12) Untuk pasien gawat darurat, dalam perjalanan rujukan ke fasyankes yang dituju, harus
didampingi provider yang kompeten dibidangnya yang dapat memantau kondisi pasien
sekaligus mengambil tindakan segera bilamana diperlukan, dan sedapat mungkin selalu
menjalin komunikasi dengan fasyankes tujuan rujukan. Bagi pasien bikan gawat
darurat, perjalanan rujukan tidak perlu didampingi petugas Kesehatan
14) Kendaraan Puskesmas Keliling atau ambulans dan Provider pendamping rujukan harus
tetap menunggu pasien di IGD tujuan sampai ada kepastian pasien tersebut mendapat
20
pelayanan dan keputusan apakah harus dirawat inap atau rawat jalan di Fasyankes
rujukan, atau dapat dipulangkan langsung dengan saransaran tindak-lanjut penanganan
oleh fasyankes perujuk.
21
E. Apabila pasien/keluarga setuju untuk dirujuk, maka fasyankes perujuk membuat surat
rujukan pasien rangkap 2.
a. Lembar pertama dikirim ke fasyankes rujukan bersama pasien.
b. Lembar dua disimpan sebagai arsip, bersama rekam medik pasien bersangkutan.
F. Mencatat identitas pasien pada buku register rujukan pasien,
G. Administrasi pengiriman pasien harus diselesaikan, ketika pasien akan segera dirujuk.
1) Merujuk horisontal ke fasyankes lain setingkat untuk kebutuhan layanan yang tidak
dapat dilakukan, atau
22
b. Setiba pasien di fasyankes ketiga penerima rujukan, bila selanjutnya diputuskan
bahwa pasien akan ditangani di Fasyankes rujukan, maka provider pendamping
rujukan secara formal akan menyerahkan tanggung-jawab penanganan pasien
pada provider berwenang di fasyankes rujukan.
c. Pada kondisi pasien yang dirujuk setelah mendapatkan pemeriksaan dan
tindakan/layanan di fasyankes rujukan ternyata tidak perlu dirawat, maka
provider pendamping akan membawa kembali pasien dengan membawa surat
rujukan balik yang disertai saransaran, dan atau obat serta lainnya
d. Kemungkinan bila diputuskan bahwa pasien ingin tetap dirawat di fasyankes
tingkat dua, maka pasien dapat tetap dirawat dan fasyankes berusaha meminta
saran/konsul kepada fasyankes rujukan, dengan bantuan sarana komunikasi
yang tersedia ataupun perangkat TIK/ICT bilamana sudah dikembangkan dalam
sistem rujukan di wilayahnya.
Prosedur Administratif
1) Mempersiapkan dan melengkapi semua surat-surat yang telah dibuat provider pemberi
layanan, surat rujukan pasien dibuat rangkap 2 (dua), satu untuk dikirim dan satu untuk
arsip.
2) Prosedur untuk pasien yang akan dirujuk, dan surat rujukan balik untuk pasien yang
akan dikembalikan ke fasyankes perujuk, disertai alamat yang jelas, serta penjelasan
kepada pasien/keluarga tentang segala sesuatu berhubungan dengan kebutuhan
pelayanannya.
3) Menyimpan pada tempatnya, rekam medis pasien dengan semua kelengkapan yang
perlu diarsipkan di fasyankes rujukan bersangkutan
23
5) Membuat surat rujukan kepada sarana pelayanan kesehatan lebih tinggi dan mengirim
tembusannya. kepada sarana kesehatan pengirim pertama; dan
6) Membuat rujukan balik kepada fasilitas pelayanan perujuk bila sudah tidak
memerlukan pelayanan medis spesialistik atau subspesialistik dan setelah kondisi
pasien (Kemenkes, 2012).
DAFTAR PUSTAKA
24
1) Pedoman Sistem Rujukan Nasional Kementrian Kesehatan RI tahun 2013
4) Peraturan Menteri Kesehatan No. 71 Tahun 2013 Tentang Pelayanan Kesehatan pada
Jaminan Kesehatan Nasional
5) Azwar, Azrul. Menjaga Mutu Pelayanan Kesehatan. Jakarta: Sinar Harapan. 1996.
25