Anda di halaman 1dari 5

Nama: mona santika

Nim: 2017014
1. Judul :
Hubungan Kadar SGOT dengan Kadar Leukosit pada Pasien NSTEMI di ICCU RSD dr. Soebandi
Jember
sumber penelitian :
Falkultas kedokteran Universitas Jember
2. Ringkasan hasil penelitian
sindroma koroner akut (SKA) merupakan suatu masalah kardiovaskular yang utama karena
menyebabkan angka perawatan rumah sakit dan angka kematian yang tinggi yang disebabkan
oleh ateroklerosis. Ateroklerosis ditandai dengan penebalan dinding arteri yang membentuk unit
lesi atau ateroma. Salah satu terjadinya ateroklerosis adalah terbentuknya cedera endotel akibat
faktor-faktor resiko klasik seperti hiperlipidemia , hipertensi, meroko, kenaikan homosistein
plasma yang akan menyebabkan disfungsi endotel dan berlanjut infalamasi kronis.
Apabila plak ateroma mengalami ruptur akan menimbulan trombosis dan memicu terjadi
okulasi. Hal iini bila terjadi di dalam pembulu darah jantung akan mengakibatkan menurunnya
fungsi miokard sehingga terjadi manifestasi klinis berupa sindroma koroner akut. Terjadinya
infalamasi dalam proses aterosklerosis ditandai dengan kenaikan kadar leukosit atau leukositosis.
Leukosit sendiri selain dipengaruhi oleh reaksi dari sumsum tulang terhadap inflamasi yang
dipegaruhi oleh infeksi pengunaan kortikostroid dan anemia hemolitik.
Beberapa biomaker jantung terdeksi sirkulasi seperti troponin, mioglobin, myosin, CKMB<
LDH< dan SGOT terdeteksi disirkulasi. SGOT sendiri telah diteliti perbedaannya pada spektrum
SKA pada tahun sebelumnya dan sebelumnya dan menunjukkan kenaikan kadar SPGOT pada
pasien NSTEMI. SGOT adalah seru glutamic oxaloacetic transaminase adalah salah satu enzim
transaminase yang dilepaskan saat terjadi infark miokardium. SGOT ditemukan utamanya di otot
jantung, hati, dan otot skelet.
Fakta diatas menunjukan bahwa biomarker infalamsi pada proses ateroskelerosis dintadai
dengan leukositoasis yang menyebabkan kerusakan miookard pada NSTEMI yang ditandai
dengan kadr SGOT.
Dari hasil penelitian ini menunjukan bahwa pasien NSTEMI terdapat 8 dari 10 pasienyang
mengalami peningkatan kadar SGOT, sedangkan 2 pasien lainnya (20%) berada pada rentang
normal . ada beberapa hal yang menjadi kelemahan dalam penelitian ini yaitu tidak ada data yang
menyebut kadar SGOT dan kadar leukosit pada pasien NSTEMI sebelumnya ada onset nyeri
dada, sehingga penelitian tidak dapat mengetahui sberapa besar kenaikan SGOTdan kenaikan
leukosit pada pasien. Selain itu kenaikan jumlah leukosit dipengaruhi oleh beberapa faktor.

3. Asuhan keperawatan terkait sesuai sumber yang ada


PENGKAJIAN
1. Pengkajian persistem :
- B1: Breath
Sesak nafas, apnea, eupnea, takipnea.

- B2: Blood
Denyut nadi lemah, nadi cepat, teratur/tidak teratur, EKG Aritmia, Suara jantung bisa tidak
terdengar pada VF. Tekanan darah sukar / tidak dapat diukur/ normal, Saturasi oksigen bisa
menurun < 90%.
- B3: Brain
Menurunnya/hilangnya kesadaran, gelisah, disorientasi waktu, tempat dan orang.
- B4: Bladder
Produksi urine menurun, warna urine lebih pekat dari biasanya, oliguria, anuria.
- B5: bowel
Konstipasi.
- B6: Bone
Perfusi dingin basah pucat, CRT > 2 detik, diaforesis, kelemahan.
2. Keluhan Utama Pasien :
a. Kualitas Nyeri Dada : seperti terbakar, tercekik, rasa menyesakkan nafas atau seperti tertindih
barang berat.
b. Lokasi dan radiasi : retrosternal dan prekordial kiri, radiasi menurun ke lengan kiri bawah dan
pipi, dagu, gigi, daerah epigastrik dan punggung.
c. Faktor pencetus : mungkin terjadi saat istirahat atau selama kegiatan.
d. Lamanya dan faktor-faktor yang meringankan : berlangsung lama, berakhir lebih dari 20 menit,
tidak menurun dengan istirahat, perubahan posisi ataupun minum Nitrogliserin.
e. Tanda dan gejala : Cemas, gelisah, lemah sehubungan dengan keringatan, dispnea, pening,
tanda-tanda respon vasomotor meliputi : mual, muntah, pingsan, kulit dinghin dan lembab,
cekukan dan stress gastrointestinal, suhu menurun.
f. Pemeriksaan fisik : mungkin tidak ada tanda kecuali dalam tanda-tanda gagalnya ventrikel
atau kardiogenik shok terjadi. BP normal, meningkat atau menuirun, takipnea, mula-mula pain
reda kemudian kembali normal, suara jantung S3, S4 Galop menunjukan disfungsi ventrikel,
sistolik mur-mur, M. Papillari disfungsi, LV disfungsi terhadap suara jantung menurun dan
perikordial friksin rub, pulmonary crackles, urin output menurun, Vena jugular amplitudonya
meningkat ( LV disfungsi ), RV disfungsi, ampiltudo vena jugular menurun, edema periver, hati
lembek.
g. Parameter Hemodinamik : penurunan PAP, PCWP, SVR, CO/ CI.
DIAGNOSA KEPERAWTAN
1. Nyeri dada akut berhubungan dengan iskemia jaringan sekunder terhadap sumbatan arteri
koroner
2. Gangguan perfusi jaringan jantung berhubungan dengan iskemik, kerusakan otot jantung,
penyempitan / penyumbatan pembuluh darah arteri koronaria.
3. Kecemasan behubungan dengan keadaan fisik yang tidak dapat diperkirakan.

INTERVENSI KEPERAWATAN
Diangosa Tujuan dan kriteria hasil Intervensi
keperawatan
Diangnosa 1 Tujuan:Klien terbebas dari rasa nyeri a. Monitor nyeri dada (awal serangan, sif
KH: at, lokasi, lamanya dan faktor pencetus
Subjektif: keluhan nyeri dada, pusingm ).
mual berkurang atau hilang. b. Anjurkan klien untuk segera minta bant
Objektif : irama sinus, ST isoelektris, uan perawat atau dokter bila merasaka
delombang T positif, kardiak isoenzim n nyeri
dalam keadaan normal, tanda- c. Upayakan lingkungan tenag. Batasi
tanda vital normal. aktivitas selama serangan nyeri dada.
Bantu mengubah posisi
d. Upayakan rencana tindakan dan
latihan aktivitas yang tidak menggangg
u periode tidur dan istirahat kllien.
e. Berikan latihan ROM
f. Nilai respon klien terhadap aktivitas,
catat adanya ST depresi, disritmia,
kelelahanm pusing, sesak dan nyeri da
da
g. Menilai tanda-
tanda vitak saat istirahat dan setelah
aktivitas

Diagnosa 2 Tujuan: a. Observasi tanda-tanda vital tiap 1-


Gangguan perfusi jaringan jantung berk 4jam, status hemodinamika
urang / tidak meluas selama dilakukan b. Monitor tanda dan gejala penurunan pe
tindakan perawatan di RS. rfusi (nyeri dada, disritmia, takikardia,
KH: takipnea, hipotensi dan penurunan cur
- Nyeri dada berkurang (skala ny ah jantung)
eri 1-3) c. Monitor bunyi dan irama jantung secar
- Gambaran ST depresi berkuran a kontinue, catat adanya denyut
g atau tidak ada prematur ventrikel kontraksi
- TD= 120/80 mmHg d. Palpasi denyut nadi perifer guna meng
- Nadi=60-100x/menit kaji adanya denyutan prematur.
- EKG:Irama sinus reguler. e. Observasi adanya tanda dan gejala pe
nurunan curah jantung ( pusing, pucat,
diaforesis, pingsan, akral dingin)
f. Monitor tanda dan gejal gangguan perf
usi renal (produksi urin < 30 ml/jam,
peningkatan BUN dan kreatinin, edema
perifer, tidak adanya reaksi diuretik)
g. Monitor tanda dan gejala yang menujuk
kan penurunan perfusi jaringan (kulit
dingin, pucat, lembab, berkeringat, sian
osis, denyut nadi lemah, edema perifer
)
h. Atur posisi baring setiap 2 jam, mengg
erakkan kaki dan tangan secara aktif
dan pasif setiap 1 jam
i. Monitor tanda dan gejala yang menunj
ukkan penurunan perfusi otak (gelisah,
bingung, apatis, somnolen)
j. Rekam pola EKG secara periodik sela
ma periode serangan dan catat adanya
disritmia atau perluasan iskemia atau i
nfark miokard
k. Kolaborasi tim medis untuk terapi dan
tindakan.
Diagnosa 3 Tujuan : a. Berikan penjelasan singkat tentang
Klien dan keluarga mampu mengekspr tujuan, hasil yang diharapkan setiap
esikan rasa takut atau kecemasan prosedur dan efek samping.
secara positif. b. Berikan kesempatan kepada klien
KH: untuk mengenal lingkungannya dan tim
Klien mampu mengekspresiksn rasa keperawatan
takut dan cemas secara wajar serta me c. Berikan waktu secukupny bagi klien unt
rasa optimis bahwa kondisinya dapat uk berbicara dengan teman dekat
pulih. Klien juga mendiskusikan pengar d. Observasi efek yang terjadi setelah
uh penyakitnya terhadap gaya hidup. klien mendapatkan kunjungan dari
orang terdekat.
e. Berikan dukungan untuk mengekspresi
kan perasaan, mendengarkan keluhan
klien.
f. Diskusikan kondisi kllien dan perubahn
pola hidup yang harus dijalani setelah
pulang dari rumah sakit
g. Anjurkan berpartisipasi aktif dalam
program rehabilitasi kardio

4. Implikasi hasil penelitian terhadap pelayanan keperawatan gawat darurat


Setelah dilakukannya penelitian Hubungan Kadar SGOT dengan Kadar Leukosit pada Pasien
NSTEMI di ICCU RSD dr. Soebandi Jember.
Diharapkan perawat dapat bertindak secara profesional dalam memberikan asuhan
keperawatan pada pasien dengan NSTEMI, mampu mengkaji masalah pasien secara akurat
sehingga dapat dirumuskan suatu diagnosa yang tepat dan dapat dirancang intervensi,
melaksanakan implementasi secara tepat sehingga pada evaluasi akan diperoleh hasil sesuai
dengan tujuan yaitu masalah keperawatan pada pasien dapat teratasi.

Anda mungkin juga menyukai