BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Penggunaan tanaman sebagai obat sudah dikeanal luas baik di Negara
berkembang maupun Negara maju. Di Asia dan Afrika 70-80% populasi masih tergantung
pada obat tradisional sebagai pengobatan primer. Penggunaan obat tradisional
disebabkan kepercayaan masyarakat bahwa obat tradisional berbahan alami, lebih aman dan
tidak menimbulkan efek samping.
Indonesia merupakan negara yang memiliki kekayaan alam yang berlimpah.
Contoh dari kekayaan alam tersebut adalah banyaknya jenis spesies tanaman di Indonesia.
Kurang lebih terdapat 30.000 – 40.000 spesies tanaman ada di Indonesia. Berbagai tanaman
tersebut sebagian telah dimanfaatkan sebagai obat tradisional oleh masyarakat.
Tanaman yang dapat digunakan sebagai obat tradisional tersebut adalah Pala. Pala merupakan
tanaman tradisional yang sering digunakan selain sebagai bumbu masak juga sebagai obat
tradisional. Seiring berkembangnya zaman, permintaan masyarakat akan pala pun semakin
tinggi. Berkat perkembangan ilmu pengetahuan pun kini pala dapat diekstraksi sehingga
penggunaannya semakin mudah dan efisien.
Ekstraksi adalah proses pemisahan suatu zat berdasarkan perbedaan kelarutannya
terhadap dua cairan tidak saling larut yang berbeda, biasanya air dan yang
lainnya pelarut organik. Sedangkan ekstrak (Extracta) adalah sedian kering, kental, atau cair
dibuat dengan menyari simplisia nabati atau hewani menurut cara yang cocok diluar
pengaruh matahari langsung ektrak kering harus mudah di gerus menjadi serbuk. Salah satu
metode ekstraksi yang dapat digunakan untuk mengekstraksi pala adalah perkolasi.
Perkolasi adalah cara penyarian yang dilakukan dengan mengalirkan cairan penyari
melalui serbuk simplisia yang telah dibasahi. Kekuatan yang berperan pada perkolasi antara
lain: gaya berat, kekentalan, daya larut, tegangan permukaan, difusi, osmosa, adesi, daya
kapiler dan daya geseran (friksi). Cara perkolasi lebih baik dibandingkan dengan cara
maserasi karena aliran cairan penyari menyebabkan adanya pergantian larutan yang terjadi
dengan larutan yang konsentrasinya lebih rendah, sehingga meningkatkan derajat perbedaan
konsentrasi. Dan juga karena ruangan diantara serbuk-serbuk simplisia membentuk saluran
tempat mengalir cairan penyari.karena kecilnya saluran kapiler tersebut,maka kecepatan
pelarut cukup untuk mengurangi lapisan batas, sehingga dapat meningkatkan perbedaan
konsentrasi. Untuk menghindari kehilangan minyak atsiri pada pembuatan sari,maka cara
perkolasi diganti dengan cara reperkolasi. Pada perkolasi dilakukan pemekatan sari dengan
pemanasan pada reperkolaso tidak dilakukan pemekatan. Reperkolasi dilakukan dengan cara
sinplisia dibagi dalam beberapa percolator.
1.2. Tujuan Percobaan
1. Mahasiswa mampu memahami penyarian simplisia dengan cara perkolasi serta hal-hal yang
harus diperhatikan dalam menyari simplisia dengan cara perkolasi.
2. Mahasiswa mampu membuat ekstrak cair dengan cara perkolasi.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.2. Ekstrak
2.2.1. Pengertian Ekstrak
Ekstrak adalah suatu produk hasil pengambilan zat aktif dari tanaman menggunakan
pelarut, tetapi pelarutnya diuapkan kembali sehingga zat aktif ekstrak menjadi pekat.
Bnetuknya dapat kental atau kering tergantung apakah sebagian aja pelarut yang diuapkan
atau seluruhnya.
Ekstrak punya 3 bentuk fisik, yaitu cairan, setengah padat/ kental dan serbuk
kering. Untuk ekstrak cair bisa dibuat dengan menyari simplisia dengan pelarut tanpa
pelarutnya diaupkan, atau menambahkan sjumlah pelarut ke dalam ekstrak kental
sehingga ekstrak tersebut jadi cair. Yang pertama biasanya dinamakan tingtur, yang
kedua disebut ekstrak cair.
Berdasarkan komposisi :
1. Ekstrak alami, ekstrak murni sediaan obat herbal alami (Native Herbal Drugs
Preparation) kering (sicca), berminyak (oleoresin). Tidak mengandung solvent (air,
etanol), eksipien (maltodekstrin, laktosa, sakarosa)
2. Ekstrak non alami sediaan ekstrak herbal, sediaan ekstrak (Non native Herbal Drugs
Preparation). Ekstrak non alami dapat berbentuk :extracta spissa (campuran gliserin,
propilenglikol); extracta sicca (maltodekstrin, laktosa); extracta fluida, tingtur (tinctura),
(air, etanol); sediaan cair non alkohol (gliserin, air) ; dan maserat berminyak.
Ekstrak juga berdasarkan komposisi yang ada di dalamnya dibagi menjadi
ekstrak murni dan sediaan ekstrak. Disebut ekstrak murni apabila ekstraknya tidak
mengandung pelarut maupun bahan tambahan lainnya. Ekstrak seperti ini biasanya
merupakan produk antara, bersifat higroskopis dan memerlukan proses selanjutnya
untuk menjadi sediaan ekstrak. Ekstrak non alami atau sediaan ekstrak herbal
merupakan pengolahan lebih lanjut dari ekstrak murni, untuk dibuat sediaan ekstrak,
baik kental maupun serbuk kering untuk selanjutnya dibuat sediaan obat seperti kapsul,
tablet, cairan dan lain-lainnya.
Berdasarkan pengetahuan tentang senyawa aktif yang terdapat di dalamnya,
ekstrak dapat dibedakan menjadi adjusted/standardised extracts, quantified extract,
others extracts.
1. Standardised extracts merupakan ekstrak yang diperoleh dengan mengatur kadar
senyawa aktif (menambahkan dalam batas toleransi) yang aktifitas terapeutiknya
diketahui dengan tujuan untuk mencapai komposisi yang dipersyaratkan. Standardised
extract diperoleh dengan menambahkan bahan pembantu atau mencampur ekstrak
hasil bets produksi antara ekstrak yang kandungan senyawa aktifnya tinggi dengan
ekstrak yang kandungan senyawa aktifnya rendah yang sering terjadi pada pembuatan
sediaan ekstrak alami (native herbal drug preparation), sehingga kandungan senyawa
aktifnya memenuhi baku yang ditetapkan.
Contoh : Ekstrak daun digitalis, ekstrak kering daun Senna (mengandung hidroksi
antrasen 5,5 – 8,0% dihitung sebagai sennoside B), ekstrak kering daun Belladona
(mengandung alkaloid hyoscyamin 0,95 – 1,05%).
2. Quantified extract merupakan ekstrak yang diperoleh dengan mengatur kadar senyawa
yang diketahui berperan dalam menimbulkan khasiat farmakologi/klinis dengan tujuan
agar khasiatnya sama.
Quantified extract memiliki kandungan senyawa dengan aktifitas yang diketahui, tetapi
senyawa yang bertanggung jawab terhadap aktivitas tidak diketahui. Pengaturan kadar
senyawa tersebut hanya dapat diperoleh dengan cara mencampur ekstrak pada satu
bets tertentu dengan ekstrak bets lain yang memiliki spesifikasi sama dan dalam jumlah
native herbal extract yang konstan.
Contoh : Ekstrak daun Ginkgo biloba, ekstrak herba Hypericum perforatum
3. Other extract merupakan ekstrak yang diperoleh dengan mengatur proses produksi
(keadaan simplisia, pelarut, kondisi/cara ekstraksi) serta spesifikasinya. Pada other
extract kandungan senyawa yang bertanggung jawab terhadap aktifitas tidak diketahui
(belum diketahui senyawa yang bertanggung jawab menimbulkan efek farmakologi)
Contoh : Cratageus Herba dan Passiflora incarnata
Menurut Farmakope Eropa, ada tiga tipe ekstrak yaitu ekstrak tipe A (Standardized
extracts), tipe B (Quantified extracts), dan tipe C (Other extracts).
1. Type A (Standardized extracts): Ekstrak yang distandardisasi berdasarkan senyawa
aktif atau golongan senyawa yang diketahui.
2. Type B (Quantified exracts) : Ekstrak yang distandardisasi berdasarkan kandungan
senyawa dengan aktifitas yang diketahui, sedangkan senyawa aktif yang bertanggung
jawab terhadap aktifitas belum diketahui.
3. Type C (Other extracts) : Ekstrak yang distandardisasi berdasarkan senyawa dalam
ekstrak namun tidak diketahui hubungan farmakologinya, dibuat agar selalu memiliki
mutu yang sama dengan mengatur proses produksi (keadaan simplisia, pelarut,
kondisi/cara ekstraksi) serta spesifikasinya.
2.3. Perkolasi
Perkolasi adalah metoda ekstraksi cara dingin yang menggunakan pelarut
mengalir yang selalu baru. Perkolasi banyak digunakan untuk ekstraksi metabolit
sekunder dari bahan alam, terutama untuk senyawa yang tidak tahan panas (termolabil).
Ekstraksi dilakukan dalam bejana yang dilengkapi kran untuk mengeluarkan pelarut
pada bagian bawah. Perbedaan utama dengan maserasi terdapat pada pola
penggunaan pelarut, dimana pada maserasi pelarut hanya di pakai untuk merendam
bahan dalam waktu yang cukup lama, sedangkan pada perkolasi pelarut dibuat
mengalir.
Penambahan pelarut dilakukan secara terus menerus, sehingga proses ekstraksi
selalu dilakukan dengan pelarut yang baru. Dengan demikian diperlukan pola
penambahan pelarut secara terus menerus, hal ini dapat dilakukan dengan
menggunakan pola penetesan pelarut dari bejana terpisah disesuaikan dengan jumlah
pelarut yang keluar, atau dengan penambahan pelarut dalam jumlah besar secara
berkala. Yang perlu diperhatikan jangan sampai bahan kehabisan pelarut. Proses
ekstraksi dilakukan sampai seluruh metabolit sekunder habis tersari, pengamatan
sederhana untuk mengindikasikannya dengan warna pelarut, dimana bila pelarut sudah
tidak lagi berwarna biasanya metabolit sudah tersari. Namun untuk memastikan
metabolit sudah tersari dengan sempurna dilakukan dengan menguji tetesan yang
keluar dengan KLT atau spektrofotometer UV. Penggunaan KLT lebih sulit karena harus
disesuaikan fase gerak yang dipakai, untuk itu lebih baik menggunakan
spektrofotometer. Namun apabila menggunakan KLT indikasi metabolit habis tersari
dengan tidak adanya noda/spot pada plat, sedangkan dengan spektrofotometer ditandai
dengan tidak adanya puncak.
Perkolasi dilakukan dalam wadah berbenruk silindris atau kerucut (perkulator)
yang memiliki jalan masuk dan keluar yang sesuai. Bahan pengekstaksi yang dialirkan
secara kontinyu dari atas, akan mengalir turun secara lambat melintasi simplisia yang
umumnya berupa serbuk kasar. Melalui penyegaran bahan pelarut secara kontinyu,
akan terjadi proses maserasi bertahap banyak. Jika pada maserasi sederhana tidak
terjadi ekstraksi sempurna dari simplisia oleh karena akan terjadi keseimbangan
kosentrasi antara larutan dalam seldengan cairan disekelilingnya, maka pada perkolasi
melalui simplisia bahan pelarut segar perbedaan kosentrasi tadi selalu dipertahnkan.
Dengan demikian ekstraksi total secara teoritis dimungkinkan (praktis jumlah bahan
yang dapat diekstraksi mencapai 95%) (Voight,1995).
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN
3.1.2. Bahan
a. Air-etanol (etanol 70%)
b. Tisu
c. Sebuk pala
x =
x = 0,555 mL
=
x=
x = 11,1 tetes ~ 11 tetes
Ekstrak adalah suatu produk hasil pengambilan zat aktif dari tanaman menggunakan
pelarut, tetapi pelarutnya diuapkan kembali sehingga zat aktif ekstrak menjadi pekat.
Bnetuknya dapat kental atau kering tergantung apakah sebagian aja pelarut yang diuapkan
atau seluruhnya.
Pada praktikum kali ini kami menggunakan metode ekstraksi dengan perkolasi.
Penyarian dengan metode perkolasi adalah pemyarian dengan dengan cara mengalirkan
cairan penyari memalui serbuk simplisia yang telah terlebih dahulu dibasahi. Serbuk
simplisia ditempatkan disuatu bejana silinder yang dibawahnya diberi sekat berpori. Cairan
penyari dialirkan dari atas ke bawah melalui serbuk tersebut, cairan penyari ini akan
melarutkan sel-sel yang dilaluinya hingga mencapai keadaan jenuh.
Proses praktikum dilakukan dengan cara menimbang serbuk simplisia sebanyak 100
gram. Pada praktikum kali ini digunakan penyari etanol 50% sebanyak 1000 mL. Karena
yang tersedia adalah etanol 96% maka praktikan diharuskan membuat pengenceran etanol
terlebih dahulu dengan cara mengambil etanol 96% sebanyak 520 mL kemudian ditambahkan
aquadest sampai volume mencapai 1000 mL. Setelah dibuat pengenceran etanol selanjutnya
praktikan membasahi serbuk simplisia dengan larutan penyari, pada praktikum ini digunakan
100 mL penyari untuk membasahi serbuk simplisia. Simplisia yang telah dibasahi kemudian
dimasukkan ke dalam bejana tertutup dan didiamkan sekurang-kurangnya selama 3 jam.
Pembasahan dan pendiaman ini bertujuan agar sel-sel simplisia mengembang sempurna
sehingga cairan penyari akan mudah menembus sel.
Setelah 3 jam massa dipindahkan sedikit demi sedikit ke dalam percolator tabung
yang sebelumnya telah dilapisi kertas saring yang telah dibasahi oleh etanol. Ini berujuan
untuk menjaga kecepatan aliran cairan penyari, jika kertas saring dibasahi dengan air maka
air yang bersifat polar akan mempercepat aliran cairan. Serbuk simplisia dimasukkan sedikit
demi sedikit sambil sesekali ditekan hati-hati, ini juga bertujuan untuk mengatur aliran dari
cairan penyari. Setelah serbuk simplisia dimasukkan semuanya kemudian dimasukkan cairan
penyari kedalam percolator melalui dinding percolator agar cairan penyari rata mengenai
serbuk simplisia dan supaya tidak terbentuk lubang ditengah-tengah serbuk simplisia.
Kemudian celah yang ada pada percolator diolesi dengan vaseline ini bertujuan agar cairan
penyari tidak keluar atau merembes dari celah tersebut dan untuk menghindari kebocoran
pada kran. Setelah semuanya dimasukkan percolator ditutup dan dibiarkan selama 24 jam.
Kemudian cairan dibiarkan menetes dengan kecepatan 1 mL per menit. Kemudian cairan
penyari ditambahkan berulang-ulang sehingga selalu ada selapis cairan penyari diatas
simplisia. Setelah itu hasil dari perkolasi diuapkan diatas watrebath hingga diperoleh ekstrak
kental.
Setelah diperoleh ekstrak kental maka dapat dihitung randemennya. Menghitung
randemennya dengan cara pertama, timbang pot obat yang masih kosong, kemudian timbang
pot obat yang telah berisi ekstrak kental. Untuk mengetahui bobot ekstrak yang diperoleh
maka bobot pot obat yang berisi ekstrak dikurangi dengan bobot pot obat kosong. Hasil dari
pengurangan tersebut itulah bobot ekstrak yang diperoleh. Pada praktikum kali ini diperoleh
ekstrak pala dengan bobot 6,69 gram. Setelah diperoleh bobot ekstrak kental maka dihitung
randemennya dengan cara bobot ekstrak yang diperoleh dibagi dengan jumlah simplisia yang
ditimbang kemudian dikalikan dengan 100%. Pada praktikum ini diperoleh hasil
randemennya yaitu sebesar 6,69%.
BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Pada praktikum kali ini digunakan pala sebagai serbuk simplisia dan metode ekstraksi
yang dilakukan adalah perkolasi. Penyari yang dilakukan adalah etanol 50% yang
sebelumnya telah dilakukan pengenceran terlebih dahulu yaitu dari etanol 96%. Pada
praktikum ini diperoleh ekstrak kental dari hasil ekstraksi serbuk pala sebanyak 6,69 gram.
Hasil ini bisa dikatakan sedikit karena serbuk simplisia yang ditimbang sebanyak 100 gram,
kekurangan ekstrak ini bisa jadi karena terlalu banyak ekstrak yang lengket pada bejana pada
saat berlangsungnya penguapan. Dari bobot ekstrak yang didapat maka praktikan dapat
menghitung randemennya dan kali ini randemen yang diperoleh sebesar 6,69 %.
5.2. Saran
Sebaiknya praktikan lebih teliti pada saat praktikum berlangsung. Seperti pada saat
perhitungan pengenceran etanol, praktikan harus teliti agar hasil pencarian sesuai dengan
yang diharapkan. Kemudian saat penimbangan serbuk simplisia, sebaiknya praktikan harus
jeli membaca angka pada timbangan analitik agar tidak salah pada saat penimbangan. Pada
saat pengolesan vaselin pada celah yang ada diperkolator juga harus sangat berhati-hati agar
vaselin tidak mengenai cairan penyari, karena itu dapat menyebabkan timbulnya kapang pada
hasil ekstraksi nantinya. Pada saat penguapan, praktikan haruslah bersungguh-sungguh
karena ekstrak cair tersebut harus terus menerus diaduk agar tidak lengket pada bejana,
karena kalo ekstrak cair tersebut terlalu banyak lengket akan mengurangi hasil dari ekstrak
kentalnya.
BAB
I8PENUTU
P
'.1
Ke!"$%ulan
Perkolasi adal
ah
proses penyar
ian
yang dilakuka
n
dengan meng
alirkan
cairan penyari
melalui serbu
k simplisia ya
ng sudah diba
sahi. Prinsip p
erkolasi yaitu
menempatka
n serbuk sim
plisia dalam
suatu bejana
silinder, yang
bagian bawa
hnya diberi se
kat berpori, ke
mudian cairan
penyari dialir
kan dari atask
ebawah
melalui
serbuk
tersebut, yang
akan
melarutkan
zat aktif.
9erdasarkan
hasil praktiku
m diperoleh n
ilai rendemen
terbesar pad
a penyarietan
ol &/; yaitu
$/,%;,
kemudian
diikuti dengan
etanol >/;
yaitu $/,#8;,
dannilai
rendemen
terkecil pada
etanol ?8;
yaitu ! , ;.
Pada
praktikum ini
dilakukan
dengan cara
simulasi
karena dinilai
simplisia
kunyityang
diekstraksi
telah
mencapai
koefisien
distribusi pa
rtisi.
<al-hal yang
harus
diperhatikan
dalam
perkolasi
yaitu '
:
5empat untuk
menampung
perkolat tida
k boleh lebih
tinggi dari te
mpatsimplisia
.
:
*ecepatan
tetesan filtrat
harus konstan
dan jangan
sampai cairan
selapis habis.
:
Cairan yang
tersisa diatas
simplisia
hanya selapis
saja jangan
sampai
terlalu banyak
.
'.2 Saran
hal-hal yang
perlu
diperhatikan
pada saat
melakukan
ektraksi
secara
perkolasiyaitu
, bagian atas
tabung
percolator
setelah diberi
cairan
penyari
segera
ditutup
agar tidak
menguap, saat
penempatan
sekat berpori
kapas jangan
terlalu ditekan
agar
tidak menyum
bat keran,
posisi botol
perkolat
harus lebih
rendah dari
tabung
percolator,
11
cairan penyar
i di atas simpl
isia selalu dij
aga selapis sa
ja jangan
sampai terlal
u banyak, dan
pengaturan
penetapan
cairan keluar
dalam jangka
waktu yang
ditetapkan.
DA<TA*
PUSTAKA
(nonim,
"ateria"edika
Indonesia
edisi I=,
Departemen*e
sehatan )I,
akarta,
!? /(nonim,
"ateria"edika
Indonesia
edisi
=, Departeme
n*esehatan )I,
akarta,
!? ?(nonim,
ediaan
4alenik,
Departemen
*esehatan )I,
akarta,
!??$(nonim,
Cara
Pembuatan
implisia,
Departemen
*esehatan )I,
akarta,
!? &(nonim,
"onografi
Ekstrak
5umbuhan
1bat
Indonesia =ol
ume !, 9adan
Pengawas 1bat
dan"akanan
)epublik
Indonesi,
akarta,
#//%5im Pen
yusun, erial
9uku (jar 3ar
masi 3itokimi
a, Politeknik
*esehatan *e
mentrian*ese
hatan
akarta II,
#/!$5im Peny
usun, 9uku P
anduan Prakt
ikum 3itokim
ia, Politeknik
*esehatan *e
mentrian*ese
hatan
akarta II,
#/!$
12
LAMPI*AN
Penimbangan
serbuk kunyit
sebanyak #&
g pembasahan
serbuk
simplisia
dengan etanol
?8;Pemasangan
percolator dan
perlengkapann
ya pemasangan
selang, kapas, d
an kertas saring
13
Ada beberapa metode pencelupan untuk kain tekstil. Apa tahapan
pencelupan tekstil?Apr 27, 2018
1. Metode pencelupan.
1. impregnasi. Metode pencelupan tekstil menjadi larutan pewarna untuk jangka waktu tertentu
untuk mewarnai pewarna dan memperbaikinya dalam serat.
Karakteristik: cocok untuk mewarnai berbagai bentuk tekstil; produksi intermiten, produktivitas
rendah, peralatan sederhana dan pengoperasian yang mudah.
2. pad pencelupan. Setelah impregnasi pendek dari kain tekstil dalam cairan pencelupan, kain
tekstil kemudian ditekan oleh gulungan, kemudian pewarna diremas ke ruang interstisial kain,
dan pewarna berlebih dihilangkan dan zat warna didistribusikan secara merata pada
kain. Pencelupan pewarna adalah (atau terutama) selama proses uap atau pemanggangan
berikutnya.
Karakteristik: pengolahan pencelupan berkelanjutan, efisiensi produksi tinggi, cocok untuk
pencelupan kain tekstil dalam jumlah besar, tetapi pewarna lebih banyak tegangan, biasanya
digunakan pada kain tenunan yang dicelup, bundel sutra dan benang kadang-kadang dicelup.
Dua. Lima tahap pencelupan tekstil. Pencelupan tekstil dapat dilakukan pada tahap apapun dan
dapat dicelup dalam berbagai tahap seperti serat, benang, kain abu-abu dan pakaian.
1. Membubarkan pewarnaan serat: pencelupan serat atau serat longgar sebelum berputar,
memasukkannya ke dalam bejana pewarna besar dan mewarnai pada suhu yang sesuai. Benang
pintal berwarna sebagian besar dicelup oleh serat curah (juga dengan pewarna dan pewarna
yang berbeda). Mereka sering digunakan dalam kain wol.
2. pencelupan wol: Ini juga merupakan pencelupan serat sebelum pembentukan benang. Ini
sama dengan tujuan pencelupan serat massal, untuk mendapatkan efek pencampuran warna
yang lembut. Pencelupan wol biasanya digunakan untuk benang wol dan kain wol.
3. pencelupan benang: mewarnai benang sebelum menenun, biasanya digunakan untuk kain
tekstil yang dicelup benang, sweater, atau penggunaan langsung benang (benang jahit,
dll.). Benang yang dicelup adalah fondasi pencelupan dan penenunan.
Ada tiga metode untuk mewarnai benang konvensional.
(1) pencelupan benang bengkok, yang dicelupkan ke dalam silinder khusus yang diwarnai,
adalah metode pencelupan paling mahal.
(2) Pewarnaan kumparan - benang dicelup oleh kumparan kumparan pada kumparan dengan
lubang, dan kemudian memuat banyak kumparan ke dalam silinder yang dicelup dan
mengedarkan cairan yang dicelup, efek dari kelembutan dan kelembutan tidak sebaik benang
yang dicelup.
3. Pencelupan sumbu meridian adalah sejenis pewarnaan volume besar. Sebelum kain tenun
dibuat, sumbu warp (Warp) pertama kali dibuat, dan benang dari seluruh sumbu dicelup, seperti
mesin pencelupan kombinasi dan benang lusi. Karena itu adalah poros lungsin, sangat cocok
untuk mewarnai dan menggunakan kain tenun. Tetapi dengan munculnya poros lusi, kita dapat
membuat benang pada sumbu benang yang dicelup ke dalam benang kumparan, yang lebih
banyak digunakan, misalnya, metode pencelupan reduksi yang paling banyak digunakan, seperti
pencelupan nila, hanya menggunakan Pencelupan sumbu dapat dipecahkan dengan baik, jika
tidak ada sumbu untuk menjatuhkan tabung, sulit untuk dicapai.
4. mewarnai: mewarnai kain untuk kain kain mewarnai. Metode yang umum digunakan adalah
pencelupan tali, pencelupan jet, pencelupan, pencelupan pad (bukan tie dyeing) dan
pencelupan sumbu. Itu tidak diperkenalkan di sini.
5. pencelupan pakaian: umumnya, kain tekstil setengah drifting pertama dibuat menjadi
pakaian, kemudian garmen dimuat ke dalam tas nilon, serangkaian tas dimuat ke dalam tangki
dicelup bersama-sama, dan mesin pencelupan jenis dayung terus diaduk dalam silinder yang
dicelup. Pencelupan garmen lebih cocok untuk kaus kaki rajutan, kaos oblong, dan pakaian
rajutan lainnya, sweater, celana panjang, kemeja, dan beberapa pakaian sederhana lainnya.
--- ZHANGJIAGANG RUILI TEKSTIL CO, LTD. PRODUSEN YANG DISESUAIKAN DALAM KAIN FLEECE
KAIN, SEPERTI RAMBUT RAMBUT PANJANG, SHERPA, PV PLUSH, FLEECE KARANG, VELBOA
Sepasang: Layanan inspeksi perdagangan luar negeri
Berikutnya: Perkenalan kain Coral fleece
Pengetahuan Industri Yang Relevan