Bab Ii Anak

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 18

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Konsep Tumbuh Kembang

2.1.1 Defenisi pertumbuhan dan perkembangan

Pertumbuhan (growth) adalah perubahan yang bersifat kuantitatif,


yaitu bertambahnya jumlah, ukuran, dimensi pada tingkat sel, organ,
maupun individu. Anak tidak hanya bertambah besar secara fisik,
melainkan juga ukuran dan struktur organ-organ tubuh dan otak. Sebagai
contoh, hasil dari pertumbuhan otak adalah anak mempunyai kapasitas
lebih besar untuk belajar, mengingat, dan mempergunakan akalnya. Jadi
anak tumbuh baik secara fisik maupun mental. Pertumbuhan fisik dapat
dinilai dengan ukuran berat (gram, pound, kilogram), ukuran panjang (cm,
meter) umur tulang, dan tanda-tanda seks sekunder (Soetjiningsih, 2013).
Menurut Karl E Garrison (Syamsussabri, 2013) pertumbuhan adalah
perubahan individu dalam bentuk ukuran badan, perubahan otot, tulang,
kulit, rambut dan kelenjar.

Pengertian perkembangan secara termitologis adalah proses


kualitatif yang mengacu pada penyempurnaan fungsi sosial dan psikologis
dalam diri seseorang dan berlangsung sepanjang hidup manusia. Menurut
para ahli perkembangan merupakan serangkaian perubahan progresif yang
terjadi sebagai akibat dari proses kematangan dan pengalaman, terdiri atas
serangkaian perubahan yang bersifat kualitatif dan kuantitatif (E.B Harlock
dalam Syamsusbahri, 2013), dimaksudkan bahwa perkembangan
merupakan proses perubahan individu yang terjadi dari kematangan (
kemampuan seseorang sesuai usia normal) dan pengalaman yang
merupakan interaksi antara individu dengan lingkungan sekitar yang
menyebabkan perubahan kualitatif dan kuantitatif (dapat diukur) yang
menyebabkan perubahan pada diri individu tersebut. Perkembangan
merupakan hasil interaksi kematangan susunan saraf pusat dengan organ
yang dipengaruhinya, misalnya perkembangan sistem neuromuscular,
kemampuan bicara, emosi dan sosialisasi (Depkes, 2007).

2.1.2 Aspek-aspek pertumbuhan dan perkembangan

A. Aspek pertumbuhan

Untuk menilai pertumbuhan anak dilakukan pengukuran


antopometri,pengukuran antopometri meliputi pengukuran berat
badan,tinggi badan (panjang badan), lingkar kepala, lingkar lengan
atas,dan lingkar dada (Saputri, 2014).

Pengukuran berat badan digunakan untuk menilai hasil peningkatan


atau penurunan semua jaringan yang ada pada tubuh, pengukuran tinggi
badan digunakan untuk menilai status perbaikan gizi disamping faktor
genetik, sedangkan pengukuran lingkar kepala dimaksudkan untuk menilai
pertumbuhan otak. Pertumbuhan otak kecil (mikrosefali) menunjukkan
adanya reterdasi mental, apabila otaknya besar (volume kepala meningkat)
terjadi akibat penyumbatan cairan serebrospinal. (Hidayat, 2011). Pada
umur 6 bulan lingkar kepala rata-rata adalah 44 cm (Angelina, 2014).

B. Aspek Perkembangan

1. Motorik kasar (gross motor) merupakan keterampilan meliputi aktivitas


otot-otot besar seperti gerakan lengan, duduk, berdiri, berjalan dan
sebagainya (Saputri, 2014).

2. Motorik halus (fine motor skills) merupakan keterampilan fisik yang


melibatkan otot kecil dan koordinasi mata dan tangan yang memerlukan
koordinasi yang cermat. Perkembangan motorik halus mulai memiliki
kemampuan menggoyangkan jari-jari kaki menggambar dua tau tiga
bagian, menggambar orang, melambaikan tangan dan sebagainya
(Saputri, 2014).

3. Bahasa (Languange) adalah kemampuan untuk memberikan respon


terhadap suara, mengikuti perintah dan berbicara spontan, berkomunikasi
(Hidayat, 2011 )

4. Sosialisasi dan kemandirian merupakan aspek yang berhubungan


dengan kemampuan mandiri (makan sendiri, membereskan mainan
selesai bermain), berpisah dengan ibu/pengasuh anak, bersosialisasi dan
berinteraksi dengan lingkungannya ( Rusmil, 2008).

2.1.3 Ciri-ciri pertumbuhan dan perkembangan

Meskipun pertumbuhan dan perkembangan mempunyai arti yang


berbeda, namun keduanya saling mempengaruhi dan berjalan secara
stimulant. Pertumbuhan ukuran fisik akan disertai dengan pertambahan
kemampuan perkembangan anak. (Nursalam, 2006). Adapun ciri-ciri
pertumbuhan dan perkembangan anak menurut Soetjiningsih (2013)
adalah :

A. Ciri pertumbuhan

Pertumbuhan dapat dinilai dari beberapa perubahan yaitu :

(a) Perubahan ukuran, terlihat jelas pada pertumbuhan fisik dengan


bertambahnya umur anak terjadi pula penambahan berat badan, tinggi
badan, lingkar kepala dan lain-lain.

(b) Proporsi tubuh, perubahan proporsi tubuh sesuai dengan bertambahnya


umur anak, proporsi tubuh seorang bayi baru lahir sangat berbeda
dibandingkan tubuh anak ataupun orang dewasa.
(c) Hilangnya ciri-ciri lama, selama proses pertumbuhan terdapat hal-hal
yang terjadi perlahan-lahan seperti menghilangnya kelenjar timus,
lepasnya gigi susu dan menghilangnya refleks-refleks primitif.

(d) Timbul ciri-ciri baru, dikarenakan pematangan fungsi-fungsi organ,


seperti tumbuh gigi permanen.

B. Ciri perkembangan

Perkembangan melibatkan perubahan, yaitu terjadi bersamaan


dengan pertumbuhan disertai dengan perubahan fungsi. Misalnya,
perkembangan sistem reproduksi disertai dengan perubahan pada organ
kelamin. Perubahan-perubahan ini meliputi perubahan ukuran tubuh secara
umum, perubahan proporsi tubuh, berubahnya ciri-ciri lama dan timbulnya
ciri-ciri baru sebagai tanda kematangan suatuorgan tubuh tertentu.
Perkembangan awal menentukan perkembangan selanjutnya. Seseorang
tidak akan melewati satu tahap perkembangan sebelum dia melewati
tahapan sebelumnya. Misalnya, seorang anak tidak akan bisa berjalan
sebelum dia berdiri. Karena itu perkembangan awal merupakan masa kritis
karena akan menentukan perkembangan selanjutnya.Perkembangan juga
memiliki tahap yang berurutan, tahap ini di lalui seorang anak mengikuti
pola yang teratur dan berurutan, dan tahap-tahap tersebut tidak bisa terjadi
terbalik. Misalnya, anak lebih dahulu mampu berdiri sebelum berjalan,
mampu membuat lingkaran sebelum mampu mampu membuat gambar
kotak, dan lain-lain.

2.1.4 Faktor-faktor yang mempengaruhi tumbuh kembang anak

Tumbuh kembang anak mulai dari konsepsi sampai dewasa


dipengaruhi oleh banyak faktor, seperti faktor genetik dan faktor
lingkungan bio-fisiko psikososial, yang bisa menghambat atau
mengoptimalkan tumbuh kembang anak (Soetjiningsih, 2013). Menurut
Riyadi (2009) setiap orang tua akan mengharapkan anaknya tumbuh dan
berkembang secara sempurna tanpa mengalami hambatan tertentu. Pola
tumbuh kembang secara normal antara anak yang satu dengan anak yang
lainnya pada akhirnya tidak selalu sama, karena dipengaruhi oleh interaksi
oleh banyak faktor. (Nursalam, 2008). Adapun faktor-faktor yang
berpengaruh terhadap tumbuh kembang anak, yaitu :

A. Faktor dari dalam (internal)

Faktor dari dalam dapat dilihat dari faktor genetik dan hormonal,
faktor genetik akan mempengaruhi kecepatan pertumbuhan dan
kematangan tulang, alat seksual, serta saraf, sehingga merupakan modal
dasar dalam mencapai hasil akhir proses tumbuh kembang, yaitu :
perbedaan ras. Etnis atau bangsa, keluarga, umur jenis kelamin dan
kelainan kromosom. Kemudian pengaruh hormonal, dimana sudah terjadi
sejak masa prenatal, yaitu saat janin beumur 4 bulan. Pada saat itu, terjadi
pertumbuhan yang cepat. Hormon yang berpengaruh terutama adalah
hormon pertumbuhan somatropin yang dikeluarkan oleh kelenjar pituitary.
Selain itu, kelenjar tiroid juga menghasilkan kelenjar tiroksin yang berguna
untuk metabolisme serta maturasi tulang, gigi dan otak (Soetjiningsih,
2013).

B. Faktor dari luar (eksternal)

Faktor dari luar dapat dilihat dari :

(a) faktor prenatal, antara lain gizi, mekanis, toksin/zat kimia, endoktrin,
radiasi, infeksi, kelainan imunologi, anoksiembrio dan psikologi ibu.

(b) faktor persalinan, yaitu komplikasi persalinan pada bayi seperti trauma
kepala, afaksia dapat menyebabkan kerusakn jaringan otak.
(c) Faktor pasca salin, yaitu gizi, penyakit kronis/kelainan kongenital,
lingkungan fisis dan kimia, psikologis, endokrin, sosio-ekonomi,
lingkungan pengasuhan, stimulasi dan obat-obatan (Rusmil 2008).

2.1.5 Tahap tumbuh kembang Anak

A. Pertumbuhan

1) Berat badan

Pemantauan pertumbuhan bayi dan anak dapat dilakukan dengan


menimbang berat badan, mengukur tinggi badan, dan lingkar kepala anak.
Pertumbuhan berat badan bayi usia 0-6 bulan mengalami penambahan 150-
250 gram/minggu dan berdasarkan kurva pertumbuhan yang diterbitkan
oleh National Center for Health Statistics (NCHS), berat badan bayi akan
meningkat dua kali lipat dari berat lahir pada anak usia 4-7 bulan (Wong,
2008). Berat badan lahir normal bayi sekitar 2.500-3.500 gram, apabila
kurang dari 2.500 gram dikatakan bayi memiliki berat lahir rendah
(BBLR), sedangkan bila lebih dari 3.500 gram dikatakan makrosomia.
Pada masa bayi-balita, berat badan digunakan untuk mengukur
pertumbuhan fisik dan status gizi diperhaatikan (Susilowati 2008, dalam
Rif’atunnisa, 2014).

2) Panjang badan

Istilah panjang badan dinyatakan sebagai pengukuran yang


dilakukan ketika anak terlentang (Wong, 2008). Pengukuran panjang badan
digunakan untuk menilai status perbaikan gizi. Selain itu, panjang badan
merupakan indikator yang baik untuk pertumbuhan fisik yang sudah lewat
(stunting) dan untuk perbandingan terhadap perubahan relatif, seperti nilai
berat badan dan lingkar lengan atas (Nursalam, 2008). Pengukuran panjang
badan dapat dilakukan dengan sangat mudah untuk menilai gangguan
pertumbuhan dan perkembangan anak. Panjang bayi baru lahir normal
adalah 45-50 cm dan berdasarkan kurva yang ditentukan oleh National
Center for Health Statistics (NCHS), bayi akan mengalami penambahan
panjang badan sekitar 2,5 cm setiap bulannya (Wong, 2008). Penambahan
tersebut akan berangsur-angsur berkurang sampai usia 9 tahun, yaitu hanya
sekitar 5 cm/tahun dan penambahan ini akan berhenti pada usia 18-20 tahun
(Nursalam, 2008).

3) Pengukuran Lingkar Kepala Anak

Cara yang biasa dipakai untuk mengetahui pertumbuhan dan


perkembangan otak anak. Biasanya ukuran pertumbuhan tengkorak
mengikuti perkembangan otak, sehingga bila ada hambatan pada
pertumbuhan tengkorak maka perkembangan otak anak juga terhambat.
Pengukuran dilakukan pada diameter occipitofrontal dengan mengambil
rerata 3 kali pengukuran sebagai standar (Chamidah, 2009). Lingkar kepala
pada waktu lahir rata-rata adalah 34-35 cm dan lingkar kepala ini lebih
besar daripada lingkar dada. Pada anak umur 6 bulan, lingkar kepala rata-
rata adalah 44 cm, umur 1 tahun 47 cm, 2 tahun 49 cm, dan dewasa 54 cm.
Jadi, pertambaha lingkar kepala pada 6 bulan pertama adalah 10 cm, atau
sekitar 50% pertambahan lingkar kepala sejak lahir sampai dewasa terjadi
6 bulan pertama kehidupan. (Soetjiningsih, 2013).

B. Perkembangan

1) Perkembangan motorik kasar, aspek perkembangan lokomosi (gerakan)


dan postur (posisi tubuh). Pada usia 6 bulan, bila bayi didudukkan di lantai,
bayi bisa duduk sendiri tanpa disokong tetapi punggung masih
membungkuk, bayi mampu berguling sebagai aktivitas yang disadari
sehingga untuk mencapai benda dengan jarak dekat, bayi dapat berguling-
guling. Kontrol kepala bayi muncul lebih dulu pada posisi tengkurap,
sehingga bayi lebih dahulu berguling dari posisi terlentang.

2).Perkembangan motorik halus, kemampuan motorik halus dipengaruhi


oleh matangnya fungsi motorik, dan koordinasi neuromuskular yang baik,
fungsi visual yang akurat, dan kemampuan intelek nonverbal. Pada usia 6
bulan bayi mampu memindahkan objek dari tangan satu ke tangan lainnya,
bayi juga mampu meraih dan mengambil benda dengan baik, tanpa disertai
gerakan simultan pada tangan yang lain, bayi juga mampu memasukkan
balok ke dalam gelas tapi tidak bisa mengambil kembali

3).Perkembangan bahasa, kemampuan untuk memberikan respons


terhadap suara, mulai mengenal kata-kata “da da, pa pa, ma ma”.

4).Perkembangan sosial, banyak dipengaruhi faktor lingkungan


(pengasuhan). Seorang bayi mewarisi karakteristik emosional-sosial dan
gaya berinteraksi, tetapi sifat bawaan tersebut dimodifikasi oleh gaya
orangtua dan lingkungan sosial, bayi akan merasa nyaman disekitar orang-
orang akrab dan timbul kecemasan di sekitar orang asing. Pada usia ini bayi
senang bermain dengan bayi lainnya, dan sekali- kali ia akan tersenyum
dan meniru suara masing-masing, diusia ini bayi mulai mengenali orang
tua.

2.1.6 Gangguan Pertumbuhan dan Perkembangan

A. Gangguan pertumbuhan fisik

Gangguan pertumbuhan fisik meliputi gangguan pertumbuhan


diatas normal dan gangguan pertumbuhan dibawah normal. Pemantauan
berat badan menggunakan KMS (Kartu Menuju Sehat). Menurut
Soetjaningsih (2003, dalam Abdul Rajab, 2013) bila grafik berat badan
naik lebih dari 120% kemungkinan anak mengalami obesitas atau kelainan
hormonal. Sedangkan apabila grafik berat badan dibawah normal
kemungkinan anak mengalami kurang gizi, menderita penyakit kronis atau
atau kelainan hormonal. Lingkar kepala juga menjadi salah satu parameter
yang penting. Ukuran lingkar kepala menggambarkan isi kepala termasuk
otak dan cairan serebrospinal. Lingkar kepala yang lebih dari normal dapat
dijumpai pada anak yang menderita hidroseflus, megaensefali, tumor otak.
Sedangkan apabila lingkar kepala kurang dari normal dapat diduga anak
menderita retardasi mental, malnutrisi kronis.

B. Gangguan perkembangan motorik

Perkembangan motorik yang lambat dapat disebabkan oleh


beberapa hal.Salah satu penyebab gangguan perkembangan motorik adalah
kelainan tonus otot atau penyakit neuromuskular. Anak dengan cerebral
palsy dapat mengalami keterbatasan perkembangan motorik sebagai akibat
spastisitas, athetosis, ataksia, atau hipotonia. Kelainan sumsum tulang
belakang seperti spina bifida juga dapat menyebabkan keterlambatan
perkembangan motorik. Namun tidak selamanya gangguan perkembangan
motorik selalu didasari adanya penyakit tersebut. Faktor lingkungan serta
kepribadian anak juga dapat mempengaruhi keterlambatan perkembangan
motorik. Anak yang tidak mempunyai kesempatan belajar seperti sering
digendong atau diletakkan di baby walker dapat mengalami keterlambatan
dalam mencapai kemampuan motorik (Nur, 2009 dalam Rajab, 2013)

C. Gangguan perkembangan bahasa

Kemampuan bahasa merupakan kombinasi seluruh sistem


perkembangan anak, kemampuan berbahasa melibatkan kemampuan
motorik, psikologis, emosional dan perilaku (Widyastuti, 2008). Gangguan
perkembangan bahasa pada anak dapat diakibatkan berbagai faktor, yaitu
adanya faktor genetik, gangguan pendengaran, kurangnya interaksi anak
dengan lingkungan, maturasi yang terlambat. Selain itu, gangguan
perkembangan bicara dapat juga disebabkan oleh kelainan fisik seperti
bibir sumbing dan serebral pasli ( Nur, 2009 dalam Rajab, 2013).

D. Gangguan suasana hati (mood disoders)

Gangguan tersebut antara lain adalah major depression yang


ditandai dengan disforia, kehilangan minat, sukar tidur, sukar konsentrasi,
dan nafsu makan terganggu. (Rajab, 2013).

E. Gangguan pervasif dan psikosis pada anak

Meliputi autisme (gangguan komunikasi verbal dan nonverbal,


gangguan perilaku dan interaksi sosial). Asperger (gangguan interaksi
sosial, perilaku, perilaku yang terbatas dan diulang-ulang, obsesif),
childhood disentegrative disorders. (Rajab, 2013).

2.2 Deteksi dini penyimpangan pertumbuhan dan perkembangan


anak

A. Antopometri

Pengukuran antropometri dimaksudkan untuk mengetahui ukuran-


ukuran fisik seorang anak dengan menggunakan alat ukur tertentu, seperti
timbangan dan pita pengukur (meteran). (Nursalam, 2008). Pada penentuan
keadaan pertumbuhan fisik anak perlu dilakukan pemeriksaan antopometri
dan pertumbuhan fisik. Pengukuran antropometri untuk emantau tumbuh
kembang anak adalah berat badan, badan panjang, lingkar kepala dan
lingkar lengan atas.
B. Indeks antopometri

Indeks antropometri merupakan rasio dari pengukuran terhadap


satu atau lebih pengukuran atau yang dihubungkan dengan umur, TB/U
(Tinggi Badan terhadap Umur) dan BB/U (Berat Badan terhadap Umur).

C. Interpretasi indeks antropometri gizi

Interpretasi indeks antropometri gizi memerlukan ambang batas.


Ambang batas dapat disajikan kedalam tiga cara, yaitu persen terhadap
median, persentil, dan standar deviasi unit. WHO menyarankan
menggunakan standar deviasi unit untuk meneliti dan memantau
pertumbuhan. Standar Deviasi Unit (SD) disebut juga Z-skor. Rumus
perhitungan Z- Score adalah: Z-Score = Nilai Individu Subjek – nilai
media baku rujukan.Nilai simpang baku rujukan hasil seorang penemu
pakar gizi Indonesia Mei 2000 di Semarang, standar baku antropometri
yang digunakan secara nasional dipakai menggunakan standar baku WHO-
NHC 1983.Berdasarkan Kepmenkes RI Nomor:920/Menkes/SK/VII/2002
tentang klasifikasi status gizi anak (Susilowati, 2008).

2.3 Konsep ASI Eksklusif

2.3.1 Defenisi Air Susu Ibu (ASI) adalah makanan bernutrisi bernergi
tinggi yang mudah

Untuk dicerna yang dihasilkan oleh kelenjar payudara wanita melalui


proses laktasi (Munasir, 2008). ASI merupakan makanan cair yang secara
khusus diciptakan untuk memenuhi kebutuhan bayi akan berbagai zat gizi
yang dibutuhkan. Untuk pertumbuhan dan perkembangan disamping
memenuhi kebutuhan bayi akan energi. Hanya dengan diberi ASI saja
tanpa makanan lain, bayi mampu tumbuh dan berkembang dengan baik
sampai usia 6 bulan (Moehji, 2008). ASI eksklusif adalah pemberian air
susu ibu pada bayi tanpa tambahan cairan lain seperti susu formula, jeruk,
madu, air teh, air putih dan tanpa tambahan makanan padat sampai dengan
usia 6 bulan (Depkes RI, 2010). Pemberian ASI yang dianjurkan adalah
ASI eksklusif selama 6 bulan yang diartikan bahwa bayi hanya
mendapatkan ASI saja tanpa makanan atau mainuman lain termasuk air
putih (Matondang,dkk, 2008). ASI eksklusif menurut WHO adalah
pemberian ASI saja pada bayi sampai usia 6 bulan tanpa tambahan cairan
ataupun makanan lain. ASI dapat diberikan sampai bayi berusia 2 tahun
(Yanti, 2011).

2.3.2 Kandungan Nutrisi ASI

Kandungan nutrisi yang terdapat dalam ASI adalah karbohidrat,


protein, lemak, mineral, air dan vitamin. Zat karbohidrat dalam ASI
berbentuk laktosa yang jumlahnya akan berubah-ubah setiap hari menurut
kebutuhan tumbuh kembang bayi. Laktosa meningkatkan penyerapan
kalsium fosfor dan magnesium yang sangat penting untuk pertumbuhan
tulang, terutama pada masa bayi untuk proses pertumbuhan gigi dan
perkembangan tulang (Purwanti, 2004). ASI juga terdiri dari 88% air yang
berguna untuk melarutkan zat-zat yang terdapat didalamnya. ASI sebagai
sumber air yang relatif tinggi dapat meredakan rangsangan haus dari bayi.
Vitamin yang terdapat dalam ASI cukup lengkap yaitu terdiri dari vitamin
A, D, C, sedangkan golongan vitamin B selain riboflavin dan asam
panthothenik kandungannya masih kurang (Soedjiningsih, 2013).
2.3.3 Manfaat ASI eksklusif

A. Manfaat ASI bagi bayi

Menurut Damayanti (2010) manfaat ASI bagi bayi yaitu ASI


sebagai nutrisi, yang merupakan sumber gizi yang sangat ideal bagi bayi
karena komposisi ASI seimbang dan sesuai dengan pertumbuhan
kebutuhan bayi, ASI juga dapat meningkatkan daya tahan tubuh ,
meningkatkan kecerdasan, dan meningkatkan jalinan kasih sayang.
Manfaat ASI eksklusif yang penting yaitu meningkatkan jalinan kasih
sayang antara bayi dan ibunya, bayi juga akan merasa aman dan tenteram,
terutama bayi dapat mendengar detak jantung ibunya yang dikenal sejak
dalam kandungan. Perasaan terlindung dan disayangi inilah yang akan
menjadi dasar perkembangan emosi bayi dan membentuk kepribadian yang
percaya diri dan dasar spiritual yang baik. (Roesli, 2004).

B. Manfaat ASI bagi ibu

Sebagai proteksi kesehatan ibu, Oksitoksin yang dilepaskan selama


menyusui memba ntu uterus kembali keukuran sebelumnya dan membantu
mengurangi perdarahan postpartum. Menyusui juga mengurangi risiko
kanker payudara dan ovarium ibu. Selama enam bulan pertama setelah
kelahiran, jika seorang wanita amenorik dan sepenuhnya menyusui
bayinya, ia memiliki proteksi 98% terhadap kehamilan lainnya. Semakin
lama durasi menyusui, semakin lama durasi dari amenorea postpartum,
yang mengarah pada interval kelahiran yang lebih panjang.

2.3.4 Waktu pemberian ASI

Biasanya bayi baru lahir ingin minum ASI setiap 2-3 jam atau 10-
12 kali dalam 24 jam. Bila bayi tidak minta diberi ASI, anjurkan ibu untuk
memberikan ASInya pada bayi setidaknya setiap 4 jam. Namun, selama
dua hari pertama sesudah lahir, bebrapa bayi tidur panjang selama 6-8 jam.
Untuk memberikan ASI pada bayi setiap atau sesudah empat jam, yang
paling baik adalah membangunkannya selama siklus tidurnya. Pada hari
ketiga setelah lahir, sebagian besar bayi menyusu setiap 2-3 jam. Bayi
sebaiknya diberikan ASI secara tidak terjadwal, atau menurut kemauan
bayi, karena bayi akan menentukan sendiri kebutuhannya. Ibu harus
memberikan ASI kepada bayinya bila bayinya menangis bukan karena
penyebablainnya (bayi buang air kecil, dan lain-lain) atau ibu sudah merasa
perlu menyusui bayinya. Bayi yang sehat dapat mengosongkan satu
payudara sekitar 5-7 menit dan ASI dalam lambung bayi akan kosong
dalam waktu dua jam. Menyusui yang dijadwalkan akan berakibat kurang
baik bagi bayi, karena isapan sangat berpengaruh pada rangsangan
produksi ASI selanjutnya. Menyususi dengan tidak terjadwal atau sesuai
kebutuhan bayi akan mencegah banyak masalah yang berpotensi muncul.

2.3.5 Masalah pemberian ASI

Kegagalan pemberian ASI eksklusif akan mkenyebabkan


kekurangan jumlah sel otak sebanyak 15-20%, sehingga dapat
menghambat perkembangan bayi (Griselia, 2014). Ada beberapa masalah
menyusi terkait dengan ibu yaitu :

1) Pembengkakan payudara

Pembengkakan payudara ialah respon payudara terhadap hormon-


hormon laktasi dan adanya air susu. Payudara membengkak dan menekan
saluran air susu, sehingga bayi tidak memperoleh air susu. Rasa nyeri dapat
menjalar ke aksila. Perawatan yang lebih baik dapat dilakukan dengan
menggunakan es yang diletakkan di payudara. Es akan mengurangi
pembengkakan, sehingga sejumlah air susu yang cukup dapat dikeluarkan
untuk membuat aerola menjadi lunak. (Bobak, 2005 dalam Grisela, 2014).
2) Puting yang luka

Puting susu dapat terasa nyeri pada beberapa hari pertama. Puting
yang luka dapat dicegah atau dibatasi dengan mengambil posisi yang benar
dan dengan menghindari pembengkakan sebelum ini terjadi.(Bobak, 2005
dalam Griselia, 2014).

3) Masalah pada bayi

Beberapa kondisi bayi bisa mempersulit tindakan menyusui, salah


satu diantaranya adalah bayi tidak tahan terhadap laktosa atau
fenilketonuria. Kelainan sumbing bibir atau langit-langit, dan kelainan
bentuk mulut sehingga bayi tidak dapat menghisap dengan baik.
(Rajab,2013).

2.3.6 Pengaruh pemberian ASI eksklusif terhadap tumbuh kembang


bayi

Bayi mengalami proses tumbuh kembang yang dipengaruhi oleh


beberapa faktor, salah satunya adalah gizi. Unsur gizi pada bayi dapat
dipenuhi dengan pemberian ASI, bahkan sampai umur enam bulan sesuai
rekomendasi WHO tahun 2001 diberikan ASI eksklusif (Fitri DI, dkk,
2014). Bayi yang mendapatkan ASI eksklusif umumnya akan mengalami
pertumbuhan yang pesat pada umur 2-3 bulan, namun lebih lambat
dibandingkan bayi yang mendapat ASI non eksklusif. Hasil penelitian
retrospektif di Baltimore-Washington DC bahwa dalam kondisi yang
optimal, ASI eksklusif mendukung pertumbuhan bay i selama enam bulan
pertama sehingga status gizi mencapai normal (Fitri DI, dkk, 2014). Tyas
dkk (2013) menunjukkan bahwa hubungan yang signifikan antara
pemberian ASI eksklusifdan ASI non eksklusif dengan pertumbuhan berat
badan pada bayi 0-6 bulan. Pemberian ASI Non Eksklusif meningkatkan
pertumbuhan berat badan yang tidak baik 15 kali lipat daripada bayi yang
mendapat ASI eksklusif. Penelitian yang dilakukan di Puskesmas
Karanganyar tahun 2010 menunjukkan adanya hubungan yang signifikan
antara pemberian ASI dengan perkembangan bayi. Selain itu, dalam hal
kognitif, bayi yang mendapat ASI eksklusif memiliki aspek kognitif yang
lebih baik daripada yang tidak mendapat ASI eksklusif. Ini ditunjukkan
oleh Novita dkk (2007) dilingkungan Puskesmas Cigondewah Bandung,
yang menyimpulkan bahwa aspek kognitif pada bayi yang mendapatkan
ASI eksklusif memberikan hasil lebih baik dibandingkan dengan bayi yang
tidak mendapatkan ASI eksklusif. Rata-rata IQ bayi ASI eksklusif 128,3
dengan rentang IQ 112-142 sedangkan bayi ASI non eksklusif rata-rata
114,4 dengan rentang IQ 82-137.Namun, sebuah studi analitik dengan
desain cross sectional dilakukan untuk mengetahui hubungan pemberian
ASI dengan tumbuh kembang bayi umur enam bulan di Puskesmas
Nanggalo, Padang. Pertumbuhan dinilai melalui status gizi dan
perkembangan melalui Tes Denver II, dengan jumlah sampel 50 bayi. Hasil
penelitian menunjukkan penelitian ASI eksklusif masih rendah (30%)
dibandingkan ASI non eksklusif (70%). Bayi ASI eksklusif berpeluang
mengalami pertumbuhan normal 1,62 kali lebih besar dibandingkan bayi
ASI non eksklusif dan perkembangan sesuai umur 5,474 kali lebih besar
dibandingkan bayi ASI non eksklusif. Namun, diperoleh hubungan yang
signifikan dengan pertumbuhan bayi tapi tidak dengan perkembangan bayi.
Penelitian ini memperlihatkan bahwa tidak terdapat hubungan antara
pemberian ASI dengan tumbuh kembang bayi umur enam bulan di
Puskesmas Nanggalo kota Padang.(Fitri DI, dkk, 2014) Hubungan
pemberian ASI tidak signifikan dengan pertumbuhan bayi kemungkinan
disebabkan oleh kuantitas dan kualitas ASI yang diberikan ibu yang masih
kurang dan belum memenuhi kebutuhan bayi sehingga penambahan berat
badan dan panjang badan bayi menjadi tidak optimal. Selain itu faktor gizi
pada ibu saat hamil dan menyusui, cara menyusui yang belum tepat dan
benar sehingga produksi ASI tidak sempurna. (Fitri DI, dkk, 2014)
Hubungan pemberian ASI yang tidak signifikan dengan perkembangan
bayi mungkin disebabkan oleh adanya pengaruh lain seperti kualitas dan
kuantitas ASI yang belum tercapai dengan baik sehingga mempengaruhi
pertumbuhan otak bayi dan berdampak pada terlambatnya perkembangan
bayi. Selain itu faktor lingkungan, stimulasi, dan sosial ekonomi juga
mempengaruhi proses perkembangan. (Fitri DI, dkk, 2014).

2.4 Konsep Susu Formula

2.4.1 Defenisi

Menurut Roesli (2004) susu formula adalah cairan yang berisi zat
yang mati didalamnya, tidak ada sel yang hidup seperti sel darah putih, zat
pembunuh bakteri, antibodi, serta tidak mengandung enzim maupun
hormon yang mengandung faktor pertumbuhan. Susu formula bayi adalah
cairan atau bubuk dengan formula tertentu yang diberikan kepada bayi dan
berfungsi sebagai pengganti ASI. Susu formula memiliki peranan penting
dalam makanan bayi karena seringkali digunakan sebagai satu-satunya
sumber gizi bayi (Pudjiadi, 2002). Menurut WHO (2004) susu formula
adalah susu yang sesuai dan bisa diterima sistem tubuh bayi. Susu formula
yang baik tidak menimbulkan gangguan saluran cerna seperti diare, muntah
atau kesulitan buang air besar. Gangguan lainnya seperti batuk, sesak, dan
gangguan kulit.

2.4.2 Susu Formula pengganti ASI

Menurut Pudjiadi dalam Togatorop (2007), susu formula dapat


diberikan kepada bayi sebagai pelengkap atau pengganti ASI dalam
keadaan seperti :
(a) Air susu ibu tidak keluar sama sekali, sehingga satu-satunya makanan
yang dapat diberikan sebagai pengganti ASI adalah susu formula.

(b) Kondisi ibu yang dilarang dokter untuk menyusui, baik untuk
kepentingan ibu maupun bayi.

(c) Bayi dilahirkan dengan kelainan metabolik bawaan yang akan bereaksi
jelek jika bayi tersebut mendapat ASI.

(d) Ibu meninggal sewaktu melahirkan atau bayi asih memerlukan ASI.

(e) Ibu sedang dirawat dirumah sakit dan dipisahkan dari bayinya.

Anda mungkin juga menyukai