Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Konjungtivitis Bakteri
Oleh :
NIM. 1730912310072
Pembimbing :
BANJARMASIN
September, 2019
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL................................................................................................ i
DAFTAR PUSTAKA
II
BAB I
PENDAHULUAN
cerdas, produktif, maju, mandiri, dan sejahtera lahir batin.1 Oleh karena itu semua
Mata merupakan salah satu panca indra yang mempunyai fungsi yang
begitu kompleks, dengan ukuran yang kecil. Kelainan-kelainan yang terjadi pada
organ ini akan menyebabkan berbagai manifestasi klinis dan apa bila tidak dapat
ditangani dengan baik, akan mengakibatkan kebutaan ataupun gangguan yang lain
yang bersifat permanen. Kelainan tersebut tidak hanya terjadi pada bola mata,
namun terjadi pada seluruh kesatuan dari indra ini yang meliputi kelopak mata,
bola mata, bahkan sampai pada tempat dimana bola mata tersebut berada.2
Salah satu dari kelainan yang terdapat pada mata adalah konjungtivitis.
keluarnya air mata hingga keluar sekret purulen. Penyebabnya biasanya eksogen
1
megetahui gejala-gejala dari keadaan klinis ini, sehingga diharapkan diagnosis
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
tarsus.2
formiks dan melipat berkali-kali. Adanya lipatan-lipatan ini memungkinkan bola mata
3
2.2 Histologi
Secara histologi lapisan sel konjungtiva terdiri atas dua hingga lima lapisan sel
epitel silindris bertingkat, superfisial dan basal.3 Sel-sel epitel superfisial mengandung
sel-sel goblet bulat atau oval yang mensekresi mukus yang diperlukan untuk dispersi
air mata. Sel-sel epitel basal berwarna lebih pekat dibandingkan sel-sel superfisial dan
Stroma konjungtiva dibagi menjadi satu lapisan adenoid (superfisialis) dan satu
lapisan fibrosa (profunda). Lapisan adenoid mengandung jaringan limfoid dan tidak
berkembang sampai setelah bayi berumur 2 atau 3 bulan. Lapisan fibrosa tersusun
dari jaringan penyambung yang melekat pada lempeng tarsus dan tersusun longgar
pada mata.2
palpebralis. Kedua arteri ini beranastomosis dengan bebas dan bersama dengan
4
2.4 Definisi
yang menutupi belakang kelopak dan bola mata, dalam bentuk akut maupun
kronis.4
2. 4. Epidemiologi
ekonomi, Amerika Serikat diperkirakan telah mengeluarkan 377 juta sampai 857
dasarnya, dimana bisa ditentukan oleh umur ataupun musim cuaca. Konjungtivitis
virus menjadi kasus yang paling umum terjadi pada populasi dewasa dan lebih
konjungtivitis populasi dewasa dan menjadi penyebab paling sering pada anak-
5
untuk kasus paling sering, mengenai 15 sampai 40 persen dari populasi dan sering
2. 5. Etiologi
oleh virus, bakteri, atau clamidia. 2) Reaksi alergi terhadap debu, serbuk sari, bulu
binatang. 3) Iritasi oleh angin, debu, asap dan polusi udara lainnya; sinar ultraviolet.
4) Pemakaian lensa kontak, terutama dalam jangka panjang, juga bisa menyebabkan
dan kuman atau campuruan keduanya) ditularkan melalui kontak dan udara. Dalam
waktu 12 sampai 48 jam etelah infeksi mulai, mata menjadi merah dan nyeri.2
6
2.6 Patofisiologi
kelopak mata terinfeksi sehingga kelopak mata tidak dapat menutup dan membuka
ditandai dengan konjungtiva dan sklera yang merah, edema, rasa nyeri dan adanya
langsung dengan individu yang terkena atau terjadi proliferasi abnormal dari flora
normal di konjungtiva proses radang akan menyebabkan dilatasi dari pembuluh darah
komplikasi.7
7
2. Konjungtivitis bakteri akut: Konjungtivitis bakteri akut adalah jenis yang
muncul dengan gambaran klinis dan prognosis yang sama. Sebuah studi oleh
Weiss et al menyebutkan patogen yang paling sering muncul pada derajat ini
pada pasien.8,9
gambaran mata merah dengan sekret purulen yang persisten lebih dari
8
2. 8. Gejala klinis
beberapa gejala kunci yang dapat membedakannya dari infeksi mata lainnya.
Sekret tebal yang purulen dianggap sebagai gejala yang dominan pada
konjungtivitis bakterial. Hal ini menyebabkan fenomena “mata lem” dimana mata
menjadi sulit terbuka karena adanya sekret purulen yang tebal. Sebuah studi pada
tahun 2004 telah dilakukan di Belanda menyebutkan “mata lem pada pagi hari”
bakterial, studi ini dilakukan pada 184 pasien dengan gejala “mata lem”, gatal dan
riwayat konjungtivitis.7,10
adalah sensasi mengganjal pada mata, injeksi pada konjungtiva, kemosis (edema
konjungtiva), gatal, eritem dari kulit kelopak mata, dan sensasi seperti terbakar
atau tersetrum pada daerah mata. Pada studi yang dilakukan oleh Carr et al dan
datang dengan injeksi konjungtiva, hampir 90 persen datang dengan keluhan gatal
dan sensai mengganjal pada mata, dan hampir 50 persennya mengalami sensai
2.9. Diagnosis
Pemeriksaan mata dan riwayat penyakit pasien menjadi kunci utama untuk
konjungtivitis, jenis sekret dan gejala klinis yang muncul dapat menentukan jenis
dari konjungtivitis. Bagaimanapun, ada beberapa kasus dengan gejala klinis yang
9
tidak spesifik. Pemeriksa di fasilitas kesehatan pertama mungkin akan kesulitan
dalam pemeriksaan mata dikarenakan fasilitas seperti slit lamp yang tidak
tersedia, namun pemeriksa bisa menggunakan penlight untuk fokus melihat pada
tajam penglihatan, tipe sekret, bentuk dan ukuran pupil, pembengkakan kelopak
10
Gambar 2.8 Algoritma untuk mendiagnosis pasien dengan konjungtivitis
11
Pemeriksaan laboratorium pada kebanyakan kasus konjungtivitis bakterial
dengan cara pemeriksaan mikroskopik dari hasil kerok pada bagian konjungtiva
wajib dilakukan pada kasus dengan sekret purulen, terdapat membran dan
pemberian antibiotik segera lebih empiris dan akan digantikan oleh antibiotik
2. 10. Penatalaksanaan
diberikan. Antibiotik spektrum luas dapat diberikan dalam bentuk tetes ataupun
salep mata 4 sampai 5 kali sehari. Apabila yang dipakai adalah tetes mata,
sebaiknya sebelum tidur diberi salep mata sulfasetamid 10-15 persen atau
khlorampfenikol. Apabila dalam satu minggu tidak ada perbaikan makan perlu
gram negatif yang mengarah diplococci oleh bakteri Neisseria, terapi topikal dan
sistemik dapat dimulai. Apabila bagian kornea tidak terlibat, dapat diberikan
12
ceftriaxone i.m 1 gram. Apabila bagian kornea terlibat dapat diberikan ceftriaxone
dapat diirigasi menggunakan cairan saline dengan tujuan membersihkan mata dari
2.11. Komplikasi
13
2.11 Prognosis
dengan baik hanya akan berlangsung selama 1 sampai 3 hari. Pengecualian untuk
14
BAB III
LAPORAN KASUS
I. IDENTITAS
Umur : 57 tahun
Agama : Islam
Alamat : Banjarmasin
II. ANAMNESIS
pada mata sejak 1 minggu yang lalu. Awalnya sedikit-sedikit seperti kotoran
mata biasa, namun semakin hari semakin menebal dan puncaknya saat bangun
tidur pasien tidak dapat membuka matanya, mata pasien harus dibersihkan
dengan air hangat dulu agar bisa terbuka. Pasien juga mengeluhkan matanya
menjadi merah setelah keluhan utam muncul, keluhan muncul pada kedua
matanya. Mata juga terasa gatal sejak keluhan utama muncul. Keluhan lain
sebelumnya berobat ke dokter umum dan diberikan tetes mata berwarna merah
15
namun keluhan tidak membaik, pasien mengaku setelah memakai obat tersebut
pernah mengalami keluhan serupa kurang lebih 3 tahun yang lalu namun sembuh
Nadi : 91 kali/menit
RR : 18 kali/menit
16
Status Lokalis:
17
11. Iris Warna Coklat Coklat
12. Pupil Bentuk Bulat dan reguler Bulat dan regular
Refleks cahaya (+) (+)
langsung
Refleks cahaya (+) (+)
tidak langsung
Leukokorea (-) (-)
14. Lensa Kejernihan Jernih Jernih
15. COA Hipopion (-) (-)
V. DIAGNOSA KERJA
- Konjungtivitis fungal
- Konjungtivitis viral
- Konjungtivitis Alergi
VI. PENATALAKSANAAN
Non-medikamentosa
Membersihkan kelopak mata dengan lidi kapas yang dibasahi air hangat
Medikamentosa
18
BAB IV
PEMBAHASAN
Tn. AWF yang datang ke RSUD Ulin Banjarmasin didapatkan keluhan kotoran
pada mata sejak 1 minggu yang lalu. Awalnya sedikit-sedikit seperti kotoran mata
biasa, namun semakin hari semakin menebal dan puncaknya saat bangun tidur
pasien tidak dapat membuka matanya, mata pasien harus dibersihkan dengan air
hangat dulu agar bisa terbuka. Pasien juga mengeluhkan matanya menjadi merah
setelah keluhan utam muncul, keluhan muncul pada kedua matanya. Mata juga
terasa gatal sejak keluhan utama muncul. Keluhan lain seperti nyeri, rasa
yang menutupi belakang kelopak dan bola mata, dapat berupa akut ataupun
kronis. Gambaran klinis yang dapat muncul berupa hiperemi konjungtiva bulbi
(injeksi konjungtiva),lakrimasi, eksudat dengan sekret yang lebih tebal pada pagi
preaurikular. Meskipun gejala dari konjungtivitis bakteri bervariasi dan luas, ada
beberapa gejala kunci yang dapat membedakannya dari infeksi mata lainnya.
Sekret tebal yang purulen dianggap sebagai gejala yang dominan pada
bahwa pasien mengatakan pasien sering kesulitan membuka mata pada pagi hari
19
akibat kotoran mata yang tebal, ini merupakan gejala khas dari konjungtivitis
bakteri dimana sekret akan muncul lebih dominan pada pagi hari.6
Konjungtivitis bakteri mengenai orang-orang dari segala usia, etnis, dan jenis
kelamin. Konjungtivitis bakteri lebih sering terjadi pada anak-anak.13 pada kasus
pada mata, injeksi pada konjungtiva, kemosis (edema konjungtiva), gatal, eritem
dari kulit kelopak mata, dan sensasi seperti terbakar atau tersetrum pada daerah
mata. Berdasarkan gejala dan tanda yang didapatkan dari anamnesis dan
pemeriksaan fisik, ditemukan hiperemis dan gatal yang berlangsung selama 7 hari
riwayat penyakit pasien menjadi kunci utama untuk dapat menentukan tatalaksana
dan manajemen yang sesuai. Pada kasus konjungtivitis, jenis sekret dan gejala
klinis yang muncul dapat menentukan jenis dari konjungtivitis. Kerok konjungtiva
kasus.4,6 kasus ini hanya ditegakkan berdasarkan anamnesis terhadap pasien dan
20
Ada beberapa terapi non farmakologis yang dapat dilakukan oleh penderita
konjungtivitis bakteri yaitu kompres basah dan hangat diberikan pada mata selama
apabila memakai lensa kontak maka lebih baik dihindari namun apabila sangat
diberikan. Antibiotik spektrum luas dapat diberikan dalam bentuk tetes ataupun
salep mata 4 sampai 5 kali sehari. Beberapa antibiotik tunggal yang diberikan
dan sulfa. Apabila yang dipakai adalah tetes mata, sebaiknya sebelum tidur
dalam satu minggu tidak ada perbaikan maka obat dihentikan dan menunggu
hasil pemeriksaan mikrobiologik. Pada pasien ini diberikan tetes mata tobramisin
6 kali sehari dan diedukasi untuk menjaga keberihan mata juga mengompres
21
BAB V
PENUTUP
Telah dilaporkan sebuah kasus seorang pria usia 57 tahun dengan diagnosis
ODS konjungtivitis bakteri yang datang ke poli Mata RSUD Ulin Banjarmasin
mencegah infeksi lebih lanjut serta diberikan edukasi untuk melakukan kompres
mata.
22
DAFTAR PUSTAKA
3. Junqueira LC, Carneiro J. Histologi Dasar: Teks dan Atlas. 10th ed. Jakarta:
EGC; 2004.
4. Ilyas S, Yulianti SR. Ilmu Penyakit Mata. 5th ed. Jakarta: Badan Penerbit
FKUI; 2014.
10. Carr WD. Comparison of Fucithalmic® (fusidic acid viscous eye drops 1%)
andChloromycetin Redidrops® (chloramphenicol eye drops 0. 5%) in the
treatment ofacute bacterial conjunctivitis. J Clin Res. 1998; 1: 403–411.
23
11. Wall AR, Sinclair N, Adenis JP. Comparison of Fucithalmic® (fusidic acid
viscous eye drops 1%) and Noroxin (norfloxacin ophthalmic solution 0. 3%) in
the treatment of acute bacterial conjunctivitis. J Drug Assess. 1998; 1: 549–
558.
24