1. Aliatur Rofi’ah
3. Malinda Fadlilah
6. Tutik Hidayati
PROBOLINGGo
2019
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah kami panjatkan puja dan puji syukur kehadirat Allah SWT. Atas segala
limpah rahmat dan hidayahnya. Sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini,
dan sholawat serta salam semoga selalu tercurah limpahkan kepada proklamator sedunia,
pejuang tangguh yang tak gentar menghadapi segala rintangan demi umat manusia, yakni Nabi
Muhammad SAW.
Adapun maksud penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas di STIKES
Hafshawaty, kami susun dalam bentuk kajian ilmiah dengan judul ”KONSEPTUAL MODEL
DALAM KEPERAWATAN JIWA PREVENTI PRIMER,SEKUNDER,TERSIER’’ dan
dengan selesainya penyusunan makalah ini, kami juga tidak lupa menyampaikan ucapan terima
kasih kepada:
1. KH. Moh. Hasan Mutawakkil Alallah, SH.MM sebagai pengasuh pondok pesantren
Zainul Hasan Genggong.
2. Dr. H. Nur hamim, M.Kep.,S.Kep.Ns sebagai ketua STIKES Hafshawaty Zainul Hasan
Genggong.
3. Shinta wahyusari S.Kep.,Ns.,M.Kep.,Sp.Kep.Mat sebagai Ketua Prodi S1 Keperawatan.
4. Rizka Yunita, S.kep.,Ns.,M.kep Sebagai Wali Kelas Prodi S1 Keperawatan.
5. Rizka Yunita, S.kep.,Ns.,M.kep sebagai dosen mata kuliah keperawatan medikal bedah II
Pada akhirnya atas penulisan materi ini kami menyadari bahwa sepenuhnya belum
sempurna. Oleh karena itu, kami dengan rendah hati mengharap kritik dan saran dari pihak dosen
dan para audien untuk perbaikan dan penyempurnaan pada materi makalah ini.
Cover..........................................................................................................
Kata Pengantar.........................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
2.1 prevensif primer dalam keperawatan jiwa .........................................................
2.2 prevensif sekunder dalam keperawatan jiwa ………………………………………………………
2.3 prevensif tersier dalam keperawatan jiwa……………………………………..
PENDAHULUAN
Model konseptual merupakan kerangka kerja konseptual, sistem atau skema yang
menerangkan tentang serangkaian ide global tentang keterlibatan individu, kelompok, situasi,
atau kejadian terhadap suatu ilmu dan perkembangannya. Model konseptual memberikan
keteraturan untuk berfikir, mengobservasi dan menginterpretasi apa yang dilihat, memberikan
arah riset untuk mengidentifikasi suatu pertanyaan untuk menanyakan tentang fenomena dan
menunjukkan pemecahan masalah (Brockopp, 1999)
Model konseptual keperawatan jiwa mengurai situasi yang terjadi dalam lingkungan atau
stresor yang mengakibatkan seseorang individu menciptakan perubahan yang adaptif baik secara
mandiri maupun bantuan perawat. Model konseptual keperawatan jiwa merupakan upaya yang
dilakukan baik oleh perawat untuk menolong seseorang dalam mempertahankan keseimbangan
melalui mekanisme koping yang positif untuk mengatasi stresor yang dialaminya.
1.3 Tujuan
1. Tujuan umum
Mahasiswa mampu mengetahui tentang preverensif primer,sekunder,tersier dalam
keperawatan jiwa
2. Tujuan khusus
a. Mengidentifikasi preventif primer, sekunder dan tersier dalam keperawatan jiwa
1.4 Manfaat
PEMBAHASAN
1. Pencegahan primer
Pencegahan primer adalah intervensi biologi, social, atau psikologis yang bertujuan
meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan atau menurunkan insiden penyakit dimasyarakat
dengan mengubah faktor-faktor penyebab sebelum membahayakan.
Pencegahan tahap ini berfokus pada koping. Koping adalah perilaku yang terlihat dan
tersembunyi yang dilakukan seseorang untuk mengurangi atau menghilangkan ketegangan
psikologi dam kondisi yang stress (Yani,1997). Menurut Sarafivo (2002) koping adalah, usah
untuk menetralisasi atau mengurangi stress yang terjadi. Dalam pandangan Haber dan Runyon
(1984), koping adalah semua bentuk perilaku dan pikiran ( negative atau positif) yang dapat
mengurangi kondisi yang membenani individu agar tidak menimbulkan stress.
Dari beberapa pengertian koping yang telah dikemukakan diatas disimpulkan bahwa
koping merupakan:
Stategi koping bertujuan untuk mengatasi situasi dan tuntutan yang dirasa menekan,
menantang, membebani dan melebihi sumberdaya yang dimiliki. Jenis-jenis strategi
koping, menurut Stuart dan Sundeen (1991) terdapat dua jenis mekanisme koping yang
dilakukan individu. Yaitu koping yang berpusat pada masalah (problem focused from of
coping macanism / direct action) dan koping yang berpusat pada emosi (emotion focus of
coping/palliative form).
a. faktor risiko yang apabila ada pada diri seseorang membuatnya lebih cenderung
mengalami gangguan.
b. faktor pelindung yang meningkatkan respons individu terhadap stress.
c. populasi target individu yang rentan mengalami gangguan jiwa atau yang mungkin
menunjukkan reskpns koping maladaptivn,mne terhadap stress spesifik atau faktor risiko.
a. Penyuluhan kesehatan
Penyuluhan kesehatan mencakup memperkuat individu dan kelompok melalui
pembentukan kompet.nsi. Asumsinya banyak respons maladaptive terjadi akibat
kurangnya kompetensi. Hal ini kurangnya control yang dirasakan terhadap kehidupan
seseorang, rasa keefektifan diri yang rendah, kurang efektifnya strategi koping, dan
harga diri rendah yang terjadi. Penyuluhan kesehatan mencakup 4 tingkat intervensi
berikut ini.
1. Meningkatkan kesadaran individu atau kelompok tentang masalah dan peristiwa
yang berhubungan dengan sehst dsn sakit, seperti tugas perkembangan normal.
2. Meningkatkan pemahaman seseorang tentang dimensi stressor yang potensial,
kemungkinan hasil ( baik adaptif maupun maladaptive), dan respons koping
alternative.
3. Meningkatkan pengetahuan seseorang tetang dimana dan bgaimana memperoleh
sumber yang diperlukan.
4. Meningkatkan keterampilan penyelesaian masalah individu atau kelompok,
keterampilan interpersonal, toleransi terhadap stress dan frustasi, motivasi,
harapan, dan harga diri
b. Pengubahan lingkungan
Intervensi preventif mungkin dilakukan untuk modifikasi lingkungan terdekat individu
atau kelompok atau sistem social yang lebih besar. Intervensi ini terutama bermanfaat
apabila lingkungan menempatkan tuntunan baru kepada pasien, tidak tanggap terhadap
kebutuhan perkembangan, dan hanya memberikan sedikit dukungan. Pengubahan
lingkungan meliputi jenis berikut ini.
1. Ekonomi- mengalokasikan sumber untuk bantuan finansial atau bantuan
anggaran dan pengelolaan penghasilan.
2. Pekerjaan- menerima tes pekerjaan, bimbingan, pendidikan, atau pelatihan
kembali yang dapat menghasilkan pekerjaan atau karir baru.
3. Perumahan- pindah ketempat baru, yang berarti meninggalkan atau kembali pada
keluarga dan teman; memperbaiki rumah yang sudah ada; mendapatkan atau
kehilangan keluarga, teman, atau teman sekamar.
4. Keluarga- memasukkan anak pada fasilitas perawatan, taman kanak-kanak,
sekolah dasar, berkemah; mendapatkan pelayana rekreasi, social, keagamaan,
atau komunitas.
5. Politik- memengaruhi struktur dan prosedur pelayanan kesehatan: berperan serta
dalam perencanaan dan pengembangan komunita; mengatasi masalah legislative.
c. Dukungan sistem sosial
Penguatan dukungan social adalah cara mengurangi atau memperkecil pengaruh dari
peristiwa yang berpotensi menimbulkan stress. Empat jenis intervensi preventif yang
mungkin adalah:
1. Mengkaji lingkungan dan masyarakat untuk mengidentifikasi area masalah dan
kelompok resiko tinggi.
2. Meningkatkan resiko antara sistem dukungan masyarakat dan pelayanan
kesehatan jiwa formal.
3. Menguatkan jaringan pemberian pelayanan yang ada,meliputi kelompok
gereja,organisasi masyarakat,kelompok kerja,dukungan tempat kerja dan
lingkungan,dan self-help group.
4. Membantu individu atau kelompok dalam mengembangkan,mempertahankan,
memperluas, dan menggunakan jaringan social yang tersedia.
4. Evaluasi
a. Kemanjuran. Apakah program atau intervensi lebih memberi manfaat dari pada
bahaya menurut pendapat pendukung program?
b. Keefektifan. Apakah intervensi lebih memberi manfaat dari pada bahaya bagi
populasi target?
c. Efisiensi. Apakah intervensi dilakukan untuk mereka yang memerlukannya?
Apakah sumber digunakan untuk optimal?
d. Jangka waktu. Apakah ada bukti untuk jangka waktu yang optimal untuk
program intervensi?
e. Efek yang membahayakan. Apakah ada data yang menunjukkan bahwa
intervensi mungkin memiliki efek yang membahayakan (mis,.konsekuensi
“labelling” yang tidak disukai?
f. Program skrining. Apakah ada informasi tentang sensitivitas
program,spesifisitas,dan keakuratan yang dapat diperkirakan?
g. Kemungkinan kelompok resiko tinggi. Apakah ada bukti yang menunjukkan
bahwa program akan lebih efisien jika diterapkan kepada populasi tertentu yang
beresiko tinggi?
h. Analisis ekonomi. Apa hasil analisis keuntungan dan keefektifan biaya?
2. Krisis
Krisi adalah gangguan internal yang ditimbulakan oleh peristiwa yang menegangkan
atau ancaman yang dirasakan pada diri seseorang. Mekanisme koping yang digunakan
seseorang menjadi tidak efektif untuk mengatasi ancama, dan orang tersebut mengalami suatu
ketidak seimbangan serta peningkatan asietas. Ancaman atau peristiwa pencetus biasanya dapat
diidentifikasi.
Tujuan intervensi krisis adalah individu kembali pada tingkat fungsi sebelum krisis.
Krisis memiliki keterbatasan waktu, dan konflik berat yang ditimbulkan dapat menjadi periode
peningkatan kerentanan, yang dapat menstimulasi pertumbuhan personal. Apa yang dilakukan
seseorang terhadap krisis menentukan pertumbuhan atau disorganisasi bagi orang tersebut.
3. Faktor pengimbang
Dalam menguraikan resolusi krisis, beberapa factor pengimbang yang penting perlu
dipertimbangkan. Keberhasilan resolusi krisis kemungkinan besar terjadi jika persepsi individu
terhadap peristiwa adalah realistis bukan menyimpang, jika tersedia dukungan situasional
sehingga orang lain dapat membantu menyelesaikan masalah, dan jika tersedia mekanisme
koping membantu untuk mengurangi ansietas.
4. jenis krisis
a. krisis maturasi. Krisis maturase merupakan masa transisi atau perkembangan dalam
kehidupan seseorang pada saat keseimbangan psikologis terganggu, terjadi pada masa remaja,
menjadi orang tua, pernikahan, atau pension. Krisis maturase menuntut perubahan peran. Sifat
dan besarnya sifat maturase dapat dipengaruhi oleh model peran, sumber interpersonal yang
memadai, dan kesiapan orang lain dalam menerima peran baru.
b. Krisis situasi. Krisis situsi terjadi ketika peristiwa eksternal tertentu mengganggu
keseimbangan psikologis individu atau keseimbangan kelompok. Contohnya yaitu kehilangan
perkerjaan, perceraian, kematian, masalah sekolah, penyakit dan bencana.
5. pengkajian
Selama fase pengkajian,perawat harus mengumpulkan data tentang sifat krisis dan
pengaruhnya. Perawat harus melakukan pengkajian spesifik berikut ini.
a) Identifikasi peristiwa pencetus, termasuk kebutuhan yang terancam oleh peristiwa dan saat
gejala-gejala muncul.
b) Identifikasi persepsi individu terhadap peristiwa, meliputi tema yang mendasari dan
memori yang berhubungan dengan peristiwa.
c) Identifikasi sifat dan kekuatan sistem pendukung individu serta sumber koping, termasuk
keluarga, teman, dan orang terdekat yang mungkin dapat membantu.
d) Identifikasi kekuatan dan mekanisme koping yang lalu, termasuk strategi koping yang
berhasil dan tidak berhasil.
Pada fase ini dinamika yang mendasari krisis dirumuskan, solusi alternative terhadap
masalah digali, dan langkah-langkah untuk mencapai solusi dirancang. Proses ini tergambar
dalam rencana penyuluhan pasien untuk koping terhadap krisis. Kriteria hasil asuhan
keperawatan ialah pasien akan pulih dari peristiwa krisis dan kembali ke tingkat fungsi sebelum
krisis. Kriteria hasil yang lebih diimginkan adalah pasien akan pulih dalam proses krisis dan
mencapai tingkat fungsi yang lebih tinggi dari sebelum krisis dengan peningkatan kualitas hidup.
Ada empat tingkat intervensi krisis yang menunjukkan hierarki dari yang paling dasar (tingkat 1)
sampai yang paling dalam (tingkat 4).
a) Manipulasi lingkungan. Intervensi ini secara langsung mengubah situasi fisik atau
interpersonal individu yang bertujuan memberikan dukungan situasional atau
menghilangkan stress.
b) Dukungan umum. Intervensi ini memberi individu perasaan bahwa perawat selalu
bersamanya dan akan membantunya. Perawat menujukkan kehangatan, penerimaan,
empati, dan perhatian pada jenis dukungan ini.
c) Pendekatan umum. Jenis intervensi krisis di rancang untuk merangkul individu yang
beresiko tinggi dan sejumlah besar masyarakat sesegera mungkin. Pendekatan ini
mendekatkan metode khusus untuk semua orang yang menghadapi krisis serupa, seperti
membantu korban bencana untuk menjalani proses berduka.
d) Pendekatan individu. Pendekatan ini termasuk diagnosis dan penanganan masalah khusus
pasien tertentu. Pendekatan individu efektif untuk semua jenis krisis dan kombinasi krisis
atau ketika terdapat resiko bunuh diri atau membunuh.
7. evaluasi
Menurut (Robertson, Barnao, dan Ward,2011) penerpan dari model tidal prekoveri
sudah diterapkan pada kasus pasien forensic, melalui studi fenomenologi untuk
mengetahui deskripsi dari pengalaman pemberian perawatan dilihat dari sudut pandang
perawat dan pasien. 5 hal pokok yang diidentifikasi dari respon perawat pasien yaitu:
1) Hope, padangan terhadap masa depan yang membuat optimisme dan harapan
terhadap outcome yang positif.
2) Lefellingg, pasien diterima sebagai partisipan yang aktif dalam proses recoveri
diri mereka .
3) Relationship, antara staff perawat dan pasien.
4) Working together, kolaborasi dalam assessment, merumuskan tujuan,
perencanaan, dan solusi potensil.
5) Adhuman face, kebersamaan dengan pasien sebagai jalan untuk menyatakan kita
berbagi.
Person
Self Others
World
Person
Gambar 1.1 tiga dimensi personhood. (Barker, PJ. 2000. The tidal model theory and practice.
Pp. 29-31. Newcastle, UK: University of Newcastle.)
Orang yang hidup dengan melewati pengalaman di dunianya dapat dijelaskan menjadi
tiga dimensi: dunia, self (diri sendiri), dan orang lain. Dimensi dunia memfokuskan kepada
kebutuhan manusia untuk dimengerti dan divalidasi persepsi mereka. Pengkajian keperawatan
yang holistik terdokumentasi dalam suara yang dimiliki manusia. Pengkajian ini memfokuskan
pada dunia pengalaman manusia dan memberikan kesempatan untuk belajar tentang masalah
yang dihadapi manusia saat ini, skala dan evaluasi dari masalah tersebut, sumber daya apa
pada kehidupan manusia yang mungkin dapat digunakan untuk membantu mengatasi masalah
tersebut atau memenuhi kebutuhan, dan kebutuhan apa yang diperlukan untuk membawa
suatu perubahan (Barker, 2000).
Dimensi self (diri sendiri) menunjukkan kebutuhan manusia akan keamanan fisik dan
emosional. Kolaborasi untuk pengkajian keamanan mampu memenuhi kebutuhan tersebut dan
menghasilkan rencana keamanan, yang mengidentifikasi dan mendukung kebutuhan keamanan
personal dan menurunkan risiko mencelakai diri sendiri dan orang lain, area bunuh diri,
kekerasan, melukai diri sendiri dan mengabaikan diri sendiri merupakan target yang spesisifk.
Jenis dukungan dan pelayanan yang orang butuhkan agar dapat hidup normal dibagi
menjadi tiga dimensi. Tim kerja interdisiplin pada dimensi ini merupakan intervensi medis,
sosial, dan psikologi yang spesifik, sebagai sesuatu yang dibutuhkan dalam kehidupan sehari-
hari seperti: keuangan, perumahan, dan determinan kesehatan yang lain. Keluarga, teman, dan
hal lain yang signifikan juga ditemukan pada dimensi ini.
Multidisciplinary
Security plan
Core care
plan based
on holistic
assessment
Teamwork
Gambar 1.2 Struktur perawatan (Barker, PJ. 2000. The tidal model theory and practice. Pp. 27.
Newcastle, UK: University of Newcastle.)
Dalam pengkajian holistik, riwayat seseorang adalah pada pusat rencana tindakan dan
adalah ditampilkan seperti sebuah pusat. siklus pengkajian keamanan dan rencana mengelilingi
pusat, semuanya dikelilingi oleh siklus tim interdisiplin (gambar 2.2).
3. Rehabilitasi
Rehabilitasi adalah proses yang memungkinkan individu untuk kembali ke tingkat
fungsi setinggi mungkin. Rehabilitasi jiwa berkembang dari kebutuhan untuk
menciptakan kesempatan bagi individu yang di diagnosis gangguan jiwa berat,agar
hidup,belajar,dan bekerja di lingkungan masyarakat yang mereka pilih. Rehabilitasi
mengajukan bahwa penderita gangguan jiwa harus di anggap sama seperti individu yang
mengalami disabilitas. Sama seperti indovidu yang mengalami disabilitas fisik, individu
yang mengalami disabilitas jiwa membutuhkan pelayanan dalam rentang yang luas,
sering kali dalam waktu yang lama. Rehabilitasi jiwa menggunakan pendekatan
berpusatan pada individu, orang ke orang yang berbeda dengan model kelayan medis
yang tradisional .
Individu
a) identifikasi sifat dan itensitas stressor
b) ekplorasi keuntungan yang dialami pasien karena disabilitasnya{ keuntungan
sekunder}
c) Indentifikasi sumber koping
d) pengkajian keterampilan hidup komunikasi
Keluarga
a) analisis struktur keluarga, termasuk tahap perkembangan, peran, tanggung jawab,
norma, dan nilai
b) ekplorasi sikap keluarga terhadap anggota keluarga yang mengalami gangguan
jiwa
c) analissi iklim emosional keluarga
d) identifikasi keuntungan social yang bersedia bagi keluarga besar, teman,
dukungan finansial keterlibatan dalam agama, dan kontak komunitas
e) identifikasi pemahaman keluarga. Tentag masalah pasien dan rencana perawatan
Komunitas
a) pengkajian tentang keberadaan lembaga masyarakat yang dapat memberikan
pelayanan kepada penderita gangguan jiwa dan keluarganya
b) identifikasi kesenjangan dalam pelayanan yang tersedia atau dalam keefektifan
pelayanan yang ada.
Individu
a) tentukan bersama tujuan perawat pasien yang realistis berdasarkan diagnosis
keperawatan pasien.
b) fokuskan pada peningkatan kemadirian dengan memaksimalkan kekuatan dan
potensi pasien.
c) fasilitas rujukan pada program perawatan alternative yang membantu pasien
berfungsi secara mandiri atau interdependent dalam masyarakat; mungkin berupa
program rehabilitasi psiko social atau program dukungan masyarakat.
d) bantu pasien untuk ikut serta dalam program pelatihan keterampilan social yang
menggunakan teknik koknitif dan prilaku.
e) identifikasi keengganan untuk berubah jika ada, dan bantu pasien untuk mengatasi
keenganan untuk mencari alternative yang dapat di terima.
f) Ajarkan pasien tentang kebutuhan perawatan kesehtan yang relevan, termasuk
kesehatan fisik dan kesehatan jiwa. Hal ini di uraikan pada rencana penyuluhan
pasien unntuk pasien jiwa dalam program rehabilitasi.
g) bertindak sebagai advokat pasien dalam berhubungan dengan orang terdekat dan
lembaga masyarakat.
h) bantu pasien mengembangkan jarigan dukungan social yang dapat diandalkan.
Komunitas
a) berikan penyuluan tentang kesehatan jiwa dan gangguan jiwa kepada kelompok
masyarakat.
b) dan partisipasi dalam kelompok advokasi masyarakat untuk mendukung
pengembangan kelayanan kesehatan jiwa yang kompehensif.
c) tingkat pengembangan jaringan kolaboratif antar kelompok masyarakat yang
melibatkan atau yang memberikan advokasi bagi pelayan kesehatan jiwa.
d) waspada dan terlibat dalam proses politik di tingkat local, negara, bagian,dan
nasional.
6. Evaluasi
Evaluasi program
PENUTUP
3.1 kesimpulan
Pencegahan primer adalah intervensi biologi, social, atau psikologis yang bertujuan
meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan atau menurunkan insiden penyakit dimasyarakat
dengan mengubah faktor-faktor penyebab sebelum membahayakan.
3.2 saran
Stuart, Gail W (2006). Buku saku Keeperawatan Jiwa (Ed 5). Jakarta: EGC
Isaacs Ann (2004). Keparawatan Kesehatan Jiwa Dan Psikiatrik (Ed 3). Jakarta: EGC
Maryam, Siti. 2017.Strategi Coping: Teori dan Sumberdayanya. Jurnal Konseling Andi Matappa
Volume 1 Nomor 2.
Buchanan, Baker P. (2008). Clarifying the Vlue Base of Recovery: The 10 Tidal Commitments.
Journal of Psychiatric and Mental Health Nursing.