Disusun Oleh :
1. Muhammad Nabil Alfaqih (1632010015)
2. Rifana Rosyidi (1632010021)
3. Ian Adi Perdana (1632010022)
1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari makalah ini adalah:
1. Agar memahami pengelolahan limbah dengan landfill system.
2. Agar memahami manajemen teknologi limbah padat yang terintegrasi.
3. Agar memahami pemadatan dan stabilisasi limbah di luar lokasi.
1.4 Manfaat
Adapun manfaat yang didapat dalam makalah ini adalah:
1. Mahasiswa mengetahui pengelolaan limbah dengan cara landfill system.
2. Mahasiswa mengetahui manajemen teknologi limbah padat yang
terintegrasi.
3. Mahasiswa mengetahui pemadatan dan stabilisasi limbah diluar lokasi.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
dengan
Q = kecepatan konduksi panas pada sumbu x
A = luas penampang pada sumbu x
𝑑𝑡
= suhu gradien
𝑑𝑥
k = konduktivitas termal
Bahan bakar hidrokarbon cair mempunyai panas pembakaran sekitar 17.000-
20.000Bu/Lb, sedangkan bahan bakar hidrokarbon gas mempunyai panas
pembakaran antara 20.000 sampai 23.000 Btu/Lb.
Konveksi
Perpindahan panas secara konveksi berkaitan erat dengan sifat medium
dun bentuk geometri konveksi. Persamaan panas konveksi, yaitu :
Q=h.A.(T2-T1)
dengan
Q = transmisi panas oleh konveksi
h= koefisien perpindahan panas
A = luas permukaan perpindahan panas
T2 = suhu ambient
T1 suhu pada interface
Radiasi, konduksi, dan konveksi
Radiasi adalah mekanisme penting perpindahan panas dalam kebakaran.
Perpindahan panas secara konveksi memegang peranan penting dalam gerakan
fluida sedangkan perpindahan panas secara konduksi berlangsung perpindahan dari
satu molekul ke molekul lain. Perpindahan panas secara konduksi dan konveksi
dipengaruhi oleh perbedaan suhu.
Pembakaran Bahan Bakar Padat dan Limbah Kimis B-3
Bahan bakar padat lebih banyak mengandung pencemar jika diban- dingkan
dengan bahan bakar gas dan cairan. Kontaminan dalam bahan bakar padat yaitu
kandungan air, sulfur, sulfur dalam pirit (FeS2), hidrogen dan abu. Jika bahan bakar
mengandung kontaminan sulfur dalam pirit dan jika bahan bakar padat ini dibakar
akan terjadi reaksi pembakaran sebagai berikut:
4FeS2 + 11 02 2FeO3 + 8SO2
4FeS2 + 15 02 2FeO3 + 8SO2
Pada reaksi pembakaran bahan bakar padat dengan kontaminan pirit maka
gas SO2 merupakan bahan berbahaya dan beracun (B-3). Gas SO2 adalah gas atau
cairan yang tidak berwarna, baunya sangat taiam menusuk hidung yang
menyebabkan iritasi pada saluran pernapasan manusia, menyebabkan batuk-batuk,
sesak nafas, dan menyebakan pedihnya mata manusia. Gas SO2 sangat stabil dan
pada suasana lembab maka terjadí/asam sulfit dan asam sulfat sehingga
menyebabkan koros terhadap alat dan mesin dunia industri.
Pembakaran Karbon dari Batu Bara
Jika karbon dari batu bara dibakar dengan sejumlah udara maka akan
terjadi dua kemungkinan, yaitu reaksi pembakaran sempurna dan reaksi
pembakaran tak sempurna sehingga terbentuk senyawa gas CO.
2C +02 2CO
Pada reaksi ini terjadi pembakaran tak sempurna dimana gas CO merupakan
bahan berbahaya dan beracun (B-3). Gas CO merupakan gas tak berbau, tidak iritan
dan tidak berwarna dan amat beracun. Jika seseorang menghirup gas CO di atas
2000 mg/L, ia akan kehilangan kesadaran dan meninggal Gas CO sangat mudah
terbakar (flammable).
Jika reaksi pembakaran karbon pada bahan bakar padat batu bara dengan
oksigen berlebihan, maka akan terjadi reaksi pembakaran sempurna menurut reaksi
sebagai berikut
2C +02 2CO
Pembakaran Senyawa Hidrokarbon
Pada pembakaran gas alam yang terdiri atas CH4, C2H0, C3 H8 dengan
oksigen dari udara secara berlebihan, maka akan terjadi reaksi menurut persamaan
reaksi sebagai berikut:
CH4 +202 CO2 +2H2O
2C2H6 + 7O2 4CO2 + 6H2O
C3H8 +5O2 3CO2 +4H2O
Bahan bakar harus berada pada konsentrasi terendah untuk pembakaran. Oksigen
harus ada di atas keperluan minimal. Titik bakar harus berada di atas suhu
nminimum. Pada Gambar 2 ditunjukkan bahwa interaksi bahan bakar fosil gas
alam, oksigen dalam udara, titik bakar, dan suhu utik nyala. Titik bakar adalah awal
penmbakaran dan kebakaran. Titik nyala dipengaruhi oleh komposisi campuran
bahan bakar dan udara.
Suhu nyala bahan bakar padat dipengaruhi oleh ukuran bahan bakar padat, laju alir
udara, dan kecepatan pemanasan. Kombinasi keisa komponen bahan bakar,
oksigen-dan sumber nyala harus ada untuk dimulainya kebakaran.
3.1 Kesimpulan
1. Landfill System
Sanitary Landfill adalah sistem pengelolaan (pemusnahan) sampah dengan
cara membuang dan menumpuk sampah di lokasi cekung, memadatkannya , dan
kemudian menimbunnya dengan tanah. Lokasi yang dipergunakan biasanya jauh
dari pemukiman untuk menghindarkan berbagai masalah sosial karena bau
menyengat yang dihasilkan dari pembusukan sampah. Hal ini juga dilakukan agar
bibit penyakit yang ada dalam sampah tidak sampai ke wilayah pemukiman.
Banyak lokasi TPA (Tempat Pembuangan Akhir) di negara ini yang menggunakan
metode ini. Alasan utama penggunaan sistem ini karena pengoperasiannya
merupakan termurah dari berbagai opsi yang ada.
2. Manajemen Teknologi Limbah Padat Terintegrasi
Tujuan manajemen teknologi limbah kimia wujud padat B3 ialah mengkaji
ulang kebutuhan masa kini dan masa mendatang tentang perlakuan, penyimpanan,
kapasitas pembuangan limbah, dan sarana untuk mengelola limbah kimia padat baik
B3 maupun non B3, serta mengkaji perlu tidaknya stasiun transfer.
3. Pemadatan dan Stabilisasi Limbah di Luar Lokasi
Tujuan sarana pemadatan dan stabilisasi ini ialah untuk mengobinasikan
limbah dengan bahan lain seperti semen, Stabilisasi diartikan pula sebagai kegiatan
pemadatan. Limbah dicampur dengan semen, resin plastik atau media lain yang
sejenis dan bergantung pada jenis limbah padatnya. Stabilisasi limbah mampu
mengurangi kelarutan detoksifikasi limbah, menurunkan tegangan permukaan
limbah dan memperbaiki penanganan dan sifat fisiknya.
Bahaya Kebakaran
Bahaya kebakaran dan peledakan adalah kejadian yang sangat berbahaya di
dunia industri karena dapat menyebabkan meninggalnya para karyawan, luka-luka,
dan juga sarana produksi di industri kimia, industri petroleum, industri farmasi,
industri pangan dan lain-lain.