Anda di halaman 1dari 17

TEORI MODEL PROMOSI KESEHATAN

Dosen Pengampu : M. Ridwan, SKM. M. PH

Nama Mahasiswa : Meta Perdana

Nim : G1A113095

PROGRAM STUDI KEDOKTERAN

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS JAMBI

2016/2017
TEORI MODEL PROMOSI KESEHATAN

1. HEALTH BELIEF MODEL


A. Sejarah Health Belief Model

Pada tahun 1950-an peneliti kesehatan publik Amerika Serikat mulai


mengembangkan suatu model yang memiliki target indikasi untuk program
edukasi kesehatan. (Hochbaum 1958; Rosenstock 1966). Tapi, psikolog sosial di
Amerika Serikat ini mendapati masalah dengan sedikitnya orang yang
berpartisipasi dalam program pencegahan dan deteksi penyakit.

Penelitian yang terus berkembang melahirkan model kepercayaan sehat atau


health belief model. Irwin Rosenstock (1974) adalah tokoh yang mencetuskan
health belief model untuk pertama kali bersama Godfrey Hochbaum (1958).
Mereka mengembangkannya dengan mengemukaan kerentanan yang dirasakan
untuk penyakit TBC. Stephen Kegels (1963) menunjukkan hal yang serupa
mengenai kerentanan yang dirasakan untuk masalah gigi yang parah dan
perhatian untuk mengunjungi dokter gigi menjadi tindakan prefentif sebagai
salah satu solusi masalah gigi.

Teori health belief model ini didasari oleh teori Kurt Lewin. Conner: 2003
dalam bukunya menuliskan bahwa hubungan antara prinsip hidup sehat yang
benar dengan perilaku sehat ini mengikuti terminologi konsep Lewin (1951)
mengenai valensi yang menyumbangkan bahwa perilaku dapat berubah lebih
atraktif atau kurang atraktif.

B. Definisi Health Belief Model

Health Belief Model (disingkat HBM) seringkali dipertimbangakan sebagai


kerangka utama dalam perilaku yang berkaitan dengan kesehatan manusia dan
telah mendorong penelitian perilaku kesehatan sejak tahun 1950-an (Kirscht,
1988; Schmidt dkk, 1990). Hal ini menjadikan HBM sebagai model yang
menjelaskan pertimbangan seseorang sebelum mereka berperilaku sehat. Oleh
karena itu, HBM memiliki fungsi sebagai model pencegahan atau preventif
(Stanley & Maddux: 1986)

HBM ini merupakan model kognitif yang artinya perilaku individu


dipengaruhi proses kognitif dalam dirinya. Proses kognitif ini dipengaruhi oleh
beberapa faktor seperti penelitian sebelumnya yaitu variabel demografi,
karakteristik sosiopsikologis, dan variabel struktural. Variabel demografi
meliputi kelas, usia, jenis kelamin. Karakteristik sosisopsikologis meliputi,
kepribadian, teman sebaya (peers), dan tekanan kelompok. Variabel struktural
yaitu pengetahuan dan pengalaman tentang masalah.

C. Komponen Health Belief Model


Health belief model memiliki enam komponen yaitu:
1. Perceived Susceptibility
Perceived Susceptibility adalah kepercayaan seseorang dengan
menganggap menderita penyakit adalah hasil melakukan perilaku terentu.
Perceived susceptibility juga diartikan sebagai perceived vulnerability yang
berarti kerentanan yang dirasakan yang merujuk pada kemungkinan
seseorang dapat terkena suatu penyakit. Perceived susceptibility ini
memiliki hubungan positif dengan perilaku sehat. Jika persepsi kerentanan
terhadap penyakit tinggi maka perilaku sehat yang dilakukan seseorang
juga tinggi. Contohnya seseorang percaya kalau semua orang berpotensi
terkena kanker.
2. Perceived Severity
Perceived Severity adalah kepercayaan subyektif individu dalam
menyebarnya penyakit disebabkan oleh perilaku atau percaya seberapa
berbahayanya penyakit sehingga menghindari perilaku tidak sehat agar
tidak sakit. Hal ini berarti perceived severity berprinsip pada persepsi
keparahan yang akan diterima individu. Perceived severity juga memiliki
hubungan yang positif denga perilaku sehat. Jika persepsi keparahan
individu tinggi maka ia akan berperilaku sehat. Contohnya individu
percaya kalau merokok dapat menyebabkan kanker.
3. Perceived Benefits
Perceived Benefits adalah kepercayaan terhadap keuntungan dari
metode yang disarankan untuk mengurangi resiko penyakit. Perceived
benefits secara ringkas berarti persepsi keuntungan yang memiliki
hubungan positif dengan perilaku sehat. Individu yang sadar akan
keuntungan deteksi dini penyakit akan terus melakukan perilaku sehat
seperti medical check up rutin. Contoh lain adalah kalau tidak merokok,
dia tidak akan terkena kanker.
4. Perceived Barriers
Perceived barriers adalah kepercayaan mengenai harga dari perilaku
yang dilakukan. Perceived barriers secara singkat berarti persepsi
hambatan aatau persepsi menurunnya kenyamanan saat meninggalkan
perilaku tidak sehat. Hubungan perceived barriers dengan perilaku sehat
adalah negatif. Jika persepsi hambatan terhadap perilaku sehat tinggi maka
perialu sehat tidak akan dilakukan. Contohnya, kalau tidak merokok tidak
enak, mulut terasa asam. Contoh lain SADARI (periksa payudara sendiri)
untuk perempuan yang dirasa agak susah dalm menghitung masa subur
membuat perempuan enggan SADARI.
5. Cues to Action
Cues to action adalah mempercepat tindakan yang membuat seseorang
merasa butuh mengambil tindakan atau melakukan tindakan nyata untuk
melakukan perilaku sehat. Cues to action juga berarti dukungan atau
dorongan dari ligkungan terhadap individu yang melakukan perilaku sehat.
Saran dokter atau rekomendasi telah ditemukan utnuk menjadi cues to
action untuk bertindak dalam konteks berhenti merokok (Weinberger et al
1981;. Stacy dan Llyod 1990) dan vaksinasi flu (Clummings et al 1979).
6. Self Efficacy
Hal yang berguna dalam memproteksi kesehatan adalah self efficacy.
Hal ini senada dengan pendapat Rotter (1966) dan Wallston mengenai
teori self-efficacy oleh Bandura yang penting sebagai kontrol dari faktor-
faktor perilaku sehat. Self efficacy dalam istilah umum adalah kepercayaan
diri seseorang dalam menjalankan tugas tertentu. Self Efficacy adalah
kepercayaan seseorang mengenai kemampuannya untuk mempersuasi
keadaan atau merasa percaya diri dengan perilaku sehat yang dilakukan.
Self efficcay dibagi menjadi dua yaitu outcome expectancy seperti
menerima respon yang baik dan outcome value seperti menerima nilai
sosial.
D. Aplikasi Penerapan Komponen Health Belief Model
Penelitian sebelumnya menghasilkan area luas yang bisa diidentifikasikan
dari aplikasi HBM:

1. Preventive health behaviour, yang termasuk promosi kesehatan (seperti


olahraga dan perilaku mengurangi resiko kesehatan seperti pemberian
vaksinasi dan penggunaan alat kontrasepsi.
2. Sick role behaviour yang artinya menuruti rekomendasi dari medis,
biasanya diikuti oleh diagnosi dari profesional tentang penyakit.

3. Clinic use, termasuk kunjungan dengan alasan yang bervariasi.

E. Contoh Aplikasi Health Belief Model


1. Untuk Pencegahan HIV
1. Perceived Susceptibility
Remaja memiliki presepsi bahwa mereka dapat menderita HIV
2. Perceived Severity
Percaya bahwa HIV adalah penyakit menular sehingga remaja
menghindari aktifitas yang dapat menyebabkan HIV
3. Perceived Benefits
Remaja percaya tentang penggunaan kondom dapat melindungi
diri HIV. Mereka akan mendapat keuntungan karana
menggunanakan kondom mencegah penularan HIV.
4. Perceived Barriers
Persepsi menggunakan kondom menurunkan ‘kenyamanan’ saat
berhubungan seks. Mengidentifikasi bagaimana dapat
berhubungan seks dengan ‘nyaman’ walaupun menggunakan
kondom.
5. Cues to action
Melakukan tindakan nyata untuk meggunakan kondom saat
berhubungan seksual. Menerima isyarat atau pesan pengingingat
misalnya, 25% remaja aktif seksual tertular HIV. Apakah anda
salah satu dari mereka?
6. Self Efficacy
Merasa percaya diri dalam menggunakan kondom

2. Untuk Pencegahan Kanker Payudara


1. Perceived Susceptibility
Perempuan memiliki presepsi bahwa mereka dapat menderita
kanker payudara.
2. Perceived Severity
Perempuan percaya bahwa kanker payudara adalah penyakit
yang membahayakan dan menyakitkan sehingga diperlukan
langkah pencegahan.
3. Perceived Benefits
Perempuan percaya dengan melakukan SADARI (periksa
payudara sendiri) adalah upaya preventif yang menguntungkan.
4. Perceived Barriers
Perempuan harus menghitung masa subur terlebih dahulu
sebelum melakukan SADARI (periksa payudara sendiri) sehingga
muncul keengganan dalam melakukannya.
5. Cues to action
Melakukan tindakan nyata SADARI (periksa payudara sendiri)
dan membuat jadwal masa mentruasi sehingga mengetahui masa
subur.
6. Self Efficacy
Merasa percaya diri setelah melakukan SADARI (periksa
payudara sendiri)

F. Kelebihan Health Belief Model (HBM)


1. HBM mudah dan murah.
2. HBM adalah bentuk intervensi praktis untuk peneliti dan perawat
kesehatan khususnya yang berhubungan dengan perilaku pencegahan
penyakit (misal screening, imunisasi, vaksinasi).
3. HBM adalah analisator perilaku yang beresiko terhadap kesehatan.
G. Kelemahan Health Belief Model (HBM)
1. Rosenstock berpendapat bahwa model HBM mungkin lebih berlaku untuk
masyarakat kelas menengah saja.
2. Sheran dan Orbel (1995) menyatakan dalam penelitian sebelumnya, item
kuesioner HBM tidak random dan dapat dengan mudah 'dibaca' oleh
responden sehingga validasinya diragukan.
3. Penelitian cross sectional untuk memperjelas hubungan perilaku dan
keyakinan seseorang.

2. TRANSTHEORETICAL MODEL
A. Sejarah Transtheoretical Model
The Transtheoretical Model menurut Prochaska dan Diclement, 1983
adalah suatu model yang integrative tentang perubahan perilaku. Kunci
pembangun dari teori lain yang terintegrasi. Model ini menguraikan
bagaimana orang-orang memodifikasi perilaku masalah atau memperoleh
suatu perilaku yang positif dari perubahan perilaku tersebut.
Model ini adalah suatu perubahan yang disengaja untuk mengambil
suatu keputusan dari individu tersebut. Model melibatkan emosi,
pengamatan dan perilaku, melibatkan pula suatu kepercayaan diri. Suatu
model yang teoritis tentang perilaku ubah, yang telah (menjadi) basis untuk
mengembangkan intervensi yang efektif untuk mempromosikan perubahan
perilaku kesehatan. Transtheoretical Model ( Prochaska & Diclemente,
1983; Prochaska, DiClemente, & Norcross, 1992; Prochaska & Velicer,
1997) adalah suatu model yang integratif tentang perubahan perilaku. Model
ini menguraikan bagaimana orang-orang memodifikasi suatu perilaku
masalah atau memperoleh suatu perilaku yang positif. Pengaturan yang
pusat membangun dari model adalah langkah-langkah perubahan. Model
juga meliputi satu rangkaian variabel yang mandiri, proses merubah
perilaku, dan satu rangkaian hasil mengukur, termasuk Decisional Balance
dan timbangan Temptation.

B. Proses Transtheoretical Model


Kemunduran terjadi ketika individu berbalik ke suatu lebih awal langkah
perubahan. Berbuat tidak baik lagi adalah satu format dari kemunduran,
menyertakan kemunduran dari Maintenance atau Action (bagi/kepada) suatu
langkah yang lebih awal. Bagaimanapun, orang-orang dapat mundur dari
langkah apapun pada suatu langkah yang lebih awal.
1. Precontemplation
Langkah dimana orang-orang tidak mempunyai niat untuk bertindak
dimasa depan yang dapat diduga pada umunya 6 bulan ke depan. Orang-
orang yang mungkin termasuk di langkah ini adalah mereka yang tidak
diberitahu tentang konsekuensi dari perilaku mereka. Mereka bersifat
menentang atau tanpa motivasi atau mempersiapkan promosi kesehatan.
Untuk individu seperti ini program promosi kesehatan tradisional sering
tidak dirancang sesuai dengan keputusan mereka.
Pada tahap precontamplation menuju ke contamplation melalui
proses :
1. Peningkatan kesadaran : memberikan informasi.
2. Dramatic relief : adanya reaksi seara emosional
3. Environmental reevaluation : mempertimbangkan pandangan ke
lingkungan.
2. Contemplation / Perenuangan.
Orang-orang berniat untuk merubah ke 6 bulan berikutnya. Mereka
sadar akan pro menguvbah perilaku tetapi juga sangat sadar akan
memberdayakan. Tahapan ini menyeimbangkan anatara biaya dan
keuntungan untuk menghasilkjan 2 sifat bertentangan yang dapat
menyimpan dalam periode lama. Belum membuat keputusan yang tepat
suatu reaksi. Pada tahap contemplation ke preparation melalui proses :
Self-reevaluation : penilaian kembali pada diri sendiri
3. Preparation / Persiapan.
Langkah dimana orang-orang berniat untuk mulai bertindak di masa
mendatang. Secara khas mereka mengambil keputusan penting dari
masa yang lalu. Individu ini mempunyai suatu rencana kegiatan seperti
sambungan suatu kelas pendidikan kesehatan, bertemu dengan dokter
mereka, membeli suatu buku bantuan diri atau bersandar pada suatu
perubahan. Pada tahap preparation ke action melalui proses : self
liberation.
4. Action/ Tindakan
Langkah dimana orang sudah memodifikasi spesifik antara pikiran
dengan perilaku. Banyaknya anggapan tindakan sama dengan perilaku.
Namun dalam model ini perilaku tidak menghitung semua tindakan.
Langkah action adalah juga langkah dimana kewaspadaan melawan
terhadap berbuat tidak baik lagi adalah kritis.
Mulai aktif berperilaku yang baru.
Pada tahap action ke maintenance melalui proses :

1. Contingency management : adanya penghargaan, bisa berupa


punishment juga.
2. Helping relationship : adanya dorongan / dukungan dari orang lain
untuk mengubah perilaku.

3. Counter conditioning : alternatif lain dari suatu perilaku.

4. Stimulus control : aadanya control pengacu untuk merubah perilaku.

5. Maintenance / Pemeliharaan
Dimana orang-orang sedang aktif untuk mencegah berbuat tidak
baik lagi tetapi mereka tidak menggunakan proses perubahan sering
seperti halnya orang-orang dalam perang. Suatu langkah yang mana
diperkirakan untuk terakhir. Ketika hasil dari maintenance positif / dapat
mengubah perilaku yang lebih baik maka akan terjadi termination /
perhentian. Ketika setelah maintenance terjadi relaps maka bisa kembali
pada tahap contemplation-preparation-action-maintence. Tidak lagi
kembali ke Precontemplation, karena sudah ada kesadaran / niat.

3. INTERACTIVE DOMAIN MODEL


Interactive Domain Model (IDM) menurut Kahan& Goodstads (2001)
adalah : suatu model/ konsep yang dapat dipergunakan untuk melihat,
menganalisa, dan sekaligus mendasari rencana intervensi untuk mencegah
penyakit dan masalah kesehatan yang dilakukan oleh tenaga promosi
kesehatan yang terdiri dari 3 domain yaitu: domain dasar (fondasi) yang
meliputi unsur tujuan, nilai, teori; domain pemahaman lingkungan, dan
domain praktek.Setiap domain tersebut saling berinteraksi dan berhubungan
dengan lingkungan internal dan eksternal. Lingkungan internal adalah
lingkungan yang ada pada masyarakat tersebut antara lain : sosial budaya,
ekonomi, sedangakn lingkungan eksternal adalah lingkungan yang tidak
berada dalam masyarakat tersebut, tetapi berpengaruh terhadap masyarakat
tersebut. Misalnya kebijakan Puskesmas dan lain-lain.

4. PRECEDE-PRECEDE

TEORI PRECEDE-PROCEED MODEL

Lawrence W. Green

A. Pendahuluan
Gagasan intervensi dan dukungan adalah penting untuk meninjau
definisi pendidikan kesehatan dan promosi kesehatan. Kegiatan intervensi
pendidikan kesehatan yang terorganisasi dalam proses pengembangan dan
perubahan untuk memelihara, meningkatkan, atau menyela suatu pola perilaku
atau kondisi kehidupan yang berkaitan dengan peningkatan resiko penyakit,
cidera, cacat, atau kematian. Minat berperilaku adalah biasanya dari orang
yang kesehatannya dipertanyakan baik sekarang atau di masa mendatang.
Sama dengan pentingnya dalam proses perencanaan dan pengembangan
kebijakan dan program adalah perilaku mereka yang mengendalikan sumber
daya atau memberi penghargaan seperti para pemimpin masyarakat, orang tua,
pemberi kerja, panutan, para guru, dan para professional kesehatan.

Dukungan mengacu pada kondisi lingkungan yang promosi kesehatan


mencari untuk meninggalkan tempat menindaklanjuti intervensi tersebut
sedemikian sehingga individu, kelompok, atau masyarakat dapat melanjutkan
untuk berlatih kendali mereka sendiri atas faktor penentu kesehatan mereka.
Kebijakan baru, ketentuan pengatur, dan pengaturan organisatoris
menghadirkan dukungan lingkungan. Pejabat terkait, pembuat undang-undang
yang berkomitmen, para guru terkait, orang tua terampil, dan pemberi kerja
yang memahami semua dapat menyediakan suatu lingkungan social yang
mendukung, dan masing-masing dapat dipengaruhi oleh intervensi pendidikan
dan politis. Suatu peningkatan dalam proporsi populasi yang menjaga suatu
sikap baik ke arah perilaku yang beberapa individu ingin mengadopsi
menyediakan suatu lingkungan yang mendukung dalam wujud dukungan
norma pemungkin dan penguat. Sebagai contoh, mass media dapat digunakan
untuk menaikkan tingkat kesadaran public akan kebutuhan untuk mengurangi
lemak pada makanan, yang pada gilirannya dapat menghasilkan permintaan
konsumen untuk produk rendah lemak di pasar, yang kemudian dapat
menyebabkan rumah makan dan penjual menempatkan produk yang lebih
sehat di atas rak dan menu mereka, yang kemudian dapat membuat pilihan
rendah lemak itu adalah suatu pilihan lebih mudah bagi mereka yang ingin
mengubah perilaku mereka.

Adapun program promosi kesehatan bekerja pada yang primer


(kesehatan dan peningkatan kesehatan), sekunder (deteksi dini), atau tersier
(mengobati) langkah pencegahan, ini mungkin dengan cermat terlihat sebagai
suatu intervensi yang bertujuan memperpendek lingkaran penyakit atau
meningkatkan mutu hidup melalui perubahan atau pengembangan perilaku
yang terkait kesehatan dan kondisi kehidupan. Teori L.Green merupakan salah
satu teori modifikasi perubahan perilaku yang dapat digunakan dalam
mendiagnosis masalah kesehatan ataupun sebagai alat untuk merencanakan
suatu kegiatan perencanaan kesehatan, atau mengembangkan suatu model
pendekatan yang dapat digunakan untuk membuat perencanaan kesehatan
yang dikenal dengan kerangka kerja PRECEDE and PROCEED. Kerangka
PRECEDE mempertimbangkan berbagai faktor yang membentuk status
kesehatan dan membantu perencana tiba di suatu subset yang sangat
dipusatkan sebagai target untuk intervensi. PRECEDE juga menghasilkan
sasaran khusus dan ukuran untuk intervensi. Kerangka PROCEED
menyediakan langkah tambahan untuk mengembangkan kebijakan dan
memulai proses implementasi dan evaluasi.
PRECEDE dan PROCEED bekerjasama secara erat, menyediakan
suatu rangkaian langkah yang berlanjut atau menggunakan secara bertahap
perencanaan, implementasi, dan proses evaluasi. Identifikasi prioritas dan
penetapan sasaran dalam tahap PRECEDE menyediakan object dan kriteria
untuk kebijakan, implementasi, dan evaluasi dalam tahap PROCEED.

Green (1980) telah mengembangkan suatu model pendekatan yang


dapat digunakan untuk membuat perencanaan dan evaluasi kesehatan yang
dikenal sebagai kerangka PRECEDE. PRECEDE (Predisposing, Reinforcing
and Enabling Causes in Educational Diagnosis and Evaluation). PRECEDE
memberikan serial langkah yang menolong perencana untuk mengenal
masalah mulai dari kebutuhan pendidikan sampai pengembangan program
untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Namun demikian pada tahun 1991 Green
menyempurnakan kerangka tersebut menjadi PRECEDE-PROCEED (Policy,
Regulatory, Organizational Construct in Educational and Enviromental
Development). PRECEDE-PROCEED harus dilakukan secara bersama-sama
dalam proses perencanaan, implementasi, dan evaluasi. PRECEDE digunakan
pada fase diagnosis masalah, penetapan prioritas masalah dan tujuan program,
sedangkan PROCEED digunakan untuk menetapkan sasaran dan kriteria
kebijakan, serta implementasi dan evaluasi.

B. Fase – fase dalam Kerangka Teori PRECEDE - PROCEDE


Adapun penjelasan dari tiap fase dalam kerangka PRECEDE -
PROCEDE theory adalah sebagai berikut :
Skema Perubahan Perilaku Menurut L. Green

5. THE POLICY RAINBOW

Kesehatan dan kesejahteraan individu dan populasi di semua


kelompok umur dipengaruhi oleh berbagai faktor baik di dalam dan di luar
kontrol individu. Salah satu model, yang menangkap hubungan timbal balik
antara faktor-faktor ini adalah Dahlgren dan Whitehead (1991) 'Kebijakan
Rainbow', yang menggambarkan lapisan pengaruh potensi individu untuk
kesehatan (Gambar. 1.1). Whitehead (1995) dijelaskan faktor ini sebagai
orang-orang yang tetap (inti faktor non dimodifikasi), seperti usia, jenis
kelamin dan genetik dan satu set faktor yang berpotensi dimodifikasi
dinyatakan sebagai serangkaian lapisan pengaruh termasuk: gaya hidup
pribadi, fisik dan sosial lingkungan dan lebih luas sosial ekonomi, budaya dan
lingkungan kondisi.

The Dahlgren dan Whitehead Model telah berguna dalam memberikan


kerangka untuk memunculkan pertanyaan tentang besarnya kontribusi dari
masing-masing lapisan untuk kesehatan, kelayakan mengubah faktor spesifik
dan tindakan pelengkap yang akan diperlukan untuk mempengaruhi faktor
terkait di lapisan lainnya . Domain penentu kesehatan terhadap kematian dini
telah diperkirakan sebagai berikut:

 30% dari kecenderungan genetik


 15% dari keadaan sosial
 5% dari paparan lingkungan
 40% dari pola perilaku
 10% dari kekurangan dalam perawatan medis

Tempat dengan struktur populasi yang berbeda, di bawah kondisi yang


berbeda, akan menunjukkan gambaran yang sangat berbeda. Sebagai
contoh, di negara di mana sipil yang adalah istirahat keluar, kesehatan
masyarakat dapat memburuk cukup cepat karena kondisi sosial-ekonomi
dan lingkungan secara umum; karena tiba-tiba faktor seperti ketersediaan
pangan, tempat berlindung dan air minum akan menjadi dominan dalam
menentukan kesehatan dibandingkan dengan faktor-faktor lainnya.

6. THE THEORY OF PLANNED BEHAVIOUR


Theory of planned behavior merupakan teori yang dikembangkan oleh
Ajzen yang merupakan penyempurnaan dari reason action theory yang
dikemukakan oleh Fishbein dan Ajzen. Fokus utama dari teori planned
behavior ini sama seperti teori reason action yaitu intensi individu untuk
melakukan perilaku tertentu. Intensi dianggap dapat melihat faktor-faktor
motivasi yang mempengaruhi perilaku. Intensi merupakan indikasi seberapa
keras orang mau berusaha untuk mencoba dan berapa besar usaha yang akan
dikeluarkan individu untuk melakukan suatu perilaku.
Reason action theory mengatakan ada dua faktor penentu intensi yaitu
sikap pribadi dan norma subjektif (Fishbein & Ajzen, 1975). Sikap
merupakan evaluasi positif atau negatif individu terhadap perilaku tertentu.
Sedangkan norma subjektif adalah persepsi seseorang terhadap tekanan sosial
untuk melakukan atau tidak melakukan perilaku tertentu (Fishbein & Ajzen,
1975). Namun Ajzen berpendapat bahwa teori reason action belum dapat
menjelaskan tingkah laku yang tidak sepenuhnya berada di bawah kontrol
seseorang. Karena itu dalam theory of planned behavior Ajzen menambahkan
satu faktor yang menentukan intensi yaitu perceived behavioral control.
Perceived behavioral control merupakan persepsi individu terhadap
kontrol yang dimilikinya sehubungan dengan perilaku tertentu (Ajzen, 2005).
Faktor ini menurut Ajzen mengacu pada persepsi individu mengenai mudah
atau sulitnya memunculkan tingkah laku tertentu dan diasumsikan merupakan
refleksi dari pengalaman masa lalu dan juga hambatan yang diantisipasi.
Menurut Ajzen (2005) ketiga faktor ini yaitu sikap, norma subjektif, dan
perceived behavioral control dapat memprediksi intensi individu dalam
melakukan perilaku tertentu.
TPB ( Theory of Planned Behaviour) menekankan niat perilaku sebagai
akibat atau hasil kombinasi beberapa kepercayaan. Niat merupakan konsepsi
dari tindakan terencana dalam mencapai tujuan berperilaku.

DAFTAR PUSTAKA

Conner, M and Norman, P. (2003). Predictiong Health Behaviour, Research and


Practice with Social Cognition Model. Buckingham: Open Univeristy Press
Taylor, S. E., (2012), Health Psychology (8th edition). New York: McGraw-Hill
Higher Education

Smet, Bart. (1994). Psikologi Kesehatan. Jakarta: Grasindo

Stanley, M. A., Maddux, J. E. 1986. Cognitive Processes in Health Enhancement:


Investigation of a Combined Protection Motivation and Self-Efficacy Model. Basic
and Applied Social Psychology, 7(2).

Ajzen, I. (2005). Attitudes, personality, and behavior (2nd ed.). Berkshire: Open
University Press..

Ajzen, I. (2006). The theory of planned behavior. Retrieved January, 09, 2011
from: http://people.umass.edu/aizen/tpb.html.

Christanti, D. (2008). Sikap ataukah significant others yang dapat mempengaruhi


intensi membuang sampah sesuai jenisnya. Jurnal Ilmiah Psikologi Manasa, 2(2),
129-145.

Fishbein, M., & Ajzen, I. (1975). Belief, attitude, intention, and behavior: An
introduction to theory and research. Philippines: Addison-Wesley Publishing
Company.

Fishbein, M., & Ajzen, I. (1980). Understanding attitudes and predicting social
behavior. New Jersey: Prentice Hall Engelwood Cliffs.

Fishbein, M., & Ajzen, I. (2010). Predicting and changing behavior: The
reasoned action approach. New York: Psychology Press. Sukirno, R. S. H., &
Sutarmanto, H. (2007). Faktor-faktor yang mempengaruhi intensi membeli produk
wayang kulit pada masyarakat suku Jawa. Psikologika, 24, 119-131.

Suryani, A O. (2007). Gambaran sikap terhadap hidup melajang dan kecemasan


akan ketidakhadiran pasangan pada wanita lajang berusia di atas 30 tahun. Jurnal
Ilmiah Psikologi Manasa, 1(1), 75-95, Yuliana. (2004). Pengaruh sikap terhadap
pindah kerja, norma subjektif, perceived behavioral control terhadap intensi
pindah kerja pada pekerja teknologi informasi. Phronesis: Jurnal Ilmiah Psikologi
Terapan, 6(11), 1-18.

Anda mungkin juga menyukai