Anda di halaman 1dari 18

OTOT

LAPORAN PRAKTIKUM
disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Fisiologi Hewan
Dosen pengampu:
Dr. H. Saefudin, M. Si.
Dra. Soesy Asiah Soesilawaty, M. Si.

oleh:
Kelas A/2015
Kelompok 2A
Aulia Fuji Yanti (1501665)
Husna Dita Rahmah (1505468)
Naufal Ahmad Muzakki (1505601)
Rosna Istarie (1401829)
Zakia Nurhasanah (1505985)

PRODGRAM PENDIDIKAN BIOLOGI


DEPARTEMEN PENDIDIKAN BIOLOGI
FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
BANDUNG
2017
A. Judul
Otot

B. Waktu dan Tempat Pelaksanaan


Hari/tanggal : Selasa, 14 November 2017
Waktu : 08.00- 11.30 WIB
Tempat : Laboratorium Fisiologi FPMIPA UPI

C. Tujuan
1. Mempelajari respon otot terhadap berbagai macam rangsang
2. Mengukur kecepatan kontraksi tunggal otot rangka
3. Mempelajari periode-periode kontraksi otot yang mengalami kelelahan

D. Landasan Teori
Gerak merupakan salah satu ciri dari makhluk hidup. Semua hewan
dapat bergerak dan memiliki salah satu kelengkapan yang penting untuk
gerakan yaitu kemampuan untuk berkontraksi. Sebuah sel hidup dapat
memperlihatkan gerakan intrasel misalnya aliran protoplasma atau migrasi
kromosom waktu pembelahan sel. Pada hewan bersel satu, kemampuan
bergerak bisa disebabkan oleh adanya berbagai organ silia atau flagella
atau pseudopodia. Misalnya pada Amoeba, gerakannya disebabkan karena
adanya aliran protoplasma yang membentuk pseudopodia, sementara pada
Ciliata dan Flagellata menggunakan silia dan flagella sebagai alat gerak.
Pada hewan yang lebih tinggi, gerakan sebagian atau seluruh tubuh
disebabkan adanya jaringan khusus, yaitu otot. Otot adalah jaringan yang
peka atau efektor yang dapat merespons berbagai rangsangan (stimuli)
seperti tekanan, panas, dan cahaya. Fungsi dari berbagai sistem seperti
pencernaan, reproduksi, ekskresi dan sistem lainnya tergantung pula
terhadap gerakan. Oleh sebab itu, otot merupakan jaringan yang
menyebabkan terjadinya gerakan pada seekor hewan.
Dalam kegiatan belajar mengenai gerak pada hewan ini dibahas
mengenai macam-macam gerak dan mekanisme gerak pada hewan seperti
gerak amoeboid, gerak flagella dan silia pada Invertertebrata, gerakan otot
terbang Asynchronous pada Insekta, dan gerakan otot atau kontraksi otot
pada Vertebrata.
1. Mekanisme Gerak Pada Hewan Invertebrata
a. Gerak Amoeboid dan Siklosis
Gerak amoeboid merupakan bentuk gerakan Amoeba yang dapat
dijumpai pada Amoeba, Porifera, leukosit pada Vertebrata dan pada
proses umum gerakan sitoplasmik. Gerak amoeboid merupakan gerakan
disebut dengan gel yang disebabkan oleh perubahan kekentalan dari
sitoplasma. Beberapa bagian dan protoplas lebih kental, keadaan
semacam ini disebut dengan sol dan sebagian lagi lebih cair. Perubahan
sol ke gel dan gel ke sol merupakan mekanisme penting pada gerak
amoeboid ini.
Dalam protoplasma sudah ditemukan filamen aktin dan miosin.
Untuk pergerakan aktin dan miosin diperlukan ATP. Adanya
penambahan ATP, kalsium dan magnesium akan meningkatkan
kontraksi ektoplasma di dalam sel, bahkan beberapa ahli menyatakan
bahwa hal tersebut meningkatkan interaksi antara filamen aktin dan
miosin. Mekanisme perubahan ini membantu menjelaskan adanya
perubahan sitoplasma dari sol menjadi gel.

Gambar 1. Gerakan Amoeboid


(Campbell. N, A., 2008)
b. Gerak Silia dan Flagella
Gerak silia dan flagella lebih mudah dipelajari dibandingkan dengan gerak
amoeboid dan siklosis karena struktur silia dan flagella sudah lebih jelas.
Struktur silia dan flagella hampir sama, yang berbeda hanya ukuran dan
jumlahnya, biasanya flagella lebih panjang dan silia pendek, tetapi jumlah silia
biasanya lebih banyak dan flagella sedikit.
Silia adalah semacam rambut protoplasma yang menonjol dari permukaan
sel hewan yang bersilia. Biasanya panjangnya kurang lebih 3-4 mikron.
Bagian luar dan silia ditutupi oleh membran sel dan ditopang oleh 11
microtubular filamen

Gambar 2. Pergerakan silia pada Paramecium sp


(Campbell N, A., 2008)

Hewan yang bersilia disebut juga Ciliata misalnya Paramecium sp.


(Gambar 2), selain Ciliata ada juga hewan yang mempunyai semacam
silia dan ukurannya panjang yaitu kelompok hewan Flagelata.
Paramecium, sp. bergerak menggunakan silia yang terdapat pada
permukaan tubuhnya. Jika silia digerakkan ke depan atau ke belakang
akan mendorong hewan bergerak ke depan atau ke belakang secara
beraturan. Meskipun pergerakan silia biasanya secara otomatis tetapi
gerakan tersebut bisa juga dipengaruhi oleh berbagai pengaruh dari luar
misalnya cahaya, makanan, arus Iistrik, O2, dan CO2.
Gambar 3. Struktur Paramecium dan Jalur Pergerakan Spiral Paramecium
(Campbell N, A., 2008)

c. Fungsi alat gerak pada Invertebrata:


• Sebagai alat pencari makanan, misalnya pada Paramecium sp,
gerakan air yang disebabkan adanya gerakan silia menyebabkan
makanan bergerak ke arah saluran pencernaan makanannya.
• Sebagai alat transport, misalnya pada saluran pencernaan hewan
Invertebrata, zat-zat makanan diedarkan dengan bantuan silia, hal
yang sama juga terjadi pada tubulus renalis pada ginjal katak, dan sel
api nephridia, begitu juga ovum yang bergerak masuk ke uterus
sebagian pergerakannya disebabkan oleh aktivitas silia dan sebagian
lagi dengan adanya gerakan peristaltik. Pada beberapa hewan
Flagelata, silia berfungsi sebagai alat pembersih, misalnya pada
beberapa binatang coral, bintang laut, silia digunakan untuk
mengusir partikel-partikel yang bukan makanan untuk menjauh dari
sekitar mulutnya.
d. Otot Terbang Asychronous pada Insekta
Pada beberapa Insekta dapat terbang dengan menggerakkan
sayapnya sampai 1000 hentakan per detik lebih cepat dan aksi potensial
yang terjadi pada otot lurik. Otot-otot yang mempunyai kemampuan
seperti ini dimiliki oleh lalat, nyamuk, lebah, beberapa kumbang, dan
kepik. Kemampuan otot semacam ini disebut dengan asynchronous
karena kontraksi dan potensial aksi sarafnya tidak satu untuk satu.
Otot-otot asynchronous berbeda dengan struktur otot-otot pada
hewan lainnya. Otot-otot ini berfungsi untuk menopang eksoskeleton
(rangka luar). Dan berkontraksi secara antagonis (berlawanan).
Mekanisme kerja dari otot tersebut dapat diamati pada Gambar 4.
Otot-otot sentral yang melintang sepanjang eksoskeleton berfungsi
untuk menopang eksoskeleton tetap tegak. Kedudukan seperti ini juga
menyebabkan peregangan pada otot lateral-vertikal (Gambar 4).
Kedudukan otot seperti ini terjadi ketika sayap digerakkan ke atas dan
bila sayap digerakkan ke bawah akan menyebabkan otot longitudinal
(memanjang) mulai berkontraksi .Dengan adanya prinsip kerja secara
antagonis menyebabkan adanya stimulus local. Adanya stimulus
tersebut sekaligus mempengaruhi saraf aferen bekerja dan
menyebabkan peregangan pada otot-otot tersebut.

Gambar 4. Pergerakan sayap.


A. Pergerakan ke bawah (depressor). B. Pergerakan ke atas (elevator)
(Campbell N, A., 2008)

2. Mekanisme Sistem Gerak Pada Vertebrata


Pada hewan yang lebih tinggi, gerakan sebagian atau seluruh tubuh,
disebabkan adanya jaringan yang disebut otot. Otot adalah jaringan yang
peka atau efektor yang dapat merespons berbagai rangsangan (stimuli)
seperti tekanan, panas dan cahaya. Fungsi dari berbagi sistem seperti
pencernaan, reproduksi, ekskresi dan lain-lain tergantung pula dari adanya
gerakan. Karena itu, otot merupakan jaringan yang menyebabkan
terjadinya gerakan pada seekor hewan. Secara fungsionai otot dibedakan
menjadi 2 kelompok, yaitu otot voluntair atau otot sadar dan otot
involuntair atau otot tidak sadar.
a. Otot Sadar (Voluntair)
Otot sadar terdiri dan otot lurik. Kontraksi otot ini dipengaruhi oleh
kehendak atau disadari. Otot lurik biasanya terikat pada rangka,
sehingga otot lurik disebut juga otot rangka (skeletal muscle). Semua
otot voluntair disarafi oleh saraf somatik yang keluar dari akar anterior
saraf spinal. Otot rangka tersusun atas serabut-serabut otot (myofibril)
yang jumlahnya tergantung dari tebal tipisnya otot. Panjang serabut otot
beraneka ragam mulai dari ukuran milimeter sampai dengan 12 cm,
sementara ketebalannya berkisar antara 10 mikron sampai 100 mikron
diameternya. Serabut otot dibungkus oleh jaringan ikat yang transparan
disebut sarkolemma. Protoplasma otot disebut juga sarkoplasma. Di
dalam sarkoplasma terdapat banyak nukleus (inti) dan mitokondria,
mengandung myofibril yang diameternya 2 mikron. Serabut otot yang
hidup akan terlihat berwarna gelap dan terang jika dilihat menggunakan
mikroskop. Bagian gelap disebut dengan pita A (A bands) yang
anisotropic dan garis yang terang yang disebut pita I (I bands) yang
isotropic. Tiap piita A bersatu dengan pita I pada kedua sisinya. Satu
pita A dan pita I di kedua sisimya merupakan satu unit. Tiap unit
dibatasi garis gelap sempit yang disebut garis Z. Tengah-tengah pita A
terdapat bagian yang kurang gelap disebut zona H. Satu unit myofibril
di antara garis Z disebut sebuah sarkomer. Myofibril merupakan unit
kontraktil, yaitu mampu berkontraksi dan berelaksasi. Myofibril
dibangun oleh tiga macam protein, yaitu aktin, myosin, dan
tropomiosin. Miosin merupakan bagian terbesar, yaitu 50% berat kering
dan merupakan filamen primer. Aktin ditemukan pada filamen
sekunder, sedang tropomiosin terdapat pada pita I .
Gambar 5. A. Struktur otot Lurik B .Bagan struktur otot lurik
(Campbell N, A., 2008)
b. Otot Involuntair (Otot Tak Sadar)
Otot involunter atau tak sadar terdiri dari otot polos dan otot
jantung. Disebut tak sadar karena kedua otot ini dalam melakukan
fungsinya tanpa kita sadari. Misalnya kebanyakan organ-organ visceraI
seperti lambumg, usus, pembuluh darah, bagian ototnya terdiri atas otot
polos.
1) Otot polos
Otot polos merupakan otot yang tidak mempunyai Iurik
dan sifatnya tak sadar. Bentuknya seperti kumparan, kedua
ujungnya lancip dan mempunyai sebuah inti. Otot polos terdapat
pada dinding organ viseral seperti saluran pencernaan makanan,
sistem pernapasan, kandung kemih, arteri dan vena. Meskipun otot
polos mengandung aktin dan miosin, mekanisme kontraksinya belum
diketahui dengan baik. Namun, menurut beberapa penelitian
kontraksi otot polos berbeda dengan otot lurik dalam hal
kecepatannya. Otot lurik berkontraksi lebih cepat sedangkan otot
polos berkontraksi lebih lambat dan berada dalam relaksasi untuk
beberapa detik. Perbedaan ini disebabkan lepasnya ion kalsium
(Ca++) untuk bergabung dengan protein kontraktil. Otot polos juga
memberi respons terhadap bahan kimia seperti adrenalin, histamine,
dan oksitosin.

Gambar 6.. Struktur Sel otot polos


(Campbell N, A., 2008)

Ditinjau dari hubungan antarsel, otot polos terdiri dari dua


kelompok, yaitu kelompok multi unit dan single unit. Jenis sel
otot polos multi unit sama dengan otot lurik yang masing-masing
disarafi oleh sistem saraf otonom (simpatis dan parasimpatis).
Sebuah sel saraf hanya dapat mempengaruhi sel otot polos yang
disarafi dan menyebabkan otot kontraksi atau relaksasi dan tidak
mempengaruhi sel lainnya. Sel-sel otot polos semacam ini sangat
sensitif terhadap sekresi hormon adrenal. Jenis sel otot semacam
ini terdapat pada arteri, bronkhus, iris, dan otot penegak rambut.
Gambar 7. Jenis sel otot polos
(Campbell N, A., 2008)

Sel otot polos yang tergolong single unit dihubungkan satu


dengan yang lainnya melalui gap junction (Lihat Gambar 5.12)
sehingga bila satu sel terangsang, impuls akan menjalar ke sel-sel
lainnya dengan kecepatan 5-10 detik dan menjalar sepanjang sel
otot yang berdampingan. Kelompok otot ini dapat berkontraksi
secara spontan jika ada rangsang lokal. Contoh single unit ini
dapat ditemukan pada saluran pencernaan (untuk gerak
peristaltik). Rangsangan yang berasal dari rnakanan berupa
perubahan pH dan tekanan osmotik dapat menyebabkan gerakan
saluran pencernaan untuk melakukan proses pencernaan.
Sel-sel otot polos jenis ini dapat membentuk impuls
(potensial aksi) sendiri (pace maker) seperti otot jantung. Saraf
otonom pada otot jenis ini hanya berfungsi untuk mengurangi
atau memperkuat impuls-impuls.
2) Otot jantung
Otot ini hanya terdapat pada jantung. Mempunyai beberapa
persamaan dengan otot lurik. Otot jantung tersusun sinsitia, tetapi
tidak berfusi, tiap sel masih jelas batasnya dan inti sel terdapat
ditengah-tengah sel. Jika ada rangsang terhadap otot jantung, respons
terjadi pada seluruh jantung berupa denyutan yang ritmis. Otot
jantung merupakan otot tak sadar yang disarafi oleh saraf otonom.
Gambar 8. Otot jantung
(Campbell N, A., 2008)

Kontraksi otot jantung sama dengan otot lurik walaupun


dalam beberapa hal ada perbedaan seperti berikut.
a) Dalam penggunaan energi, otot jantung berkontraksi
menggunakan asam lemak sebagai sumber energi pengganti
glukosa dan menghasilkan ATP secara aerob.
b) Asam laktat yang dihasilkan dari kontraksi otot lurik dan
diangkut ke jantung oleh darah dioksidasi oleh sel-sel otot
jantung untuk menghasilkan ATP.
c) Selama kontraksi potensial kerja terlihat diperpanjang, demikian
pula repolarisasi.
d) Otot jantung memperlihatkan kontraksi yang ritmik tanpa
rangsangan luar sehingga potensial istirahat tidak stabil.
e) Selama kontraksi, otot jantung tidak merespons terhadap
rangsang sehingga tidak terjadi summasi atau tetanus.
f) Pada otot jantung periode refrakter (absolut) lebih panjang
daripada otot lurik dan akan berakhir pada waktu kontraksi
(fase kontraksi selesai).
Sel-sel otot jantung dapat berkontraksi sendiri secara teratur 72
kali permenit tanpa rangsangan saraf karena adanya pace maker,
yaitu sumber rangsang yang berasal dari otot jantung sendiri dan
berada pada S-A Node (Sino Atrial-Node). Rangsang saraf hanya
berfungsi untuk memperkuat dan memperlambat deayut jantung.
E. Alat dan Bahan
Tabel 1. Alat yang digunakan Praktikum Otot
No. Nama Alat Jumlah
1. Gunting bedah Satu unit
2. Sonde Satu unit
3. Bak Bedah Satu unit
4. Kymograph Satu unit
5. Stimulator Satu unit
6. Pinset Satu unit
7. Benang Satu unit

Tabel 2. Bahan yang digunakan Praktikum Otot


No. Nama Bahan Jumlah
1 Katak yang masih hidup Satu ekor
2. Larutan Fisiologis (Ringer’s) Secukupnya

F. Langkah Kerja

Otot Gastrocnemius dipisahkan dan


Bagian Kepal Rangsang mekanik otot dijepit
bagian tendon achiles pada daerah
katak dipotong dan dengan pinset, Rangsang
tumit dilepaskan. Sehelai benang
rusakkan sumsum elektrik: kawat dihubungkan
diikatkan pada bagian ujung tendon
tulang belakang dengan stimulator, Rangsang
paha. Otot paha dan saraf sciatik
termis: sebatang kawat yang
dipisahkan. Saraf sciatik diikat.
telah dipanaskan.

Perhatikan hasil yang didapatkan dan


masing-masing pemberian rangsang
tersebut.

Diagram 1. Langkah Kerja Praktikum Otot


G. Hasil Pengamatan
Tabel 3. Hasil pengamatan Praktikum Otot Rangka
Jenis rangsangan yang Tanggapan yang diberikan
No. Keterangan
diberikan oleh otot

1. Elektrik Bergerak/bereaksi

Gambar X.1 Rangsangan elektrik


(Dok. Kelompok 2A, 2017)

Tabel 4. Hasil pengamatan Praktikum Otot Rangka


Besarnya Tanggapan yang Keterangan
No. Intensitas diberikan oleh
rangsang otot

Tidak ada
1. Stimulus minimal tanggapan apapun,
grafik garis lurus

Gambar X.1 Stimulus minimal


(Dok. Kelompok 2A, 2017)

Stimulus Ada respon sedikit


2.
submaksimal respon tunggal

Gambar X.2 Stimulus submaksimal


(Dok. Kelompok 2A, 2017)
Respon ganda,
Stimulus
3. dengan grafik garis
maksimal
naik turun.

Gambar X.3 Stimulus maksimal


(Dok. Kelompok 2A, 2017)

H. Pembahasan
Praktikum dilakukan untuk membuktikan adanya kontraksi otot
gastronemius pada katak yang dilakukan dengan menggunakan rangsangan
listrik yaitu dengan perangsangan langsung dengan menempelkan bagian
ujung kabel yang terdapat pada alat kymograph pada bagian kaki belakang
katak, yaitu di bagian betis yang telah dibedah. Pada praktikum otot hanya
dilakukan rangsangan elektrik saja, yaitu respon dengan bantuan listrik.
Respon otot berbeda-beda sesuai dengan rangsangannya, pada praktikum
menggunakan rangsangan 25 volt, terjadi adanya respond yang dapat
dibuktikan dari hasil alat kymograph yang mengukur kerja otot dengan
kecepatan tunggal, ganda, dan tetanus secara berurutan.

Gambar 9. Hasil alat kymograph yang mengukur kerja otot


(Dok. Kelompok 2A, 2017)
I. Jawaban Pertanyaan
1. Sebutkan perbedaan respon otot terhadap tiga macam rangsangan yang
dipakai!
Jawab :
a. rangsang mekanik : berupa tekanan atau sentuhan
b. rangsang elektrik : sengatan listrik
c. rangsang termis : kawat panas yang ditempelkan pada otot
Tetapi dalam praktikum kami hanya melakukan rangsangan elektrik saja,
yaitu respon dengan bantuan listrik.

2. Rangsang manakah yang terbaik untuk dipakai di laboratorium dan


mengapa?
Jawab : Rangsang elektrik, karena data yang dihasilkan lebih akurat
karena datanya berupa grafik rangsangan

3. Apa yang dimaksud dengan tendon dan apa fungsinya?


Jawab : Tendon adalah jenis jaringan lunak yang menghubungkan
jaringan otot dengan tulang, mirip dengan ligamen yang menghubungkan
tulang dengan tulang. Mereka terdiri hampir seluruhnya dari kolagen,
protein berserat, dan sering disebut sebagai jaringan kolagen. Fungsi
tendon adalah untuk bertindak sebagai peregangan dan mekanisme rekoil
(kembali) yang mentransmisikan gaya yang dihasilkan oleh otot ke tulang
atau sendi yang terpasang.

4. Apakah perbedaan stimulus minimal, stimulus sub maksimal, dan stimulus


maksimal?
Jawab : Stimulus minimal adalah rangsangan yang diberikan dan mulai
terjadi reaksi dari satu motor unit yang paling peka atau dalam kata lain
terjadi kontraksi pertama kali. Stimulus Sub Maksimal adalah rangsangan
yang diberikan sehingga terjadi kontraksi yang besarnya mendekati nilai
maksimalnya. Stimulus maksimal adalah rangsangan yang mengakibatkan
semua motor unit memberikan reaksi dan menghasilkan kontraksi paling
tinggi.

5. Hitunglah berapa waktu laten dan waktu kontraksi serta waktu relaksasi
otot gastrocnemius?
Jawab : Waktu relaksasi gastrocnemius kurang dari 1 menit

6. Bagaimanakah beda waktu laten, kontraksi, dan relaksasi otot pada


percobaan 1 dan 2?
Jawab : percobaan hanya dengan menggunakan rangsang elektrik.
Waktunya berurutan mulai dari laten, kontraksi, dan relaksasi terjadi
kurang dari 1 menit.

J. Simpulan
1. Otot merupakan alat gerak aktif yang memiliki kemampuan berkontraksi
karena mengandung senyawa kimia berupa ATP dan Kreatinphosphate.
Otot gastrocnemius katak berkontraksi ketika diberikan rangsangan
elektrik (berupa arus listrik).
2. Besarnya rangsangan yang diberikan mempengaruhi kontraksi pada otot
gastrocnemius juga mempengaruhi kecepatan kontraksi tunggal otot
rangka.
3. Ada 3 fase kontraksi otot yaitu, fase laten, fase kontraksi, dan fase
relaksasi. Jika otot berkontraksi terus-menerus maka otot akan mengalami
kelelahan dan kontraksi otot semakin melemah.
DAFTAR PUSTAKA

Soesilawaty, Soesy Asiah. (2017). Fisiologi Hewan . Bandung: Departemen


Pendidikan Biologi UPI.
DAFTAR PUSTAKA GAMBAR

Gambar 1. Gerakan Amoeboid


Campbell N, A. (2008). Biologi: Edisi Kedelapan . Erlangga : Jakarta
Gambar 2. Pergerakan silia pada Paramaecium sp
Campbell N, A. (2008). Biologi: Edisi Kedelapan . Erlangga : Jakarta
Gambar 3. Struktur Paramaecium dan Jalur Pergerakan Spiral Paramaecium
Campbell N, A. (2008). Biologi: Edisi Kedelapan . Erlangga : Jakarta
Gambar 4. Pergerakan sayap.
Campbell N, A. (2008). Biologi: Edisi Kedelapan . Erlangga : Jakarta
Gambar 5 A. Struktur otot Lurik B .Bagan struktur otot lurik
Campbell N, A. (2008). Biologi: Edisi Kedelapan . Erlangga : Jakarta
Gambar 6. Struktur sel otot polos
Campbell N, A. (2008). Biologi: Edisi Kedelapan . Erlangga : Jakarta
Gambar 7. Jenis sel otot polos
Campbell N, A. (2008). Biologi: Edisi Kedelapan . Erlangga : Jakarta
Gambar 8. Otot jantung
Campbell N, A. (2008). Biologi: Edisi Kedelapan . Erlangga : Jakarta

Anda mungkin juga menyukai