Puji syukur kehadirat Allah Swt. karena dengan limpahan rahmat dan nikmat yang telah
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah untuk menyelesaikan tugas yang diberikan oleh
Ibu Dewi Alfianti Tifani selaku dosen mata kuliah Bahasa Indonesia dan salah satu syarat agar
nilai kami terpenuhi. Jika di dalam makalah ini masih terdapat kesalahan baik berupa tanda
baca ataupun kalimat penulis kami memohon maaf, karena setiap orang tidak akan pernah luput
dari kesalahan, maka dari itu kami mohon kritik dan saran nya dari pembaca agar makalah ini
Tidak lupa juga saya mengucapkan terima kasih kepada para tim kelompok yang telah
membantu untuk menyelesaikan makalah ini dan dengan dorongan dari dosen kami bisa
Penulis
DAFTAR ISI
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Dalam pedoman umun ejaan bahasa indonesia yang disempurnakan, telah melakukan
berkali-kali penyempurnaan dalam ejaan.
Antara lain yang dibahas dalam ejaan yang disempurnaan itu adalah penulisan kata,
yang dimana penulisan kata itu memiliki porsi yang berpengaruh dalam penulisan, penulisan
kata yang benar akan membuat kaliamat-kalimat yang kita buat menjadi padu, efektif, dan enak
dibaca.
Dalam penulisan kata membahas berbagai bentuk kata, seprti kata dasar, turunan, ulang,
kata ganti, kata depan, gabungan kata, singkatan, dan angka dan lambang bilangan.
Pada makalah ini kami akan membahas secara lebih rinci, aspek-aspek yang ada dalam
penulisan kata, sesuai dengan pedoman ejaan bahasa indonesia yang disempurnakan.
2. Rumusan Masalah
1) Apa saja yang termasuk dalam penulisan kata?
3. Manfaat Penulisan
Untuk mengetahui apa saja yang termasuk dalam penulisan kata dan untuk mengetahui
cara penulisan kata yang benar.
4. Tujuan Penulisan
Dapat mengetahui apa yang termasuk dalam penulisan kata dan dapat mengetahui cara
penulisan kata yang benar.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Kata Dasar
Kata dasar adalah kata yang belum diberi imbuhan. Dengan kata lain, kata dasar adalah
kata yang menjadi dasar awal pembentukan kata yang lebih besar. Contohnya adalah makan,
duduk, pulang, tinggal, datang, minum, langkah, pindah, dan lain – lain.
B. Kata Berimbuhan
Imbuhan (awalan sisipan akhiran serta gabungan awal dan akhir) ditulis serangkai dengan
bentuk dasarnya.
Contoh:
-menjalankan
-bersamaan
-membesar
-pekerjaan
Imbuhan yang diserap dari unsur asing seperti isme, wan, atau wi dengan contoh:
Sejarawan
Manusiawi
Plagiarisme
Contoh:
Biogas
Tunawisma
Antarkabupaten
Telekomunikasi
Semipermanen
Subjudul
C. Bentuk Ulang
Bentuk ulang dapat diartikan sebagai kata yang mengalami proses pengulangan kata
baik secara sebagian ataupun pengulangan kata secara menyeluruh. Bentuk ulang ditulis
dengan menggunakan tanda hubung (-) diantara unsur-unsurnya.
Contoh kalimat:
Contoh kalimat:
Contoh kalimat:
Contoh kalimat:
Contoh kalimat:
D. Gabungan Kata
1. Unsur gabungan kata yang lazim disebut kata majemuk, termasuk istilah khusus, ditulis
terpisah.
Misalnya:
duta besar persegi panjang
kambing hitam cendera mata
orang tua rumah sakit jiwa
Contoh:
- Sekarang Andi menjadi duta besar di kampusnya.
- Ani membeli sebuah cendramata untuk salah seorang temannya dikampung.
- Gambarlah persegi panjang dengan panjang 5 cm dan lebarnya 2 cm.
- Bintang pergi ke rumah sakit jiwa untuk menjeguk keluarganya.
3. Gabungan kata yang penulisannya terpisah tetap ditulis terpisah jika mendapat awalan
atau akhiran.
Misalnya:
Bertepuk tangan
Garis bawahi
Sebar luaskan
Contoh:
- Berita tentang kabut asap di Kalimantan sudah disebar luaskan oleh media.
- Seluruh penonton di gedung bertepuk tangan setelah menyaksikan pertunjukkan
dari seorang Nadin amizah.
4. Gabungan kata yang mendapat awalan dan akhiran sekaligus ditulis serangkai.
Misalnya:
Dilipatgandakan Penghancurleburan
Menggarisbawahi Pertanggungjawaban
Contoh:
- Masyarakat meminta pertanggungjawaban pemerintah atas kurang nya air
bersih yang disebabkan oleh perusahaan plastik membuang limbah disungai.
- Jika kita sering memberikan zakat maka pahala yang kita peroleh
dilipatgandakan oleh Allah SWT.
Contoh:
E. Pemenggalan Kata
1. Pemenggalan kata pada kata dasar dilakukan sebagai berikut.
a. Jika di tengah kata terdapat huruf vokal yang berurutan, pemenggalannya dilakukan
diantara kedua huruf vokal itu.
Misalnya:
ma-af
du-et
ba-ik
bu-ih
b. Huruf diftong ai, au, ei, dan oi tidak dipenggal.
Misalnya:
ra-mai
ka-lau
sur-vei
ko-boi
c. Jika ditengah kata dasar terdapat huruf konsonan (termasuk gabungan huruf
konsonan) di antara dua huruf vokal, pemenggalannya dilakukan sebelum huruf
konsonan itu.
Misalnya:
wa-lau
sa-ham
se-but
te-na-ga
d. Jika ditengah kata dasar terdapat dua huruf konsonan yang berurutan,
pemenggalannya dilakukan di antara kedua huruf konsonan itu.
Misalnya:
man-ja
pak-sa
as-li
jan-ji
e. Jika di tengah kata dasar terdapat tiga huruf konsonan atau lebih yang masing-masing
melambangkan satu bunyi, pemenggalannya dilakukan diantara huruf konsonan yang
pertama dan huruf konsonan yang kedua.
Misalnya:
Bang-krut
In-fra
Ben-trok
Makh-luk
Catatan:
Gabungan huruf konsonan yang melambangkan satu bunyi tidak dipenggal.
Misalnya:
Se-nang
Ba-ngun
Sya-rat
Nya-ta
Ta-rikh
3. Jika sebuah kata terdiri atas dua unsur atau lebih dan salah satu unsurnya itu dapat
bergabung dengan unsur lain, pemenggalannya dilakukan di antara unsur-unsur itu.
Tiap unsur gabungan itu dipenggal seperti pada kata dasar.
Misalnya:
Perguruan perguru-an per-guru-an
Pascasarjana pasca-sarjana pas-ca-sar-ja-na
Literasi lite-rasi li-te-ra-si
Kesimpulan kesim-pulan ke-sim-pu-lan
4. Nama orang yang terdiri atas dua unsur atau lebih pada akhir baris dipenggal di antara
unsur-unsurnya.
Misalnya:
- Lagu “Mengheningkan Cipta” digubah oleh Truno Prawit
- Buku “Laskar Pelangi dikarang oleh Andrea Hirata
Singkatan nama diri dan gelar yang terdiri atas dua huruf atau lebih tidak dipenggal.
Misalnya:
- Dr. Mirna Santoso S. Pd M. Pd diangkat menjadi Kepala Sekolah di Sekolah
Menengah Atas Negeri 2 Sidoharjo.
- Kini, Gamaliel resmi menyandang gelar S. Ilkom
Catatan:
Penulisan berikut dihindari.
Dr. Mirna Santoso
S. Pd M. Pd
F. Kata Depan
Kata Depan merupakan salah satu kata yang mengaitkan kata benda dengan bagian
kalimat. Kata Depan pada umumnya berfungsi untuk mengantar sebuah Objek Kalimat dan
tidak di perbolehkan mengantarkan Subjek Kalimat.
Aturan Penulisan
Kata Depan seperti di, ke, dan juga dari. Apabila dipakai untuk menyatakan tempat,
penulisannya harus dipisah dari kata yang berada di belakangnya atau tempat yang
ditujukannya.
Contoh Kalimat:
Kata Depan seperti di, ke, dan juga dari. Jika ia merupakan suatu Imbuhan dari
kata, maka penulisannya digabung sesuai dengan kata yang diikuti.
Contoh Kalimat:
1. Sepatu Nike Air Jordan ini dibeli saat Aulia sedang berlibur kemarin.
2. Mereka sudah mencoba untuk kesekian kalinya, namun usahanya belum juga
mendapatkan hasil.
3. Lebih baik berusaha terlebih dahulu walaupun gagal, daripada tidak sama sekali.
Kata Depan juga dapat dipakai dalam sebuah kalimat yang berupa judul, sehingga
harus memakai huruf kecil.
Pada umumnya Kata Depan yang terkenal seperti di, ke dan dari. Kata Depan Di, Ke serta
Dari ditulis dengan cara terpisah dari kata yang ada di belakangnya kecuali, dalam sebuah
gabungan kata yang telah dianggap satu kata seperti, Kepada dan Daripada.
Contoh Kalimat:
G. Partikel
1. Partikel -lah, -kah, dan -tah ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya.
Misalnya:
Misalnya:
Apa pun permasalahan yang muncul, dia dapat mengata-sinya dengan bijaksana.
Partikel pun yang merupakan unsur kata penghubung ditulis serangkai.
Misalnya:
Misalnya:
Dr. Doktor
Bpk. Bapa
Ny. Nyonya
Ir. Insinyur
Prof. Profesor
Kep. Kepala
2. Terbagi 2, yaitu:
a. Singkatan yang terdiri atas huruf awal setiap kata nama lembaga pemerintah
dan ketatanegaraan, lembaga pendidikan, badan atau organisasi, serta nama
dokumen resmi ditulis dengan huruf kapital tanpa tanda titik.
Misalnya:
b. Singkatan yang terdiri atas huruf awal setiap kata yang bukan nama diri ditulis
dengan huruf kapital tanpa tanda titik.
Misalnya:
3. Singkatan yang terdiri atas tiga huruf atau lebih diikuti dengan tanda titik.
Misalnya:
tsb. tersebut
4. Singkatan yang terdiri atas dua huruf yang lazim dipakai dalam surat-menyurat
masing-masing diikuti oleh tanda titik.
Misalnya:
5. Lambang kimia, singkatan satuan ukuran, takaran, timbangan, dan mata uang tidak
diikuti tanda titik.
Misalnya:
Ca kalsium
H hidrogen
Li lithium
Na natrium
K kalium
Rb rubidium
Cs sesium
Fr fransium
km kilometer
hm hektometer
dam dekameter
MHz megahertz
kN kilonewton
Pa pascal
6. Akronim nama diri yang terdiri atas huruf awal setiap kata ditulis dengan huruf
kapital tanpa tanda titik.
Misalnya:
7. Akronim nama diri yang berupa gabungan suku kata atau gabungan huruf dan suku
kata dari deret kata ditulis dengan huruf awal kapital.
Misalnya:
8. Akronim bukan nama diri yang berupa gabungan huruf awal dan suku kata atau
gabungan suku kata ditulis dengan huruf kecil.
Misalnya:
atau nomor.
Angka Arab 0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9
Angka Romawi I, II, III, IV, V, VI, VII, VIII, IX, X, L (50), C (100), D (500),
M (1.000), V (5.000), M (1.000.000)
1. Bilangan dapat ditulis dengan huruf jika dapat dinyatakan dengan satu atau dua
kata ditulis dengan huruf, kecuali jika dipakai secara berurutan seperti dalam
perincian.
Misalnya:
2. Terbagi 2, yaitu:
a. Bilangan pada awal kalimat ditulis dengan huruf
Misalnya:
b. Jika bilangan pada awal kalimat tidak dapat dinyatakan dengan kata, maka
susuan kalimatnya diubah.
Misalnya:
3. Angka yang besar dapat ditulis sebagian dengan huruf supaya bisa mudah dibaca.
Misalnya:
4. Angka dapat dipakai untuk menyatakan (a) Ukuran panjang, berat, luas, isi dan
waktu (b) Nilai uang.
Misalnya:
25 sentimetee
US$2,95
6. Angka dipakai untuk menomori bagian karangan atau ayat kitab suci.
Misalnya:
Surah Yasin: 8
b. Bilangan Pecahan.
Misalnya:
Seperdua (1/2)
Sepertiga (1/3)
Seperempat (1/4)
abad X
abad ke-10
abad kesepuluh
Perang Dunia I
9. Penulisan angka yang mendapat akhiran -an dilakukan dengan cara berikut.
Misalnya:
10. Penulisan bilangan dengan angka dan huruf sekaligus dilakukan dalam peraturan
perundang-undangan, akta, dan kuitansi.
Misalnya:
11. Penulisan bilangan yang dilambangkan dengan angka dan diikuti huruf dilakukan
seperti berikut.
Misalnya:
12. Bilangan yang digunakan sebagai unsur nama geografi ditulis dengan huruf.
Misalnya:
Salatiga
Limapuluhkota
Dari segi bahasa kata diartikan sebagai kombinasi morfem yang dianggap sebagai
bagian terkecil dari kalimat. Sedangkan morfem sendiri adalah bagian terkecil dari kata yang
memiliki makna dan tidak dapat dibagi lagi ke bentuk yang lebih kecil.
= suatu benda, sehingga kata ini sudah tidak bisa lagi diuraikan ke bentuk lainnya. Contoh :
buku, meja, kursi, radio, dll.
1. Kata Benda (Nomina) Turunan: Nomina turunan atau kata benda turunan ialah jenis
kata benda yang terbentuk karena proses afiksasi sebuah kata dengan kata atau afiks.
Proses pembentukan ini terdiri dari beberapa bentuk, yaitu:
Kata Kerja Transitif: Kata kerja transitif merupakan kata kerja yang selalu diikuti oleh
unsur subjek, contoh: membeli, membunuh memotong, dll. Dilihat dari segi bentuknya
kata kerja transitif dapat dibagi menjadi 2 bentuk, yaitu: Kata kerja transitif berimbuhan
dan kata kerja intransitif tak berimbuhan.
Kata Kerja Intransitif: Kata kerja intransitif ialah kata kerja yang tidak memerlukan
pelengkap. Seperti kata tidur untuk contoh kalimat berikut: saya tidur, pada kalimat
tersebut kata tidur yang berposisi sebagai predikat (P) tidak lagi diminta menerangkan
untuk memperjelas kalimatnya, karena kalimat itu sudah jelas.
Di dalam Bahasa Indonesia ada 2 dasar dalam pembentukan verba, yaitu dasar yang
tanpa afiks tetapi telah mandiri karena telah memiliki makna, dan bentuk dasar yang berafiks
atau turunan. dari bentuk verba ini dapat dibedakan menjadi:
Verba Dasar Bebas: ialah verba yang beruba morfem dasar bebas, misalnya: duduk,
makan, mandi, minum, dll.
Verba Turunan: ialah verba yang telah mengalami afiksasi, reduplikasi, gabungan
proses atau berupa paduan leksem.
Kata sifat ialah kelompok kata yang mampu menjelaskan atau mengubah kata benda
atau kata ganti menjadi lebih spesifik. Karena kata sifat mampu menerangkan kuantitas dan
kualitas dari kelompok kelas kata benda atau kata ganti.
Kata sifat terbentuk karena adanya penambahan imbuhan ter- yang mengandung makna
paling.
Kata sifat dapat diterangkan atau didahului dengan kata lebih, agak, paling, sangat &
cukup.
Kata sifat juga dapat diperluas dengan proses pembentukan seperti ini: se- + redupliasi
(pengulangan kata) + -nya, contoh: sehebat-hebatnya, setinggi-tingginya, dll.
Kata sifat yang terbentuk dari kata dasar, misalnya: kuat, lemah, rajin, malas, dll.
Kata sifat yang terbentuk dari kata jadian, misalnya: terjelek, terindah, terbodoh, dll.
Kata sifat yang terbentuk dari kata ulang, misalnya: gelap-gulita, pontang-panting, dll:
Kata sifat yang terbentuk dari kata serapan, misalnya: legal, kreatif, dll.
Kata sifat yang terbentuk dari kata atau kelompok kata, misalnya: lapang dada, keras
kepala, baik hati, dll.
Kelompok kata ini dipakai untuk menggantikan benda atau sesuatu yang dibendakan.
Kelompok kata ini dapat dibedakan menjadi 6 bentuk, yaitu:
a) Kata Ganti Orang: ialah jenis kata yang menggantikan nomina. Kata ganti orang dapat
dibedakan lagi menjadi beberapa bentuk, yaitu:
b) Kata Ganti Kepemilikan: ialah kata ganti yang dipakai untuk menyatakan kepemilikan,
misal: “buku kamu/bukumu”, “buku aku/bukuku”, “buku dia/bukunya”, dsb.
c) Kata Ganti Penunjuk: ialah kata ganti yang dipakai untuk menunjuk suatu tempat atau
benda yang letaknya dekat ataupun jauh, misal: “di sini”, “di sana”, “ini”, “itu”, dsb.
d) Kata Ganti Penghubung: ialah kata ganti yang digunakan untuk menghubungkan anak
kalimat dan induk kalimat kata yang dipakai yaitu: “yang”, “tempat”,” waktu”.
e) Kata Ganti Tanya: ialah kata ganti yang dipakai untuk meminta informasi mengenai
sesuatu hal, kata Tanya yang dimaksud ialah “apa”, “siapa”, “mana”.
f) Kata Ganti Tak Tentu: ialah kata ganti yang digunakan untuk menunjukkan atau
menggantikan suatu benda atau orang yang jumlahnya tak menentu (banyak), misal:
masing-masing, sesuatu, para, dsb.
Kata keterangan adalah jenis kata yang memberikan keterangan pada kata kerja, kata
sifat, dan kata bilangan bahkan mampu memberikan keterangan pada seluruh kalimat. Kata
keterangan dapat dibagi lagi menjadi beberapa bagian, yaitu:
Kata Keterangan Tempat: ialah jenis kata yang memberikan informasi mengenai suatu
lokasi, misal: di sini, di situ, dll.
Kata Keterangan Alat: ialah jenis kata yang menjelaskan dengan cara apa sesuatu itu
dilakukan ataupun berlangsung, misal: “dengan tongkat”, “dengan motor”, dll.
Kata Keterangan Syarat: ialah kata keterangan yang dapat menerangkan terjadinya
suatu proses dengan adanya syarat-syarat tertentu, misal: jikalau, seandainya, dll.
Kata Keterangan Sebab: ialah jenis kata yang memberikan keterangan mengapa sesuatu
itu dapat terjadi, misal; sebab, karena, dsb.
Kata bilangan ialah jenis kelompok kata yang menyatakan jumlah, kumpulan, urutan
sesuatu yang dibendakan. Kata bilangan juga dibedakan menjadi beberapa bagian, yaitu:
Ciri dari kata tugas ialah bahwa hampir semuanya tidak dapat menjadi dasar untuk
membentuk kata lain. Jika verba datang dapat diturunkan menjadi mendatangi, mendatangkan
& kedatangan. Bentuk-bentuk seperti menyebabkan dan menyampaikan tidak diturunkan dari
kata tugas sebab & sampai tetapi dari nomina sebab dan verba sampai yang membentuknya
sama tapi kategorinya berbeda.
a) Preposisi (kata depan): ialah jenis kata yang terdapat di depan nomina (kata benda),
misalnya: dari, ke & di. Ketiga kata depan ini dipakai untuk merangkaikan kata-kata
yang menyatakan tempat atau sesuatu yang dianggap tempat. Contoh: Di Jakarta, di
rumah, ke pasar, dari kantor.
b) Konjungsi (kata sambung): ialah jenis kata yang dapat menggabungkan 2 satuan bahasa
yang sederajat, misalnya: dan, atau & serta. Jenis kata tugas yang mampu
menghubungkan kata dengan kata, frasa dengan frasa, atau klausa dengan klausa.
Konjungsi (kata sambung) dapat dibagi menjadi 4, yaitu:
c) Konjungsi Koordinatif: yaitu konjungsi yang menghubungkan 2 unsur atau lebih yang
sama pentingnya, atau memiliki status yang sama contoh: dan, atau & serta.
d) Konjungsi korelatif: yaitu konjungsi yang menghubungkan 2 kata, frasa atau klausa
yang memiliki status sintaksis yang sama. Konjungsi korelatif rerdiri atas dua bagian
yang dipisahkan oleh satu frasa, kata atau klausa yang dihubungkan oleh: baik ....
maupun, tidak .... tetapi.
f) Konjungsi Subordinatif: yaitu konjungsi yang menghubungkan 2 klausa atau lebih dan
klausa itu merupakan anak kalimat. Konjungsi ini terbagi lagi menjadi 12 kelompok,
yaitu:
g) Konjungsi subordinatif waktu: sejak, semenjak, sedari, sewaktu.
8. Artikula (kata sandang): ialah jenis kata yang mendampingi kata benda atau yang
membatasi makna jumlah orang atau benda. Kata sandang tidak mengandung suatu arti
tapi memiliki fungsi. Fungsi kata sandang sendiri ialah untuk menentukan kata benda,
mensubstansikan suatu kata yang besar, yang jangkung, dan lain-lain. Kata-kata
sandang umum yang terdapat dalam Bahasa Indonesia ialah yang, itu, -nya, si, sang,
hang, dang. Kata-kata sandang seperti sang, hang, dang banyak ditemui dalam
kesusastraan lama, sekarang sudah tidak terpakai lagi terkecuali kata sandang sang.
Kata sandang sang terkadang masih dipergunakan untuk mengagungkan atau untuk
menyatakan ejekan maupun ironi. Dalam Bahasa Indonesia terdapat beberapa
kelompok artikula, yaitu:
Artikula yang bersifat gelar ialah artikula yang bertalian dengan orang yang dianggap
bermartabat. Berikut ini jenis artikula yang bersifat gelar: sang, hang, dang, sri.
Artikula yang mengacu ke makna kelompok / makna korelatif ialah kata para. Karena
artikula ini bermakna ketaktunggalan, maka nomina yang diiringinya tidak dinyatakan dalam
bentuk kata ulang. Jadi, untuk menyatakan kelompok guru sebagai kesatuan bentuk yang
dipakai ialah para guru bukan para guru-guru.
Kata seru asli, yaitu: ah, wah, yah, hai, o, oh, nah, dll.
Kata seru yang berasal dari kata-kata biasa, artinya kata seru yang berasal dari kata-
kata benda atau kata-kata lain yang digunakan, contoh: celaka, masa', kasihan, dll.
Kata seru yang berasal dari beberapa ungkapan, baik yang berasal dari ungkapan
Indonesia maupun yang berasal dari ungkapan asing, yaitu: ya ampun, demi Allah, Insya Allah,
dll.
Partikel Penegas: ialah kategori yang meliputi kata yang tidak tunduk pada perubahan
bentuk dan hanya berfungsi menampilkan unsur yang diiringinya. Ada empat macam
partikel penegas, yaitu: -lah, -kah, -tah & pun.
KAMUS
ACAK
I
J
W
X
Cari kata
jaat
ja.at
tanaman merambat yang buahnya bersegi empat panjang, setiap seginya berembel-embel
seperti sayap yang bergerigi, bunganya berwarna biru muda; kecipir; Psophocarpus
tetragonolobus
jab
jabal
ja.bal
Berasal dari bahasa Arab Nomina (kata benda) gunung atau bukit (terdapat dalam nama, seperti
jabal Kaf
Dialek Melayu Jakarta Verba (kata kerja) , men.ja.balVerba (kata kerja) merampas (milik
orang); membegal; menyamun: penjahat yang jabal seorang penumpang bus itu sudah
tertangkap
jabang
ja. bang
Nomina (kata benda), jabang bayi anak (bayi) yang baru lahir; orok
Jabar
Ja.bar
jabaran
ja.bar.an
Jabariah
Ja.ba.ri.ah
Nomina (kata benda) Istilah agama Islam aliran dalam ilmu kalam yang berpandangan bahwa
segala yang wujud di alam semesta, termasuk manusia, terikat pada kodrat dan iradat Allah
Swt. semata
jabat
ja.bat
(2) melakukan pekerjaan (pangkat dan sebagainya); memegang jabatan (pekerjaan): sepuluh
tahun lamanya beliau jabat pekerjaan itu
jabat tangan
ja.bat ta.ngan
ber.ja.bat ta.ngan bersalaman dengan saling menjabat tangan: kedua orang itu jabat tangan
dengan erat dan mesra.
K. Kata Sandang si dan sang
Mungkin kalian masih ada yang belum tau bagaimana cara penulisan kata
sandang yang benar sesuai pedoman umum Ejaan bahasa indonesia , utamanya untuk
si dan sang . kali ini kita akan membahas mengenai hal tersebut.
Pergantian EYD menjadi PUEBI dikarenakan Bahasa Indonesia mengalami
perkembangan yang sangat pesat. Atau bisa dibilang, dampak dari kemajuan ilmu
pengetahuan, teknologi, dan seni. Makanya, pada tahun yang sama, Badan
Pengembangan dan Pembinaan Bahasa berusaha memberi sosialisasi agar masyarakat
beralih ke PUEBI. Walaupun tidak berubah seluruhnya, ada beberapa bagian dari EYD
yang mulai berkembang dan tidak bisa kita gunakan lagi. Salah satu contohnya cara
penulisan kata “si” dan “sang”. (Maghfirah, 2018).
Pada dasarnya, kata “si” dan “sang” baik dalam EYD maupun PUEBI memiliki
beberapa kesamaan, yaitu:
Kata si dan sang dipakai di depan nama diri, bisa berupa nama orang maupun
binatang.
Misalnya, si Natan, si anak, si Kancil, si pohon, sang anak, sang dokter, sang
pohon, dll.
Penggunaan kata sang bisa dipakai di depan nama benda yang dianggap
hidup, dihormati, dibanggakan, dan dimuliakan. Bisa juga menimbulkan kesan
mengolok-olok.
Misalnya, Pagi itu, semua peserta upacara begitu khusyuk menyaksikan sang
Merah Putih berkibar. Atau pada kalimat: “Ini dia, sang Ratu Ngaret … Julia!”
teriak seseorang dari belakang Julia.
Itulah cara penulisan kata sandang si dan sang yang benar sesuai dengan eyd
serta contohnya.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Dalam EYD terdapat aturan-aturan untuk dapat disebut ejaan yang sempurna. Yakni:
pemenggalan kata pada kata dasar, penulisan huruf seperti penggunaan huruf kapital atau
huruf besar, huruf tebal dan penggunaan huruf miring. Penggunaan kata dalam penulisannya
pun perlu diperhatikan. Seperti kata dasar, kata turunan, kata depan dan bentuk partikel.
Untuk menulis sebuah karya tulis harus memerhatikan aturan-aturan penulisan bahasa
Indonesia yang sesuai. Khususnya bagi mahasiswa yang sedang menulis tugas makalah,
laporan praktik kerja lapangan, menyusun proposal dan skripsi.
Saran
Aturan dalam bahasa Indonesia yang baik dan benar adalah untuk para orang yang
sedang menulis sebuah karya atau karangan, oleh karena itu dalam menulis harus disesuaikan
dengan Ejaan yang disempurnakan. Sebagai warga negara Indonesia tidak ada salahnya kita
menerapkan makalah ini dalam pemakaian huruf dan penulisan kata, misalnya dalam menulis
surat, membuat karya tulis, membuat laporan, dan lain sebagainya.