Anda di halaman 1dari 33

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah Swt. karena dengan limpahan rahmat dan nikmat yang telah

diberikan sehingga kami bisa menyelesaikan makalah ini.

Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah untuk menyelesaikan tugas yang diberikan oleh

Ibu Dewi Alfianti Tifani selaku dosen mata kuliah Bahasa Indonesia dan salah satu syarat agar

nilai kami terpenuhi. Jika di dalam makalah ini masih terdapat kesalahan baik berupa tanda

baca ataupun kalimat penulis kami memohon maaf, karena setiap orang tidak akan pernah luput

dari kesalahan, maka dari itu kami mohon kritik dan saran nya dari pembaca agar makalah ini

bisa diperbaiki kekurangan nya.

Tidak lupa juga saya mengucapkan terima kasih kepada para tim kelompok yang telah

membantu untuk menyelesaikan makalah ini dan dengan dorongan dari dosen kami bisa

menyelesaikan makalah ini.

Banjarmasin, September 2019

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................................................... 2


DAFTAR ISI.......................................................................................................................................... 3
BAB I ...................................................................................................................................................... 4
PENDAHULUAN ................................................................................................................................. 4
1. Latar Belakang .......................................................................................................................... 4
2. Rumusan Masalah .................................................................................................................... 4
3. Manfaat Penulisan .................................................................................................................... 4
4. Tujuan Penulisan ...................................................................................................................... 4
BAB II .................................................................................................................................................... 5
PEMBAHASAN .................................................................................................................................... 5
A. Kata Dasar ..................................................................................................................................... 5
B. Kata Berimbuhan.......................................................................................................................... 5
C. Bentuk Ulang ................................................................................................................................. 7
D. Gabungan Kata ............................................................................................................................. 8
E. Pemenggalan Kata ........................................................................................................................ 9
F. Kata Depan .................................................................................................................................. 12
G. Partikel ..................................................................................................................................... 13
H. Singkatan dan Akronim ......................................................................................................... 14
I. Angka dan Bilangan ................................................................................................................... 17
J. Kata Ganti ku-, -kau-, -ku, -mu, -nya ....................................................................................... 20
K. Kata Sandang si dan sang ...................................................................................................... 31
BAB III................................................................................................................................................. 33
PENUTUP............................................................................................................................................ 33
Kesimpulan ...................................................................................................................................... 33
Saran .................................................................................................................................................... 33
BAB I

PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Dalam pedoman umun ejaan bahasa indonesia yang disempurnakan, telah melakukan
berkali-kali penyempurnaan dalam ejaan.

Antara lain yang dibahas dalam ejaan yang disempurnaan itu adalah penulisan kata,
yang dimana penulisan kata itu memiliki porsi yang berpengaruh dalam penulisan, penulisan
kata yang benar akan membuat kaliamat-kalimat yang kita buat menjadi padu, efektif, dan enak
dibaca.

Dalam penulisan kata membahas berbagai bentuk kata, seprti kata dasar, turunan, ulang,
kata ganti, kata depan, gabungan kata, singkatan, dan angka dan lambang bilangan.

Pada makalah ini kami akan membahas secara lebih rinci, aspek-aspek yang ada dalam
penulisan kata, sesuai dengan pedoman ejaan bahasa indonesia yang disempurnakan.

2. Rumusan Masalah
1) Apa saja yang termasuk dalam penulisan kata?

2) Bagaimana cara penulisan kata yang benar?

3. Manfaat Penulisan
Untuk mengetahui apa saja yang termasuk dalam penulisan kata dan untuk mengetahui
cara penulisan kata yang benar.

4. Tujuan Penulisan
Dapat mengetahui apa yang termasuk dalam penulisan kata dan dapat mengetahui cara
penulisan kata yang benar.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Kata Dasar
Kata dasar adalah kata yang belum diberi imbuhan. Dengan kata lain, kata dasar adalah
kata yang menjadi dasar awal pembentukan kata yang lebih besar. Contohnya adalah makan,
duduk, pulang, tinggal, datang, minum, langkah, pindah, dan lain – lain.

Kata dasar bisa dapat membentuk kalimat satu kesatuan, yaitu:

 Saya sedang sibuk.


 Fakultas FKIP ULM berwarna ungu.
 Layar laptop itu sangat tipis.
 Pemrograman itu rumit.
 IT sangat dibutuhkan saat ini.
 Ilmu Komputer memiliki peluang kerja yang sangat besar di masa depan.

B. Kata Berimbuhan
Imbuhan (awalan sisipan akhiran serta gabungan awal dan akhir) ditulis serangkai dengan
bentuk dasarnya.

Contoh:

-menjalankan

-bersamaan

-membesar

-pekerjaan

Imbuhan yang diserap dari unsur asing seperti isme, wan, atau wi dengan contoh:

Sejarawan

Manusiawi

Plagiarisme

2 bentuk terikat ditulis serangkai dengan kata yang mengikutinya.

Contoh:

Biogas

Tunawisma
Antarkabupaten

Telekomunikasi

Semipermanen

Subjudul
C. Bentuk Ulang
Bentuk ulang dapat diartikan sebagai kata yang mengalami proses pengulangan kata
baik secara sebagian ataupun pengulangan kata secara menyeluruh. Bentuk ulang ditulis
dengan menggunakan tanda hubung (-) diantara unsur-unsurnya.

Jenis-jenis bentuk ulang:

1. Bentuk ulang utuh


Yaitu pengulangan kata secara menyeluruh misalnya seperti ibu-ibu, bapak-bapak,
anak-anak, dan lain sebagainya.

Contoh kalimat:

 Anak-anak SD pergi ke sekolah menggunakan sepeda


 Ibu-ibu pergi ke pasar untuk membeli sayur setiap pagi.

2. Bentuk ulang sebagian


Yaitu pengulangan kata pada sebagian kata saja terjadi pada bagian suku kata awal atau
dapat juga ditambah dengan akhiran misalnya seperti bebatuan, pepohonan, dan lain
sebagainya.

Contoh kalimat:

 Pepohonan di daerah Banjarmasin sangat rindang


 Bebatuan yang ada di tepi pantai sangat tajam

3. Bentuk ulang berubah bunyi


Yaitu pengulangan kata yang mengalami perubahan bunyi pada sebagian kata misalnya
seperti teka-teki, gerak-gerik, dan lain sebagainya.

Contoh kalimat:

 Pembawa acara seminar itu memberikan teka-teki yang sulit


 Gerak-gerik pemuda itu sangat mencurigakan

4. Bentuk ulang berimbuhan


Yaitu pengulangan kata yang mengalami penambahan imbuhan pada kata dasar
misalnya rumah-rumahan, tarik-menarik, dan lain sebagainya.

Contoh kalimat:

 Anak kecil itu suka bermain rumah-rumahan


 Mereka saling tarik-menarik tali tambang tesebut
5. Bentuk ulang berimbuhan
Yaitu pengulangan kata secara menyeluruh tetapi tidak bias dipisahkan misalnya seperti
pura-pura, laba-laba, dan lain sebagainya.

Contoh kalimat:

 Anak itu pura-pura menangis karena tidak diberi uang


 Laba-laba yang ada di pohon itu sangat besar dan beracun

D. Gabungan Kata
1. Unsur gabungan kata yang lazim disebut kata majemuk, termasuk istilah khusus, ditulis
terpisah.
Misalnya:
duta besar persegi panjang
kambing hitam cendera mata
orang tua rumah sakit jiwa
Contoh:
- Sekarang Andi menjadi duta besar di kampusnya.
- Ani membeli sebuah cendramata untuk salah seorang temannya dikampung.
- Gambarlah persegi panjang dengan panjang 5 cm dan lebarnya 2 cm.
- Bintang pergi ke rumah sakit jiwa untuk menjeguk keluarganya.

2. Gabungan kata yang dapat menimbulkan salah pengertian ditulis dengan


membubuhkan tanda hubung (-) diantara unsur-unsurnya.
Misalnya:
Anak-istri pejabat anak istri-pejabat
Ibu-bapak kami ibu bapak-kami
Buku-sejarah baru buku sejarah-baru
Contoh:
- Kami membeli buku sejarah-baru di Gramedia tadi malam.

3. Gabungan kata yang penulisannya terpisah tetap ditulis terpisah jika mendapat awalan
atau akhiran.
Misalnya:
Bertepuk tangan
Garis bawahi
Sebar luaskan
Contoh:
- Berita tentang kabut asap di Kalimantan sudah disebar luaskan oleh media.
- Seluruh penonton di gedung bertepuk tangan setelah menyaksikan pertunjukkan
dari seorang Nadin amizah.

4. Gabungan kata yang mendapat awalan dan akhiran sekaligus ditulis serangkai.
Misalnya:
Dilipatgandakan Penghancurleburan
Menggarisbawahi Pertanggungjawaban
Contoh:
- Masyarakat meminta pertanggungjawaban pemerintah atas kurang nya air
bersih yang disebabkan oleh perusahaan plastik membuang limbah disungai.
- Jika kita sering memberikan zakat maka pahala yang kita peroleh
dilipatgandakan oleh Allah SWT.

5. Gabungan kata yang sudah padu ditulis serangkai


Misalnya:
Apalagi kacamata
Dukacita kilometer
Matahari saputangan
Olahraga sukarela

Contoh:

- Nina menggunakan kacamata sejak ia berusia 10 tahun.


- Difa berjalan kaki dari rumah sejauh 5kilometer menuju sekolah.
- Calista mengadakan sumbangan sukarela untuk korban bencana alam kebakaran
di Alalak.

E. Pemenggalan Kata
1. Pemenggalan kata pada kata dasar dilakukan sebagai berikut.
a. Jika di tengah kata terdapat huruf vokal yang berurutan, pemenggalannya dilakukan
diantara kedua huruf vokal itu.
Misalnya:
ma-af
du-et
ba-ik
bu-ih
b. Huruf diftong ai, au, ei, dan oi tidak dipenggal.
Misalnya:
ra-mai
ka-lau
sur-vei
ko-boi
c. Jika ditengah kata dasar terdapat huruf konsonan (termasuk gabungan huruf
konsonan) di antara dua huruf vokal, pemenggalannya dilakukan sebelum huruf
konsonan itu.
Misalnya:
wa-lau
sa-ham
se-but
te-na-ga
d. Jika ditengah kata dasar terdapat dua huruf konsonan yang berurutan,
pemenggalannya dilakukan di antara kedua huruf konsonan itu.
Misalnya:
man-ja
pak-sa
as-li
jan-ji

e. Jika di tengah kata dasar terdapat tiga huruf konsonan atau lebih yang masing-masing
melambangkan satu bunyi, pemenggalannya dilakukan diantara huruf konsonan yang
pertama dan huruf konsonan yang kedua.
Misalnya:
Bang-krut
In-fra
Ben-trok
Makh-luk
Catatan:
Gabungan huruf konsonan yang melambangkan satu bunyi tidak dipenggal.
Misalnya:
Se-nang
Ba-ngun
Sya-rat
Nya-ta
Ta-rikh

2. Pemenggalan kata turunan sedapat-dapatnya dilakukan di antara bentuk dasar dan


unsur pembentuknya.
Misalnya:
me-lepas
me-rasa-kan
me-lihat
me-rancang
ke-layak-an
me-makan
Catatan:
(1) Pemenggalan kata berimbuhan yang bentuk dasarnya mengalami perubahan
dilakukan seperti pada kata dasar.
Misalnya:
me-nyam-but
me-masuk-an
pe-ninggal-an
ber-ubah
me-manjat
me-nyiram

(2) Pemenggalan kata bersisipan dilakukan seperti pada kata dasar.


Misalnya:
Je-la-jah
Ge-lo-gok
Me-la-ju
Pe-la-tuk
Me-to-de
(3) Pemenggalan kata yang menyebabkan munculnya satu huruf di awal atau akhir
baris tidak dilakukan.
Misalnya:
Beberapa pendapat mengenai masalah itu telah disampaikan ....
Walaupun Cuma-Cuma, mereka tidak mau mengambil minuman itu ....

3. Jika sebuah kata terdiri atas dua unsur atau lebih dan salah satu unsurnya itu dapat
bergabung dengan unsur lain, pemenggalannya dilakukan di antara unsur-unsur itu.
Tiap unsur gabungan itu dipenggal seperti pada kata dasar.
Misalnya:
Perguruan perguru-an per-guru-an
Pascasarjana pasca-sarjana pas-ca-sar-ja-na
Literasi lite-rasi li-te-ra-si
Kesimpulan kesim-pulan ke-sim-pu-lan

4. Nama orang yang terdiri atas dua unsur atau lebih pada akhir baris dipenggal di antara
unsur-unsurnya.
Misalnya:
- Lagu “Mengheningkan Cipta” digubah oleh Truno Prawit
- Buku “Laskar Pelangi dikarang oleh Andrea Hirata

Singkatan nama diri dan gelar yang terdiri atas dua huruf atau lebih tidak dipenggal.
Misalnya:
- Dr. Mirna Santoso S. Pd M. Pd diangkat menjadi Kepala Sekolah di Sekolah
Menengah Atas Negeri 2 Sidoharjo.
- Kini, Gamaliel resmi menyandang gelar S. Ilkom

Catatan:
Penulisan berikut dihindari.
Dr. Mirna Santoso
S. Pd M. Pd

F. Kata Depan
Kata Depan merupakan salah satu kata yang mengaitkan kata benda dengan bagian
kalimat. Kata Depan pada umumnya berfungsi untuk mengantar sebuah Objek Kalimat dan
tidak di perbolehkan mengantarkan Subjek Kalimat.

Aturan Penulisan
 Kata Depan seperti di, ke, dan juga dari. Apabila dipakai untuk menyatakan tempat,
penulisannya harus dipisah dari kata yang berada di belakangnya atau tempat yang
ditujukannya.

Contoh Kalimat:

1. Hemik akan segera pulang ke Kampung.


2. Nanda lahir dan besar di Kota Amuntai.
3. Ayah pulang dari Kantor langsung pergi ke kamar mandi.

 Kata Depan seperti di, ke, dan juga dari. Jika ia merupakan suatu Imbuhan dari
kata, maka penulisannya digabung sesuai dengan kata yang diikuti.

Contoh Kalimat:

1. Sepatu Nike Air Jordan ini dibeli saat Aulia sedang berlibur kemarin.
2. Mereka sudah mencoba untuk kesekian kalinya, namun usahanya belum juga
mendapatkan hasil.
3. Lebih baik berusaha terlebih dahulu walaupun gagal, daripada tidak sama sekali.

 Kata Depan juga dapat dipakai dalam sebuah kalimat yang berupa judul, sehingga
harus memakai huruf kecil.

Contoh Kalimat: Pelangi muncul di langit melayu

Jenis-Jenis Kata Depan dan Struktur Penulisannya

Pada umumnya Kata Depan yang terkenal seperti di, ke dan dari. Kata Depan Di, Ke serta
Dari ditulis dengan cara terpisah dari kata yang ada di belakangnya kecuali, dalam sebuah
gabungan kata yang telah dianggap satu kata seperti, Kepada dan Daripada.

Contoh Kalimat:

 Tinggallah bersama Saya dan Kakakmu di sini.


 Dari mana Adikmu kok tidak kelihatan?
 Razi sedang dalam perjalanan ke Luar Negeri.

G. Partikel
1. Partikel -lah, -kah, dan -tah ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya.

Misalnya:

Bacalah buku itu baik-baik!

2. Partikel pun ditulis terpisah dari kata yang mendahuluinya.

Misalnya:
 Apa pun permasalahan yang muncul, dia dapat mengata-sinya dengan bijaksana.
 Partikel pun yang merupakan unsur kata penghubung ditulis serangkai.

Misalnya:

 Meskipun sibuk, dia dapat menyelesaikan tugas tepat pada waktunya.

3. Partikel per yang berarti ‘demi’, ‘tiap’, atau ‘mulai’ ditulis

terpisah dari kata yang mengikutinya.

Misalnya:

 Mereka masuk ke dalam ruang rapat satu per satu

H. Singkatan dan Akronim


1. Singkatan nama orang, gelar, sapaan, jabatan, atau pangkat diikuti dengan tanda
titik pada setiap unsur singkatan itu.
Misalnya:

Muh. Yamin Mohammad Yamin

Dr. Doktor

Bpk. Bapa

Ny. Nyonya

S.H Sarjana hukum

S.Pd Sarjana pendidikan

S.S Sarjana Sastra

Ir. Insinyur

Prof. Profesor

Kep. Kepala

K.H. Kyai Haji

R.A. Raden Ajeng

2. Terbagi 2, yaitu:
a. Singkatan yang terdiri atas huruf awal setiap kata nama lembaga pemerintah
dan ketatanegaraan, lembaga pendidikan, badan atau organisasi, serta nama
dokumen resmi ditulis dengan huruf kapital tanpa tanda titik.
Misalnya:

DPR Dewan Perwakilan Rakyat

DPRD Dewan Perwakilan Rakyat Daerah

BPK Badan Pemeriksan Keuangan

PGRI Persatuan Guru Republik Indonesia

STTT Sekolah Tinggi Teknologi Tekstil

ULM Universitas Lambung Mangkurat

b. Singkatan yang terdiri atas huruf awal setiap kata yang bukan nama diri ditulis
dengan huruf kapital tanpa tanda titik.
Misalnya:

SMA sekolah menengah atas

SMP sekolah menengah pertama

NIM nomor induk mahasiswa

SKCK surat keterangan catatan kepolisian

3. Singkatan yang terdiri atas tiga huruf atau lebih diikuti dengan tanda titik.
Misalnya:

yad. yang akan datang

tsb. tersebut

4. Singkatan yang terdiri atas dua huruf yang lazim dipakai dalam surat-menyurat
masing-masing diikuti oleh tanda titik.
Misalnya:

p.p. pulang pergi

a.l. antara lain

y.l. yang lalu

5. Lambang kimia, singkatan satuan ukuran, takaran, timbangan, dan mata uang tidak
diikuti tanda titik.
Misalnya:

Ca kalsium

H hidrogen
Li lithium

Na natrium

K kalium

Rb rubidium

Cs sesium

Fr fransium

km kilometer

hm hektometer

dam dekameter

MHz megahertz

kN kilonewton

Pa pascal

6. Akronim nama diri yang terdiri atas huruf awal setiap kata ditulis dengan huruf
kapital tanpa tanda titik.
Misalnya:

PSSI Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia

BNI Bank Nasional Indonesia

7. Akronim nama diri yang berupa gabungan suku kata atau gabungan huruf dan suku
kata dari deret kata ditulis dengan huruf awal kapital.
Misalnya:

Bappeda Badan Perencanaan Pembagunan Daerah

Kaltim Kalimantan Timur

Jatim Jawa Timur

8. Akronim bukan nama diri yang berupa gabungan huruf awal dan suku kata atau
gabungan suku kata ditulis dengan huruf kecil.
Misalnya:

poskesdes pos kesehatan desa


pilkada pemilihan kepada daerah

I. Angka dan Bilangan


Angka Arab atau angka Romawi lazim dipakai sebagai lambang bilangan

atau nomor.

Angka Arab 0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9

Angka Romawi I, II, III, IV, V, VI, VII, VIII, IX, X, L (50), C (100), D (500),
M (1.000), V (5.000), M (1.000.000)

1. Bilangan dapat ditulis dengan huruf jika dapat dinyatakan dengan satu atau dua
kata ditulis dengan huruf, kecuali jika dipakai secara berurutan seperti dalam
perincian.
Misalnya:

Setiap hari Nina melakukan push-up sebanyak dua puluh Kali.

Kendaraan yang dipesan untuk perusahaan terdiri atas 10 mobil, 15 sepeda


motor, dan 10 sepeda.

2. Terbagi 2, yaitu:
a. Bilangan pada awal kalimat ditulis dengan huruf
Misalnya:

Sepuluh aplikasi terbaik untuk mencari pelajaran

Tujuh cara membuat kerajinan tangan

Catatan: Penulisan berikut dihindari

10 aplikasi terbaik untuk mencari pelajaran

7 cara membuat kerajinan tangan

b. Jika bilangan pada awal kalimat tidak dapat dinyatakan dengan kata, maka
susuan kalimatnya diubah.
Misalnya:

Dosen memberikan materi kepada 25 mahasiswa

Di perpustakaan umum terdapat 100 rak buku


Catatan: Penulisan berikut dihindari

25 mahasiswa menerima materi dari Dosen

100 rak buku dapat ditemukan di perpustakaan umum

3. Angka yang besar dapat ditulis sebagian dengan huruf supaya bisa mudah dibaca.
Misalnya:

Jamal mendapatkan hadiah sebesar 150 juta rupiah.

Pembuatan kolam renang memerlukan dana sebesar 50 juta rupiah.

4. Angka dapat dipakai untuk menyatakan (a) Ukuran panjang, berat, luas, isi dan
waktu (b) Nilai uang.
Misalnya:

25 sentimetee

US$2,95

5. Angka dipakai untuk menomori alamat.


Misalnya:

Jalan Bunga Melati No. 01

Gedung Blok M, Lantai 2, No. 12

6. Angka dipakai untuk menomori bagian karangan atau ayat kitab suci.
Misalnya:

Surah Yasin: 8

Bab II, Pasal 1, halaman 69

7. Penulisan bilangan dengan huruf dilakukan sebagai berikut.


a. Bilangan Utuh.
Misalnya:

dua belas (12)

tiga puluh (30)

b. Bilangan Pecahan.
Misalnya:

Seperdua (1/2)

Sepertiga (1/3)

Seperempat (1/4)

Satu perlima (1/5)

8. Penulisan bilangan tingkat dapat dilakukan dengan cara berikut.


Misalnya:

abad X

abad ke-10

abad kesepuluh

Perang Dunia I

Perang Dunia Ke-1

Perang Dunia Pertama

9. Penulisan angka yang mendapat akhiran -an dilakukan dengan cara berikut.
Misalnya:

upacara 17-an (upacara tujuh belasan)

tahun 2000-an (tahun dua ribuan)

10. Penulisan bilangan dengan angka dan huruf sekaligus dilakukan dalam peraturan
perundang-undangan, akta, dan kuitansi.
Misalnya:

Telah diterima uang sebanyak Rp1.000.000,00 (satu juta

rupiah) untuk pembayaran sepeda motor.

Setiap orang yang melakukan pencemaran nama baik yang

ada dalam UU KUHAP dalam Pasal 45 ayat (1) UU ITE

dipidana dengan kurungan 2,5 tahun penjara.

11. Penulisan bilangan yang dilambangkan dengan angka dan diikuti huruf dilakukan
seperti berikut.
Misalnya:

Saya lampirkan tanda terima uang sebesar Rp800.000,00

(delapan ratus ribu rupiah).

Bukti pembelian barang seharga Rp4.000.000,00 (empat juta

rupiah) ke atas harus dilampirkan pada laporan pertanggungjawaban.

12. Bilangan yang digunakan sebagai unsur nama geografi ditulis dengan huruf.
Misalnya:

Salatiga

Limapuluhkota

J. Kata Ganti ku-, -kau-, -ku, -mu, -nya


Kata adalah kumpulan beberapa huruf yang memiliki makna tertentu. Dalam KBBI
(Kamus Besar Bahasa Indonesia) kata adalah unsur bahasa yang diucapkan atau dituliskan
yang merupakan perwujudan suatu perasaan dan pikiran yang dapat dipakai dalam berbahasa.

Dari segi bahasa kata diartikan sebagai kombinasi morfem yang dianggap sebagai
bagian terkecil dari kalimat. Sedangkan morfem sendiri adalah bagian terkecil dari kata yang
memiliki makna dan tidak dapat dibagi lagi ke bentuk yang lebih kecil.

= suatu benda, sehingga kata ini sudah tidak bisa lagi diuraikan ke bentuk lainnya. Contoh :
buku, meja, kursi, radio, dll.

1. Kata Benda (Nomina) Turunan: Nomina turunan atau kata benda turunan ialah jenis
kata benda yang terbentuk karena proses afiksasi sebuah kata dengan kata atau afiks.
Proses pembentukan ini terdiri dari beberapa bentuk, yaitu:

Verba + (-an) contoh: Makanan.

(Pe-) + Verba contoh: Pelukis.

(Pe-) + Adjektiva contoh: Pemarah, Pembohong.

(Per-) + Nomina + (-an) contoh: Perbudakan.

2. Kata Kerja (Verba) Sunting


Kata kerja atau verba adalah jenis kata yang menyatakan suatu perbuatan. Kata kerja
dapat dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu:

 Kata Kerja Transitif: Kata kerja transitif merupakan kata kerja yang selalu diikuti oleh
unsur subjek, contoh: membeli, membunuh memotong, dll. Dilihat dari segi bentuknya
kata kerja transitif dapat dibagi menjadi 2 bentuk, yaitu: Kata kerja transitif berimbuhan
dan kata kerja intransitif tak berimbuhan.

 Kata Kerja Intransitif: Kata kerja intransitif ialah kata kerja yang tidak memerlukan
pelengkap. Seperti kata tidur untuk contoh kalimat berikut: saya tidur, pada kalimat
tersebut kata tidur yang berposisi sebagai predikat (P) tidak lagi diminta menerangkan
untuk memperjelas kalimatnya, karena kalimat itu sudah jelas.

Di dalam Bahasa Indonesia ada 2 dasar dalam pembentukan verba, yaitu dasar yang
tanpa afiks tetapi telah mandiri karena telah memiliki makna, dan bentuk dasar yang berafiks
atau turunan. dari bentuk verba ini dapat dibedakan menjadi:

 Verba Dasar Bebas: ialah verba yang beruba morfem dasar bebas, misalnya: duduk,
makan, mandi, minum, dll.

 Verba Turunan: ialah verba yang telah mengalami afiksasi, reduplikasi, gabungan
proses atau berupa paduan leksem.

Beberapa bentuk verba turunan:.......................................

 Verba berafiks: berbuat, terpikirkan, dll.

 Verba bereduplikasi: bangun-bangun, ingat-ingat, dll.

 Verba berproses gabungan: bernyanyi-nyanyi, tersenyum-senyum, dll.

 Verba majemuk: cuci mata, cuci tangan, dll.

3. Kata Sifat (Adjektifa) Sunting

Kata sifat ialah kelompok kata yang mampu menjelaskan atau mengubah kata benda
atau kata ganti menjadi lebih spesifik. Karena kata sifat mampu menerangkan kuantitas dan
kualitas dari kelompok kelas kata benda atau kata ganti.

Ciri-ciri Kata Sifat Sunting

 Kata sifat terbentuk karena adanya penambahan imbuhan ter- yang mengandung makna
paling.
 Kata sifat dapat diterangkan atau didahului dengan kata lebih, agak, paling, sangat &
cukup.

 Kata sifat juga dapat diperluas dengan proses pembentukan seperti ini: se- + redupliasi
(pengulangan kata) + -nya, contoh: sehebat-hebatnya, setinggi-tingginya, dll.

 Beberapa Proses Pembentukan Kata Sifat Sunting

 Kata sifat yang terbentuk dari kata dasar, misalnya: kuat, lemah, rajin, malas, dll.

 Kata sifat yang terbentuk dari kata jadian, misalnya: terjelek, terindah, terbodoh, dll.

 Kata sifat yang terbentuk dari kata ulang, misalnya: gelap-gulita, pontang-panting, dll:

 Kata sifat yang terbentuk dari kata serapan, misalnya: legal, kreatif, dll.

 Kata sifat yang terbentuk dari kata atau kelompok kata, misalnya: lapang dada, keras
kepala, baik hati, dll.

4. Kata Ganti (Pronomina) Sunting

Kelompok kata ini dipakai untuk menggantikan benda atau sesuatu yang dibendakan.
Kelompok kata ini dapat dibedakan menjadi 6 bentuk, yaitu:

a) Kata Ganti Orang: ialah jenis kata yang menggantikan nomina. Kata ganti orang dapat
dibedakan lagi menjadi beberapa bentuk, yaitu:

 Kata ganti orang pertama tunggal, misal: aku, saya.

 Kata ganti orang pertama jamak, misal: kami, kita.

 Kata ganti orang kedua tunggal, misal: kamu, Anda, kau/engkau.

 Kata ganti orang kedua jamak, misal: kamu, kalian.

 Kata ganti orang ketiga tunggal, misal: dia, ia, beliau.

 Kata ganti orang ketiga jamak, misal: mereka.

b) Kata Ganti Kepemilikan: ialah kata ganti yang dipakai untuk menyatakan kepemilikan,
misal: “buku kamu/bukumu”, “buku aku/bukuku”, “buku dia/bukunya”, dsb.

c) Kata Ganti Penunjuk: ialah kata ganti yang dipakai untuk menunjuk suatu tempat atau
benda yang letaknya dekat ataupun jauh, misal: “di sini”, “di sana”, “ini”, “itu”, dsb.

d) Kata Ganti Penghubung: ialah kata ganti yang digunakan untuk menghubungkan anak
kalimat dan induk kalimat kata yang dipakai yaitu: “yang”, “tempat”,” waktu”.
e) Kata Ganti Tanya: ialah kata ganti yang dipakai untuk meminta informasi mengenai
sesuatu hal, kata Tanya yang dimaksud ialah “apa”, “siapa”, “mana”.

f) Kata Ganti Tak Tentu: ialah kata ganti yang digunakan untuk menunjukkan atau
menggantikan suatu benda atau orang yang jumlahnya tak menentu (banyak), misal:
masing-masing, sesuatu, para, dsb.

5. Kata Keterangan (Adverbia) Sunting

Kata keterangan adalah jenis kata yang memberikan keterangan pada kata kerja, kata
sifat, dan kata bilangan bahkan mampu memberikan keterangan pada seluruh kalimat. Kata
keterangan dapat dibagi lagi menjadi beberapa bagian, yaitu:

 Kata Keterangan Tempat: ialah jenis kata yang memberikan informasi mengenai suatu
lokasi, misal: di sini, di situ, dll.

 Kata Keterangan Waktu: ialah jenis keterangan yng menginformasikan berlangsungnya


sesuatu dalam waktu tertentu, misal: sekarang, nanti, lusa, dll

 Kata Keterangan Alat: ialah jenis kata yang menjelaskan dengan cara apa sesuatu itu
dilakukan ataupun berlangsung, misal: “dengan tongkat”, “dengan motor”, dll.

 Kata Keterangan Syarat: ialah kata keterangan yang dapat menerangkan terjadinya
suatu proses dengan adanya syarat-syarat tertentu, misal: jikalau, seandainya, dll.

 Kata Keterangan Sebab: ialah jenis kata yang memberikan keterangan mengapa sesuatu
itu dapat terjadi, misal; sebab, karena, dsb.

6. Kata Bilangan (Numeralia) Sunting

Kata bilangan ialah jenis kelompok kata yang menyatakan jumlah, kumpulan, urutan
sesuatu yang dibendakan. Kata bilangan juga dibedakan menjadi beberapa bagian, yaitu:

 Kata bilangan tentu, contoh: satu, dua, tiga, dst.

 Kata bilangan tak tentu, contoh: semua, beberapa, seluruh, dll.

 Kata bilangan pisahan, contoh: setiap, masing-masing, tiap-tiap.

 Kata bilangan himpunan, contoh: berpuluh-puluh, berjuta-juta.

 Kata bilangan pecahan, contoh: separuh setengah, sebagian, dll.

 Kata bilangan ordinal/giliran, contoh: pertama, kedua, ketiga, dst.

7. Kata Tugas Sunting


Kata tugas ialah kata yang memiliki arti gramatikal dan tidak memiliki arti leksikal.
Kata tugas juga memiliki fungsi sebagai perubah kalimat yang minim hingga menjadi kalimat
transformasi. Dari segi bentuk umumnya, kata-kata tugas sukar mengalami perubahan bentuk.
Kata-kata seperti: dengan, telah, dan, tetapi dan sebagainya tidak bisa mengalami perubahan.
Tapi, ada sebagian yang bisa mengalami perubahan golongan kata ini jumlahnya sangat
terbatas, misalnya: tidak, sudah kedua kata itu dapat mengalami perubahan menjadi
menidakkan & menyudahkan.

Ciri-ciri Kata Tugas Sunting

Ciri dari kata tugas ialah bahwa hampir semuanya tidak dapat menjadi dasar untuk
membentuk kata lain. Jika verba datang dapat diturunkan menjadi mendatangi, mendatangkan
& kedatangan. Bentuk-bentuk seperti menyebabkan dan menyampaikan tidak diturunkan dari
kata tugas sebab & sampai tetapi dari nomina sebab dan verba sampai yang membentuknya
sama tapi kategorinya berbeda.

Jenis-jenis Kata Tugas Sunting

a) Preposisi (kata depan): ialah jenis kata yang terdapat di depan nomina (kata benda),
misalnya: dari, ke & di. Ketiga kata depan ini dipakai untuk merangkaikan kata-kata
yang menyatakan tempat atau sesuatu yang dianggap tempat. Contoh: Di Jakarta, di
rumah, ke pasar, dari kantor.

b) Konjungsi (kata sambung): ialah jenis kata yang dapat menggabungkan 2 satuan bahasa
yang sederajat, misalnya: dan, atau & serta. Jenis kata tugas yang mampu
menghubungkan kata dengan kata, frasa dengan frasa, atau klausa dengan klausa.
Konjungsi (kata sambung) dapat dibagi menjadi 4, yaitu:

c) Konjungsi Koordinatif: yaitu konjungsi yang menghubungkan 2 unsur atau lebih yang
sama pentingnya, atau memiliki status yang sama contoh: dan, atau & serta.

d) Konjungsi korelatif: yaitu konjungsi yang menghubungkan 2 kata, frasa atau klausa
yang memiliki status sintaksis yang sama. Konjungsi korelatif rerdiri atas dua bagian
yang dipisahkan oleh satu frasa, kata atau klausa yang dihubungkan oleh: baik ....
maupun, tidak .... tetapi.

e) Konjungsi Antarkalimat: yaitu konjungsi yang menghubungkan satu kalimat dengan


kalimat yang lainnya. Konjungsi jenis ini selalu membuat kalimat baru, tentu saja
dengan huruf kapital di awal kalimat. Contoh: Biapun begitu, akan tetapi ....

f) Konjungsi Subordinatif: yaitu konjungsi yang menghubungkan 2 klausa atau lebih dan
klausa itu merupakan anak kalimat. Konjungsi ini terbagi lagi menjadi 12 kelompok,
yaitu:
g) Konjungsi subordinatif waktu: sejak, semenjak, sedari, sewaktu.

h) Konjungsi subordinatif syarat: jika, jikalau, bila, kalau.

i) Konjungsi subordinatif pengandaian: seandainya, seumpama.

j) Konjungsi subordinatif konsesif: biarpun, sekalipun.

k) Konjungsi subordinatif pembandingan: seakan-akan, seperti.

l) Konjungsi subordinatif sebab: sebab, karena, oleh sebab.

m) Konjungsi subordinatif hasil: sehingga, sampai.

n) Konjungsi subordinatif alat: dengan, tanpa.

o) Konjungsi subordinatif cara: dengan, tanpa.

p) Konjungsi subordinatif komplementasi: bahwa.

q) Konjungsi subodinatif atribut: yang

r) Konjungsi subordinatif perbandingan: sama ... dengan, lebih ... dari.

8. Artikula (kata sandang): ialah jenis kata yang mendampingi kata benda atau yang
membatasi makna jumlah orang atau benda. Kata sandang tidak mengandung suatu arti
tapi memiliki fungsi. Fungsi kata sandang sendiri ialah untuk menentukan kata benda,
mensubstansikan suatu kata yang besar, yang jangkung, dan lain-lain. Kata-kata
sandang umum yang terdapat dalam Bahasa Indonesia ialah yang, itu, -nya, si, sang,
hang, dang. Kata-kata sandang seperti sang, hang, dang banyak ditemui dalam
kesusastraan lama, sekarang sudah tidak terpakai lagi terkecuali kata sandang sang.
Kata sandang sang terkadang masih dipergunakan untuk mengagungkan atau untuk
menyatakan ejekan maupun ironi. Dalam Bahasa Indonesia terdapat beberapa
kelompok artikula, yaitu:

Artikula yang bersifat gelar ialah artikula yang bertalian dengan orang yang dianggap
bermartabat. Berikut ini jenis artikula yang bersifat gelar: sang, hang, dang, sri.

Artikula yang mengacu ke makna kelompok / makna korelatif ialah kata para. Karena
artikula ini bermakna ketaktunggalan, maka nomina yang diiringinya tidak dinyatakan dalam
bentuk kata ulang. Jadi, untuk menyatakan kelompok guru sebagai kesatuan bentuk yang
dipakai ialah para guru bukan para guru-guru.

Artikula yang menominalkan. Artikula si yang menominalkan dapat mengacu ke


makna tunggal atau genetik, tergantung pada konteks kalimat.

Interjeksi (kata seru): ialah kata yang mengungungkapkan perasaan. Macam-macam


kata seru yang masih dipakai hingga sekarang ialah:

 Kata seru asli, yaitu: ah, wah, yah, hai, o, oh, nah, dll.
 Kata seru yang berasal dari kata-kata biasa, artinya kata seru yang berasal dari kata-
kata benda atau kata-kata lain yang digunakan, contoh: celaka, masa', kasihan, dll.

Kata seru yang berasal dari beberapa ungkapan, baik yang berasal dari ungkapan
Indonesia maupun yang berasal dari ungkapan asing, yaitu: ya ampun, demi Allah, Insya Allah,
dll.

 Partikel Penegas: ialah kategori yang meliputi kata yang tidak tunduk pada perubahan
bentuk dan hanya berfungsi menampilkan unsur yang diiringinya. Ada empat macam
partikel penegas, yaitu: -lah, -kah, -tah & pun.

KAMUS

ACAK

I
J

W
X

Cari kata

huruf ke-10 abjad Indonesia

jaat

ja.at

tanaman merambat yang buahnya bersegi empat panjang, setiap seginya berembel-embel
seperti sayap yang bergerigi, bunganya berwarna biru muda; kecipir; Psophocarpus
tetragonolobus

jab

Nomina (kata benda) istilah olahraga pukulan pendek (tinju)

jabal

ja.bal

Berasal dari bahasa Arab Nomina (kata benda) gunung atau bukit (terdapat dalam nama, seperti
jabal Kaf

Dialek Melayu Jakarta Verba (kata kerja) , men.ja.balVerba (kata kerja) merampas (milik
orang); membegal; menyamun: penjahat yang jabal seorang penumpang bus itu sudah
tertangkap
jabang

ja. bang

Berasal dari bahasa Minangkabau Nomina (kata benda) cambang

Nomina (kata benda), jabang bayi anak (bayi) yang baru lahir; orok

Jabar

Ja.bar

Nomina (kata benda) Yang Mahaperkasa (Allah)

jabaran

ja.bar.an

Nomina (kata benda) penjelasan secara terperinci; uraian

Jabariah

Ja.ba.ri.ah

Nomina (kata benda) Istilah agama Islam aliran dalam ilmu kalam yang berpandangan bahwa
segala yang wujud di alam semesta, termasuk manusia, terikat pada kodrat dan iradat Allah
Swt. semata

jabat

ja.bat

Verba (kata kerja), men.ja.bat Verba (kata kerja)

(1) memegang: jabat dayung;

(2) melakukan pekerjaan (pangkat dan sebagainya); memegang jabatan (pekerjaan): sepuluh
tahun lamanya beliau jabat pekerjaan itu

jabat tangan
ja.bat ta.ngan

ber.ja.bat ta.ngan bersalaman dengan saling menjabat tangan: kedua orang itu jabat tangan
dengan erat dan mesra.
K. Kata Sandang si dan sang
Mungkin kalian masih ada yang belum tau bagaimana cara penulisan kata
sandang yang benar sesuai pedoman umum Ejaan bahasa indonesia , utamanya untuk
si dan sang . kali ini kita akan membahas mengenai hal tersebut.
Pergantian EYD menjadi PUEBI dikarenakan Bahasa Indonesia mengalami
perkembangan yang sangat pesat. Atau bisa dibilang, dampak dari kemajuan ilmu
pengetahuan, teknologi, dan seni. Makanya, pada tahun yang sama, Badan
Pengembangan dan Pembinaan Bahasa berusaha memberi sosialisasi agar masyarakat
beralih ke PUEBI. Walaupun tidak berubah seluruhnya, ada beberapa bagian dari EYD
yang mulai berkembang dan tidak bisa kita gunakan lagi. Salah satu contohnya cara
penulisan kata “si” dan “sang”. (Maghfirah, 2018).
Pada dasarnya, kata “si” dan “sang” baik dalam EYD maupun PUEBI memiliki
beberapa kesamaan, yaitu:

 Kata si dan sang ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya.

Benar : mengejar si Kancil, sang Kancil melompat.

Salah : mengejar siKancil, mengejarsiKancil, mengejarsi Kancil, sangKancil.

 Kata si dan sang dipakai di depan nama diri, bisa berupa nama orang maupun
binatang.

Misalnya, si Natan, si anak, si Kancil, si pohon, sang anak, sang dokter, sang
pohon, dll.

 Penggunaan kata si menimbulkan kesan akrab dan pujian, ataupun bernada


negatif seperti kurang hormat, menunjuk seseorang yang telah melakukan
sesuatu/ terkena kasus, merendahkan diri, dan panggilan ejekan.
Misalnya, “Oh, si Natan. Dia memang sudah pintar dari SMA,” jelas Anin.
Atau pada kalimat: Ternyata si penipu itu masih berani datang ke rumah.

 Penggunaan kata sang bisa dipakai di depan nama benda yang dianggap
hidup, dihormati, dibanggakan, dan dimuliakan. Bisa juga menimbulkan kesan
mengolok-olok.
Misalnya, Pagi itu, semua peserta upacara begitu khusyuk menyaksikan sang
Merah Putih berkibar. Atau pada kalimat: “Ini dia, sang Ratu Ngaret … Julia!”
teriak seseorang dari belakang Julia.

A. Contoh kata sandang Sang :


 Harimau itu marah kepada sang kancil
 Cerita maling kundang yang durhaka kepada sang ibu
 Sang murid memperhatikan pelajaran di dalam kelas
 Kakak itu membelikan sang adik sebuah eskrim
 Sang merah putih melambangkan negara kami
 Dalam flim tersebut sang tokoh utama diceritakan mati dibunuh oleh saudara
tirinya sendiri
B. Contoh kata sandang Si :
 Surat cinta itu dikirim oleh si pengemar rahasia
 Bagaimana caranya agar si kaka berperilaku baik
 Axel si pendiam ternyata mempuyai sejumlah bakat terpendam dalam dirinya
 Doni si katu buku ternyata punya hobi bermain musik
 Boni si kucing kampung tengah berjalan diatas genting rumah warga
 Ibu menyuruh si kaka untuk membeli telur di warung
 Di pinggir sungai si kelinci mendengarkan cerita si monyet

Itulah cara penulisan kata sandang si dan sang yang benar sesuai dengan eyd
serta contohnya.
BAB III

PENUTUP
Kesimpulan
Dalam EYD terdapat aturan-aturan untuk dapat disebut ejaan yang sempurna. Yakni:
pemenggalan kata pada kata dasar, penulisan huruf seperti penggunaan huruf kapital atau
huruf besar, huruf tebal dan penggunaan huruf miring. Penggunaan kata dalam penulisannya
pun perlu diperhatikan. Seperti kata dasar, kata turunan, kata depan dan bentuk partikel.

Untuk menulis sebuah karya tulis harus memerhatikan aturan-aturan penulisan bahasa
Indonesia yang sesuai. Khususnya bagi mahasiswa yang sedang menulis tugas makalah,
laporan praktik kerja lapangan, menyusun proposal dan skripsi.

Saran
Aturan dalam bahasa Indonesia yang baik dan benar adalah untuk para orang yang
sedang menulis sebuah karya atau karangan, oleh karena itu dalam menulis harus disesuaikan
dengan Ejaan yang disempurnakan. Sebagai warga negara Indonesia tidak ada salahnya kita
menerapkan makalah ini dalam pemakaian huruf dan penulisan kata, misalnya dalam menulis
surat, membuat karya tulis, membuat laporan, dan lain sebagainya.

Anda mungkin juga menyukai