Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

PERAWATAN PSIKOSOSIAL DAN SPIRITUAL


PADA KORBAN BENCANA

Di susun :

KELOMPOK 9

1. Rinna Merlin Sorongan


2. Marta K.Ohoiledwain
3. Ulfa
4. lenny

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN


STELLA MARIS MAKASSAR
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, karena atas perkenaan-Nyalah
sehingga kami kelompok 9 dapat menyelesaikan tugas makalah keperawatan bencana
“Perawatan psikososial dan spiritual pada korban bencana”.Kelompok menyadari bahwa
makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, kelompok mengharapkan kritik dan saran
yang bersifat membangun demi kemajuan dalam makalah kelompok kami ini.
Tak lupa pula kelompok mengucapkan terima kasih kepada Dosen Pembimbing
keperawatan bencana, yang telah memberi ilmu dan masukan kepada kami kelompok
dalam penyelesaian makalah ini dan pihak-pihak yang telah membantu dalam
menyelesaikan makalah ini. Semoga makalah ini dapat memberi manfaat dan
pengetahuan bagi kita semua.

Makassar, 15 September 2019

KELOMPOK 9
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pasca peristiwa terjadinya bahaya yang memicu bencana, terdapat kelompok


masyarakat yang selamat dan bertahan hidup. Namun, mereka harus merasakan
dampak tidak hanya pada segi fisik, tetapi mereka juga dapat menghadapi adanya
potensi dampak sosial, seperti stagnasi pertumbuhan ekonomi, melemahnya hubungan
sosial, meningkatnya angka kemiskinan, hilangnya mata pencaharian dan lainnya
(Olshansky and Chang, 2009). Bencana dapat menghancurkan sistem infrastruktur
fisik, sosial, dan ekonomi yang telah ada maupun yang telah diusulkan
sebelumnyayang telah diusulkan dalam rencana jangka panjangnya sebelumnya.

Berbagai bencana telah menimbulkan korban dalam jumlah yang besar. Banyak korban
yang selamat menderita sakit dan cacat. Rumah, tempat kerja, ternak, dan peralatan
menjadi rusak atau hancur. Korban juga mengalami dampak psikologis akibat
bencana, misalnya ketakutan, kecemasan akut, perasaan mati rasa secara emosional,
dan kesedihan yang mendalam. Bagi sebagian orang, dampak ini memudar dengan
berjalannya waktu. Tapi untuk banyak orang lain, bencana memberikan
dampakpsikologis jangka panjang, baik yang terlihat jelas misalnya
depresi , psikosomatis (keluhan fisik yang diakibatkan oleh masalah psikis) ataupun
yang tidak langsung : konflik, hingga perceraian.

Beberapa gejala gangguan psikologis merupakan respons langsung terhadap kejadian


traumatik dari bencana. Namun gejala-gejala yang lain juga akan menyusul, ini adalah
dampak tidak langsung dan bersifat jangka panjang yang dapat mengancam berbagai
golongan terutama kelompok yang rentan yaitu anak-anak, remaja, wanita dan lansia.

Dalam banyak kasus, jika tidak ada intervensi yang dirancang dengan baik,
banyak korban bencana akan mengalami depresi parah, gangguan kecemasan,
gangguan stress pasca-trauma, dan gangguan emosi lainnya. Bahkan lebih dari
dampak fisik dari bencana, dampak psikologis dapat menyebabkan
penderitaan lebih panjang, mereka akan kehilangan semangat hidup, kemampuan
social dan merusak nilai-nilai luhur yang mereka miliki.

Berdasarkan latar belakang tersebut, dalam makalah ini penulis akan membahas
mengenai askep psikososial pada korban bencana.

B. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian bencana?

2. Apa saja jenis-jenis bencana?

3. Apa saja tahap-tahap bencana?

4. Bagaimana dampak psikososial terhadap korban bencana?

5. Bagaimana asuhan keperawatan psikososial pada korban bencana?

C. Tujuan

1. Mengetahui pengertian bencana.

2. Mengetahui apa saja jenis-jenis bencana.

3. Mengetahui apa saja tahap-tahap bencana.

4. Mengetahui dampak psikososial terhadap korban bencana.

5. Mengetahui asuhan keperawatan psikososial pada korban bencana.


BAB II

PEMBAHASAN

A. Konsep Teori

1. Pengertian

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, bencana mempunyai arti sesuatu yang
menyebabkan atau menimbulkan kesusahan,kerugian atau penderitaan.

Sedangkan bencana alam artinya adalah bencana yang disebabkan oleh alam.
(Purwadarminta, 2006)

Menurut Undang-UndangNo.24Tahun2007,bencana adalah peristiwa atau rangkaian


peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat
yang disebabkan,baik oleh factor alam dan atau factor non alam maupun factor
manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan
lingkungan, kerugian harta benda,dan dampak psikologis.Bencana merupakan
pertemuan dari tiga unsur,yaitu ancaman bencana,kerentanan,dan kemampuan yang
dipicu oleh suatu kejadian.

Bencana alam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian
peristiwa yang disebabkan oleh gejala-gejala alam yang dapat mengakibatkan
kerusakan lingkungan, kerugian materi, maupun korban manusia (KamadhisUGM,
2007).

2. Jenis-JenisBencana Alam

Jenis-jenis bencana menurut Undang-Undang No.24 Tahun 2007, antara lain:

a. Bencana alam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau


serangkaian peristiwa yang disebabkan oleh alam antara lain berupa
gempa bumi,tsunami, gunung meletus, banjir,kekeringan,angin topan,dan
tanah longsor.
b. Bencana non alam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau
rangkaian peristiwa non alam yang antara lain berupa gagal
teknologi,gagal modernisasi, epidemi dan wabah penyakit.

c. Bencana social adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau


serangkaian peristiwa yang diakibatkan oleh manusia yang meliputi konflik
sosial antar kelompok atau antar komunitas masyarakat, dan teror (UU RI,
2007).

Bencana alam dibagi menjadi tiga jenis berdasarkan penyebabnya yaitu bencana
geologis, klimatologis dan ekstra-terestrial . Bencana alam geologis adalah bencana
alam yang disebabkan oleh gaya-gaya dari dalam bumi.Sedangkan bencana alam
klimatologis adalah bencana alam yang disebabkan oleh perubahan iklim,suhu atau
cuaca.Lain halnya dengan bencana alam ekstra-terestrial,yaitu bencana alam yang
disebabkan oleh gaya atau energy dari luar bumi,bencana alam geologis dan
klimatologis lebih sering berdampak terhadap manusia.

Menurut Badan Nasional Penanggulangan Bencana (2010), jenis-jenis bencana


antara lain:

1) Gempa Bumi merupakan peristiwa pelepasan energy yang menyebabkan


dislokasi (pergeseran) pada bagian dalam bumi secara tiba-tiba.
Mekanisme perusakan terjadi karena energy getaran gempa dirambatkan
keseluruh bagian bumi.Di permukaan bumi, getaran tersebut dapat
menyebabkan kerusakan dan runtuhnya bangunan sehingga dapat
menimbulkan korban jiwa.Getaran gempa juga dapat memicu terjadinya
tanah longsor, runtuhan batuan, dan kerusakan tanah lainnya yang
mmerusak permukiman penduduk. Gempa bumi juga menyebabkan
bencana ikutan berupa,kecelakaan industry dan transportasi serta banjir
akibat runtuhnya bendungan maupun tanggul penahan lainnya.

2) Tsunami diartikan sebagai gelombang laut dengan periode panjang yang


ditimbulkan oleh gangguan impulsif dari dasar laut.Gangguan impulsif
tersebut bisa berupa gempa bumi tektonik,erupsi vulkanik atau longsoran.
Kecepatan tsunami yang naik kedaratan (run-up) berkurang menjadi
sekitar25-100 Km/jam dan ketinggian air.

3) Letusan Gunung Berapi adalah merupakan bagian dari aktivitas vulkanik


yang dikenal dengan istilah"erupsi". Hampir semua kegiatan gunung api
berkaitan dengan zona kegempaan aktif sebab berhubungan dengan
batas lempeng.Pada batas lempeng inilah terjadi perubahan tekanan dan
suhu yang sangat tinggi sehingga mampu melelehkan material sekitarnya
yang merupakan cairan pijar (magma).Magma akan mengintrusi batuan
atau tanah disekitarnya melalui rekahan-rekahan mendekati permukaan
bumi.Setiap gunung api memiliki karakteristik tersendiri jika ditinjau dari
jenis muntahan atau produk yang dihasilkannya.Akan tetapi apapun jenis
produk tersebutm kegiatan letusan gunung api tetap membawa bencana
bagi kehidupan. Bahaya letusan gunung api memiliki resiko merusak dan
mematikan.

4) Tanah Longsor merupakan salah satu jenis gerakan massa tanah atau
batuan, ataupun percampuran keduanya,menuruni atau keluar lereng
akibat dari terganggunya kestabilan tanah atau batuan penyusun lereng
tersebut. Tanah longsor terjadi karena ada gangguan kestabilan pada
tanah/batuan penyusun lereng.

5) Banjir dimana suatu daerah dalam keadaan tergenang oleh air dalam
jumlah yang begitu besar.Sedangkan banjir bandang adalah banjir yang
dating secara tiba-tiba yang disebabkan oleh karena tersumbatnya sungai
maupun karena pengundulan hutan disepanjang sungai sehingga
merusak rumah-rumah penduduk maupun menimbulkan korban jiwa.

6) Kekeringan adalah hubungan antara ketersediaan air yang jauh


dibawah kebutuhan air baik untuk kebutuhan hidup,pertanian,kegiatan
ekonomi dan lingkungan.
7) Angin Topan adalah pusaran angina kencang dengan kecepatan
angin120km/jam atau lebih yang sering terjadi diwilayah tropis diantara
garis

8) balik utara dan selatan,kecuali didaerah-daerah yang sangat berdekatan


dengan khatulistiwa. Angin topan disebabkan oleh perbedaan tekanan
dalam suatu system cuaca.Angin paling kencang yang terjadi didaerah
tropis ini umumnya berpusar dengan radius ratusan kilometer disekitar
daerah system tekanan rendah yang ekstrem dengan kecepatan sekitar
20 Km/jam. Di Indonesia dikenal dengan sebutan angin badai.

9) Gelombang Pasang adalah gelombang air laut yang melebihi batas


normal dan dapat menimbulkan bahaya baik dilautan, maupun didarat
terutama daerah pinggir pantai.Umumnya gelombang pasang terjadi
karena adanya angina kencang atau topan, perubahan cuaca yang sangat
cepat, dan karena ada pengaruh dari gravitasi bulan maupun
matahari.Kecepatan gelombang pasang sekitar10-100 Km/jam.
Gelombang pasang sangat berbahaya bagi kapal-kapal yang sedang
berlayar pada suatu wilayah yang dapat menenggelamkan kapal-kapal
tersebut. Jika terjadi gelombang pasang di laut akan menyebabkan
tersapunya daerah pinggir pantai atau disebut dengan abrasi.

10) Kebakaran adalah situasi dimana suatu tempat atau lahan atau bangunan
dilanda api serta hasilnya menimbulkan kerugian.Sedangkan lahan dan
hutan adalah Keadaan dimana lahan dan hutan dilanda api sehingga
mengakibatkan kerusakan lahan dan hutan serta hasil-hasilnya dan
menimbulkan kerugian.

11) Aksi Teror atau Sabotase adalah semua tindakan yang menyebabkan
keresahan masyarakat,kerusakanbangunan,danmengancam
ataumembahayakanjiwa seseorang atau banyak orang oleh seseorang
atau golongan tertentuyang tidak bertanggung jawab.Aksiteror atau
sabotase biasanyadilakukan dengan berbagai alasan dan berbagai jenis
tindakan seperti pemboman suatu bangunan/tempat tertentu,penyerbuan
tiba-tiba suatu wilayah,tempat,dan sebagainya. Aksiteror atau sabotase
sangat sulit dideteksi atau diselidiki oleh pihak berwenang karena
direncanakan seseorang atau golongan secara diam-diam dan rahasia.

12) Kerusuhan atau Konflik Sosial adalah suatu kondisi dimana terjadi huru-
hara atau kerusuhan atau perang atau keadaan yang tidak aman disuatu
daerah tertentu. Yang melibatkan lapisan masyarakat, golongan, suku,
ataupun organisas itertentu.

13) Epidemi,Wabah dan Kejadian Luar Biasa merupakan ancaman yang


diakibatkan oleh menyebarnya penyakit menular yang berjangkit disuatu
daerah tertentu. Pada skala besar,epidemic atau wabah atau Kejadian
Luar Biasa(KLB)dapat mengakibatkan meningkatnya jumlah penderita
penyakit dan korban jiwa.Beberapa wabah penyakit yang pernah terjadi di
Indonesia dan sampai sekarang masih harus terus diwaspadai antara lain
demam berdarah, malaria, fluburung, anthraks, busung lapar.

3. Strategi Penanggulangan Bencana

a. Mengintegrasikan mitigasi bencana dalam program pembangunan yang lebih


besar.

b. Pemilihan upaya mitigasi harus didasarkan atas biaya dan manfaat.

c. Agar diterima masyarakat, mitigasi harus menunjukkan hasil yang segera


tampak.
d. Upaya mitigasi harus dimulai dari yang mudah dilaksanakan segera setelah
bencana terjadi.

e. Mitigasi dilakukan dengan cara meningkatkan kemampuan lokal dalam


manajemen dan perencanaan.

4. Tahap Penanggulangan Bencana

Badan Penanggulangan Bencana dan Daerah yang selanjutnya disebut BPBD adalah
merupakan unsur pendukung dan pelaksana tugas dalam penyelenggaraan
pemerintahan dibidang penanggulangan bencana dan perlindungan masyarakat
terhadap bencana alam,non alam dan sosial. Penanggulanganbencanaadalah
segalaupayakegiatan yangdilakukan meliputi kegiatan pencegahan, penjinakan
(mitigasi), penyelamatan, rehabilitasi dan rekonstruksi,baik sebelum bencana,pada saat
terjadinya bencana maupun setelah bencana dan menghindarkan dari bencana yang
terjadi

Upaya penanggulangan dampak bencana dilakukan melalui pelaksanaan tanggap


darurat dan pemulihan kondisi masyarakat diwilayah bencana. Upaya penanggulangan
dampak bencana tersebut dilakukan secara sistematis,menyeluruh

Upaya penanggulangan dan pemulihan tersebut dilakukan dengan pendekatan secara


utuh dan terpadu melalui tiga tahapan, yaitu tanggap darurat, rehabilitasi dan
rekonstruksi dalam pelaksanaan penanggulangan dampak bencana, yaitu terdiri dari
pra bencana, bencana dan pasca bencana.

a. Pra bencana

1) Mitigasi Bencana

Penanggulangan bencana alam bertujuan untuk melindungi masyarakat dari bencana


dan dampak yang ditimbulkannya. Karena itu,dalam penanggulangannya harus
memperhatikan prinsip-prinsip penanggulangan bencana alam. Dalam Undang-Undang
Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan
Bencana disebutkan sejumlah prinsippenanggulangan yaitu:

a) Cepat dan Tepat

Yang dimaksud dengan prinsip cepat dan tepat adalah bahwa dalam penanggulangan
bencana harus dilaksanakan secara cepatdan tepat sesuai dengan tuntutan
keadaan.Keterlambatan dalam penanggulangan akan berdampak pada tingginya
kerugian material maupun korban jiwa.

b) Prioritas

Yang dimaksud dengan prinsip prioritas adalah bahwa apabila terjadi bencana,
kegiatan penanggulangan harus mendapa tprioritas dan diutamakan pada kegiatan
penyelamatan jiwa manusia.

c) KoordinasidanKeterpaduan

Yang dimaksud dengan prinsip koordinasi adalah bahwa penanggulangan


bencana didasarkan pada koordinasi yang baik dan saling mendukung. Yang dimaksud
dengan prinsip keterpaduan adalah bahwa penanggulangan bencana dilakukan oleh
berbagai sector secara terpadu yang didasarkan pada kerja sama yang baik dan
saling mendukung.

d) Berdaya Guna dan Berhasil Guna

Yang dimaksud dengan prinsip berdayaguna adalah bahwa dalam mengatasi kesulitan
masyarakat dilakukan dengan tidak membuang waktu,tenaga, dan biaya yang
berlebihan. Yang dimaksud dengan prinsip berhasil guna adalah bahwa kegiatan
penanggulangan bencana harus berhasil guna, khususnya dalam mengatasi kesulitan
masyarakat dengan tidak membuang waktu, tenaga, dan biaya yang berlebihan.

e) Transparansi dan Akuntabilitas

Yang dimaksud dengan prinsip transparansi adalah bahwa penanggulangan bencana


dilakukan secara terbuka dan dapat dipertanggungjawabkan. Yang dimaksud dengan
prinsip akuntabilitas adalah bahwa penanggulangan bencana dilakukan secara terbuka
dan dapat dipertanggung jawabkan secara etik dan hukum. Kemitraan Penanggulangan
tidak bisa hanya mengandalkan pemerintah.Kemitraan dalam penanggulangan
bencana dilakukan antara pemerintah dengan masyarakat luas termasuk Lembaga
SwadayaMasyarakat(LSM)maupun dengan organisasi- organisasi kemasyarakatan
lainnya.Bahkan, kemitraan juga dilakukan dengan organisasi atau lembaga di luar
negeri termasuk dengan pemerintahannya

f) Pemberdayaan

Pemberdayaan berarti upaya meningkatkan kemampuan masyarakat untuk


mengetahui, memahami dan melakukan langkah-langkah antisipasi, penyelamatan dan
pemulihan bencana.Negara memiliki kewajiban untuk memberdayakan masyarakat
agar mengurangi dampak dari bencana.

g) Non Diskriminatif

Yang dimaksud dengan prinsip non diskriminatif adalah bahwa Negara dalam
penanggulangan bencana tidak memberi perlakuan yang berbeda terhadap jenis
kelamin, suku, agama, ras dan aliran politik apapun.

h) Non Proletisi

Yang dimaksud dengan prinsip proletisi adalah bahwa dilarang menyebarkan agama
atau keyakinan pada saat keadaan darurat bencana,terutama melalui pemberian
bantuan dan pelayanan darurat bencana.

2) Kesiapsiagaan

MenurutUndang-Undang RINo.24 Tahun2007, kesiapsiagaan adalah serangkaian


kegiatan yang dilakukan untuk mengantisipasi bencana melalui pengorganisasian serta
melalui langkah yang tepat guna dan berdaya guna (PresidenRepublikIndonesia,
2007). Adapun kegiatan kesiapsiagaan secara umum adalah :(1)kemampuan menilai
resiko; (2) perencanaan siaga;(3)mobilisasi sumberdaya;(4)pendidikan dan
pelatihan;(5) koordinasi;(6) mekanisme respon;(7) manajemen informasi; (8) gladi
atausimulasi.

Kesiapsiagaan adalah upaya yang dilaksanakan untuk mengantisipasi kemungkinan


terjadinya bencana guna menghindari jatuhnya korban jiwa,kerugian harta benda, dan
berubahnya tata kehidupan masyarakat.Sebaiknya suatu kabupaten kota melakukan
kesiapsiagaan.Kesiapsiagaan menghadapi bencana adalah suatu kondisi suatu
masyarakat yang baik secara invidu maupun kelompok yang memiliki kemampuan
secara fisik dan psikis dalam menghadapi bencana. Kesiapsiagaan merupakan bagian
yang tak terpisahkan dari manajemen bencana secara terpadu. Kesiapsiagaan adalah
bentuk apabila suatu saat terjadi bencana dan apabila bencana masih lama akan
terjadi,maka cara yang terbaik adalah menghindari resiko yang akan terjadi,tempat
tinggal, seperti jauh dari jangkauan banjir. Kesiapsiagaan adalah setiap aktivitas
sebelum terjadinya bencanayang bertujuan untuk mengembangkan kapasitas
operasional dan memfasilitasi respon yang efektif ketika suatu bencana

terjadi. Perubahan paradigma penanggulangan bencana yaitu tidak lagi memandang


penanggulangan bencana merupakan aksi pada saat situasi tanggap darurat tetapi
penanggulangan bencana lebih diprioritaskan pada fasepra bencana yang bertujuan
untuk mengurangi resiko bencana sehingga semua kegiatan yang berada dalam
lingkup prabencana lebih diutamakan.

Sesuai dengan yang disampaikan oleh Priyanto (2006) bahwa pada masyarakat
yang berpendidikan tinggi lebih mampu dalam mengurang irisiko, meningkatkan
kemampuan dan menurunkan dampak terhadap kesehatan sehingga akan
berpartisipasi baik sebagai individu atau masyarakat dalam menyiapkan diri.

b) bencana

1) Tahap Tanggap Darurat

Tahap ini telah selesai dilaksanakan oleh Pemerintah melalui BNPB,BPBD serta LSM
dan masyarakat baik local maupun internasional juga beberapa instansi terkait dipusat.
Tahap ini bertujuan membantu masyarakat yang terkena bencana langsung untuk
segera dipenuhi kebutuhan dasarnyayang paling minimal. Sasaran utama dari tahap
tanggap darura tini adalah penyelamatan dan pertolongan kemanusiaan. Dalam tahap
tanggap darurat ini,diupayakan pula penyelesaian tempat penampungan sementara
yang layak, serta pengaturan dan pembagian logistic yang cepat dantepat sasaran
kepada seluruh korban bencana.
Pada tahap tanggap darurat,hal yang paling pokok yang sebaiknya dilakukan adalah
penyelamatan korban bencana.Inilah sasaran utama dari tahapan tanggap
darurat.Selain itu, tanggap darurat bertujuan membantu masyarakat yang terkena
bencana langsung untuk segera dipenuhi kebutuhan dasarnya yang paling minimal.

Para korban juga perlu dibawa ketempat sementara yang dianggap aman
danditampung ditempat penampungan sementara yang layak.Pada tahap ini dilakukan
pula pengaturan dan pembagian logistik atau bahan makanan yang cepat dan tepat
sasaran kepada seluruh korban bencana.Secara operasional,pada tahap tanggap
darurat ini diarahkan pada kegiatan:

 Penanganan korban bencana termasuk mengubur korban meninggal dan


menangani korban yangluka-luka

 Penanganan pengungsi

 Pemberian bantuan darurat

 Pelayanan kesehatan, sanitasi dan air bersih

 Penyiapan penampungan sementara

 Pembangunan fasilitassosial dan fasilitas umum sementara serta


memperbaiki sarana dan prasarana dasar agar mampu memberikan
pelayanan yang memadai untuk para korban.

c) Pasca bencana

1) Tahap Rehabilitasi

Tahap ini bertujuan mengembalikan dan memulihkan fungsi bangunan dan infrastruktur
yang mendesak dilakukan untuk menindaklanjuti tahap tanggap darurat, seperti
rehabilitasi bangunan ibadah,bangunansekolah,infrastruktur social dasar, serta
prasarana dan sarana perekonomian yang sangat diperlukan.Sasaran utama dari tahap
rehabilitasi ini adalah untuk memperbaiki pelayanan public hingga pada tingkat yang
memadai.Dalam tahap rehabilitas iini,juga diupayakan penyelesaian berbagai
permasalahan yang terkait dengan aspek psikologis melalui penanganan trauma
korban bencana.

2) Tahap Rekonstruksi

Tahap ini bertujuan membangun kembali daerah bencana dengan melibatkan semua
masyarakat,perwakilan lembaga swadaya masyarakat,dan dunia usaha.Pembangunan
prasarana dan sarana haruslah dimulai dari sejak selesainya penyesuaian
tataruang(apabiladiperlukan)ditingkat kabupaten terutama diwilayah rawan gempa
(daerah patahan aktif).Sasaran utama dari tahap ini adalah terbangunnya kembali
masyarakat dan kawasan wilayah bencana. Selain upaya yang bersifat preventif, perlu
juga ada upaya-upaya yang sifatnya represif. Tentunya upaya-upaya tersebut harus
dikoordinasikan secara baik dengan pemerintah. Beberapa contoh upaya-upaya
tersebut adalah:

 Melaksanakantindakandaruratdenganmengutamakankeselamatan
manusiadan harta bendanya

 Segera membentuk posko-posko penanggulangan bencana, regu


penyelamat, dapur umum, dan lain-lain

 Melakukan pendataan terhadap faktor penyebab timbulnya


bencana alam maupun besarnya kemungkinan korban yang
diderita untuk bahan tindakan selanjutnya serta berkoordinasi
dengan instansi-instansiterkait.

 Sesuai dengan situasi dan perkembangan bencana alam serta


kemajuan yang dicapaidari upaya-upaya penanggulangan
darurat,segera menetapkan program rehabilitasi baik bidang fisik,
sosial,dan ekonomi.

Perlunya melaksanakan sebuah program pemantapan terhadap semua faktor


kehidupan yang realisasinya dikaitkan dengan pelaksanaan pembangunan demi
terwujudnya konsolidasi dan normalisasi secara penuh.
5. Dampak bencana pada aspek psikososial

Psikososial merupakan salah satu istilah yang merujuk pada perkembangan psikologi
manusia dan interaksinya dengan lingkungan sosial. Hal ini terjadi karena tidak semua
individu mampu berinteraksi atau sepenuhnya menerima lingkungan sosial dengan
baik. (http: //wikipedia.org/wiki.psychocial) psikososial adalah suatu kondisi yang terjadi
pada individu yang mencakup psikis dan sosial atau sebaliknya secara terintegrasi.
Aspek kejiwaan berasal dari diri kita, sedangkan aspek sosial berasal dari luar, dan
kedua aspek ini saling berpengaruh kala mengalami masa pertumbuhan dan
perkembangan.

Definisi lain menyebutkan bahwa aspek psikososial merupakan aspek hubungan yang
dinamis antara dimensi psikologis/kejiwaan dan sosial. Penderitaan dan luka psikologis
yang dialami individu memiliki kaitan erat dengan keadaaan sekitar atau kondisi sosial.
Pemulihan psikososial bagi individu maupun kelompok masyarakat di tujukan untuk
merah kembali fungsi normalnya sehingga tetap menjadi produktiv dan menjalani hidup
yang bermakna setelah perstiwa yang traumatik (Iskandar, Dharmawan & Tim
Pulih,2005). Dengan demikian dampak psikososial adalah suatu perubahan psikis dan
sosial yang terjadi setelah adanya bencana atau peristiwa traumatik misalnya tsunami,
banjir, tanah longsor atau seperti luapan lumpur lapindo.

Respon individu pada trauma bervariasi tergantung dari persepsi dan kestabilan emosi
yang dimilikinya. Menurut Keliat, dkk (2005), ada 3 tahapan reaksi emosi yang dapat
terjadi setelah bencana, yaitu : pertama, reaksi individu segera (24 jam) setelah
bencana dengan reaksi yang diperlihatkan : tegang, cemas dan panik; terpaku, linglung,
syok, tidak percaya; gembira atau euphoria, tidak terlalu merasa menderita; lelah;
binggung; gelisah; menangis dan menarik diri;merasa bersalah. Reaksi ini termasuk
reaksi normal terhadap situasi yang abnormal yang memerluka upaya pencegahan
primer.

Adapun yang kedua adalah minggu pertama sampai dengan minggu ketiga setelah
bencana. Reaksi yang diperlihatkan antara lain: ketakutan, waspada, sensitiv,mudah
marah, kesulitan tidur, khawatir, sangat sedih; mengulang ngulang kembali (flasback)
kejadian ; bersedih. Reaksi positif yang masih dimiliki yaitu : berharap dan berpikir
tentang masa depan, terlibat dalan kegiatan menolong dan menyelamatkan ; menerima
bencana sebagai takdir. Kondisi ini masih termasuk respon normal yang membutuhkan
tindakan pikososial minimal, terutama untuk respon yang maladaptif

Sedangkan reaksi yang ketiga adalah lebih dari minggu ketiga setelah bencana dengan
reaksi yang diperlihatkan dapat menetap. Manifestasi diri yang ditampilkan yaitu:
kelelahan, merasa panik, kesedihan terus berlanjut, pesimis dan berpikir tidak realistis,
tidak beraktivitas, isolasi dan menarik diri, kecemasan yang dimanifestasikan dengan
palpitasi, pusing, letih, mual, sakit kepala, dan lain-lain. Kondisi ini merupakan
akumulasi respon yang menimbulkan masalah psikososial.

Masalah psikososial adalah setiap perubahan dalam kehidupan individu baik yang
bersifat psikologis ataupun sosial yang mempunyai pengaruh timbal balik dan dianggap
berpotensi cukup besar sebagai penyebab terjadinya gangguan jiwa (ganggauan
kesehatan) secara nyata atau sebaliknya masalah kesehatan jiwa yang berdampak
pada lingkungan sosial. Ciri-ciri masalah psikososial antara lain: a) cemas, khawatir
berlebihan, takut, b) mudah tersinggung, c) sulit konsentrasi, d) bersifat ragu-
ragu/merasa rendah diri, e) merasa kecewa, f) pemarah dan agresif, g) reaksi fisik
seperti: jantung berdebar, otot tegang, sakit kepala (CMHN, 2005).

Danvers, dkk (2006) dalam penelitiannya tentang reaksi psikososial paska bencana
tsunami dan bencana Tamil Eelam di Sri Lanka menemukan 19 reaksi psikososial yaitu:
1) pada tahap awal timbul ketakutan akan laut dan mimpi-mimpi buruk, 2) tidak percaya
pada laut, mereka menjadi takut unutk kembali tinggal di pesisir pantai, 3) timbulnya
perasaan bersalah, 4) banyak orang yang mengalami reaksi stress akut, perasaan
berduka, bingung dan sangat emosional.

Reaksi tersebut bersifat temporal, 5) tingkat kehilangan nyawa yang tinggi, sehingga
seluruh masyarakat menderita bersama-sama, dan masalah psikososial utama yang
teridentifikasi adalah reaksi kesedihan, umumnya diperberat oleh rasa bersalah,
kemarahan, dan permusuhan serta gagasan untuk bunuh diri, 6) keadaan ekonomi
berubah secara besar-besaran akibat bencana. Bahkan ada kasus buhuh diri karena
kehilangan harta benda, 7) sistem pendukung umum telah hancur, semua anggota
masyarakat mengalami bencana, individu tidak menerima bantuan dari masyarakat.
Struktur desa dan masyarakat telah hancur, orang-orang berpindah pada keadaan dan
situasi yang berbeda, baik dari segi lingkungan maupun sosial, 8) belum adanya
persiapan diri dan skala kerusakan akibat tsunami telah menambah kesusahan
masyarakat. Sepertinya mereka tidak mampu untuk menghadapi tekanan/stress untuk
waktu yang lama, 9) orang-orang yang terkena bencana harus berurusan dengan stress
praktis. Stress praktis tersebut misalnya sistem registrasi yang rumit, berusaha untuk
menyatukan kembali anggota keluarga yang masih ada, tidak meratanya pembagian
distribusi dan pertolongan, harus tinggal di pusat-pusat penampungan dan di tempat
penampungan sementara, 10) keluarga yang terpisah setelah bencana terdapat di
tempat penampungan yang berbeda.

Emosi dan pertanyaan yang tak terjawab mengenai keadaan kerabatnya, khusus tubuh
yang tidak diketemukan atau hanya teridentifikasi secara umum/tidak spesifik dan
berbagai hal yang berhubungan dengan keadaan duka cita, 11) kurangnya kesempatan
untuk melaksanakan ritual pemakaman. Hal ini berhubungan dengan pemakaman
dilakukan secara massal karena banyak mayat yang tidak teridentifikasi dengan baik,
12) ekspresi marah adalah reaksi yang paling umum mereka juga saling menyalahkan
karena kematian anggota keluarganya marah pada diri sendiri dan merasa bersalah.

Kemarahan juga ditujukan kepada pihak lain seperti kepada kelompok distribusi
bantuan dari pemerintah 13) ada masyarakat yang memandang secara magis tentang
penyebab terjadinya bencana dan berusaha dengan cara cara tertentu untuk selamat
dari bencana, 14) kurangnya koordinasi antara organisasi dan agensi yang
menyebabkan banyaknya bantuan yang tidak tersalurkan kepada yang membutuhkan.
Khususnya pada proses pemulihan bagi yang mengalami reaksi psiukologis yang berat
sehingga penderitaan para korbnan semakin parah, 15) kurangnya sikap peka dan
simpatik pemerintah terhadap para korban. Demikian juga dengan campur tangan
politik yang mengejar keuntungan sendiri menyebabkan sulit terpenuhinya kebutuhan
para korban, 16) nbanyak korban yang mempunyai riwayat kerugian dimasa lalu yang
dapat membangkitkan kenangan dan reaksi emosi mereka karena bencana sekarang.
Dengan begitu, semakin sulit bagin individu untuk menghadapinya, 17) banyak para
duda yang kesulitan untuk mengurus anak kecil terutama bayi. Mereka mengkonsumsi
alcohol dalam menghadapi masalahnya, 18) salah satu kelompok yang mempunyai
kebutuhan pling spesifik yakni para remaja, khususnya yang kehilangan orang tua.

Mereka terlihat dipusat-pusat pemodokan, menarik diri dan marah. Jika program
spesifik tidak dilakukan dengan pada kelompok itu, akan timbul resiko perkembangan
personalitas yang menyimpang seperti tindakan antisocial, pengeksploitasian oleh
pihak pihak tertentu yang tidak bertanggung jawab, 19) ada semangat dan antusiasme
yang tinggi darinbeberapa kelompok untuk melakukan aktivitas psikososial, meskipun
tidak semua kelompok ini dibedakan dengan kompetensi yang cukup untuk melakukan
intervensi psikososial.

Teori psikososial dari Ericson (1955, dalam Frisch dan Vrisch, 2006) menjelaskan
masalah perkembangan p[sikososial berbeda dalam delapan tahapan. Setiap tahap
akan terjadi konflik psikososial berdasarkan usia. Peneliti hanya menjelaskan
perkembangan psikososial yang terkait dengan subyek poenelitian yaitu usia 20 tahun
keatas. Pada usia ini tahap perkembangannya adalah tahap keintiman persus
pengasingan ( Intimaci versus Isolation). Perkembangan tahap ini terjadi antara usia 18
sampai 25/30 tahun, dimana individu mampu berintraksi akrab dengan orang lain
terutama lawan jenis dan memilikipekerjaan. Kegagalan tahap ini membuat individu
menjauh pergaulan, merasa kesepian dan menyendiri. Adanya bencana dapat
menimbulkkan masa ini tidak dapat dilampaui dengan baik. Mereka cenbderung lebih
memikirkan pemenuhan kebutuhan hidup dan harapan masing-masing.

Tahap selanjutnya adalah tahap perluasan persus stagnasi ( Generativity versus


Stagnation) . Perluasan yang dimaksud dalam tahap ini adalah [perluasan perhatian
dan kepedulian terhadap orang lain. Masa ini terjadi pada usia pertengahan antara 21
sampai 45 / 50 tahun. Perkembangan yang baik pada periode ini meemuncuklkan
semangat untuk (caring) kepada orang lain melebihi kebutuhan untuk kepentingan
pribadinya. Termasuk perhatian dan kepeduliannya terhadap koluarga dan anak-
anaknya. Adanya gangguan pada masa ini dapat menimbulkan stagnasi, yaitu
ketidakpedulian atau pengabaian kepada orang lain termasuk keluarga. Mereka hanya
memikirkan kepentingan dirinya sendiri.
Akhir tahapo perkembangan psikososial menurut Ericson adalah tahap integritas diri
versus putus asa (Ego Integrity versus despaired) . Perkembangan periode ini dapat
dimulai pada usia45 / 60 tahun ketika mulai meninggalkan aktivitas –aktivitas
dimasyarakat. Perkembangan psikososial yang baik pada masa ini diwujudkan dengan
adanya integritas yang bai, lebih matang, dan tidak takut mati karena telah mel;alui
kehidupan dengan baik. Namun bila hidup yang dilalui toidak semstinya , maka akan
muncul perasaan putus asa, penyesalan dan ‘’marah’’ dengan dirinya sendiri karena
merasa gagal menjalani hidup .
DAFTAR PUSTAKA

Jerome R. Ravertz, 2007, Filsafat Ilmu Pengetahuan Alam (sejarah dan ruang lingkup
bahasan), Pustaka Pelajar : Yogyakarta.

Mustamir, Rizal. Munir, Misnal, 2007, Ilmu Pengetahuan Alam, Pustaka Pelajar :
Yogyakarta

Tim Dosen, 1996, Ilmu Pengetahuan , Liberty Yogyakarta : Yogyakarta.

http://id.wikipedia.org/wiki/banjir

Rahman, Dhohir Taufik dan Tarsisius, 2000, Indonesia Negara Bencana,Jakarta :


Yudhistira

Anda mungkin juga menyukai