Rna, Tugas Kep - Bencana
Rna, Tugas Kep - Bencana
Di susun :
KELOMPOK 9
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, karena atas perkenaan-Nyalah
sehingga kami kelompok 9 dapat menyelesaikan tugas makalah keperawatan bencana
“Perawatan psikososial dan spiritual pada korban bencana”.Kelompok menyadari bahwa
makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, kelompok mengharapkan kritik dan saran
yang bersifat membangun demi kemajuan dalam makalah kelompok kami ini.
Tak lupa pula kelompok mengucapkan terima kasih kepada Dosen Pembimbing
keperawatan bencana, yang telah memberi ilmu dan masukan kepada kami kelompok
dalam penyelesaian makalah ini dan pihak-pihak yang telah membantu dalam
menyelesaikan makalah ini. Semoga makalah ini dapat memberi manfaat dan
pengetahuan bagi kita semua.
KELOMPOK 9
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Berbagai bencana telah menimbulkan korban dalam jumlah yang besar. Banyak korban
yang selamat menderita sakit dan cacat. Rumah, tempat kerja, ternak, dan peralatan
menjadi rusak atau hancur. Korban juga mengalami dampak psikologis akibat
bencana, misalnya ketakutan, kecemasan akut, perasaan mati rasa secara emosional,
dan kesedihan yang mendalam. Bagi sebagian orang, dampak ini memudar dengan
berjalannya waktu. Tapi untuk banyak orang lain, bencana memberikan
dampakpsikologis jangka panjang, baik yang terlihat jelas misalnya
depresi , psikosomatis (keluhan fisik yang diakibatkan oleh masalah psikis) ataupun
yang tidak langsung : konflik, hingga perceraian.
Dalam banyak kasus, jika tidak ada intervensi yang dirancang dengan baik,
banyak korban bencana akan mengalami depresi parah, gangguan kecemasan,
gangguan stress pasca-trauma, dan gangguan emosi lainnya. Bahkan lebih dari
dampak fisik dari bencana, dampak psikologis dapat menyebabkan
penderitaan lebih panjang, mereka akan kehilangan semangat hidup, kemampuan
social dan merusak nilai-nilai luhur yang mereka miliki.
Berdasarkan latar belakang tersebut, dalam makalah ini penulis akan membahas
mengenai askep psikososial pada korban bencana.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
PEMBAHASAN
A. Konsep Teori
1. Pengertian
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, bencana mempunyai arti sesuatu yang
menyebabkan atau menimbulkan kesusahan,kerugian atau penderitaan.
Sedangkan bencana alam artinya adalah bencana yang disebabkan oleh alam.
(Purwadarminta, 2006)
Bencana alam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian
peristiwa yang disebabkan oleh gejala-gejala alam yang dapat mengakibatkan
kerusakan lingkungan, kerugian materi, maupun korban manusia (KamadhisUGM,
2007).
2. Jenis-JenisBencana Alam
Bencana alam dibagi menjadi tiga jenis berdasarkan penyebabnya yaitu bencana
geologis, klimatologis dan ekstra-terestrial . Bencana alam geologis adalah bencana
alam yang disebabkan oleh gaya-gaya dari dalam bumi.Sedangkan bencana alam
klimatologis adalah bencana alam yang disebabkan oleh perubahan iklim,suhu atau
cuaca.Lain halnya dengan bencana alam ekstra-terestrial,yaitu bencana alam yang
disebabkan oleh gaya atau energy dari luar bumi,bencana alam geologis dan
klimatologis lebih sering berdampak terhadap manusia.
4) Tanah Longsor merupakan salah satu jenis gerakan massa tanah atau
batuan, ataupun percampuran keduanya,menuruni atau keluar lereng
akibat dari terganggunya kestabilan tanah atau batuan penyusun lereng
tersebut. Tanah longsor terjadi karena ada gangguan kestabilan pada
tanah/batuan penyusun lereng.
5) Banjir dimana suatu daerah dalam keadaan tergenang oleh air dalam
jumlah yang begitu besar.Sedangkan banjir bandang adalah banjir yang
dating secara tiba-tiba yang disebabkan oleh karena tersumbatnya sungai
maupun karena pengundulan hutan disepanjang sungai sehingga
merusak rumah-rumah penduduk maupun menimbulkan korban jiwa.
10) Kebakaran adalah situasi dimana suatu tempat atau lahan atau bangunan
dilanda api serta hasilnya menimbulkan kerugian.Sedangkan lahan dan
hutan adalah Keadaan dimana lahan dan hutan dilanda api sehingga
mengakibatkan kerusakan lahan dan hutan serta hasil-hasilnya dan
menimbulkan kerugian.
11) Aksi Teror atau Sabotase adalah semua tindakan yang menyebabkan
keresahan masyarakat,kerusakanbangunan,danmengancam
ataumembahayakanjiwa seseorang atau banyak orang oleh seseorang
atau golongan tertentuyang tidak bertanggung jawab.Aksiteror atau
sabotase biasanyadilakukan dengan berbagai alasan dan berbagai jenis
tindakan seperti pemboman suatu bangunan/tempat tertentu,penyerbuan
tiba-tiba suatu wilayah,tempat,dan sebagainya. Aksiteror atau sabotase
sangat sulit dideteksi atau diselidiki oleh pihak berwenang karena
direncanakan seseorang atau golongan secara diam-diam dan rahasia.
12) Kerusuhan atau Konflik Sosial adalah suatu kondisi dimana terjadi huru-
hara atau kerusuhan atau perang atau keadaan yang tidak aman disuatu
daerah tertentu. Yang melibatkan lapisan masyarakat, golongan, suku,
ataupun organisas itertentu.
Badan Penanggulangan Bencana dan Daerah yang selanjutnya disebut BPBD adalah
merupakan unsur pendukung dan pelaksana tugas dalam penyelenggaraan
pemerintahan dibidang penanggulangan bencana dan perlindungan masyarakat
terhadap bencana alam,non alam dan sosial. Penanggulanganbencanaadalah
segalaupayakegiatan yangdilakukan meliputi kegiatan pencegahan, penjinakan
(mitigasi), penyelamatan, rehabilitasi dan rekonstruksi,baik sebelum bencana,pada saat
terjadinya bencana maupun setelah bencana dan menghindarkan dari bencana yang
terjadi
a. Pra bencana
1) Mitigasi Bencana
Yang dimaksud dengan prinsip cepat dan tepat adalah bahwa dalam penanggulangan
bencana harus dilaksanakan secara cepatdan tepat sesuai dengan tuntutan
keadaan.Keterlambatan dalam penanggulangan akan berdampak pada tingginya
kerugian material maupun korban jiwa.
b) Prioritas
Yang dimaksud dengan prinsip prioritas adalah bahwa apabila terjadi bencana,
kegiatan penanggulangan harus mendapa tprioritas dan diutamakan pada kegiatan
penyelamatan jiwa manusia.
c) KoordinasidanKeterpaduan
Yang dimaksud dengan prinsip berdayaguna adalah bahwa dalam mengatasi kesulitan
masyarakat dilakukan dengan tidak membuang waktu,tenaga, dan biaya yang
berlebihan. Yang dimaksud dengan prinsip berhasil guna adalah bahwa kegiatan
penanggulangan bencana harus berhasil guna, khususnya dalam mengatasi kesulitan
masyarakat dengan tidak membuang waktu, tenaga, dan biaya yang berlebihan.
f) Pemberdayaan
g) Non Diskriminatif
Yang dimaksud dengan prinsip non diskriminatif adalah bahwa Negara dalam
penanggulangan bencana tidak memberi perlakuan yang berbeda terhadap jenis
kelamin, suku, agama, ras dan aliran politik apapun.
h) Non Proletisi
Yang dimaksud dengan prinsip proletisi adalah bahwa dilarang menyebarkan agama
atau keyakinan pada saat keadaan darurat bencana,terutama melalui pemberian
bantuan dan pelayanan darurat bencana.
2) Kesiapsiagaan
Sesuai dengan yang disampaikan oleh Priyanto (2006) bahwa pada masyarakat
yang berpendidikan tinggi lebih mampu dalam mengurang irisiko, meningkatkan
kemampuan dan menurunkan dampak terhadap kesehatan sehingga akan
berpartisipasi baik sebagai individu atau masyarakat dalam menyiapkan diri.
b) bencana
Tahap ini telah selesai dilaksanakan oleh Pemerintah melalui BNPB,BPBD serta LSM
dan masyarakat baik local maupun internasional juga beberapa instansi terkait dipusat.
Tahap ini bertujuan membantu masyarakat yang terkena bencana langsung untuk
segera dipenuhi kebutuhan dasarnyayang paling minimal. Sasaran utama dari tahap
tanggap darura tini adalah penyelamatan dan pertolongan kemanusiaan. Dalam tahap
tanggap darurat ini,diupayakan pula penyelesaian tempat penampungan sementara
yang layak, serta pengaturan dan pembagian logistic yang cepat dantepat sasaran
kepada seluruh korban bencana.
Pada tahap tanggap darurat,hal yang paling pokok yang sebaiknya dilakukan adalah
penyelamatan korban bencana.Inilah sasaran utama dari tahapan tanggap
darurat.Selain itu, tanggap darurat bertujuan membantu masyarakat yang terkena
bencana langsung untuk segera dipenuhi kebutuhan dasarnya yang paling minimal.
Para korban juga perlu dibawa ketempat sementara yang dianggap aman
danditampung ditempat penampungan sementara yang layak.Pada tahap ini dilakukan
pula pengaturan dan pembagian logistik atau bahan makanan yang cepat dan tepat
sasaran kepada seluruh korban bencana.Secara operasional,pada tahap tanggap
darurat ini diarahkan pada kegiatan:
Penanganan pengungsi
c) Pasca bencana
1) Tahap Rehabilitasi
Tahap ini bertujuan mengembalikan dan memulihkan fungsi bangunan dan infrastruktur
yang mendesak dilakukan untuk menindaklanjuti tahap tanggap darurat, seperti
rehabilitasi bangunan ibadah,bangunansekolah,infrastruktur social dasar, serta
prasarana dan sarana perekonomian yang sangat diperlukan.Sasaran utama dari tahap
rehabilitasi ini adalah untuk memperbaiki pelayanan public hingga pada tingkat yang
memadai.Dalam tahap rehabilitas iini,juga diupayakan penyelesaian berbagai
permasalahan yang terkait dengan aspek psikologis melalui penanganan trauma
korban bencana.
2) Tahap Rekonstruksi
Tahap ini bertujuan membangun kembali daerah bencana dengan melibatkan semua
masyarakat,perwakilan lembaga swadaya masyarakat,dan dunia usaha.Pembangunan
prasarana dan sarana haruslah dimulai dari sejak selesainya penyesuaian
tataruang(apabiladiperlukan)ditingkat kabupaten terutama diwilayah rawan gempa
(daerah patahan aktif).Sasaran utama dari tahap ini adalah terbangunnya kembali
masyarakat dan kawasan wilayah bencana. Selain upaya yang bersifat preventif, perlu
juga ada upaya-upaya yang sifatnya represif. Tentunya upaya-upaya tersebut harus
dikoordinasikan secara baik dengan pemerintah. Beberapa contoh upaya-upaya
tersebut adalah:
Melaksanakantindakandaruratdenganmengutamakankeselamatan
manusiadan harta bendanya
Psikososial merupakan salah satu istilah yang merujuk pada perkembangan psikologi
manusia dan interaksinya dengan lingkungan sosial. Hal ini terjadi karena tidak semua
individu mampu berinteraksi atau sepenuhnya menerima lingkungan sosial dengan
baik. (http: //wikipedia.org/wiki.psychocial) psikososial adalah suatu kondisi yang terjadi
pada individu yang mencakup psikis dan sosial atau sebaliknya secara terintegrasi.
Aspek kejiwaan berasal dari diri kita, sedangkan aspek sosial berasal dari luar, dan
kedua aspek ini saling berpengaruh kala mengalami masa pertumbuhan dan
perkembangan.
Definisi lain menyebutkan bahwa aspek psikososial merupakan aspek hubungan yang
dinamis antara dimensi psikologis/kejiwaan dan sosial. Penderitaan dan luka psikologis
yang dialami individu memiliki kaitan erat dengan keadaaan sekitar atau kondisi sosial.
Pemulihan psikososial bagi individu maupun kelompok masyarakat di tujukan untuk
merah kembali fungsi normalnya sehingga tetap menjadi produktiv dan menjalani hidup
yang bermakna setelah perstiwa yang traumatik (Iskandar, Dharmawan & Tim
Pulih,2005). Dengan demikian dampak psikososial adalah suatu perubahan psikis dan
sosial yang terjadi setelah adanya bencana atau peristiwa traumatik misalnya tsunami,
banjir, tanah longsor atau seperti luapan lumpur lapindo.
Respon individu pada trauma bervariasi tergantung dari persepsi dan kestabilan emosi
yang dimilikinya. Menurut Keliat, dkk (2005), ada 3 tahapan reaksi emosi yang dapat
terjadi setelah bencana, yaitu : pertama, reaksi individu segera (24 jam) setelah
bencana dengan reaksi yang diperlihatkan : tegang, cemas dan panik; terpaku, linglung,
syok, tidak percaya; gembira atau euphoria, tidak terlalu merasa menderita; lelah;
binggung; gelisah; menangis dan menarik diri;merasa bersalah. Reaksi ini termasuk
reaksi normal terhadap situasi yang abnormal yang memerluka upaya pencegahan
primer.
Adapun yang kedua adalah minggu pertama sampai dengan minggu ketiga setelah
bencana. Reaksi yang diperlihatkan antara lain: ketakutan, waspada, sensitiv,mudah
marah, kesulitan tidur, khawatir, sangat sedih; mengulang ngulang kembali (flasback)
kejadian ; bersedih. Reaksi positif yang masih dimiliki yaitu : berharap dan berpikir
tentang masa depan, terlibat dalan kegiatan menolong dan menyelamatkan ; menerima
bencana sebagai takdir. Kondisi ini masih termasuk respon normal yang membutuhkan
tindakan pikososial minimal, terutama untuk respon yang maladaptif
Sedangkan reaksi yang ketiga adalah lebih dari minggu ketiga setelah bencana dengan
reaksi yang diperlihatkan dapat menetap. Manifestasi diri yang ditampilkan yaitu:
kelelahan, merasa panik, kesedihan terus berlanjut, pesimis dan berpikir tidak realistis,
tidak beraktivitas, isolasi dan menarik diri, kecemasan yang dimanifestasikan dengan
palpitasi, pusing, letih, mual, sakit kepala, dan lain-lain. Kondisi ini merupakan
akumulasi respon yang menimbulkan masalah psikososial.
Masalah psikososial adalah setiap perubahan dalam kehidupan individu baik yang
bersifat psikologis ataupun sosial yang mempunyai pengaruh timbal balik dan dianggap
berpotensi cukup besar sebagai penyebab terjadinya gangguan jiwa (ganggauan
kesehatan) secara nyata atau sebaliknya masalah kesehatan jiwa yang berdampak
pada lingkungan sosial. Ciri-ciri masalah psikososial antara lain: a) cemas, khawatir
berlebihan, takut, b) mudah tersinggung, c) sulit konsentrasi, d) bersifat ragu-
ragu/merasa rendah diri, e) merasa kecewa, f) pemarah dan agresif, g) reaksi fisik
seperti: jantung berdebar, otot tegang, sakit kepala (CMHN, 2005).
Danvers, dkk (2006) dalam penelitiannya tentang reaksi psikososial paska bencana
tsunami dan bencana Tamil Eelam di Sri Lanka menemukan 19 reaksi psikososial yaitu:
1) pada tahap awal timbul ketakutan akan laut dan mimpi-mimpi buruk, 2) tidak percaya
pada laut, mereka menjadi takut unutk kembali tinggal di pesisir pantai, 3) timbulnya
perasaan bersalah, 4) banyak orang yang mengalami reaksi stress akut, perasaan
berduka, bingung dan sangat emosional.
Reaksi tersebut bersifat temporal, 5) tingkat kehilangan nyawa yang tinggi, sehingga
seluruh masyarakat menderita bersama-sama, dan masalah psikososial utama yang
teridentifikasi adalah reaksi kesedihan, umumnya diperberat oleh rasa bersalah,
kemarahan, dan permusuhan serta gagasan untuk bunuh diri, 6) keadaan ekonomi
berubah secara besar-besaran akibat bencana. Bahkan ada kasus buhuh diri karena
kehilangan harta benda, 7) sistem pendukung umum telah hancur, semua anggota
masyarakat mengalami bencana, individu tidak menerima bantuan dari masyarakat.
Struktur desa dan masyarakat telah hancur, orang-orang berpindah pada keadaan dan
situasi yang berbeda, baik dari segi lingkungan maupun sosial, 8) belum adanya
persiapan diri dan skala kerusakan akibat tsunami telah menambah kesusahan
masyarakat. Sepertinya mereka tidak mampu untuk menghadapi tekanan/stress untuk
waktu yang lama, 9) orang-orang yang terkena bencana harus berurusan dengan stress
praktis. Stress praktis tersebut misalnya sistem registrasi yang rumit, berusaha untuk
menyatukan kembali anggota keluarga yang masih ada, tidak meratanya pembagian
distribusi dan pertolongan, harus tinggal di pusat-pusat penampungan dan di tempat
penampungan sementara, 10) keluarga yang terpisah setelah bencana terdapat di
tempat penampungan yang berbeda.
Emosi dan pertanyaan yang tak terjawab mengenai keadaan kerabatnya, khusus tubuh
yang tidak diketemukan atau hanya teridentifikasi secara umum/tidak spesifik dan
berbagai hal yang berhubungan dengan keadaan duka cita, 11) kurangnya kesempatan
untuk melaksanakan ritual pemakaman. Hal ini berhubungan dengan pemakaman
dilakukan secara massal karena banyak mayat yang tidak teridentifikasi dengan baik,
12) ekspresi marah adalah reaksi yang paling umum mereka juga saling menyalahkan
karena kematian anggota keluarganya marah pada diri sendiri dan merasa bersalah.
Kemarahan juga ditujukan kepada pihak lain seperti kepada kelompok distribusi
bantuan dari pemerintah 13) ada masyarakat yang memandang secara magis tentang
penyebab terjadinya bencana dan berusaha dengan cara cara tertentu untuk selamat
dari bencana, 14) kurangnya koordinasi antara organisasi dan agensi yang
menyebabkan banyaknya bantuan yang tidak tersalurkan kepada yang membutuhkan.
Khususnya pada proses pemulihan bagi yang mengalami reaksi psiukologis yang berat
sehingga penderitaan para korbnan semakin parah, 15) kurangnya sikap peka dan
simpatik pemerintah terhadap para korban. Demikian juga dengan campur tangan
politik yang mengejar keuntungan sendiri menyebabkan sulit terpenuhinya kebutuhan
para korban, 16) nbanyak korban yang mempunyai riwayat kerugian dimasa lalu yang
dapat membangkitkan kenangan dan reaksi emosi mereka karena bencana sekarang.
Dengan begitu, semakin sulit bagin individu untuk menghadapinya, 17) banyak para
duda yang kesulitan untuk mengurus anak kecil terutama bayi. Mereka mengkonsumsi
alcohol dalam menghadapi masalahnya, 18) salah satu kelompok yang mempunyai
kebutuhan pling spesifik yakni para remaja, khususnya yang kehilangan orang tua.
Mereka terlihat dipusat-pusat pemodokan, menarik diri dan marah. Jika program
spesifik tidak dilakukan dengan pada kelompok itu, akan timbul resiko perkembangan
personalitas yang menyimpang seperti tindakan antisocial, pengeksploitasian oleh
pihak pihak tertentu yang tidak bertanggung jawab, 19) ada semangat dan antusiasme
yang tinggi darinbeberapa kelompok untuk melakukan aktivitas psikososial, meskipun
tidak semua kelompok ini dibedakan dengan kompetensi yang cukup untuk melakukan
intervensi psikososial.
Teori psikososial dari Ericson (1955, dalam Frisch dan Vrisch, 2006) menjelaskan
masalah perkembangan p[sikososial berbeda dalam delapan tahapan. Setiap tahap
akan terjadi konflik psikososial berdasarkan usia. Peneliti hanya menjelaskan
perkembangan psikososial yang terkait dengan subyek poenelitian yaitu usia 20 tahun
keatas. Pada usia ini tahap perkembangannya adalah tahap keintiman persus
pengasingan ( Intimaci versus Isolation). Perkembangan tahap ini terjadi antara usia 18
sampai 25/30 tahun, dimana individu mampu berintraksi akrab dengan orang lain
terutama lawan jenis dan memilikipekerjaan. Kegagalan tahap ini membuat individu
menjauh pergaulan, merasa kesepian dan menyendiri. Adanya bencana dapat
menimbulkkan masa ini tidak dapat dilampaui dengan baik. Mereka cenbderung lebih
memikirkan pemenuhan kebutuhan hidup dan harapan masing-masing.
Jerome R. Ravertz, 2007, Filsafat Ilmu Pengetahuan Alam (sejarah dan ruang lingkup
bahasan), Pustaka Pelajar : Yogyakarta.
Mustamir, Rizal. Munir, Misnal, 2007, Ilmu Pengetahuan Alam, Pustaka Pelajar :
Yogyakarta
http://id.wikipedia.org/wiki/banjir