PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
Untuk mengetahui Definisi, Klasifikasi, Etiologi, Patifisologi, Pathway, Tanda dan
Gejala, Manifestasi , Pemeriksaan Penunjang, Komplikasi, Penatalaksanaan dan Asuhan
keperawatan pada Glaukoma .
1
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Definisi
Glaucoma berasal dari kata yunani “glaukos” yang berarti hijau kebiruan ,yang
memberikan kesan warna tersebut pada pupil penderita galukoma.kelainan mata glaucoma
ditandai dengan meningkatnya tekanan bola mata ,atropi saraf optikus, dan menciuttnya
lapang pandang.glaukoma adalah suatu penyakit dimana tekanan bola mata
meningkat,sehingga terjadi kerusakan pada saraf optikus dan menyebabkan penurunan
fungsi penglihatan(Mayenru Dwindra,2009)
Glaukoma merupakan suatu kumpulan gejala yang mempunyai suatu karakteristik optik
neuropati yang berhubungan dengan hilangnya lapangan pandang. Walaupun kenaikan
tekanan intra okuli adalah salah satu dari faktor risiko primer, ada atau tidaknya faktor ini
tidak merubah definisi penyakit. (Skuta, 2009-2010)
Glaukoma adalah suatu penyakit dimana tekanan didalam bola mata meningkat
sehingga terjadi kerusakan saraf optikus dan menyebabkan penurunan fungsi penglihatan.
Glaukoma adalah kelompok penyakit mata yang ditandai dengan berkurangnya lapang
pandang akibat kerusakan saraf optikus kerusakan ini berhubungan dengan peningkatan TIO
yang terlalu tinggi. (Brunner & Suddarth)
Semakin tinggi tekanannya, semakin cepat kerusakan saraf optikus tersebut
berlangsung. Peningkatan TIO terjadi akibat perubahan patologis yang menghambat
peredaran normal humor aques.
2.2 Klasifikasi
2.2.1 Glaukoma Primer
Glaukoma yang tidak diketahui penyebabnya. Pada glaukoma akut yaitu timbul pada
mata yang memiliki bakat bawaan berupa sudut bilik depan yang sempit pada kedua
mata.Pada glaukoma kronik yaitu karena keturunan dalam keluarga, DM arteri osklerosis,
pemakaian kaktikosteroid jangka panjang, miopi tinggi dan progresif dan lain-lain dan
berdasarkan anatomis dibagi menjadi 2 yaitu :
a. Glaukoma sudut terbuka
yaitu merupakan sebagian besar dari glaukoma (90-95%) yang meliputi kedua mata.
Kejadian dan kelainan berkembang disebut sudut terbuka karena humor aqueous
mempunyai pintu terbuka ke jaringan trabekular. Pengaliran dihambat oleh perubahan
degeneratif jaringan tuberkular, saluran schleem, dan saluran yang tidak ada, kelainan
diagnose dengan peningkatan TIO dan sudut ruang anterior normal. Peningkatan tekanan
dapat berhubungan dengan nyeri yang timbul.
b. Glaukoma sudut tertutup
Disebut sudut tertutup karena ruang anterior secara otomatis menyempit sehingga iris
terdorong ke depan, menempel ke jaringan trabekuler dan menghambat humor aqueos
mengalir ke saluran schleem. Pergerakan iris ke depan dapat karena peningkatan tekanan
viterus, penambahan cairan diruang posterior atau lensa yang mengeras karena usia tua .
gejala yang timbul dari penutupan yang tiba-tiba dan meningkatkan TIO, dapat
menyebabkan nyrti mata yang berat, penglihatan kabur. Penempelan iris menyebabkan
dilatasi pupil, tidak segera ditangani akan terjadi kebutaan dan nyeri hebat.
2
2.2.2 Glaukoma Skunder
Glaukoma skunder adalah glaukoma yang terjadi akibat enyakit mata laian yanag
menyebabkan penyempitan sudut atau peningkatan volume cairan di dalam mata. Kondisi ini
secara tidak langsung menganggu aktivitas struktur yang terlibat dalam sirkulasi dan atau
reabsobsi aqueos humor. Gangguan ini terjadi akibat :
a. Perubahan lensa, dislokasi lensa, terlepasnya kapsul lensa pada katarak
b. Perubahan uvea, uveitis, neovaskularisasi iris, melanoma dari jaringan uvea
c. Trauma, robeknya kornea/ limbus disertai prolaps iris.
2.3 Etiologi
Penyakit yang ditandai dengan peninggian tekanan intraokuler ini disebabkan oleh :
1. .Bertambahnya produksi cairan mata oleh badan ciliary
2. Berkurangnya pengeluaran cairan mata di daerah sudut bilik mata atau di celah pupil
3
2.4 Patofisiologi
Tingginya tekanan intraokuler bergantung pada besarnya produksi humor aqueus oleh
abdan dan mengalirkanya keluar. Besarnya aliran keluar humor aqueus oleh badan siliari
dan mengalirkanya keluar. Besarnya aliran keluar humor aqueus melalui sudut bilik mata
depat juga bergantung pada keadaan kanal schemm dan keadaan tekanan episklera. Tekanan
intraokuler dianggap normal bila kurang dari 20 mmHg pada pemeirksaan dengan tonometer
schiotz (aplasti). Jika terjadi peningkatan tekanan intraokuler lebih dari 23 mmHg.
Diperlukan evaluasi lebih lanjut. Secara fisiologis, tekanan intraokuli yang tinggi akan
menyebabkan terhambatnya aliran darah menuju serabut saraf optik da ke retina . iskemia ini
akan menimbulkan kerusakan fungsi secra bertahap. Apabila terjadi peningkatan tekanan
intraokular, akan timbul pengganguan dan degenerasi saraf optikus yang dapat disebabkan
oleh beberapa faktor :
a. Gangguan perdarahan pada papil yang menyebabkan degenerasi bekas serabut saraf pada
papil saraf optik.
b. Tekanan intraokular yang tinggi secara mekanik menekan papil saraf optik yang
merupakan tempat dengan daya tahan paling lemah pada bola mata. Bagian tepi papil
saraf otak relatif lebih kuat dari pada bagian tengah senhingga terjadi penggaungan pada
papil saraf optik.
c. Sampai saat ini, patofiisioligi sesungguhnya dari kelainan ini masih belum jelas.
d. Kelainan lapang pandang pada glaukoma disebabkan oleh kerusakan serabut saraf
optik.(Tamsuri M,2010 : 72-73)
2.5 pathway
NYERY
Tindakan operasi
KURANG
Perubahan pengihatan perifer GANGGUAN PENGETAHUAN
4
PERSEPSI SENDORI
2.6 Tanda dan Gejala
Tonometri, sebuat tes untuk mengukur tekanan bola mata (tekanan intraokular).
Tes lapang pandang untuk memeriksa area hilangnya penglihatan.
Memeriksa kerusakan saraf mata.
Pachymetry, tes untuk mengukur ketebalan kornea.
Melihat sudut drainase (gnioscopy).
2.9 Komplikasi
1. Glaukoma Kronis
Penatalaksanaan yang tidak adekuat dapat menyebabkan perjalan progesif dari glaucoma
yang lebih parah.
2. Sinekia Anterior
Apabila terapi tertunda, iris perifer dapat melekat ke jalinan trabekular (sinekiaanterior),
sehingga menimbulkan sumbatan ireversibel sudut kamera anterior dan menghambat
aliran aqueous humor keluar.
5
3. Katarak
Glaukoma, pada keadaan tekanan bola mata yang sangat tinggi, maka akan terjadi
gangguan permeabilitas kapsul lensa sehingga terjadi kerusakan lensa.
4. Kerusakan saraf optikus
Kerusakan saraf pada glaucoma umumnya terjadi karena terjadi peningkatan tekanan
dalam bola mata. Bola mata normal memiliki kisaran tekanan antara 10-20 mmHg
sedangkan penderita glaucoma memiliki tekanan mata yang lebih dari normal bahkan
terkadang dapat mencapai 50-60 mmHgpada keadaan akut. Tekanan mata yang tinggi
akan menyebabkan kerusakan saraf, semakin tinggi tekanan mata akan semakin berat
kerusakan saraf yang terjadi
5. Kebutaan
Kontrol tekanan intraocular yang jelek akan menyebabkan semakin rusaknya nervus optic
dan semakin menurunnya virus sampai terjadi kebutaan.
2.10 Penatalaksanaan
Pengobatan terhadap glaukoma adalah dengan cara medikamentosa dan operasi. Obat-
obat anti glaukoma meliputi:
b. Untuk glaukoma sudut tertutup: Laser iridektomi, Laser gonioplasti atau iridoplasti perifer
c. Prosedur lain untuk menurunkan tekanan intraokuli : Pemasangan shunt, Ablasi badan
siliar, Siklodialisis, Viskokanalostomi
6
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian
3.1.1 Identitas
a. Nama
b. Alamat
c. Jenis Kelamin
d. Umur,galukoma primer terjadi pada individu berumur ≥40 tahun
e. Ras, Kulit hitam mengalami kebutaan akibat galukoma paling sedikit 5 kali dari kulit
putih (dewit, 1998)
f. Pekerjaan, Terutama yang beresiko besar mengalami trauma mata
a. Keluhan Utama : klien biasanya mengeluh berkurangnya lapang pandang dan mata
menjadi kabur
b. Riwayat kesehatan sekarang : klien mengatakan matanya kabur dan sering menabrak ,
gangguan saat membaca
c. Riwayat kesehatan dahulu : kaji adanya masalah mata sebelumnya atau pada saat itu,
riwayat penggunanan antihistamin (menyebabkan dilatasi pupil yang akhirnya dapat
menyebabkan Angle Clodumr Glaucoma). Riwayat trauma (terutama yang mengenai
mata), penyakit lain yang sedang diderita (DM,Arterioscierosis, Miopi tinggi)
d. Riwayat kesehatan keluarga : kaji apakah ada keluarga yang mengalami penyakit
glaucoma sudut terbuka perimer.
3.1.3 psikososial : kaji kemampuan aktivitas, gangguan membaca, resiko jatu, berkendaraan.
7
dengan menggunakan gonioskopi akan didapat sudut normal pada glaukoma kronik.
Padda stadium lanjut, jika telah timbul goniosinekia (perlengketan pinggir iris pada
kornea/trabekula) maka sudut dapat tertutup, pada glaukoma akut TIO meningkat,
sudut COA akan tertutup, sedangkan pada waktu TIO normal sudutnya sempit.
(Indriana N dan Itiqomah; 2004)
3.3 Intervensi
NO No.DX Tujuan dan Kriteria hasil Intervensi Rasional
1. 1 Setelah diberikan tindakan 1. pertahankan tirah baring ketat 1. Tekanan pada mata
keperawatan diharapkan nyeri pada posisi semi-fowler dan meningkatkan jika tubuh
dapat berkurang atau terkontrol cegah tindakan yang dapat datar dan manuver valsava
dengan kriteri hasil : meningkatkan TIO diaktifkan seperti pada
- klien dapat mmengidentifikasi 2. berikan lingkungan gelap dan aktivitas tersebut
penyebab nyeri terang 2. Stres dan sinar akan
- klien dapat mengetahui faktor- 3. observasi tanda-tanda vital meningkatkan TIO yang
faktor yang dapat meningkatkan 4. observasi derajat mata tiap 20 dapat mencetuskan nyeri
nyeri menit selama fase akut 3. Mengidentifikasi kemajuan
- klin mampu melakukan tindakan 5. observasi ketajaman atau penyimpangan dari
untuk mengurangi nyeri penglihatan setiap waktu hasil yang diharapkan
sebelum penetesan obat mata 4. Mengidentifiksi kemajuan
yang diresepkan atau penyimpangan dari
6. kolaborasi pemberian obat hasil yang diharapkan
mata 5. Mengidentifiksi kemajuan
7. Berikan analgesik narkotik atau penyimpangan dari
yang diresepkan jika klien hasil yang diharapkan
mengalami nyeri hebat. 6. Agens osmotik intravena
akan menurunkan TIO
dengan cepat.
7. Mengontrol nyeri
2. 2 Setelah diberikan tindakan 1. Pastikan derajat/tipe 1. Mencegah kebutaan,
keperawatan diharapkan kehilangan penglihatan klien menghadapi
gangguan penglihatan dapat 2. Dorong mengekspresikan kemungkinan/mengala
berkurang dan penggunaan perasaan tentang mi pengalaman
penglihatan yang secara optimal kehilangan/ kemungkinan kehilangan penglihatan
dengan kriteria hasil : kehilangan penglihatan. sebagian atau total.
- Klien akan mempertahankan 3. Tujukkan pemberian tetes 2. Mempengaruhi harapan
8
lapang ketajaman penglihatan mata, menghitung tetesan, masa depan klien dan
tanpa kehilangan lebih lanjut mengikuti jadwal, dan pilih intervensi
tidak salah dosis selanjutnya
4. Lakukan tindakan untuk 3. Mengontrol TIO,
membantu klien yang mencegah kehilangan
mengalami keterbatasan penglihstsn lanjut.
penglihatan contohnya 4. Menurunkan bahaya
ataur perabotan, ingatkan keamanan sehubungan
memutar kepala ke subjek dengan perubahan
yang terlihat , perbaiki lapang pandang atau
sinar suram dan masalah kehilangan penglihatan
penglihatan malam dana akomodasi pupil
5. Kolaborasi pemberian terhadap sinar
terapi obat lingkunga
5. Obat miotik topikal
akan menyebabkan
kontriksi pupil,
memudahkan keluarnya
aqueus humor.
3. 3 Setelah diberikan tindakan 1. Kaji tingkat cemas 1. Untuk menentukan
keperawatn diharpkan cemas 2. Berikan informasi yang intervensi selanjutnya
dapat berkurang dan hilang akurat dan jujur. 2. Menurunkan ansietas
dengan kriteri hasil: 3. Dorong klien untuk sehubungan dengan
- Klien tampak rileks dan mengakui maslah dan ketidak tahuan/harapan
melaporkan ansietas mengekspresikan yang akan datang dan
menurun sampai tingkat perasaan memberikan dasar fakta
dapat diatasi 4. Identifikasi sumber/orang untuk membuat pilihan
- Klien menunjukkan yang menolong info tentang pengobatan
keterampilan pemecahan 3. Memberikan
masalah kesempatan klien untuk
- Klien menggunakan menerima situasi nyata,
sumber secara efektif mengklarifikasi salah
konsepsi dan
pemecahan masalh
4. Memberikan keyakinan
bawha klien tidak
sendirian dalam
menghadapi masalah
4. 4 Setelah diberikan tindakan 1. Diskusikan perlunya 1. Vital untuk
keperawatan diharapkan klien menggunakan memberikan informasi
mengetahui tentang kondisi, indentifikasi, contoh pada perawat pada
prognosis dan pengobatannya gelang waspada medik. kasus darurat untuk
dengan kriteria hasil : 2. Tunjukkan teknik yang menurunkan resiko
- Klien menyatakan benar pemberian tetes menerima obat yang
pemahaman kondisi, mata. Izinkan klien dikontradiksikan.
prognosis, dan pengobatan mnegulang tindakan. 2. Meningkatan
9
- Mengidentifikasi 3. Kaji pentingnya keefektifan pengobatan
hubungan antar mempertahankan jadwal 3. Penyakit ini di kontrol
gejala/tanda dengan proses obat. danmempertahankan
penyakit 4. Dorong klien membuat konsistensi program
- Melakukan prosedur perubahan yang perlu obat adalah control
dengan benar dan untuk pola hidup vital
menjelaskan alasan 4. Pola hidup tenang
tindakan menurunkan respon
emosi terhadap stres.
3.4 Evaluaasi
Setelah mendapat implementasi keperawatan, maka klien dengan glaukoma diharapkan
sebagai berikut :
10
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Glaucoma berasal dari kata yunani “glaukos” yang berarti hijau kebiruan ,yang
memberikan kesan warna tersebut pada pupil penderita galukoma.kelainan mata glaucoma
ditandai dengan meningkatnya tekanan bola mata ,atropi saraf optikus, dan menciuttnya
lapang pandang.glaukoma adalah suatu penyakit dimana tekanan bola mata
meningkat,sehingga terjadi kerusakan pada saraf optikus dan menyebabkan penurunan
fungsi penglihatan(Mayenru Dwindra,2009)
Manifestasi klinik Gejala-gejala terjadi akibat peningkatan tekanan bola mata. Penyakit
berkembang secara lambat namun pasti. Penampilan bola mata seperti normal dan sebagian
tidak mempunyai keluhan pada stadium dini. Pada stadium lanjut keluhannya berupa pasien
sering menabrak karena pandangan gelap, lebih kabur, lapang pandang sempit, hingga
kebutaan permanen.
11
DAFTAR PUSTAKA
https://www.academia.edu/37854485/askep_glaukoma.docx
https://sehati11022012.blogspot.com/2013/11/makalah-askep-penyakit-glaukoma_2987.html
http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/39679/Chapter%20II.pdf?sequence=4&is
Allowed=y
http://eprints.undip.ac.id/44546/3/Dina_Ameliana-22010110120122-BAB_2_KTI.pdf
https://hellosehat.com/penyakit/glaukoma/
12