Anda di halaman 1dari 5

A.

Definisi

Kulit adalah organ yang paling liuas pada tubuh, mewakili kira-kira 16% dari berat badan orang dewasa.
Kulit merupakan organ satu-satunya yang dapat digosok, dipijat, diregangkan, dan dicium. Kulit bersifat
fleksibel dan tahan terdapat perubahan-perubahan yang terjadi sepanjang kehidupan sehari-hari. Tanpa
fleksibilitas ini, suatu jabatan tangan yang sederhana akan menimbulkan pengelupasan kulit akibat
regangan dan tekanan. Karena kulit dapat terlihat sangat jelas, kulit tersebut bertindak sebagai suatu
suatu jendela terhadap kematian seseorang. Walaupun benar bahwa tidak seorangpun meninggal karena
kulit yang sudah tua atau terjadi kegagalan kulit karena suatu diagnosis, pemahaman tentang bukti-bukti
perubahan fisiologis pada kulit seiring peningkatan usia memberikan banyak informasi bagi perawat
tentang klien lansia.

Secara structural, kulit adalah suatu organ kompleks yang terdiri dari epidermis, dermis, dan subkutis.
Hal yang dikaitkan dengan penuaan adalah khususnya perubahan yang terlihat pada kulit seperti atropi,
keriput, dan kulit yang kendur. Perubahan yang terlihat sangat abervariasi, tetapi pada prinsipnya terjadi
karena hubungan antara penuaan intreinstik (alami) dan penuaan ekstrinsik (lingkungan).

Secara fungsional kulit memiliki berbagai kegunaan, dan kehadirannya sangat penting untuk bertahan
hidup secara keseluruhan. Karena kulit mampu untuk melakukan sensasi, kulit dapat melindungi tubuh
dari cedera dan serangan tiba-tiba dari lingkungan. Kulit yang utuh lebih jauh lagi dapat melindungi
individu secara imunologis dengan cara mencegah bakteri masuk kedalam tubuh. Kulit memainkan suatu
peran utama dalam termoregulasi dan adaptasi terhadap lingkungan. Kulit juga bertindak sebagai organ
ekskresi, sekresi, absorbsi, dan akumulasi. Akhirnya, kulit mewakili kontak pertama individu dengan
orang yang lain secara social dan secara seksual. Bagaimana cara kita melihat diri sendiri cenderung
untuk menentukan bagaimana perasaan kita tentang diri kita sendiri dan merupakan suatu komponen
penting dari harga diri dan konsep diri.

B. TEORI – TEORI PROSES MENUA

Sampai saat ini tidak ada teori yang secara utuh menjelaskan proses menua, semua teori masih dalam
berbagai tahap perkembangan dan mempunyai keterbatasan. Penuaan masih misteri yang terus
menerus dicari jawabannya oleh para ilmuwan. Proses penuaan itu sendiri dapat melingkupi adanya
perubahan pada jaringan tubuh sampai dengan perubahan mekanisme pada tingkat sel.

Dr. Maria Sulindro, Direktur Medis Pasadena Anti-Aging di Amerika Serikat mengatakan proses menua
tidak terjadi serta merta melainkan secara bertahap, dan secara garis besar dibagi menjadi 3 fase :

1. Pada saat mencapai usia 25 – 35 tahun. Pada masa ini produksi hormon mulai berkurang dan mulai
terjadi kerusakan sel tetapi tidak memberi pengaruh pada kesehatan, tubuhpun masih bugar terus.

2. Pada saat usia 35 – 45 tahun, produksi hormon sudah berkurang sebanyak 25%. Tubuhpun mulai
mengalami penuaan. Pada masa ini mata mulai mengalami rabun dekat sehingga perlu kacamata
berlensa +, rambut mulai beruban, stamina tubuhpun berkurang. Bila pada masa ini dan sebelumnya
melakukan gaya hidup yang tidak sehat bisa berisiko terkena kanker.
3. Terjadi pada usia 45 tahun ke atas. Pada masa ini produksi hormon sudah berkurang hingga akhirnya
berhenti sama sekali. Kaum wanita mengalami menopause, dan kaum laki-laki mengalami masa
andropause. Pada masa ini kulitpun menjadi kering karena dehidrasi dan tubuh menjadi cepat capek.
Berbagai penyakit degeneratif seperti DM, osteoporosis, hipertensi dan payah jantung koroner (PJK)
mulai menyerang.

Ahli teori mencoba mendiskripsikan proses biopsikososial penuaan yang kompleks.

Sebenarnya secara individual :

1. Tahap proses menua terjadi pada orang dengan usia berbeda

2. Masing – masing lanjut usia [lansia] mempunyai kebiasaan berbeda

3. Tidak ada satu faktorpun ditemukan untuk mencegah proses menua.

PROSES PENUAAN NORMAL

1). STRATUM KORNEUM

Lapisan paling luar dari epidermis, stratum korneum terutama terdiri dari timbunan korneosit. Dengan
peningkatan usia, jumlah keseluruhan sel-sel dan lapisan sel secara esensial tetap tidak berubah, tetapi
kohesi sel mengalami penurunan. Waktu perbaikan lapisan sel menjadi lambat, menghasilkan waktu
penyembuhan yang lebih lama. Penurunan kekohesivan sel dalam hubungannya dengan penggantian sel
beresiko terhadap lansia. Pelembab pada stratum korneum berkurang, tetapi status barier air tampaknya
tetap terpelihara, yang berakibat pada penampilan kulit yang kasar dan kering. Kekasaran ini
menyebabkan pemantulan cahaya menjadi tidak seimbang, yang menyebabkan kulit kurang bercahaya
yang sering dihubungkan dengan kemudahan dan kesehatan yang baik.

2). EPIDERMIS

Epidermis mengalami perubahan ketebalan sangat sedikit seiring penuaan sesorang. Namun, terdapat
perlambatan dalam proses perbaikan sel, jumlah sel basal yang lebih sedikit, dan penurunan jumlah dan
kedalaman rete ridge. Rete ritge dibentuk oleh penonjolan epidermal dari lapisan basal yang mengarah
kebawah kedalam dermis. Pendataran dari rete ridge tersebut mengurangi area kontak antara epidermis
dan dermis, menyebabkan mudah terjadi pemisahan antara lapisan-lapisan kulit ini. Akibatnya adalah
proses penyembuhan kulit yang rusak ini lambat dan merupakan predisposisi infeksi bagi individu
tersebut. Kulit dapat mengelupas akibat penggunaan plester atau zat lain yang dapat menimbulkan
gesekan. Oleh karena itu, penting untuk menggunakan suatu perekat yang tidak lebih kuat dari taut
epidermal-dermal itu sendiri untuk mencegah atau meminimalkan cedera akibat penggunaan plester.

Terjadi penurunan jumlah melanosit seiring penuaan, dan sel yang tersisa mungkin tidak dapat derfungsi
secara normal. Rambut mungkin menjadi beruban, kulit mungkin mengalami pigmentasi yang tidak
merata, dan perlindungan pigmen dari sinar ultraviolet (UV) mungkin menurun.

3).DERMIS
Pada saat individu mengalami penuaan, volume dermal mengalami penurunan, dermis menjadi tipis,
dan jumlah sel biasanya menurun. Konsekuensi fisiologis dari perubahan ini termasuk penundaan atau
penekanan timbulnya penyakit pada kulit, penutupan dan penyembuhan luka lambat, penurunan
termoregulasi, penurunan respon inflamasi, dan penurunan absorbsi kulit terhadap zat-zat topical.

Perubahan degeneratif dalam jaringan elastis dimulai sekitar usia 30 tahun. Serabut elastis dan jaringan
kolagen secara bertahap dihancurkan oleh enzim-enzim, menghasilkan perubahan dalam penglihatan
karena adanya kantung dan pengeriputan pada daerah sekitar mata. Pada saat elastisitas menurun,
dermis meningkatkan kekuatan peregangannya; hasilnya adalah lebih sedikit ‘’melentur’’ ketika kulit
mengalami tekanan. Organisasi kolagen menjadi tidak teratur, dan turgor kulit hilang.

Vaskularitas juga menurun, dengan lebih sedikit pembuluh darah kecil yang umumnya terdapat pada
dermis yang memiliki vaskuler sangat tinggi. Dermis berisi lebih sedikit fibroblast, makrofag, dan sel
batang. Secara visual kulit tampak pucat dan kurang mampu untuk melakukan termoregulasi. Lansia oleh
karena hal tersebut beresiko tinggi untuk mengalami hipertermia atau hipotermia.

4). SUBKUTIS

Secara umum, lapisan jaringan subkutan mengalami penipisan seiring dengan peningkatan usia. Hal ini
turut berperan lebih lanjut terhadap kelemahan kulit dan penampilan kulit yang kendur/menggantung
diatas tulang rangka. Penurunan lapisan lemak terutama dapat dilihat secara jelas pada wajah,tangan,
kaki, dan betis, pembuluh darah menjadi lebih cenderung untuk mengalami trauma. Deposit lemak
cenderung untuk meningkatkan pada abdomen baik pada wanita dan pria, seperti halnya bagian paha
pada wanita. Distribusi kembali dan penurunan lemak tubuh lebih lanjut menimbulkan gangguan fungsi
perlindungan dari kulit tersebut.

Hal-hal yang mempengaruh penuaan

aktor internal, yaitu:

a. Keturunan (genetik), pada orang tertentu cenderung berjenis kulit kering dan mengalami penuaan
lebih awal.

b .Ras, kulit putih cenderung lebih mudah terbakar matahari, lebih mudah terjadi kulit menua dini,
maupun terjadinya pra kanker atau kanker kulit dibanding kulit

berwarna.

c. Hormonal, hormon sangat erat hubungannya dengan usia, pada

wanita yang memasuki menopause, fungsi ovariumnya menurun sehingga estrogen yang di produksi
berkurang.

d. Penyakit kronis seperti diabetes,

kanker, penyakit autoimun dan lain lain dapat memudahkan terjadinya proses penuaan dini.
e. Kurang gizi (malnutrisi), misalnya kekurangan protein dan vitamin menyebabkan reaksi biologis tubuh
menjadi terganggu sehingga proses penuaan menjadi lebih awal.

- Faktor eksternal

a. Pengaruh sinar matahari.

b. Dianggap patologis karena terjadi kerusakan jaringan akibat paparan sinar matahari (photodamage).

c. Daerah yang sering terkena terutama wajah, leher dan punggung tangan

d. Perubahan yang tampak adalah kombinasi proses penuaan ekstrinsik maupun intrinsik. Dikatakan 80%
penuaan pada wajah merupakan tanda photoaging, walaupun faktor seperti merokok,alcohol, stres dan
lain lainnya berperan pula pada proses timbulnya kerut wajah dini

e. Efek berbahaya sinar UVA dan UVB pada kulit adalah terjadinya kerusakan sel, jaringan dan enzim-
enzim tertentu oleh karena pembentukan radikal bebas.

D. TANDA KLINIS PENUAAN

a.Kulit kering

b.Permukaan kulit kasar dan bersisik

c.Bercak pigmentasi yang tidak merata di permukaan kulit

d.Pembentukan tumor baik jinak maupun ganas

E. PENCEGAHAN PROSES PENUAAN DINI

a.Lakukanlah perawatan dan pemeliharaan kulit

b.Menjaga pola makan yang sehat, perhatikan asupan gizi, lakukan diit yang sehat

c.Pencegahan proses penuaan dini pada kulit akibat paparan sinar matahari

d.Hindari faktor lingkungan yang merangsang terbentuknya radikal bebas

e.Menghindari/mengurangi kontak dengan bahan kimia eksogen seperti

detergen, kosmetika terutama krim pemutih yang mengandung merkuri

f. Istirahat yang teratur

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
sistem integuman merupakan sistem susunan tubuh manusia terluar yang berfungsi sebagai alat
perlindungan utama dari benda asing atau ultraviolet.kulit memiliki dua kelenjar keringat yaitu kelenjar
apokrin dan merokrin.kedua jenis kelenjar ini tersusun atas sel mioepitel. (dari bahasa latin: myo,-
“otot”) sel epitel khusus yang terletak antara selkelenjar dan lamina basalis di bawahnya. Kontraksi sel
mioepitel memeras kelenjar dan melepaskan sekret yang sudah menumpuk. Aktivitas sekretorik sel
kelenjar dan kontraksi sel mioepitel dikendalikan oleh system saraf otonom dan hormone yang beredar
dalam tubuh.

B. Saran

Kami sadari dalam penyusunan makalah ini terdapat banyak kesalahan dan mungkin jauh dari tahapan
kesempurnaan. Maka dari itu kritik dan saran yang membangun dari para pembaca sangat kami
harapkan demi tercapainya penyusunan makalah yang jauh lebih baik dimasa yang akan datang.

DAFTAR PUSTAKA

1. Potter A. patricia dan Anne G. perry; Fundamental Keperawatan Buku 1 Edisi 7; Penerbit Salemba
Medika; 2010.

2. Anonymous, Teori Penuaandalam http://keperawatangun.blogspot.com/2007/07/teori-penuaan.html

3. Stanley, Mickey, and Patricia Gauntlett Beare; Buku Ajar Keperawatan Gerontik, ed 2; Jakarta; EGC ;
2006

4. Nugroho, Wahyudi. 2000.

Keperawatan Gerontik . Jakarta : EGC

5. frieska.wordpress.com/2010/05/23/

penuaan - kulit/

Anda mungkin juga menyukai