Anda di halaman 1dari 58

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Akademi Teknik Elektromedik Semarang adalah sebuah lembaga
pendidikan Diploma Tiga (D3) saat ini dalam Kementerian Pendidikan,
Pemuda dan Olahraga (Dikti) di bawah naungan Yayasan Bina Bangsa
Semarang yang telah mengalami berberapa perubahan nama yayasan dari
Atem Kesdam IV Diponegoro, yayasan Bhakti Wirahusada dan sekarang
bernama ATEM Bina Bangsa Semarang diharapkan mampu mendidik,
menanamkan nilai kepribadian yang berkarakter dan meluluskan para
mahasiswa-mahasiswi calon teknisi yang profesional dan berkompeten di
dunia kerja khususnya bidang elektromedik baik di Rumah Sakit ataupun di
perusahaan yang bergerak pada alat-alat kesehatan. Berdasarkan hal tersebut
maka Akademi Teknik Elektromedik Bina Bangsa Semarang dituntut untuk
melaksanakan kurikulum program antara lain kegiatan Praktek Kerja
Lapangan yang wajib dilaksanakan oleh mahasiswa-mahasiswi semester VI
sebagai salah satu syarat dalam mengikuti ujian akhir program (UAP).
Program kegitan PKL ini di laksanakan di Rumah Sakit Panti Wilasa
“Citarum” Semarang, dalam pelaksanaan PKL ini penulis membuat laporan
hasil kegiatan dan membahas tiga peralatan medik dari pengertian, fungsi,
blok diagram, prinsip dasar kerja alat, spesifikasi, cara pengoperasian,
perawatan, pemeliharaan dan perbaikan ringan alat yang ada di bawah
wewenang dan tanggung jawab bagian IPS Rumah Sakit Panti Wilasa
Citarum Semarang.
Ketiga alat yang penulis bahas dalam laporan ini yaitu :
1. Electr Surgery Unit
2. Syiringe Pump
3. Infus Pump

1
1.2 Maksud dan Tujuan
Adapun maksud dan tujuan dari kegiatan Praktek Kerja Lapangan ini
terbagi dua, yaitu ;
Tujuan Umum :
a. Memahami pekerjaan bidang teknik di Rumah Sakit,
b. Mengetahui dan mampu menerapkan ilmu yang telah diperoleh selama
masa proses kegiatan perkuliahan di Kampus.

Tujuan Khusus :
a. Mengerti sistim manajemen Rumah Sakit,
b. Memahami pekerjaan bidang teknik di Rumah Sakit,
c. Belajar menangani perbaikan dan teknik pemeliharaan peralatan
medik,
d. Mengenal dan memahami alat-alat medik Rumah Sakit.

1.3 Batasan Masalah


Batasan masalah dalam penulisan laporan ini yaitu pengertian, fungsi,
data spesifikasi, blok diagram, cara kerja, pengoperasian, perawatan, dan
perbaikan alat yang dibahas.
Batasan masalah di atas dimaksudkan agar penulis dapat memahami
lebih rinci baik secara teori maupun praktek secara langsung pada peralatan
medik dilapangan.

1.4 Sistematika Penulisan


Untuk memudahkan dalam penulisan laporan ini maka dibuatlah
sistematika penuliisan sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN
Menguraikan latar belakang masalah, maksud dan tujuan
penulisan, pembatasan masalah dan sistematika penulisan

BAB II GAMBARAN RUMAH SAKIT


Menguraikan sejarah berdirinya Rumah Sakit dan stuktur
organisasi Rumah Sakit Panti Wilasa Citarum Semarang.

2
BAB III PERBAIKAN FASILITAS PERALATAN DAN
PERBENDAHARAAN ALAT-ALAT MEDIK
Menguraikan prosedur dalam pemeliharaan sarana peralatan
medik yang ada di Rumah Sakit.

BAB IV PEMBAHASAN ALAT ELEKTROMEDIK


Menguraikan nama alat, pengertian, fungsi, data spesifikasi,
pemeliharaan, analisa kerusakan, perbaikan.

BAB V PENUTUP
Memuat suatu kesimpulan dan saran.

BAB II
GAMBARAN UMUM RUMAH SAKIT

2.1 Sejarah Berdirinya Rumah Sakit Panti Wilasa “Citarum” Semarang


Rumah Sakit Panti Wilasa “Citarum” Semarang merupakan unit kerja
Yayasan Kristen Untuk Kesehatan Umum (YAKKUM). Pada mulanya adalah
Rumah Sakit Bersalin Panti Wilasa yang didirikan pada tahun 1950 di
Jl.Dr.Cipto No.50 Semarang.

3
Pada tahun 1966, dicetuskan untuk membangun RSB. Panti Wilasa di
lokasi lain karena di tempat lama tidak memungkinkan dibangun perluasan
gedung baru. Dan pada bulan Mei 1969 diperoleh sebidang tanah di
Jl.Citarum No.98 Semarang. Pembangunan dimulai ditandai dengan peletakan
batu pertama tanggal 8 November 1969 dengan pimpinan proyek
Dr.A.Hoogerwerf dan pelaksanaannya Bapak Ko Kian Giem (Djoni Mandali)
dengan pendanaan dari Pemerintah Negeri Belanda. Bangunan selesai pada
tanggal 25 april dengan luas gedung 10.557 M diatas tanah seluas 2,15 hektar.
Untuk memperluas jangkauan pelayanan, khususnya bagi masyarakat yang
kurang mampu. Maka pada tahun 1970 bekerjasama dengan Gereja Kristen
Jawa (GKJ) Semarang Barat membuka Cabang Poliklinik BP. “Wisma
Santosa” yang terletak di Kelurahan Bandarharjo, Semarang Utara dan tahun
1972 membuka Cabang RB Panti Wilasa di Ambarawa.
Pada tanggal 5 Mei 1973, RSB. Panti Wilasa di Jl.Citarum No.98
Semarang diresmikan oleh Menteri Kesehatan R.I yang diwakili oleh
Dr.Suhasan Kepala Direktorat Kedokteran, dengan fasilitas pelayanan meliputi:
a. Pemeriksaan ibu hamil, persalinan dan pasca persalinan,
b. Keluarga Berencana,
c. Pemeriksaan anak dan merawat anak-anak sakit,
d. Immunisasi,
e. Pendidikan : Sekolah Bidan dengan lama pendidikan 4 tahun.

Tahun 1980 RSB Panti Wilasa mengajukan perubahan status dari Rumah
Sakit Bersalin Panti Wilasa menjadi Rumah Sakit Umum Panti Wilasa I, dan
tanggal 22 Mei 1980 keluar ijin perubahan status dari Depkes RI
No.807/Yan.Kes/RS/80. Perubahan status tersebut membawa dampak pada
perubahan pelayanan rumah sakit. Pada bagian rawat jalan terdapat pelayanan
Unit Gawat Darurat dan pelayanan poliklinik, sedangkan di bagian rawat inap
terdapat bangsal yang di gunakan untuk merawat pasien pasca persalinan,
penyakit anak dan penyakit umum. Disamping itu Sekolah Bidan yang ada, di
konversi menjadi Sekolah Perawat Kesehatan (SPK) dengan Surat Keputusan
Menteri Kesehatan RI Nomor : 93/KEP/DIKLAT/KES/81 tanggal 26 Mei
1981.

4
Untuk mewujudkan pelayanan yang holistik dibuka pelayanan Pastoral dan
pelayanan Usaha Peningkatan Kesehatan Masyarakat (UPKM). Sedangkan RB
Panti Wilasa yang di Ambarawa ditutup pada tahun 5 Mei 1990 karena tidak
ada pasien yang berobat. Pada acara peringatan HUT RS.Panti Wilasa I
menjadi RS.Panti Wilasa “Citarum” sedangkan RS.Pantiwilasa II diganti
dengan nama RS.Panti Wilasa “Dr.Cipto”.

Hal ini dilatarbelakangi oleh adanya antisipasi untuk


memperkecil/meniadakan kerancauan persepsi antara RS.Panti Wilasa I dan
RS.Pantiwilasa II sehingga masing-masing mempunyai nama sendiri-sendiri.
Dan mulai tanggal 29 Agustus 1995 resmi berubah nama menjadi
RS.Pantiwilasa “Citarum” Semarang dengan Surat Keputusan Direktur Jendral
Pelayanan Medik Departemen Kesehatan RI No. YM.02.04.3.5.3830.

Dalam rangka mengantisipasi meningkatnya tutntutan masyarakat


terhadap pelayanan yang bermutu maka RS.Pantiwilasa “Citarum” melengkapi
diri dengan alat diagnostik berupa WHOLE BODY CT SCAN dan diresmikan
pemakaiannya pada tanggal 21 November 1995. Bersamaan itu pula
diresmikan pengguanaa jaringan Sistem Komputer (Local Area
Network/LAN).

Sejalan dengan itu untuk meningkatkan penampilan rumah sakit maka


dilakukan renovasi fisik bangunan rumah sakit yang dimulai sejak tahun 1995
berupa : penggantian seluruh lantai ruang pelayanan dan penunjang menjadi
lantai keramik, dilakukan peremajaan peralatan untuk ruang cuci, renovasi dan
penataan semua bagian bangsal rawat inap termasuk penambahan Ruang VIP,
penataan taman diseluruh lahan taman rumah sakit, penambahan alat LASER
MATA (Opthalas 532 dan YAG3000 LE), penggantian semua atap doorlop,
penggantian unit mobil ambulans, pembelian sebidang tanah di Jl.Ciliwung
IX/1 untuk persiapan lokasi Proses Belajar Mengajar Sekolah Perawat Kesehan
Panti Wilasa, penambahan Ruang Operasi dan peralatannya, dan pada tanggal
26 Desember 1997 RS. Panti Wilasa “Citarum” memperoleh AKREDITASI

5
PENUH dari Drijen Pelayanan Medik Depkes RI (Dr. H. Soejoga, MPH)
dengan nomor : YM.02.03.3.5.5236.

Dengan diperolehnya status akreditasi penuh untuk lima bidang yaitu


bidang Administrasi Manajemen, Pelayanan Medik, Pelayanan Gawat Darurat,
pelayanan Rekam Medik, dan bidang Pelayanan pada tahun 1997, maka
RS.Panti Wilasa “Citarum” terus melakukan pengembangan-pengembangan,
baik fisik bangunan, peralatan dan sarana kerja maupun sumber daya manusia.

Pada tahun 1998 dilakukan pembenahan fasilitas pelayanan seperti


penggantian atap dari asbes menjadi genting, penggantian lantai menjadi
keramik lantai Ruang Bougenville dan kantor. Sedangkan Sekolah Perawat
Kesehatan (SPK) yang ada dikonversi menjadi Akademi Kebidanan Panti
Wilasa sesuai dengan Surat Keputusan Menteri Kesehatan RI No. :
HK.00.06.1.1.1082 tanggal 14 April 1998.

Perkembangan pada tahun 1999 adalah antara lain : pembuatan garasi dan
ruang/kantor pengemudi, prbaikan saluran air, penambahan ruang farmasi dan
rekam medik, perbikan ruang jenazah, perbaikan mesin burner incinerator,
pemasangan paving jalan ruang jenazah, penggantian atap asbes menjadi
genting (lanjutan), pembuatan atap/plafon, pembuatan gudang rekam medik,
pembuatan/penggantian tower air, reinstalasi listrik, renovasi rumah dinas
Ciliwung, dan pembuatan Ruang Hemodialisa.

Pada tahun 2000 dilakukan peremajaan alat CT Scan (Hitachi model : CT-
W1000), USG (Hitachi model : EUB-565A), Pembangunan bangsal Geriatri
dan Aula, serta dimulainya pembangunan gedung Akademi Kebidanan 4 lantai
di Jl.Ciliwung IX/1 Semarang.

Pada bulan januari 2001 mulai dioprasikan Bangsal Geriatri dengan


kapasitas 12 tempat tidur, Ruang Aula dengan kapasitas 300 orang dan Ruang
Hemodialisa, serta pada tanggal 1 September 2001 diresmikan gedung
Akademi Kebinanan Panti Wilasa. Oada tanggal 29 Oktober s/d 3 November
2001, dilakukan akreditasi untuk 12 bidang pelayanan yaitu : Bidang

6
Administrasi & Manajemen. Rekam Medik, Pelayanan Medik, Pelayanan
Gawat Darurat, Pelayanan Keperawatan, Pelayanan Farmasi, Pelayanan
Laboratorium, Pelayanan Radiologin, Pelayanan Kamar Operasi, Pelayanan
Perinatal Resiko Tinggi, Pengendalian Infeksi Rumah Sakit, Dan K-3.

Untuk menjaga dan mempertahankan mutu pelayanan dan profesionalisme


disegala bidang, maka pengembangan sumber daya manisia akan terus di
tingkatkan dan dikembangkan agar pelayanan rumah sakit dapat lebih optimal,
efektif dan efisien dengan tetap mengutamakan mutu dan profesionalisme.

Sebagai salah satu hasil upaya tersebut diatas, tanggal 19 Januari 2002
Penerimaan Sertifikat Akreditasi Tingkat Lanjut 12 bidang oleh Direktur
Jendral Pelayanan Medik Departemen Kesehatan RI (Prof.DR.M.Ahmad
Djojosugito, MHA, FICS) No. : YM.00.03.2.2.2038.

Pada tanggal 18 Mei 2005, memperoleh sertifikasi ISO 9001:2000 untuk 3


pelayanan penunjang yaitu pelayanan Laboratorium, pelayanan Farmasi dan
Pelayanan Radiologi.

Untuk meningkatkan kapasitas asrama mahasiswa dilakukan


pembangunan gedung asrama 3 lantai di Jl.Citarum Utara No.6 untuk asrama
ahasiswi Akademi Kebidanan Panti Wilasa pada tahun 2004 - 2005 dan
pembangunan gedung baru untuk instalasi gizi pada tahun 2006. Pada tahun
2007 Ruang Geriatri dialihfungsikan menjadi Ruang Perawatan khusus HCU
dengan nama Edelweis.

Pada tanggal 15 s/d 17 April 2008, telah dilakukan survei ISO 9001:2000
tahp II untuk bidang pelayanan Laboratorium, Radiologi dan Farmasi. Dan
pada tanggal 15 Mei 2008 telah diberikan sertifikasi ISO 9001:2000 tahun II
dengan nomor registrasi QEC21987 yang berlaku s.d. 18 Mei 2011.

Untuk lebih memberikan keleluasaan bidang kependidikan, maka terhitung


tanggal 1 juli 2008 Akademi Kebidanan Panti Wilasa menjadi akademi dengan
manajemen yang mandiri dan terpisah dengan manajemen Rumah Sakit.

7
2.2 Struktur Organisasi Rumah Sakit
Dalam menjamin pelaksanaan tugas dan fungsi yang mengarah kepencapaian
tujuan suatu struktur organisasi yang merupakan alat bantu visual untuk
menunjukkan rentang kendali kekuasaan dan tanggung jawab.

1. Organisasi dalam arti badan adalah sekelompok orang yang sama untuk
bekerja sama mencapai suatu atau beberapa tujuan.
2. Organisasi dalam arti bagan atau struktur adalah gambaran secara
sistemateis tentang hubungan kerjasama dengan orang-orang yang terdapat
dalam suatu badan dalam rangaka usaha untuk mencapai tujuan.

Sedangkan struktur suatu organisasi adalah suatu kerangka yang


mewujudkan pola tetap dari hubungan – hubungan antara bidang – bidang
kerja maupun orang – orang yang menunjukkan kedudukan, wewenang
dan tanggung jawab masing – masing dalam suatu sistem kerjasama.
Menurut pola hubungan kerja serta lalu lintas wewenang dan tanggung
jawab, maka bentuk organisasi dibedakan sebagai berikut:

1. Bentuk organisasi garis adalah bentuk organisasi tertua yang paling


sederhana, ciri – cirinya adalah organisasi masih kecil, jumlah karyawan
sedikit, pimpinan dan karyawan saling kenal, spesialisasi kerja belum
terlalu tingi.
2. Bentuk organisasi fungsional bermula diciptakan oleh F.W.Taylor, dimana
segelintir pimpinan tidak mempunyai bawahan yang jelas, sebab setiap
atasan berwenang memberi komando kepada setiap bawahan, sepanjang
berhubungan dengan fungsi atasan tersebut.
3. Bentuk organisasi garis dan staff dimana terdapat satu atau beberapa orang
staff. Staff yaitu orang yang ahli dalam bidangnya kepada pejabat atau
pimpinan dalam organisasi tersebut.
4. Bentuk organisasi staff dan fungsional merupakan gabungan antara bentuk
organisasi fungsional dan bentuk organisasi staff dan garis.

Setelah menganalisa dan membandingkan bentuk – bentuk dari organisasi di


atas dengan struktur organisasi RS.Panti Wilasa “Citarum” Semarang,

8
dapat disimpulkan bahwa struktur organisasi yang digunakan adalah
organisasi garis dan staff.

2.3 Struktur Organisasi RS.Panti Wilasa “Citarum” Semarang (Terlampir)


Struktur organisasi RS.Panti Wilasa “Citarum” Seamarang terdiri dari :

1. Direktur
2. Management Representatif
3. Wakil Direktur, terdiri dari :
a. Wakil Direktur administrasi dan Keuangan.
c. Wakil Direktur pelayanan.
b. Wakil Direktur umum
4. Koordinator, terdiri dari :
c. Koordinator Pastoral
d. Koordinator UPKM
e. Koordinator Unit SPI dan Mutu
f. Koordinator Unit Diklat
g. Koordinator Unit Keselamatan RS, Laundry dan Sentral Sterilisasi.
5. Wakil Direttur Pelayanan membawahi :
a. Kepala bidan Perawatan
b. Kepala Instalasi Rawat jalan
c. Kepala Instalasi Rawat Inap
d. Kepala Instalasi Bedah Sentral
e. Ka. Instalasi Gawat Darurat.ICU dan HCU
f. Instalasi Rehab Medik
g. Kepala Instalasi Laboratorium
h. Kepala Instalasi Radiologi
i. Kepala Instalasi Farmasi
j. Kepala Instalasi Rekam Medik
6. Wakil Direttur Administrasi dan Keuangan membawahi :
a. Kepala Bagian SDM
b. Kepala Bagian Sekretariat
c. Kepala Bagian Keuangan
d. Kepala Bagian Akutansi
e. Kepala Bagian Teknologi Informasi
7. Wakil Direttur Umum Membawahi :
a. Kepala Bagian Rumah Tangga
b. Kepala IPS dan Sanitasi
c. Kepala Bagian Hubungan Masyarakat
d. Kepala Bagian Litbang dan Pemasaran
e. Kepala Kepala Instalasi Gizi

9
2.4 Tata Kerja
Pimpinan Unit Kerja/Direktur mempunyai tugas, hak, wewenang, dan
tanggung jawab untuk :
1. Memimpin, merencanakan, mengorganisasikan, mengarahkan,
mengendalikan, mengawasi seluruh kegiatan di dalam Rumah Sakit
sedemikian rupa sehingga sesuai dengan tujuan pelayanan YAKKUM
yang tertuang di AD/ART dan GBHY.
a. Menjalin dan mengembangkan kerjasama yang baik dengan
seluruh unit kerja jajaran YAKKUM, dengan pemerintahan dengan
masyarakat gereja setempat, sehingga eksistensi RS. Panti Wilasa
“Citarum” semarang semakin nyata di tengah masyarakat.
b. Mengembangkan RS. Panti Wilasa “Citarum” semarang
sedemikian rupa sehingga merupakan RSU Madya yang lengkap,
baik dalam fisik, fungsional, personalia maupun keuangan.
2. Wakil direktur administrasi dan keuangan mempunyai tugas, hak,
wewenang dan tanggung jawab untuk membantu direktur dalam.
a. Melaksanakan
Rencana, pengorganisasian, pengarahan, pengendalian, koordinasi,
dan pengawasan maslah – masalah yang berkaitan dengan
pengelolaan administrasi dan keuangan.
b. Menyusun program kerja mengenai administrasi dan keuangan
jangka pendek, yang dijabarkan dalam program tahunan.
c. Memberikan pertanggung jawaban berupa lapoan – laporan
kegiatan khsusnya di bidang administrasi pengawasannya dan
keuangan,baik laporan rutin maupun laporan tidak rutin kepada
direktur.
d. Mengkoordinasi bagian yang ada dibawah pengawasannya yaitu
urusan tata usaha, urusan SDM, urusan keuangan dan akutansi,
PDE, humas dan program penyusunan laporan.
e. Merencanakan dan melaksanakan pengembangan administrasi dan
keuangan untuk mencapai tingkat efisiensi dan produktifitas kerja
yang tinggi.
3. Wakil direktur pelayanan mempunyai tugas, hak, wewenang dan
tanggung jawab untuk membantu direktu dalam :

10
a. Merencanakan, mengorganisasi, mengarahkan, mengendalikan
masalah – masalah yang berkaitan dengan pengelolaan medis,
penunjang medis dan perawatan.
b. Merencanakan dan melaksanakan pengembangan rumah sakit
untuk mencapai mutu efisiensi dan produktifitas yang tinggi.
c. Mempertanggung jawabkan laporan – laporan dibidang medis atau
perawatan rutin maupun tidak rutin kepada direktur.
4. Wakil direktur umum, mempunyai tugas, fungsi dan tanggung jawab
untuk :
a. Menyelenggarankan administrasi umum di Akademi Kebidanan
RS.Panti Wilasa “Citarum” Sewmarang yang membawai PD
Akademi, PD administrasi & umum, dan PD kemahasiswaan.
b. Mengkoordinasi bagian yang ada dibawah pengawasannta, yaitu
bagian rumah tangga, bagian IPS dan Sanitasi, dan program
penyusunan laporan.
c. Menjembatani kelancaran kerja disemua bagian baik medic
maupuk non medic.
5. Koordinator Pastoral mempunyai fungsi tugas, dan tanggung jawab
untuk menyelenggarakan pelayanan pastoral bagi seluruh karyawan
R.S dan para penderita yang sedang dirawat.
6. Instalasi pemeliharaan sarana rumah sakit mempunyai fungsi dan tugas
untuk :
a. Mengkoordinir kegiatan pemakaian dan pemeliharaan alat
transportasi, peralatan listrik, diesel, air, alat telekomunikasi,
komputer, alat elektromedik, cucian dan jahit.
b. Melaksanakan perbaikam gudang interior dan renovasi.

2.5 Bidang Pelayanan


R.S Panti Wilasa Citarum merupakan salah satu rumah sakit umum
bertipe madya dengan jumlah tempat tidur 185 buah, sedang bidang
pelayanannya meliputi:
1. Bidang medis
a. Poliklinik dalam rangka menunjang upaya pelaayanan kesehatan
masyarakat, R.S Panti Wilasa Citarum menyediakan pelayanan
rawat jalan raawat darurat.

11
1) Klinik specialis : penyakit dalam, kesehatan anak, bedah yang
meliputi: umum tulang (ortopedi), tumor (onkologi), mulut
saraf, kebidanan dan penyakit kandungan, kesehatan jiwa
(psyhiantry), penyakit saraf (neurology), THT, mata, kulit dan
kelamin, phsikologi, mulut dan gigi.
2) Klinik umum.
a) klinik KB
b) klinik akupuntur/zenaterapi
c) klinik fisioterapi
d) klinik laktalasi
e) klinik konsultasi gizi
f) klinik ibu dan anak
disamping poliklinik yang disediakan di lingkungan R.S Panti Wilasa
Citarum Semarang, juga diselenggarakan sebuah poliklinik khusus diluar
lingkungan rumah sakit, yaitu di kelurahan Bandar harjo kecamatan
Semarang utara, yaitu klinik Santoso yang juga melaksanankan kegiatan
posyandu.
b. Laboratorium, membuka pelayanan 24 jam untuk pasien rawat inap dan
rawat jalan, juga menjadi tempat praktek para mahasiswa akademi
kebidanan RS. Panti Wilasa Citarum Semarang.
c. Instalasi Farmasi, melayani kebutuhan obat bagi karyawan dan keluarga
serta pasien rawat jalan atau rawat inap.
d. USG Internis atau kebidanan, dioprasikan terpisah dari rontgent, dapat
memberikan pelyanan, untuk pasien kebidanan dan specialis internis
atau penyakit dalam.

e. Radiologi, meliputi peralatan rontgen, CT-SCAN dan USG untuk


melengkapi sarana penunjang medik, baik foto kontras seperti tractus
uninarius, colesystografi, tractus disgentivus dan pleyburgfi, maupun
foto non kontras seperti foto thorax, extremitas superior, inferior,
velphimetri, cranium dan abdomen.

f. Medical check up.

g. Unit Gawat Darurat, siap melayani selama 24 jam untuk masyarakat


yang memerlukan pertolongan yang cepat dan segera.

12
h. Hemodialisa/Cuci Darah.

i. Kamar Operasi, siap melayani 24 jam untuk masyarakat yang


memerlukan pertolongan untuk dilaksanakan operasi baik secara
darurat maupun terprogram.

j. Kamar jenazah siap melayani 24 jam untuk yang membutuhkan tempat


bersemayam sementara bagi jenazah

2.6 Bidang Perawatan


Meliputi pelayanan rawat inap:

1. Ruang Anggrek (untuk perawatan kebidanan bedah, THT, Mata)


2. Ruang Bougenville (untuk perawatan kebidanan dan penyakit
kandungan)
3. Ruang cempaka (untuk perawatan penyakit dalam, kulit, syaraf dan
psikiatri)
4. Ruang dahlia (untuk perawatan penyakit anak)
5. ICU (untuk perawatan intensif)
6. Ruang Edelwis ( untuk perawatan BPJS)
7. Ruang Flamboyan (untuk perawatan VIP )
8. HCU (untuk perawatan dalam pengawasan yang lebih atau preICU)

Pelayanan kesehatan tidak hanya dengan penyelenggaraan Rumah Sakit saja


(Hospital Oriented) dengan pelayanan intramuralnya (pelayanan yang terdapat
dalam Rumah Sakit), seperti pelayanan rawat inap dan cuci darah) tetapi
pelayanan kesehatn ini mempunyai harapan agar masyarakat mampu hidup
sehat, yaitu dengan pelayanan kesehatan ekstramoral (pelayanan yang berada
di luar Rumah Sakit, seperti posyandundan penyuluhan kesehatan) awalnya
meliputi wilayah kecamatan semarang utara di kelurahan Bandar Harjo,
bubangan serta kelurahan sambi rejo, kegiatan tersebut antara lain Dana Sehat.

2.7 Instalasi Pemeliharaan Rumah Sakit


2.7.1 Struktur Instalasi Pemeliharaan Rumah Sakit (terlampir)
Tugas pokok instalasi pemeliharaan Rumah Sakit adalah melaksanakan
pemeliharaan dan perbaikan sarana, prasarana dan peralatan Rumah
Sakit.

13
Peran dan Wewenang:

1. Instalasi pemeliharaan Sarana adalah Satu Sub bidang Kerja yang


merupakan unsure pelaksanaan dalam organisasi Rumah Sakit yang
bertugas melaksanakan penyediaan, pemeliharaan, pemeliharaan
sarana, prasarana, dan peralatan Rumah Sakit.
2. Kepala bidang Instalasi Pemeliharaan Sarana adalah pimpinan yang
mengkoordinir kegiatan instalasi pemeliharaan sarana dan sanitasi RS
yang bertanggung jawab pada Wadir Umum. Mempunyai tugas
menyelenggarakan kegiatan pemeliharaan dan perbaikan sarana dan
prasarana dan peralatan serta memberikan masukan Wadir Umum
tentang sarana Rumah Sakit.
3. Urusan pertukangan adalah bagian dalam IPSRS yang bertugas
menyelenggarakan kegiatan pemeliharaan, perawatan, perbaikan dan
rehabilitasi atas bangunan di Rumah Sakit, seta bertanggung jawab
langsung kepada instalasi Pemeliharaan Sarana.
4. Urusan Listrik yang bertugas menyelenggarakan kegiatan
pemeliharaan, perbaikan dan inventarisasi bidang instalasi mulai dari
generator sampai panel di ruang pemakai listrik.
5. Urusan air bersih adalah bagian dari IPSRS yang bertugas
menyelenggarakan seluruh kegiatan dalam rangka menyediakan dan
melaksanakan pemasangan, pemeliharaan, perawatan, perbaikan, dan
rehabilitasi, inventarisasi, laporan dan program keselamatan kerja
instalasi air bersih dan bertanggung jawab langsung kepada instalasi
pemeliharaaan sarana.
6. Urusan Mesin bagian dari IPSRS yang bertugas menyelenggarakan
seluruh kegiatan pemeliharaan, perbaikan dan rehabilitasi pemakaian
mesin generator dan mesin pompa air serta bertanggung jawab
langsung kepada instalasi pemeliharaaan sarana.
7. Urusan Elektronik adalah yang brtugas menangani bagian dari
elektronik yang menyediakan, dan melaksanakan pemasangan,
pemeliharaan, perbaikan atas pengontrolan wifi, jaringan telepon,

14
sound sistem, tv, serta barang elektronik lainnya dan bertanggung
jawab langsung kepada instalasi pemeliharaaan sarana.

2.7.2 Tata kerja Instalasi Pemelihraan Sarana Rumah Sakit


1. Pengertian

Sub bidang pemeliharaan sarana Rumah Sakit adalah suatu wadah


untuk melaksanakan kegiatan atau usaha yang dilakukan untuk
menjamin agar fasilitas yang menunjang pelayanan kesehatan di
Rumah Sakit yaitu sarana prasarana dan peralatan selalu dalam
keadaan layak pakai.

2. Tujuan

Untuk mencapai suatu kondisi yang memungkinkan tercapainya


kesempurnaan operasional dan hasil guna yang maksimal serta
dapat terintregasi sistem pelayanan di Rumah Sakit.

2.7.3 Ruang Lingkup pekerjaan dan fungsi kerja


1. Penyediaan: menyediakan gas medis, air bersih, penyediaan tenaga
listrik, penyediaan peralatan medic, penyediaan AC, penyediaan
komunkasi, penyediaan teknis.
2. Pemeliharaan, dan perbaikan meliputi: bangunan yaitu gedung
perawatan, kantor, poliklinik, instalasi dan rumah sakit dinas atau
asrama, instalasi listrik, instalasi gas medis, peralatan listrik dan
optik, dan peralatan elektronik dan elektromedik, peralatan radiasi
dan laboratorium, instalasi air bersih.
3. Azas Pelatihan meliputi kegiatan keoelatihan kepada: operator
peralatan listrik dan elektromedik, paramedic guna menjaga
keselamatan kerja bagi petugas atau operator, penderita dan pekerja

15
lainnya, pemeliharaan berkala bagi operator dalam menjaga
peralatan layak pakai, teknisi selaku pelaksana pemeliharaan,
pengukuran dan kalibrasi peralatan.

2.7.4 Kegiatan Instalasi Pemeliharaan Sarana Rumah Sakit


1 Perencanaan meliputi: menyusun rencana kerja dan kegiatan bagi instalasi
Rumah Sakit pemeliharaan Rumah Sakit tahunan, bulanan, mingguan,
menyusun petunjuk teknis dan petunjuk operasional dari pemakai sarana
dan peralatan menyusun peraturan kelayakan operasional sarana dan
prasarana.
2 Pelaksanaan program antara lain: melakukan penilaian uji fungsi dan uji
coba saran, prasarana dan peralatan baik yang baru maupun yang selesai
diperbaiki, melakukan pola dasar perbaikan yaitu: Pemeliharaan
pencegahan (preventiv) adalah pemeliharaan yang dilakukan pada selang
waktu tertentu, untuk mengurangi kemungkinan kerusakan atau bagian-
bagiannya tidak memenuhi kondisi yang diterima. Pemeliharaan korektif
adalah pemeliharaan yang dilakukan untuk memperbaiki suatu bagian atau
seluruhnya, termasuk penyetelan, penggantian bagian yang telah rusak
untuk memenuhi kondisi yang dapat diterima.
3. Pelaksanaan Pemeliharaan
Pemeliharaan dilaksanakan di bagian Instalasi Pemeliharaan sarana RS,
sepanjang memiliki fasilitas kerja tersedia dengan cukup serta sesuai
dengan norma keslamatan kerja yang berlaku. Pemeliharaan yang
dilakukan pihak ketiga yaitu perbaikan insidentil terhadap peralatan tanpa
terikat waktu, kontrak service yaitu peralatan di pelihara atau diperbaiki
dalam jangka waktu, yang ditentukan. Melakukan telahan teknis terhadap
sarana, prasarana, dan peralatan yaitu: dalam rangka pengadaan, dalam
rangka pemeliharaan dan perbaikan, dalam rangka pengukuran dan
kalibrasi, dalam rangka pendayagunaan dan penghapusan. Menysun
laporan terkis mengenai sarana, prasarana, peralatan yaitu: melaksanakan
pengelolaan teknis pengamanan lingkungan, mengelola kegiatan teknis
jam kerja, bertugas dalam pengadaan, pembanding harga, menerima
barang maupun pengujian teknis.

16
4. Pengawasan
Pengawasan yaitu melaksanakan pengawasan dalam kegiatan
pembangunan, pemasangan, pemeliharaan dan perbaikan terhadap
prasarana yang dilakukan pihak ketiga.
5. Prosedur
Prosedur tetap digunakan untuk mekanisme perbaikan dan pemeliharaan
peralatan di Sub bidang dengan prosedur tetap sebagai berikut: Permintaan
perbaikan dari ruang/ bagian ditujukan kepada Ka. Instalasi Pemeliharaan
Rumah Sakit. Secara administrasi dicatat dan diteruskan kepada urusan
yang bersangkutan sesuai dengan tugas masing-masing. Pelaksanaan
pekerjaan di lakukan di urusan dengan empat alternative yaitu:
Proses I : Pekerjaan langsung selesai dan di kembalikan ke ruangan,
Proses II : Memerlukan suku cadang dan terlebih dahulu melalui tim
pemeriksa. Prosesnya meliputi: Perencanaan kebutuhan barang untuk
pelaksanaan pekerjaan dilakukan oleh kepala urusan. Diteliti dan diperiksa
oleh Ka. Instalasi Pemeliharaan dan Sarana, diajukan ke tim disetujui tim
pengadaan barang, diusulkan perencanaan anggaran kepada bendahara,
disetujui oleh Ka. Bidang keuangan, disetujui oleh Wadir umum, uang
dikeluarkan oleh bendahara rutin, pembelanjaan kebutuhan barang, barang
diperiksa, pelaksanaan pekerjaan, barang selesai dikembalikan keruangan
masing masing.
Proses III : Dikerjakan oleh pihak ke-3 dan melalui tim pemeriksa dengan
proses: Perencanaan oleh ketua IPS, diteliti dan diperiksa oleh kepala
Instalasi Pemeliharaan Sarana, IPS melapor keruangan untuk diperbaiki
keluar dengan persetujuan Wadir Umum kemudian diserahkan ke supplyer
kemudian ada penawaran dan disetujui Wadir Umum dan Wadir keuangan,
alat dikerjakan seteklah selesai, dilakukan pelunasan biaya perbaikan oleh
bendahara rutin dan alat dikembangkan ke ruangan dengan mengetahui
IPS dan User.
Proses IV : Barang rusak total dan tidak bisa diperbaiki maka yang
dilakukan adalah: berkas administrasi dikembalikan ke kepala Sub.

17
2.7.5 Pemeliharaan Rumah Sakit untuk laporan.
Mekanisme pengadaan barang dan jasa teknis sebagai berikut. Diagram
pengadaan barang dan jasa teknis meliputi kegiatan: Pengusulan
permintaan biaya oleh Sub instansi untuk pembelian suku cadang, atau
pekerjaan yang dilakukanoleh pihak ke-3, dicatat secara administrasi dan
menyetujui kepala Instalasi Pemeliharaan Sarana, menyetujui kepala
bidang keuangan dan kepala badan Rumah Sakit, pembayaran oleh
bendahara rutin untuk pembelian suku cadang atau pekerjaan yang
dilakukan oleh pihak ke-3, tim pemeriksa memeriksa suku cadang atau
pekerjaan yang dilakukan oleh pihak ke-3, di kembalikan ke urusan dan
ruang masing-masing setelah laporan dicatat terlebih dahulu.

2.8 Lokasi Rumah Sakit


Penilaian lokasi penting artinya bagi suatu perusahaan, sebab
lokasi akan mempengaruhi kelangsungan hidup perusahaan. Pemilihan
lokasi perusahaan yang satu dengan yang lain berbeda tergantung dengan
jenis usaha yang akan dilakukan. Adapun lokasi perusahaan atau letak
perusahaan tempat dimana perusahaan melakukan aktivitasnya,
dikelompokkan menjadi empat yaitu:

1. Letak perusahaan yang terikat pada alam, yang dimaksud adalah letak
perusahaan yang tidak dapat dipengaruhi oleh manusia melainkan ia
tergantung pada alam,
2. Letak perusahaan bedasarkan sejarah, bahwa perusahaan menjalankan
aktivitas di suatu daerah tertentu dapat dijelaskan berdasarkan sejarah.
3. Letak perusahaan yang ditetapkan pemerintah, bahwa suatu
perusahaan hanya dapat menjalankan aktivitas pada tempat atau daerah
yang ditentukan atau ditetapkan oleh pemerintah terlebih dahulu.
4. Letak perusahaan yang dipengaruhi oleh faktor ekonomi, pemilihan
letak perusahaan dengan mempertimbangkan segi-segi ekonomi yang
biasanya dilakukan oleh perusahaan yang bersifat industri.

18
Adapun alasan RS Panti Wilasa “Citarum” Semarang memiliki lokasi di
Jl.Citarum 98 Semarang, brkaitan dengan sejarah berdirinya Rumah Sakit
tersebut atas dasar pertimbangan:

Karena jumlah penderita terus meningkat, gedung lama Jl. Dr.


Cipto 50 Semarang tidak dapat menampung lagi jumlah penderita yang
terus membengkak. Untuk membangun gedung baru disekitar tersebut
tidak mungkin karena sudah tidak ada tanah kosong.

VISI RS. PANTI WILASA “CITARUM”

Rumah sakit umum dengan tingkat pelayanan tersier pilihan utama


masyarakat Jawa Tengah dan sekitarnya, khususnya kelompok masyarakat
menengah dan bawah, didasari iman kristiani, profesionalisme, pelayanan
yang holistik dan efisien.

MISI RS. PANTI WILASA “CITARUM”

1. Menyelenggarakan rumah sakit dengan semangat pelayanan


kristiani, holistik dan mandiri.
2. Mengembangkan rumah sakit dengan fasilitas dan pelayanan
mutakhir, menuju tingkat pelayanan tersier untuk penyakit akut di
bidang bedah, kebidanan dan kandungan, penyakit anak, penyakit
dalam, perawatan intensif, penyakit mata, penyakit THT, sejalan
dengan tuntutan masyarakat kelas menengah dengan berfokus pada
kualitas pelayanan, profesionalisme dan efisiensi.
3. Pengembangan pusat diagnostik dan klinik kolaboratif terpadu.
4. Mengembangkan pelayanan kesehatan di rumah, dan klinik
“satelit” guna menunjang pelayanan yang ada.
5. Mengembangkan kerjasama dengan pembayar pihak ketiga.
6. Mengembangkan sistem manajemen dan sumberdaya manusia
yang ramah, jujur, profesional, efisien dalam bekerja, memiliki
semangat kristiani serta berjiwa sosial.
7. Mengembangkan pelayanan pastoral yang menjangkau semua
pasien.

19
MOTTO RS. PANTI WILASA “CITARUM”

Rumah Sakit yang ramah, jujur, profesional dan dipercaya

BUDAYA KERJA RS. PANTI WILASA “CITARUM”

Tanggap, Senyum, Trampil

BAB III

PERBAIKAN FASILITAS PERALATAN DAN

PEMBENDAHARAAN ALAT MEDIK

3.1 PERBAIKAN PERALATAN MEDIK


3.1.1 ECG
Adalah grafik yang di buat oleh elektrokardiograf, yang merekam
aktifitas kelistrikan jantung dalam waktu tertentu.
a. Data Spesifikasi
1. Model : Cardiocare-2000 (EKG-2000)
2. Merk : Bionet
3. SN : EK0500101
4. Power : 100-240V~
5. Arus : 1,0A-0,5A
6. Frekuensi : 50/60Hz
7. Ruangan : ICU
b. Keluhan : Hasil pemeriksaan grafik pada lead 3
(kriting)
c. Analisa Awal :
- Elektroda lead 3 kotor

20
- Kabel elektroda putus
- Kerusakan pada lead selektor
d. Pengecekan Kerusakan :
- Cek kabel ECG menggunakan ohm meter
- Cek soket konektor , apakah terpasang dengan baik
- Cek vakum elektroda dan probe pada ECG
e. Analisa Kerusakan :
- Kondisi elektroda Kotor ( terdapat bekas jelly kering )
f. Penanganan Kerusakan : Membersihkan semua Elektroda ECG dan
probe ECG
g. Hasil Perbaikan : ECG merk Bionet dengan keluaran hasil grafik
tidak standar dapat kembali normal setelah dibersihkan elektroda
dan probe

3.1.2 Ventilator
Adalah suatu alat medik yang digunakan sebagai alat bantu
pernafasan untuk, mengontrol, membantu mengambil alih fungsi paru-
paru.

a. Data Spesikasi
1. Model : Galileo
2. Merk : Hamilton Medical
3. SN : 9068
4. Power : 100-240V~
5. Arus : 2,1A-0,9A
6. Frekuensi : 50/60Hz
7. Ruangan : ICU
b. Keluhan : Alat tidak bisa menyala saat dihidupkan
c. Analisa Awal :
- Supply listrik pada stop kontak putus
- Power supply pada alat mati karena fuse putus/boardnya rusak
d. Pengecekan Kerusakan :
- Cek sumber tegangan pada alat ventilator
- Cek blok wiring power supply
e. Analisa Kerusakan :
- Kapasitor pada rangkaian board power supply telah rusak
f. Penanganan Kerusakan :
- Mengganti board pada rangkaian power supply

g. Hasil Perbaikan :

21
- Ventilator merk Hamilton Galileo dengan keluhan tidak bisa
nyala karena salah satu komponen kapasitor pada rangkaian board
power supply rusak, telah diganti satu board power supply dan
dapat menyala dengan normal kembali

3.1.3 Dental Unit


Adalah suatu alat medik yang digunakan oleh dokter gigi untuk
membantu pemeriksaan dan kemudian menentukan terapi apa yang
dapat diberikan kepada pasien. Secara umum untuk membantu perawatan
gigi dan mulut ( pengeboran, penambalan, pembersihan, dan pemeriksaan)

a. Data Spesifikasi
1. Merk : Collaudato - Tested
2. Seri : D2 LDG
3. Tegangan : 220v/50 Hz , 1,45kVA
4. Ruangan : Poli Gigi
b. Keluhan : Alat dalam keadaan basah kemasukan
air akibat genting bocor
c. Analisa Awal :
- Alat tidak dapat berfungsi maksimal
d. Pengecekan Kerusakan :
- Cek board pada rangkaian hand piece
- Cek rangkaian kelistrikan pada Foot Step
- Cek board pada control water compressor dan air
compressor
e. Analisa Kerusakan :
- Board pada hand piece kotor
- Board pada control water compressor dan air compressor
kotor
- Lampu light cure mati/putus
f. Penanganan Kerusakan :
- Buka semua bagian alat, bersihkan dan mengeringkan
board yang basah
- Mengganti lampu light cure yang baru
- Membersihkan board pada control water compressor dan air
compressor yang kotor
g. Hasil Perbaikan
- Pengecekan pada semua bagian alat baik, dan alat dapat
berfungsi kembali.

22
3.1.4 Syiring Pump
Adalah suatu peralatan elektromedis yang berfungsi untuk
memasukan cairan obat-obatan secara terus menerus dengan perbandingan
waktu dan dosis obat tertentu.

a. Data Spesifikasi
1. Model : TE-331
2. Merk : Terumo
3. Seri : 018090/20550452
4. Tegangan : 100-240V AC, 12-15 VDC
5. Frekuensi : 50/60 Hz
6. Ruangan : HCU
b. Keluhan : Alat tidak bisa menyala
c. Analisa Awal : Batteray error (rusak)
d. Pengecekan Kerusakan :
- Cek kondisi alat dalam keadaan normal
- Cek display alat saat di nyalakan tertampil batteray error
- Cek tegangan batteray dengan multimeter
e. Analisa Kerusakan :
- Batteray pada alat tidak dapat di charge
f. Penanganan Kerusakan :
- Mengganti batteray dengan yang baru
g. Hasil Perbaikan :
- Alat telah diganti batterai yang baru dan alat dapat hidup.

3.1.5 Pasien Monitor


Adalah suatu alat yang digunakan untuk memonitor vital sign
pasien, berupa detak jantung, nadi, tekanan darah, temperatur bentuk pulsa
jantung secara terus menerus.

a. Data Spesifikasi
1. Merk : Nihon Kohden
2. Type : OPV – 1500
3. Seri : 06050.
4. Tegangan : 100-240V, 85 VA
5. Frekuensi : 50 Hz
6. Ruangan : R.HCU
b. Keluhan :
- Pada saat start up alat, brightnes terlalu terang pada display
monitor
c. Analisa awal :
- LCD monitor sudah lama di pakai, sehingga start upnya lama
d. Pengecekan kerusakan :

23
- Bersihkan alat dari debu dan kotoran.
- Cek kondisi alat secara fisik.
- Cek parameter pada display alat.
e. Analisa kerusakan :
- Pada display monitor brightnes terlalu terang.
f. Penanganan kerusakan :
- Setting ulang brightnes yang terlalu terang pada monitor
g. Hasil perbaikan :
- Alat dapat menampilkan display secara normal.

3.1.6 Bili Blanket


Adalah suatu peralatan elektromedis yang berfungsi untuk melakukan
teraphy sinar UV pada bayi.

a. Data Spesifikasi
1. Merk : Ohmeda
2. Type : Billyblanket Plus
3. Seri : Hcf C 51247
4. Tegangan : 220 V
5. Frekuensi : 50 Hz
6. Ruangan : R.Peristi
b. Keluhan : Lampu tidak menyala
c. Analisa awal :
- Life time lampu habis
- Power supply putus
d. Pengecekan kerusakan :
- Cek sambungan power supply/ cek kabel power
- Cek tegangan jala-jala PLN
- Cek sambungan kabel pada lampu
e. Analisa kerusakan :
- Life time lampu habis.
- Penggunaan alat yang lama, membuat sinar lampu redup
f. Penanganan kerusakan :
- Membersihkan block power supply alat dari debu dan kotoran.
- Memeriksa kondisi komponen alat secara keseluruhan
- Mengganti lampu bili blanket dengan yang baru.
g. Hasil perbaikan :
- Alat Bili Blanket telah berfungsi secara normal kembali setelah
diganti lampu yang baru.

24
3.1.7 SWD (Short Wave Dhiathermy)
Adalah suatu peralatan terapi yang berfungsi untuk memanaskan
jaringan dan pembuluh darah dengan gelombang pendek, sehingga
peredaran darah menjadi lancar, nama lain short wave diathermi adalah
Diathermi gelombang pendek

a. Data Spesifikasi :
1. Merk : Enraf , Type Curaplus-970
2. Seri : SWD Curaplus 970
3. Tegangan : 220V, 10A, 50 Hz
4. Ruangan : Fisiotheraphy
b. Keluhan : Elektroda tidak dapat panas pada saat alat
dinyalakan tetapi alat bisa menyala
c. Analisa awal :
- Elektroda rusak
- Supply tegangan ke SWD putus
d. Pengecekan kerusakan :
- Cek elektroda SWD
- Cek konektor SWD
- Cek kabel pada konektor SWD
e. Analisa kerusakan :
- Kabel serabut pada konektor telah putus.
f. Penanganan kerusakan :
- Menyambung kembali kabel SWD dan konektor dengan cara
menyolder.
g. Hasil perbaikan :
- Elektroda SWD dapat berfungsi normal kembali

3.1.8 C R
Adalah Computer Radiografi (CR) merupakan suatu sistem atau proses
untuk mengubah sistem analog pada konvensional radiografi menjadi
digital radiografi

25
a. Data Spesifikasi
1. Merk : Fuji Film.
2. Seri : DryPix 7000.
3. Ruangan : Ruang Radiologi
b. Keluhan : Alat tidak terkoneksi dengan unit radiologi
lain
c. Analisa awal :
- LAN putus
- IP address tidak sesuai
- Kabel konektor putus
d. Pengecekan kerusakan :
- Cek IP address
- Cek konektor sumbernya
e. Analisa kerusakan :
- IP address tidak bisa di rubah dan di default factory setting
f. Penanganan kerusakan :
- Instal ulang dan default IP address.
g. Hasil perbaikan :
- Menunngu supplyer CR untuk default factory setting

3.1.9 Meja Obgyn


Adalah suatu alat yang dipergunkan untuk meletakkan pasien yang
akan melakukan pemeriksaan kandungan.

Data Spesifikasi

1. Merk : GEA
2. Model : Edon Technology
3. Seri : 6520
4. Tegangan : DC 24V, 3A
5. Ruangan : Poli Obgyn

26
a. Keluhan : Saat foot switch alat di tekan, alat tidak
bisa kerja naik dan turun, tetapi motor hidup
b. Analisa awal :
- Motor penggerak obgyn rusak
- Mekanik hidrolik rusak
- Oli hidrolik habis
- Silk hidrolik aus
- Food switch tidak terhubung
c. Pengecekan kerusakan :

- Cek mekanik hidrolik

- Cek seal hidrolik pada alat Obgyn telah aus.

d. Analisa kerusakan :
- Kerusakan pada hidrolik kemungkinan seal bocor sehingga alat
tidak bisa bekerja naik dan turun.
e. Penanganan kerusakan :
- Menghubungi supplier untuk menanyakan spare part.
f. Hasil perbaikan :
- Alat masih dalam proses perbaikan
-

3.1.10 Infant Warmer


Adalah suatu alat elektromedik yang digunakan untuk
menghangatkan, menstabilkan dan menjaga kondisi bayi setelah
dilahirkan, pada perubahan kondisi bayi yang baru lahir didalam tubuh
ibunya, suhu tubuh terus selalu terjaga normal, sehingga penting untuk
mempertahankan suhu tubuh agar tidak terjadi hipotermi.

a. Data Spesifikasi
1. Merk : Acroe
2. Power : 220V, 50/60Hz, Lamp 2.23W, Heater 1000W.
3. Ruangan : R.Bersalin / ( VK ).
b. Keluhan : Alat tidak bisa hidup.
c. Analisa awal :
- MCB stop kontak putus
- Kabel power putus
- Fuse putus
- Switch on/off rusak
d. Pengecekan kerusakan :
- Cek MCB stop kontak

27
- Cek kondisi fuse
- Cek kondisi steker
- Cek tegangan jala-jala PLN apakah putus atau tidak.
e. Analisa kerusakan :
- Kabel pada steker terbakar.
f. Penanganan kerusakan :
- Ganti kabel steker
g. Hasil perbaikan :
- Alat telah kembali berfungsi normal.

3.1.11 Spygmomanometer Elektrik


Adalah Suatu Alat yang di gunakan untuk mengukur tekanan darah
baik secara sistole maupun diastole

a. Data Spesifikasi
1. Model : Nissei DM-500
2. Merk : NIHON SEIMITSU SOKKI
3. Power : 2 x 1,5 “AA” Batteray
4. Ruangan : R.Anggrek
b. Keluhan : Alat tidak bisa hidup.
c. Analisa awal :
- Batteray habis
- Setting tombol on/off rusak
d. Pengecekan kerusakan :
- Cek fungsi alat dengan bateray baru apakah menyala
- Cek fungsi manset
e. Analisa kerusakan :
- Batteray habis
- Manset rusak
f. Penanganan kerusakan :
- Ganti batteray baru
- Ganti Manset yang rusak dengan yang baru
g. Hasil perbaikan :
- Alat telah kembali berfungsi normal

3.2 Perbendaharaan Alat-Alat Medik


Peralatan medik yang ada di RS. Panti Wilasa Citarum Semarang tersebar
dibeberapa ruangan seperti yang ditunjukkan pada tabel berikut ini :

28
No. RUANGAN JUMLAH ALAT MEDIK
1 Anggrek 15
2 Bougenville 6
3 Cempaka 12
4 Dahlia 12
5 Flamboyan 15
5 Edelwais (HCU) 45
6 Hemodialisa (HD) 23
7 Instalasi Bedah Sentral (IBS) 39
8 Instalasi Gawat Darurat (IGD) 15
9 Instalasi Laboratorium 19
10 Instalasi Radiologi 15
11 Instalasi Rawat Intensive (ICU) 76
12 Instalasi Rawat Jalan (Poli Klinik) 26
13 Instalasi Rehabilitasi Medik (Fisiterapi) 22
14 Kamar Bersalin (VK) 19
15 Peristi 12
Total Alat 371

Tabel 3.1 Jumlah alat di setiap ruangan

BAB IV
PEMBAHASAN ALAT

4.1 ESU ( Electro Surgery Unit )


4.1.1 Teori Dasar
Fungsi Elektro Surgery Unit (ESU) adalah sebagai alat bantu pada saat
di lakukan pembedahan dengan memanfaatkan arus listrik frekuensi tinggi
pada jaringan tubuh tertentu dengan menggunakan elektroda sebagai

29
medianya. Ketika arus listrik mengalir melalui jaringan biologis, maka akan
terjadi efek – efek sebagai berikut :
a. Efek Panas (Thermal)
Arus listrik yang akan dialirkan melalui jaringan biologis akan
menimbulkan panas. Besar panas yang timbul tergantung pada tahanan
spesifik dari jaringan, besarnya arus dan lamanya arus mengalir.
b. Efek Stimulasi (Faradik)
Sel-sel jaringan yang sensitif seperti sel syaraf dan sel otot akan dirangsang
(distimulasi) oleh arus listrik sehingga akan terjadi kontraksi jaringan.
c. Efek Elektrolitik
Arus listrik mengakibatkan pergerakan ion-ion didalam jaringan
biologis. Dengan arus searah ion-ion bermuatan positif akan bergerak ke
kutub negatif (katoda), dan ion-ion bermuatan negatif ke kutub positif
(anoda). Kemudian terjadi peningkatan konsentrasi yang berakibat bahaya
elektrolitik pada jaringan.
Pada penggunaan Elektrosurgery Unit, dipakai arus listrik frekuensi
tinggi yang berguna untuk memaksimalkan efek panas (termal) dan
meredam terjadinya efek faradik dan efek elektrolitik, oleh karena itu
dipergunakan frekuensi diatas 300 KHz.
Arus frekuensi tinggi yang dihasilkan oleh rangkaian akan terjadi
pada saat tombol elektroda aktif atau foot switch ditekan, sehingga arus
listrik frekuensi tinggi mengalir dari elektroda aktif ke jaringan tubuh dan
tersalur menuju elektroda netral. Maksud dari penggunaan arus listrik
didalam pembedahan adalah untuk mengurangi pendarahan karena darah
pada jaringan yang terpotong dapat dengan segera membeku, serta
mengurangi kontaminasi bakteri.
Prinsip yang mendasar dari kerja ESU adalah memberikan sejumlah
arus frekuensi tinggi ke tubuh pasien melalui elektroda, dimana frekuensi
arus tinggi ini di lakukan oleh rangkaian generator atau oscilator frekuensi
tinggi sekitar 700Khz.
Pengertian Istilah-Istilah

30
a. Blend / Cutting adalah pemotongan pada jaringan tubuh.
b. Contact Coagulation adalah elektroda aktif yang bersentuhan dengan
jaringan tubuh.
c. Spray Coagulating (Fulguration) adalah coagulasi untuk permukaan
yang luas, elektroda aktif tidak menyentuh jaringan tubuh.
d. Monopolar adalah kegiatan pembedahan dengan menggunakan elektroda
netral dan elektroda aktif, sehingga proses pemanasan terjadi hanya pada
satu sisi dari elektroda.
e. Bipolar adalah kegiatan pembedahan tanpa menggunakan elektroda
netral, elektroda berupa pinset, sehingga proses pemanasan terjadi pada
kedua sisi dari elektroda.
f. Elektroda netral adalah elektroda yang berpenampang luas berfungsi
untuk menampung arus frekuensi tinggi dari elektroda aktif. Istilah lain
adalah dispersif elektroda, passive elektroda, plate elektroda, indeffernt
elektroda.
g. Nessy Elektroda / disposable patient plate adalah elektroda netral yang
dipergunakan sekali pakai untuk menjamin sterilisasi.
h. Foot Switch adalah kaki untuk mengaktifkan elektroda aktif yang terdiri
dari single foot switch dan double foot switch.
i. Hand Switch adalah saklar tangan untuk mengaktifkan elektroda aktif
yang terdiri dari single hard switch dan double hand switch.

4.1.2 Gambar Alat ESU (Elektro Surgery Unit)

Gambar 4.1 ESU (Electro Surgery Unit)

31
4.1.3 Spesifikasi Alat ESU (Elektro Surgery Unit)
a. Nama : Elektro Surgery Unit (ESU)
b. Merk : ERBE
c. Model : VIO 350 D
d. Produk : Jepang
Tegangan : 220 VAC 50 / 60 Hz

4.1.4 Bagian – Bagian Alat


1. Unit

Gmbar 4.2 Bagian-bagian ESU (Electro Surgery Unit)

Keterangan :

1. power : Saklar tombol ON/OFF.

2. AUTO CUT : Auto. kontrol tegangan, Effect 3, keterbatasan daya 150 watt
Aktivasi dengan kunci kuning atau pedal kuning

3. COAG AUTO 1 : Lembut koagulasi, keterbatasan daya 60 watt


Aktivasi dengan kunci biru

4. AUTO COAG 2: Paksa koagulasi, keterbatasan daya 60 watt


Aktivasi dengan kunci biru atau pedal biru

32
5. AUTO BIPOLAR: keterbatasan daya 40 watt
Aktivasi dengan pedal putih, Auto Stop off

6. The ERBOTOM ICC 350 : dilengkapi dengan 11 lokasi memori untuk


penyimpanan berbagai pengaturan dasar. Dengan cara ini, pengaturan yang
diperlukan untuk
setiap aplikasi operasi frekuensi tinggi dapat dikurangi untuk
minimum.

7. Menghubungkan socket untuk elektroda netral : Untuk pemotongan monopolar


dan / atau koagulasi, elektroda netral yang cocok harus digunakan yang harus
keduanya dihubungkan ke unit serta diterapkan dengan hati-hati
8. Menghubungkan socket untuk 1 bidang fungsi AUTO CUT dan AUTO
COAG: Elektroda menangani dengan finger switches dapat dioperasikan dari
socket penghubung ini. ini menghubungkan soket hanya dapat diaktifkan melalui
fingerswitch tersebut.

9. Menghubungkan socket untuk 2 bidang fungsi AUTO CUT dan AUTO


COAG : Menangani elektroda atau instrumen koagulasi monopolar lain dengan
atau tanpa fingerswitches dapat dioperasikan dari socket penghubung ini. Juga
instrumen monopolar lainnya dengan atau tanpa switch, seperti endoskopi kaku
atau fleksibel untuk operasi endoskopi, dapat dihubungkan ke menghubungkan
soket ini. Pastikan sini bahwa jenis konektor cocok. Socket menghubungkan Ini
baik dapat diaktifkan melalui fingerswitch atau pedal dari footswitch

10. Menghubungkan socket untuk bidang fungsi AUTO BIPOLAR : Instrumen


bipolar untuk koagulasi atau pemotongan dapat dihubungkan ke soket yang
menghubungkan ini.

Modus koagulasi dapat diaktifkan melalui pedal atau Auto Start. Dalam modus
koagulasi, yang Fungsi Auto Stop juga tersedia.

11. bidang Keselamatan Unit bedah frekuensi tinggi dari seri ICC ERBOTOM :
dilengkapi dengan berbagai keamanan perangkat untuk melindungi pasien dan
pengguna

2. Netral Elektroda/Elektroda Pasif

Elektroda pasif terbuat dari bahan konduktor yang memiliki luas


permukaan besar. Hal ini bertujuan agar arus listrik yang mengalir tidak
terpusat pada satu titik yang dapat menimbulkan rasa panas pada kulit
yang dapat menyebabkan bahaya pada pasien. Hal ini biasanya dicapai

33
dengan melekatkan elektroda yang besar ke kulit pasien jauh dari lokasi
pembedahan. Luas elektroda yang besar dan kontak impedance yang kecil
mengurangi kepadatan arus ke tingkat dimana pemanasan jaringan men
jadi minimal. Maka dari itu, komponen ini dibuat dari bahan yang fleksibel,
sehingga mudah digunakan menurut objek yang akan dibedah. Elektroda
ini terbagi menjadi dua yaitu yang dapat digunakan berulang-ulang dan
hanya sekali pakai (disposible). Kegagalan elektroda dan luka pasien
terjadi paling banyak karena disebabkan eleh aplikasi yang tidak tepat,
pencabutan elektroda, dan kerusakan elektroda

Gambar 4.3 (a) Elektroda pasif sekali pakai (disposable) ; (b)

Elektroda pasif yang dipakai berulang-ulang

3. Foot Switch
Arus frekuensi tinggi yang dihasilkan oleh rangkaian akan terjadi pada saat
tombol elektroda aktif atau foot switch ditekan, sehingga arus listrik
frekuensi tinggi mengalir dari elektroda aktif ke jaringan tubuh dan tersalur
menuju elektroda netral.

34
a. Gambar 4.4 Foot switch b. Gambar 4.5 Foot switch Bipolar
Monopolar

4. Electro cautter/Elektroda aktif


Elektroda aktif terbuat dari bahan yang bersifat konduktor dengan bentuk
fisik mempunyai permukaan yang sempit. Hal ini bertujuan agar arus listrik
frekuensi tinggi akan lebih terpusat hingga panas yang dicapai pada tubuh
merupakan panas yang maksimum. Jenis elektroda aktif yang digunakan pada
proses pembedahan dibedakan menurut fungsinya antara lain :
a. Elektroda jarum (Needle Electrode)
Elektroda ini sesuai dengan namanya berbentuk jaring dengan luas
permukaan yang sangat sempit, dan digunakan pada pembedahan jaringan
tubuh yang kecil

Gambar 4.6 elektroda jarum

b. Elektroda pisau (Knife Electrode)


Elektroda aktif ini berbentuk pipih seperti pisau dan digunakan pada proses
pemotongan/cutting

Gambar 4.7 elektroda pisau

35
c. Elektroda lingkar pita (Band Loop Electrode)
Elektroda aktif yang berbentuk lingkaran yang digunakan untuk mengambil
bagian yang menonjol pad bagian kulit. Adapun elektroda lingkar pita seperti
pada gambar 4.8.

Gambar 4.8 elektroda lingkar pita

d. Elektroda bola ( Ball Electrode )


Elektroda aktif yang bentuknya menyerupai bola. Pada penggunaannya,
elektroda bola digunakan untuk penggumpalan darah atau coagulasi, dapat
juga untuk pembakaran jaringan kulit yang tidak dikehendaki atau fulgurasi
dengan cara memberikan cara memberikan jarak antara elektroda terhadap
permukaan kulit yang akan diterapi. Untuk lebih memahami bentuk elektroda
bola dapat dilihat pada gambar 4.9.

Gambar 4.9 elektroda bola

4.1.5 Blok Diagram ESU

Gambar 4.10 Blok Diagram ESU

36
4.1.6 Keterangan dan Cara Kerja Blok Diagram
Keterangan blok diagram :
a. Power Supply
Power supply berfungsi untuk memberikan catu daya pada seluruh
rangkaian pada pesawat.
b. HF Generator
Unit ini berfungsi sebagai pembangkit frekuensi tinggi yaitu
frekuensi diatas 300 KHz.
c. HF Filter
Unit ini berfungsi untuk menyaring dan melewatkan frekuensi tinggi
yang hanya digunakan untuk pembedahan.
d. Control
Unit ini berfungsi untuk mengendalikan frekuensi tinggi yang akan
dikeluarkan untuk supply pada probe.
e. Output
Unit ini digunakan untuk mengeluarkan frekwensi tinggi yang
berhubungan secara langsung dengan objek yang akan di bedah
f. Patient
Patient merupakan objek yang dilakukan pembedahan .

Cara Kerja Blok Diagram :


Power Supply adalah ranngkaian pembangkit arus searah yang
terdiri dari saklar penghubung (ON/OFF switch) ,serta penyearah yang
menyalurkan tegangan listrik ke rangkaian power supply masuk ke blok
pembangkit HF, terjadi proses pembangkitan frekuensi tinggi melalui
oscillator kemudian filter menyaring frekuensi tinggi yang di hasilkan
oscillator ke rangkaian power supply, dan dikontrol untuk mengatur
frekuensi tinggi yang dikeluarkan untuk supply ke rangkaian output yang
dialirkan ke pasien melalui elektroda aktif menuju elektroda pasif

37
4.1.7 Pengoprasian Alat ESU
Cara pengoprasian ESU :
a. ESU Sebelum menghidupkan bersihkan ESU dan bagian-bagian
dari debu dan kotoran lainnya. Pastikan bahwa tidak ada barang
apapun diatas ESU terutama cairan.
b. Pastikan bahwa semua accecories dalam kondisi baik dan telah
terpasang dengan baik.
c. Masukan kabel power ESU ke stop kontak listrik di dinding.
Pastikan kabel power telah tertancap dengan mantap di stop
kontak, apabila stop kontak tidak arde, hubungkan ESU dengan
arde tambahan.
d. Pastikan Patien plate terpasang dengan benar termasuk kabel dan
jack (conector) harus selalu dalam keadaan baik dan bersih serta
patien plate harus tepat menempel pada bagian tubuh patient pada
lengan atau paha patient yang paling dekat dengan bagian yang
akan dibedah.
e. Daya hantar listrik (conductivitas elektrik) dari bagian tubuh yang
dipasang patient plate sebaiknya ditingkatkan.
f. Hidupkan ESU dengan menekan saklar hijau pada front panel.
g. Atur dosis / daya yang diinginkan dengan menekan tombol
up/down, baik untuk cutting maupun coagulation. Lakukan juga
pemilihan efek yang diinginkan untuk cutting dan mode yang
diinginkan untuk coagulation bila memang dibutuhkan.
h. ESU Siap untuk digunakan setelah netral elektroda terpasang ke
pasien dengan baik.
i. Rapikan kembali ESU beserta semua accecories.

4.1.8 Aspek Pengamanan


Aspek pengamanan yang perlu diperhatikan dalam penggunaan
ESU pengamanan listrik dan pengamanan luka bakar.

38
a. Pengamanan Listrik
1) Arus Lebih.
2) Frekuensi Rendah.
3) Elektroda Netral.
4) Arus Bocor (Leakage Current).
5) Kodefikasi Warna dan Simbol (IEC Standart).
b. Pengamanan terhadap luka bakar pada bagian yang tidak diinginkan.
Ada tiga penyebab luka bakar yaitu :
1) Luka bakar Endogenous
Luka bakar endogenous pada permukaan antara elektroda netral dan
jaringan pasien dapat terjadi karena penggunaan elektroda netral
yang terlalu kecil dibandingkan dengan pemakaian daya frekwensi
tinggi yang digunakan atau karena elektroda netral tidak terpasang
secara sempurna atau hanya sebagian kecil elektroda netral yang
menempel.
2) Luka bakar Endigenous
Luka bakar ini karena ada sebagian tubuh pasien yang menyentuh
konduktif area lain. Sebagai catatan selama pembedahan dengan
menggunakan ESU pasien harus terisolasi terhadap seluruh barang
konduktif, bahan isolasi yang elektrik yang kering dan tebal
ditempatkan diantara pasien dan meja operasi.
3) Luka bakar Exogenous
Disebabkan dari panas yang ditimbulkan oleh bahan yang mudah
terbakar.

4.1.9 Trouble Shooting


a. Keluhan :
- Alat ESU mati total
- Alat tidak bisa membakar
- Alat hidup, elektroda tidak panas
b. Analisa Awal :
- Tidak ada tegangan sumber yang masuk pada rangkaian power
supply

39
-Tidak ada tegangan sumber yg masuk ke alat
c. Pengecekan Kerusakan :
- cek power supply
- cek hand sweat pastikan hand sweat tidak kotor dengan darah
- cek sambungan socket untuk electroda
d. Analisa kerusakan :
- ESU tidak mendapat sumber tegangan karena power supply
tidak berfungsi
- Hand sweat kotor
- Sambungan socket ke electroda tidak terpasang dengan benar
e. Penanganan kerusakan :
- Mengganti rangakaian power supply
- Ganti dengan hand sweat yang baru
- perbaiki sambungan socket untuk electroda dengan benar

f. Hasil perbaikan :
- Setelah di ganti dengan rangkaian power supply, memperbaiki
socket untuk electroda, dan mengganti hand sweat yang baru ,
alat ESU dapat di fungsikan kembali sebagaimana mestinya

40
4.2 Syringe Pump
4.2.1 Teori Dasar
Syringe Pump adalah suatu peralatan elektromedis yang berfungsi
untuk memasukan cairan obat-obatan secara terus menerus dengan
perbandingan waktu dan dosis obat tertentu.

Prinsip dasar pada syring pump terdiri dari beberapa rangkaian yaitu
rangkaian pengatur laju motor (pendeteksi motor rpm), rangkaian
komparator, dan rangkaian sinyal referensi. Motor dan berputar untuk
menggerakkan spuit merespon sinyal yang di berikan oleh rangkaian
pengendali motor, tetapi putaran motor itu sendiri tidak stabil sehingga
perubahan-perubahan itu akan di deteksi oleh rangkaian pendeteksi rpm.
Sinyal yang didapat dari pendeteksi rpm akan dibandingkan dengan
sinyal referensi, dimana hasil dari perbandingan tersebut akan meredakan
kestabilan motor . motor akan mengurangi lajunya jika perputarannya
terlalu cepat dan sebaliknya akan menambah kecepatan jika
perputarannya terlalu pelan sehingga didapatkan putaran motor yang
stabil.

Syring pump didesain agar mempunyai ketepatan yang tinggi dan


mudah untuk digunakan. Syring pump dikendalikan dengan mikro
computer dan dilengkapi dengan system alarm yang menyeluruh.

Prinsip Kerja Alat Syringe Pump adalah alat yang didesain untuk
memasukan obat-obatan, pengobatan dengan chemotherapy, obat kanker,
oxytocic, anti koagulan, obat anastesi dan nutrisi makanan dapat
digunakan di ICU, ICCU, NICU atau ruang operasi.

Syringe pump didesain sangat presisi dan mudah digunakan, dikontrol


dengan mikrokomputer yang didukung dengan system alarm. Syringe
yang digunakan berukuran 10, 20, 30, dan 50 ml. Pada syringe dapat
diatur aliran rata-rata yang diberikan dan dapat diketahui pula berapa ml
obat yang diberikan dan batas obat yang akan diberikan

41
 Rentang Tingkat Arus Pengaturan
0,1-300 mL / h (untuk jarum suntik 10, 20 dan 30 mL)
0,1-999 mL / h (untuk 50 mL jarum suntik)
0,1-1200 mL / h (fungsi khusus untuk 50 jarum suntik mL)

 Arus Tingkat Tampilan Perubahan


0,1 mL / h langkah (untuk pengaturan 0,1-99,9 mL / h)
1 mL / h langkah (untuk pengaturan dari 100 hingga 999 mL / h)
Arus Tingkat Akurasi
Mekanik Akurasi: ± 1%
Akurasi termasuk jarum suntik: ± 3%
Oklusi Deteksi Tekanan
Dipilih dari tiga tingkat.
(Nilai adalah dengan penggunaan jarum suntik Terumo)
800 ± 200 mmHg max. (106,7 kPa ± 26,7 kPa)
500 ± 100 mmHg max. (66,7 kPa ± 13,3 kPa)
300 ± 100 mmHg max. (40 kPa ± 13,3 kPa)

4.2.2 Gambar Alat Syiringe Pump

Gambar 4.11 Syiring pump

4.2.3 Data Spesifikasi Alat Syringe Pump


a. Nama Pesawat : Syringe Pump
b. Model : Terufusion TE-331
c. Tegangan : 100-240 VAC, 12-15 VDC

42
d. Frekuensi : 50 / 60 Hz
e. Daya : 23 Watt
f. Berat : ± 1,8 kg
g. Produksi : Japan

4.2.4 Bagian-Bagian Alat Syringe Pump

Gambar 4.12 Bagian-bagian Syringe Pump

Keterangan:

1. [AC/DC] indicator
Menyala apabila menggunakan AC/DC, dan lampu indicator mati apabila
menggunakan batteray internal.
2. [BATTERY] indicator
a) Menyala walaupun dihubungkan dengan sumber AC/DC.
b) Menunjukan tingkatan recharging (pengisian ulang) ketika battery
discharging.
c) Menunjukan kapasitas battery ketika digunakan.
3. [SYRINGE SIZE] indicator
a) Secara otomatis menunjukan ukuran syringe ketika syringe dipasang.
b) Ketika syringe tidak dipasang maka lampu akan berkedip-kedip.
4. [FLOW RATE / DELIVERY LIMIT / VOLUME DELIVERED] display
a) Menampilkan besarnya flow rate dan batas obat yang akan diberikan.
b) Menampilkan volume yang telah diberikan.
5. [DISPAY SELECT] switch

Mengganti display yaitu: FLOW RATE / DELIVERY LIMIT / VOLUME


DELIVERED.

43
6. [CLEAR (C∑MI)] switch
Untuk menghapus volume yang telah diberikan.
7. Operation Indicator
a) Menyala hijau dan berputar apabila syringe bekerja.
b) Menyala hijau dengan berkedip ketika digunakan untuk komunikasi.
c) Lampu mati ketika pengoperasian alat dihentikan.
d) Menyala merah ketika alarm aktif.
e) Menyala merah dan hijau secara bergantian ketika alat standby
8. Dial
a) Digunakan untuk mengatur flow rate, delivered limit, dan sebagainya.
b) Diputar ke belakang menaikkan harga atau nilai pada display.
c) Diputar ke depan menurunkan harga atau nilai pada display.
9. [OCCLUSION LIMIT]

Indicator menunjukan besarnya tekanan penyumbatan.

10. [OCCLUSION PRESSURE]


1) Menunjukan tiga tingkatan besarnya tekanan occlusion.
2) Alarm occlusion menunjukan ada saluran yang tersumbat.

4.2.5 Blok Diagram Alat Syringe Pump Terumo TE-331

Gambar 4.13 Blok Diagram Syringe Pump

Keterangan:

44
1. Power Circuit
Memberikan supply tegangan ke masing-masing blok rangkaian yang
dilengkapi rangkaian power supply-switch, power supply, battery charge,
dan rangkaian deteksi low battery.
2. Control Circuit
Mengatur semua fungsi yang berhubungan dengan pengoperasian alat.
3. CPU Supervision Circuit
Mengawasi apakah pada rangkaian control circuit bekerja.
4. Motor Driving Circuit
Pada rangkaian driver motor menerima signal input dari CPU yang
kemudian menjalankan motor berdasarkan input CPU.
5. Buzzer Driving Circuit
Pada rangkaian driver buzzer menerima signal input dari CPU yang
kemudian membunyikan buzzer berdasar input CPU.
6. LED Display Circuit
Pada rangkaian driver LED menerima signal input dari CPU yang
kemudian menyalakan display berdasar input CPU.
7. LCD Display Driving Circuit
Pada rangkaian driver display LCD menerima signal input dari CPU yang
kemudian menyalakan LCD berdasar input CPU.
8. Nurse Call dan Communication Circuit
Digunakan untuk menghubungkan syringe pump dengan medical monitor,
computer, dan nurse call. Atau berfungsi untuk mengakses data syringe
dari luar.
9. Syringe Size Detection
Digunakan untuk mendeteksi ukuran syringe.
10. Nearly Empty Detection
Digunakan untuk mendeteksi apabila obat yang diberikan akan habis.
11. Oclusion Detection
Untuk mendeteksi apabila terjadi penyumbatan.
12. Plunger/Clutch Disengagement Detection
Untuk mendeteksi apabila plunger terlepas atau penempatan plunger
salah.
13. Setting Dial Circuit
Untuk memilih atau menggeser nilai yang akan dipilih.
14. Switch Circuit
Apabila tombol / switch ditekan maka data output masuk ke CPU, yang
kemudian diidentifikasikan oleh CPU.
15. Motor Rotation Detection
Untuk mendeteksi perputaran motor.
16. Motor

45
Digunakan untuk mendorong syringe yang dihubungkan dengan gear
sehingga mendorong syringe secara linear.
17. Buzzer
Sebagai penanda berupa suara / bunyi apabila mengoperasikan atau ada
error dalam pengoperasian.
18. LED Indicator
Berfungsi sebagai indicator.
19. LCD Indicator
Untuk menampilkan besarnya nilai menu pilihan.

4.2.6 Cara Kerja Blok Diagram Alat Syringe Pump Terumo


1. Power circuit
Memberikan supply tegangan ke masing-masing blok rangkaian. Tegangan
+5 Volt digunakan untuk rangkaian logic +18 Volt digunakan untuk driver
motor dan buzzer dan 4 Volt untuk CPU yang dilengkapi rangkaian power
supply-switch. Battery charge circuit mengisi batteray dengan
mengalirkan arus secara konstan, dan rangkaian deteksi low battery
2. Control Circuit
Control Circuit berupa mikrokomputer yang mengatur semua fungsi yang
berhubungan dengan pengoperasian alat, display, buzzer, mengontrol
motor dan beberapa deteksi.
3. Switch dan Setting dial circuit
Untuk memilih atau menggeser nilai yang akan dipilih dengan cara
memutar dial yang kemudian dideteksi oleh magnet yang ada didalam
setting tombol penyetel dan dua elemen yang sensitive pada magnet
dengan dipasang tegak lurus 90 derajat pada board pada setting dial
switch circuit apabila tombol / switch ditekan maka data output masuk ke
CPU, yang kemudian diidentifikasikan oleh CPU. Masing-masing port
dalam CPU biasanya High,namun pada saat switch ditekan
memnyebabkan port CPU berubah menjadi Low.
4. Driving Unit
Terdiri dari komposisi motor, gear, mur, papan pendeteksi putaran, deteksi
occlusion, dan deteksi syringe ketika akan habis.
5. Motor Driving Circuit
Pada rangkaian driver motor menerima sinyal masukan dari CPU yang
kemudian menjalankan motor bedasarkan masukan CPU. Pada saat ada
kerusakan motor akan dihentikan oleh rangkaian pengaman.

46
6. Buzzer Driving Circuit
Pada rangkaian driver buzzer menerima sinyal masukan dari CPU yang
kemudian membunyikan buzzer berdasarkan masukan CPU.
7. LCD Display Driving Circuit
Pada rangkaian driver display LCD menerima sinyal masukan dari CPU
yang kemudian menyalakan LCD berdasarkan masukan CPU.
8. Syringe Size Detection
Digunakan untuk mendeteksi ukuran syringe. Dengan menggunakan
sensor position linear, pada saat clamp digerakan maka akan terdeteksi
ukuran syringe, sensor tersebut merubah resistansi yang kemudian data
yang didapat yaitu perbandingan perubahan resistansi yang kemudian hasil
keluarannya masuk ke rangkaian ADC dan kemudian diproses oleh CPU.
9. Nearly Empty Detection
Digunakan untuk mendeteksi apabila obat yang diberikan akan habis.
Prinsipnya sama pada Syringe Detection.
10. Occlusion Detection
Untuk mendeteksi apabila terjadi penyumbatan. Pada Occlusion Detection
menggunakan Strain gage. Keluaran dari Strain gage dikuatkan kemudian
masuk ke rangkaian ADC dan kemudian diolah oleh CPU.
11. Plunger Disengagement Detection
Untuk mendeteksi apabila Plunger terlepas atau penempatan Plungernya
salah. Dengan menggunakan photo interrupter.
12. Motor Rotation Detection
Untuk mendeteksi per putaran motor. Pada motor dipasang lempeng
berupa lingkaran yang ada lubangnya yang dikombinasikan dengan photo
interrupeter dan keluaran diolah oleh CPU.
13. Nurse Call dan Communication Circuit
Digunakan untuk menghubungkan syringe pump dengan medical monitor,
computer, dan nurse call. Atau berfungsi untuk mengakses data syringe
dari luar.

4.2.7 Standar Operasional Prosedur Alat Syringe Pump


1. Angkat clamp unit kemudian pasang plunger syringe atau spuit dengan
benar.
2. Tekan clutch kemudian posisikan syringe dengan benar.
3. Kembalikan posisi clamp unit pada tempat semula.
4. Tekan tombol power.

47
5. Tekan tombol rate / D. Limit / ∑ml (SELECT), hingga muncul “RATE”
pada display, atur jumlah dosis obat yang akan dimasukan ke pasien
dengan putar dial setting yang ada dibagian samping pump.
6. Tekan Start.
7. Tekan Stop, jika alarm sudah berbunyi dan proses pemberian obat sudah
selesai.
8. Tekan tombol OFF untuk mematikan pesawat, selama kurang lebih 3
detik, selanjutnya pesawat akan mati.

4.2.8 Pemeliharaan alat syringe pump


1. Jika terjadi kontaminasi cairan tubuh atau kimia bersihkan dan sterilkan
dahulu alat sebelum melakukan tindakan pemeriksaan.
2. Kenakan perlengkapan proteksi selama melakukan pemeriksaan.
3. Kenakan gelang antitatik dalam menangani PCB atau komponen
elektronika.
4. Dalam menangani alat mengacu pada buku pedoman yang dikeluarkan
oleh pabrik.
5. Pastikan alat uji yang digunakan telah terkalibrasi.

4.2.9 Kegiatan Pemeliharaan


Kegiatan pemeliharaan dapat dilakukan secara berkala minimal tiga
bulan yaitu meliputi:

1. Pemeriksaan flow rate


2. Pemeriksaan occlusion
3. Pemeriksaan kinerja battery
4. Kalibrasi

4.2.10 Trouble Shooting


a.Keluhan :
- Alat tidak berfungsi (mati)
- Batteray habis
- syring tidak mau jalan
b.Analisa awal :
- Supply tegangan tidak ada
- Fuse putus
- Kabel power putus
- Blok rangkaian power supply rusak
- gear motor macet

48
c. Pengecekan kerusakan :
- Cek supply teganggan pada jala-jala PLN
- Cek kondisi fuse
- Cek kondisi kabel poower dengan ohmmeter
- Cek blok rangkaian power supply
- Cek batteray
- Cek gear motor pada syring
d. Analisa Kerusakan :
- Supply teganggan pada jala-jala PLN ada
- Fuse baik
- Kabel power baik
- Blok rangkaian power supply rusak
- Batteray Habis
- Gear motor pada syring kotor dan kurang pelumas

e. Penanganan Kerusakan :
- Buka semua bagian alat,bersihkan dan angkat blok power supply dan
ganti dengan board yang baru kemudian rapikan kembali alat
- Charger Batteray
- Membersihkan gear motor dan memberi pelumas, dan alat siap di
fungsikan kembali

f. Hasil Perbaikan :

- board power supply pada board telah diganti yang baru, alat telat di
charger, dan gear pada motor telah diberi pelumas, sehingga alat dapat di
gunakan kembali

49
4.3 Infus Pump
4.3.1 Teori Dasar
Fungsi Alat Infuse Pump Infus Pump merupakan salah satu peralatan
elektromedis yang berfungsi untuk memasukkan cairan ke dalam tubuh
pasien secara langsung melelui pembuluh darah vena.
Prinsip Dasar Alat Infus Pump Pemberian infus paling sederhana adlah
secara manual, yaitu pemberian cairan yang dikontrol oleh operator dari
mulai awal sampai selesai. Hal yang diatur oleh pasien tersebut meliputi
berapa jumlah tetesan atau berapa jumlah mililiter cairan yang harus
diberikan. Dengan kondisi secara manual akan membutuhkan perhatian
operator secara serius karena kemungkinan terjadinya kesalahan akan
besar. Kesalahan tersebut berupa:
-Jumlah tetesan yang tidak sesuai
-Waktu pemberian infus yang tidak sesuai
Untuk menjaga keakuratan data dan operasi maka parameter-
parameter tersebut perlu dilakukan kalibrasi.
Infus secara otomatis pada intinya adalah pengaturan laju alirannya.
Bagian penting pada rangkaian infusion pump adalah :
- Kontroler
- Sensor flow
Kontroller adalah semua bagian elektronik yang mengatur semua
setting dari flow rate, volume. Sensor flow berfungsi untuk
mendeteksi laju aliran yang diberikan ke pasien. Rangkaian kontroller
merupakan pusat dari seluruh kerja dari infusion pump. Setting
infusion pump terdiri dari flow rate, volume diberikan ke kontroller
melalui rangkaian input key, setting ini berupa nilai logic biner. Input
sensor flow dan output sinyal ke motor drive adalah berupa pulsa.

50
Motor secara otomatis akan menekan slang pada dinding sehingga laju
aliran akan cepat atau lambat tergantung settingan yang diberikan.
Setelah seluruh setting telah diberikan,infusion pump siap untuk
distart. Setelah menerina sinyal, kontroller akan mengirim pulsa ke
motor drive sehingga motor bekerja. Sensor akan mendeteksi tetesan
dari botol infus ddan mengirim sinyal kembali ke motor drive.
Kondisi tersebut akan berulang terus sehingga cairan infus akan
menetes sesuai dengan setting flow rate . Apabila sensor flow tidak
mendeteksi adanya cairan maka kontroller akan mengirim sinyal
alarm occlusion yang berarti cairan infus telah habis atau slang
tersumbat sehingga tidak ada aliran.

4.3.2 Gambar Alat Infus Pump

Gambar 4.14 Infus pump

4.3.3 Data Spesifikasi Alat Infus Pump


a.Nama Pesawat : Infus Pump
b. Model : TE-112
c. Tegangan : 100-240 VAC, 12-15 VDC
d. Frekuensi : 50 / 60 Hz
e. Daya : 28 VA (AC 100-240 V), 11 W(daya DC)
f. Berat : ± 2,3 kg
g. Produksi : Japan

51
4.3.4 Blok Diadram Alat Infus Pump

Motor drive Reset/ fail-safe


circuit Control
circuit
circuit
Buzzer drive circuit/ board Air-in-line
Buzzer volume detect circuit
variable circuit
Door detect
Occlusion detect
circuit
circuit
Dilivery detect Nurse call I/O
circuit CPU circuit
Gambar 4.15 Blok diagram Infus Pump

Prinsip Kerja :
 Buzzer drive / Buzzer volume variable circuit akan berbunyi dan
digunakan sebagai sumber alarm.
 Motor drive circuit, yang digunakan pada unit ini adalah motor
stepper untuk motor penggerak, rasio dari motor tersebut adalah:
PK244-01 4V : 2 phasa, 1,8˚ / step. Tegangan pada motor akan
senantiasa dipilih pada masing-masing kecepatan digunakan untuk
menstabilkan output putaran. Proses kenaikan tegangan motor
dilakukan oleh tipe switching regulator untuk mengurangi kerugian
tegangan yang hilang. Spesifikasi tegangan dapat dipilih yaitu sebanyak
32 step.
 Nurse call I/O circuit, nurse call relay dikontrol oleh sinyal nurse
call relay dari CPU atau signal run out of control stop.
 Air in-line detection circuit, untuk mendeteksi keberadaan
gelembung pada pipa atau selang pada infus pump, untuk mendeteksi
the air in-line maka diigunakan ultrasonic sensor.
 Delivery detection circuit, digunakan untuk mendeteksi berapa
besar tetesan yang sudah dikeluarkan atau diberikan. Tetesan pada drip
chamber dideteksi dengan infra red emitting element yang terletak pada
drop sensor probe.

52
 Occlusion detection circuit, rangkaian ini berguna untuk
mendeteksi terjadinya penyumbatan saat terjadi tekanan internal pada
selang keluaran, dimana pendeteksian secara mekank diatur pada
bagian terendah dari fingger unit. Oclusion plunger yang menggunakan
magnet akan mendeteksi posisi yang berubah dikarenakan oleh
bergeraknya tabung / selang.
 Door detection circuit, mendeteksi keadaan door, dimana akan
terdeteksi oleh magnet yang dipasang pada pintu dan semua bagian
element dihubungkan pada display circuit.
 Fail safe circuit, berguna untuk mengetahui keadaan bekerjanya
control circuit dan display circuit board CPU yang akan digunakan
untuk berkomunikasi dengan bagian lain pada saat status operasi
dengan CPU.

4.3.5 Standar Operasional Prosedur Alat Infus Pump


- Hubungkan infus pump dengan adaptor
- Hubungkan adaptor dengan sumber listrik
- Tekan tombol power ON
- Pasangkan manual clamp set diantara pump dan lock connector secara
lurus
- Pasangkan infusion set sesuai jalurnya dalam pum
- Tutup pintu dengan rapat
- Tekan tombol angkan ( delevery limit ) untuk mengatur jumlah cairan
sesuai kebutuhan
- Tekan tombol angka ( delevery rate ) untuk memprogram infusion pump
- Tekan tombol “START”

4.3.6 Pemeliharaan
- Membersihkan infus pump dari debu dan kotoran
- Mekalukan pengujian dan kalibrasi setiap 1 bulan sekali

4.3.7 Trouble Shooting


a.Keluhan :
- Alat tidak berfungsi (mati)

53
- Tetesan terdeteksi tetapi tidak mau jalan
- Alarm pada infus berbunyi terus
b.Analisaawal :
- Supply tegangan tidak ada
- Fuse putus
- Kabel power putus
- Blok rangkaian power supply rusak
- Selang infus kotor
- Pintu kurang tertutup
c. Pengecekan kerusakan :
- Cek supply teganggan pada jala-jala PLN
- Cek kondisi fuse
- Cek kondisi kabel poower dengan ohmmeter
- Cek blok rangkaian power suply
- Cek Selang dan motor peristaltik
- Cek pintu infus apakah sudah tertutup dengan benar
d. Analisa Kerusakan :
- Supply teganggan pada jala-jala PLN ada
- Fuse baik
- Kabel power baik
- Blok rangkaian power supply rusak
- Motor peristaltik macet
- Pintu infus tidak tertutup dengan benar

e. Penanganan Kerusakan :
- Buka semua bagian alat,bersihkan dan angkat blok power supply dan
ganti dengan board yang baru kemudian rapikan kembali alat
- Bersihkan motor peristaltik, dan tutup pintu infus dengan benar
f. Hasil Perbaikan :
- Setelah alat di perbaiki dan di ganti dengan board power supply yang
baru, alat dapat di gunakan kembali sebagaimana mestinya

54
BAB V
PENUTUP

Dengan segala keterbatasan yang ada, penulis mencoba memohon untuk


menulis laporan ini dengan baik, walaupun pada penulisan laporan ini penulis
banyak menemukan hambatan. Terutama yang menyangkut teknik masalah
yang akan dibahas.
Selama mengikuti PKL, banyak yang telah penulis peroleh baik secara teori
maupun praktek yang tidak penulis dapatkan di bangku kuliah. Dengan
pelaksanaan PKL ini telah membuka wawasan penulis mengenai sejauh mana
peran, tugas dan tanggung jawab sebagai taknisi elektromedik.

5.1 Kesimpulan
Dari pengalaman serta penjelasan yang didapat dalam mengikuti PKL
selama kurang kebih 2 bulan ini penulis mengambil kesimpulan sebagai
berikut :
1. R.S Panti Wilasa “Citarum” Semarang merupakan rumah sakit swasta
yang sedang berkembang menuju kondisi rumah sakit yang lebih baik,
dengan bertambahnya peralatan medic kebutuhan akan tenaga
elektromedik juga diperlukan sehingga engan bertambahnya peralatan

55
medic maka semakin banyak pula hal yang dapat dipelajari peserta
PKL.
2. PKL merupakan kegiatan yang sangat bermanfaat dan berguna bagi
mahasiswa untuk menambah ilmu pengetahuan yang mungkin tidak
didapat di bangku perkuliahan, sehingga sangat bermanfaat kelak di
dunia kerja.
3. Dalam pelaksanaan PKL mahasiswa belajar bagaimana bersosialisasi
dengan karyawan dan staff sehingga akan siap dalam menghadapi
dunia kerja yang akan dihadapi.
4. Elektro Surgery Unit (ESU) adalah sebagai alat bantu yang berfungsi
pada saat di lakukan pembedahan dengan memanfaatkan arus listrik
frekuensi tinggi pada jaringan tubuh tertentu dengan menggunakan
elektroda sebagai medianya.
5. Syring pump Terumo TE-331 dalam penggunaanya di lingkungan
RS.Panti Wilasa “Citarum” Semarang jarang sekali mengalami
kerusakan. Karena board kontrolnya berada di atas holder syringe jadi
apa bila ada kebocoran syringe maka tidak membasahi board
kontrolnya
6. Alat Infuse Pump Infus Pump merupakan salah satu peralatan
elektromedis yang berfungsi untuk memasukkan cairan ke dalam tubuh
pasien secara langsung melelui pembuluh darah vena.

5.2 Saran
Adapun saran yang dapat disampaikan penulis berdasarkan hsil Praktek
Kerja Lapangan di Rumah Sakit Panti Wilasa “Citarum” Semarang selama
kurang lebih 2 bulan, sebagai berikut:
1. Adanya keaktifan bagi penulis IPS untuk melakukan pemeliharaan
seperti yang telah di jadwalkan sebelumnya, sehingga akan
menciptakan hasil yang baik dalam upaya menjaga fungsi dari
peralatan medic dan non medik.
2. Untuk mahasiswa peserta PKL selalu bekerja dibawah koordinasi
instruktur sehingga meminimalkan kejadian yang tidak diinginkan.
3. Petugas IPS selalu aktif menjalankan program yang telah dibuat seperti
jadwal pemeliharaan alat sehingga alat selalu siap untuk digunakan.

56
Adanya sosialisasi yang dilakukan kampus tentang alat yang baru di
dunia kerja sehingga mahasiswa yang praktek bias cepat memahami
dan mengerti.

4. Harapan ke depan dalam penulisan pembahasan alat-alat ini dapat


disempurnakan oleh adik tingkat dengan melengkapi literatur yang
belum lengkap.

Demikian kesimpulan dan saran yang dapat penulis sampaikan semoga dapat
beermanfaat bagi pihak Rumah Sakit, Institusi dan seluruh rekan-rekan Akademi
Tenik Elektro Medik

57
DAFTAR PUSTAKA

http://www.RS.Panti Wilasa “Citarum” Semarang.

http://amedevice.blogspot.com/2010/06/infusion-pump.html

http://imageshack.us/photo/my-images/710/syiringepump.jpg/

Operating Manual Book, ESU

Buku manual Service Infus Pump TE-112

Buku Manual Service Syiringe Pump TE-331

58

Anda mungkin juga menyukai