PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Akademi Teknik Elektromedik Semarang adalah sebuah lembaga
pendidikan Diploma Tiga (D3) saat ini dalam Kementerian Pendidikan,
Pemuda dan Olahraga (Dikti) di bawah naungan Yayasan Bina Bangsa
Semarang yang telah mengalami berberapa perubahan nama yayasan dari
Atem Kesdam IV Diponegoro, yayasan Bhakti Wirahusada dan sekarang
bernama ATEM Bina Bangsa Semarang diharapkan mampu mendidik,
menanamkan nilai kepribadian yang berkarakter dan meluluskan para
mahasiswa-mahasiswi calon teknisi yang profesional dan berkompeten di
dunia kerja khususnya bidang elektromedik baik di Rumah Sakit ataupun di
perusahaan yang bergerak pada alat-alat kesehatan. Berdasarkan hal tersebut
maka Akademi Teknik Elektromedik Bina Bangsa Semarang dituntut untuk
melaksanakan kurikulum program antara lain kegiatan Praktek Kerja
Lapangan yang wajib dilaksanakan oleh mahasiswa-mahasiswi semester VI
sebagai salah satu syarat dalam mengikuti ujian akhir program (UAP).
Program kegitan PKL ini di laksanakan di Rumah Sakit Panti Wilasa
“Citarum” Semarang, dalam pelaksanaan PKL ini penulis membuat laporan
hasil kegiatan dan membahas tiga peralatan medik dari pengertian, fungsi,
blok diagram, prinsip dasar kerja alat, spesifikasi, cara pengoperasian,
perawatan, pemeliharaan dan perbaikan ringan alat yang ada di bawah
wewenang dan tanggung jawab bagian IPS Rumah Sakit Panti Wilasa
Citarum Semarang.
Ketiga alat yang penulis bahas dalam laporan ini yaitu :
1. Electr Surgery Unit
2. Syiringe Pump
3. Infus Pump
1
1.2 Maksud dan Tujuan
Adapun maksud dan tujuan dari kegiatan Praktek Kerja Lapangan ini
terbagi dua, yaitu ;
Tujuan Umum :
a. Memahami pekerjaan bidang teknik di Rumah Sakit,
b. Mengetahui dan mampu menerapkan ilmu yang telah diperoleh selama
masa proses kegiatan perkuliahan di Kampus.
Tujuan Khusus :
a. Mengerti sistim manajemen Rumah Sakit,
b. Memahami pekerjaan bidang teknik di Rumah Sakit,
c. Belajar menangani perbaikan dan teknik pemeliharaan peralatan
medik,
d. Mengenal dan memahami alat-alat medik Rumah Sakit.
BAB I PENDAHULUAN
Menguraikan latar belakang masalah, maksud dan tujuan
penulisan, pembatasan masalah dan sistematika penulisan
2
BAB III PERBAIKAN FASILITAS PERALATAN DAN
PERBENDAHARAAN ALAT-ALAT MEDIK
Menguraikan prosedur dalam pemeliharaan sarana peralatan
medik yang ada di Rumah Sakit.
BAB V PENUTUP
Memuat suatu kesimpulan dan saran.
BAB II
GAMBARAN UMUM RUMAH SAKIT
3
Pada tahun 1966, dicetuskan untuk membangun RSB. Panti Wilasa di
lokasi lain karena di tempat lama tidak memungkinkan dibangun perluasan
gedung baru. Dan pada bulan Mei 1969 diperoleh sebidang tanah di
Jl.Citarum No.98 Semarang. Pembangunan dimulai ditandai dengan peletakan
batu pertama tanggal 8 November 1969 dengan pimpinan proyek
Dr.A.Hoogerwerf dan pelaksanaannya Bapak Ko Kian Giem (Djoni Mandali)
dengan pendanaan dari Pemerintah Negeri Belanda. Bangunan selesai pada
tanggal 25 april dengan luas gedung 10.557 M diatas tanah seluas 2,15 hektar.
Untuk memperluas jangkauan pelayanan, khususnya bagi masyarakat yang
kurang mampu. Maka pada tahun 1970 bekerjasama dengan Gereja Kristen
Jawa (GKJ) Semarang Barat membuka Cabang Poliklinik BP. “Wisma
Santosa” yang terletak di Kelurahan Bandarharjo, Semarang Utara dan tahun
1972 membuka Cabang RB Panti Wilasa di Ambarawa.
Pada tanggal 5 Mei 1973, RSB. Panti Wilasa di Jl.Citarum No.98
Semarang diresmikan oleh Menteri Kesehatan R.I yang diwakili oleh
Dr.Suhasan Kepala Direktorat Kedokteran, dengan fasilitas pelayanan meliputi:
a. Pemeriksaan ibu hamil, persalinan dan pasca persalinan,
b. Keluarga Berencana,
c. Pemeriksaan anak dan merawat anak-anak sakit,
d. Immunisasi,
e. Pendidikan : Sekolah Bidan dengan lama pendidikan 4 tahun.
Tahun 1980 RSB Panti Wilasa mengajukan perubahan status dari Rumah
Sakit Bersalin Panti Wilasa menjadi Rumah Sakit Umum Panti Wilasa I, dan
tanggal 22 Mei 1980 keluar ijin perubahan status dari Depkes RI
No.807/Yan.Kes/RS/80. Perubahan status tersebut membawa dampak pada
perubahan pelayanan rumah sakit. Pada bagian rawat jalan terdapat pelayanan
Unit Gawat Darurat dan pelayanan poliklinik, sedangkan di bagian rawat inap
terdapat bangsal yang di gunakan untuk merawat pasien pasca persalinan,
penyakit anak dan penyakit umum. Disamping itu Sekolah Bidan yang ada, di
konversi menjadi Sekolah Perawat Kesehatan (SPK) dengan Surat Keputusan
Menteri Kesehatan RI Nomor : 93/KEP/DIKLAT/KES/81 tanggal 26 Mei
1981.
4
Untuk mewujudkan pelayanan yang holistik dibuka pelayanan Pastoral dan
pelayanan Usaha Peningkatan Kesehatan Masyarakat (UPKM). Sedangkan RB
Panti Wilasa yang di Ambarawa ditutup pada tahun 5 Mei 1990 karena tidak
ada pasien yang berobat. Pada acara peringatan HUT RS.Panti Wilasa I
menjadi RS.Panti Wilasa “Citarum” sedangkan RS.Pantiwilasa II diganti
dengan nama RS.Panti Wilasa “Dr.Cipto”.
5
PENUH dari Drijen Pelayanan Medik Depkes RI (Dr. H. Soejoga, MPH)
dengan nomor : YM.02.03.3.5.5236.
Perkembangan pada tahun 1999 adalah antara lain : pembuatan garasi dan
ruang/kantor pengemudi, prbaikan saluran air, penambahan ruang farmasi dan
rekam medik, perbikan ruang jenazah, perbaikan mesin burner incinerator,
pemasangan paving jalan ruang jenazah, penggantian atap asbes menjadi
genting (lanjutan), pembuatan atap/plafon, pembuatan gudang rekam medik,
pembuatan/penggantian tower air, reinstalasi listrik, renovasi rumah dinas
Ciliwung, dan pembuatan Ruang Hemodialisa.
Pada tahun 2000 dilakukan peremajaan alat CT Scan (Hitachi model : CT-
W1000), USG (Hitachi model : EUB-565A), Pembangunan bangsal Geriatri
dan Aula, serta dimulainya pembangunan gedung Akademi Kebidanan 4 lantai
di Jl.Ciliwung IX/1 Semarang.
6
Administrasi & Manajemen. Rekam Medik, Pelayanan Medik, Pelayanan
Gawat Darurat, Pelayanan Keperawatan, Pelayanan Farmasi, Pelayanan
Laboratorium, Pelayanan Radiologin, Pelayanan Kamar Operasi, Pelayanan
Perinatal Resiko Tinggi, Pengendalian Infeksi Rumah Sakit, Dan K-3.
Sebagai salah satu hasil upaya tersebut diatas, tanggal 19 Januari 2002
Penerimaan Sertifikat Akreditasi Tingkat Lanjut 12 bidang oleh Direktur
Jendral Pelayanan Medik Departemen Kesehatan RI (Prof.DR.M.Ahmad
Djojosugito, MHA, FICS) No. : YM.00.03.2.2.2038.
Pada tanggal 15 s/d 17 April 2008, telah dilakukan survei ISO 9001:2000
tahp II untuk bidang pelayanan Laboratorium, Radiologi dan Farmasi. Dan
pada tanggal 15 Mei 2008 telah diberikan sertifikasi ISO 9001:2000 tahun II
dengan nomor registrasi QEC21987 yang berlaku s.d. 18 Mei 2011.
7
2.2 Struktur Organisasi Rumah Sakit
Dalam menjamin pelaksanaan tugas dan fungsi yang mengarah kepencapaian
tujuan suatu struktur organisasi yang merupakan alat bantu visual untuk
menunjukkan rentang kendali kekuasaan dan tanggung jawab.
1. Organisasi dalam arti badan adalah sekelompok orang yang sama untuk
bekerja sama mencapai suatu atau beberapa tujuan.
2. Organisasi dalam arti bagan atau struktur adalah gambaran secara
sistemateis tentang hubungan kerjasama dengan orang-orang yang terdapat
dalam suatu badan dalam rangaka usaha untuk mencapai tujuan.
8
dapat disimpulkan bahwa struktur organisasi yang digunakan adalah
organisasi garis dan staff.
1. Direktur
2. Management Representatif
3. Wakil Direktur, terdiri dari :
a. Wakil Direktur administrasi dan Keuangan.
c. Wakil Direktur pelayanan.
b. Wakil Direktur umum
4. Koordinator, terdiri dari :
c. Koordinator Pastoral
d. Koordinator UPKM
e. Koordinator Unit SPI dan Mutu
f. Koordinator Unit Diklat
g. Koordinator Unit Keselamatan RS, Laundry dan Sentral Sterilisasi.
5. Wakil Direttur Pelayanan membawahi :
a. Kepala bidan Perawatan
b. Kepala Instalasi Rawat jalan
c. Kepala Instalasi Rawat Inap
d. Kepala Instalasi Bedah Sentral
e. Ka. Instalasi Gawat Darurat.ICU dan HCU
f. Instalasi Rehab Medik
g. Kepala Instalasi Laboratorium
h. Kepala Instalasi Radiologi
i. Kepala Instalasi Farmasi
j. Kepala Instalasi Rekam Medik
6. Wakil Direttur Administrasi dan Keuangan membawahi :
a. Kepala Bagian SDM
b. Kepala Bagian Sekretariat
c. Kepala Bagian Keuangan
d. Kepala Bagian Akutansi
e. Kepala Bagian Teknologi Informasi
7. Wakil Direttur Umum Membawahi :
a. Kepala Bagian Rumah Tangga
b. Kepala IPS dan Sanitasi
c. Kepala Bagian Hubungan Masyarakat
d. Kepala Bagian Litbang dan Pemasaran
e. Kepala Kepala Instalasi Gizi
9
2.4 Tata Kerja
Pimpinan Unit Kerja/Direktur mempunyai tugas, hak, wewenang, dan
tanggung jawab untuk :
1. Memimpin, merencanakan, mengorganisasikan, mengarahkan,
mengendalikan, mengawasi seluruh kegiatan di dalam Rumah Sakit
sedemikian rupa sehingga sesuai dengan tujuan pelayanan YAKKUM
yang tertuang di AD/ART dan GBHY.
a. Menjalin dan mengembangkan kerjasama yang baik dengan
seluruh unit kerja jajaran YAKKUM, dengan pemerintahan dengan
masyarakat gereja setempat, sehingga eksistensi RS. Panti Wilasa
“Citarum” semarang semakin nyata di tengah masyarakat.
b. Mengembangkan RS. Panti Wilasa “Citarum” semarang
sedemikian rupa sehingga merupakan RSU Madya yang lengkap,
baik dalam fisik, fungsional, personalia maupun keuangan.
2. Wakil direktur administrasi dan keuangan mempunyai tugas, hak,
wewenang dan tanggung jawab untuk membantu direktur dalam.
a. Melaksanakan
Rencana, pengorganisasian, pengarahan, pengendalian, koordinasi,
dan pengawasan maslah – masalah yang berkaitan dengan
pengelolaan administrasi dan keuangan.
b. Menyusun program kerja mengenai administrasi dan keuangan
jangka pendek, yang dijabarkan dalam program tahunan.
c. Memberikan pertanggung jawaban berupa lapoan – laporan
kegiatan khsusnya di bidang administrasi pengawasannya dan
keuangan,baik laporan rutin maupun laporan tidak rutin kepada
direktur.
d. Mengkoordinasi bagian yang ada dibawah pengawasannya yaitu
urusan tata usaha, urusan SDM, urusan keuangan dan akutansi,
PDE, humas dan program penyusunan laporan.
e. Merencanakan dan melaksanakan pengembangan administrasi dan
keuangan untuk mencapai tingkat efisiensi dan produktifitas kerja
yang tinggi.
3. Wakil direktur pelayanan mempunyai tugas, hak, wewenang dan
tanggung jawab untuk membantu direktu dalam :
10
a. Merencanakan, mengorganisasi, mengarahkan, mengendalikan
masalah – masalah yang berkaitan dengan pengelolaan medis,
penunjang medis dan perawatan.
b. Merencanakan dan melaksanakan pengembangan rumah sakit
untuk mencapai mutu efisiensi dan produktifitas yang tinggi.
c. Mempertanggung jawabkan laporan – laporan dibidang medis atau
perawatan rutin maupun tidak rutin kepada direktur.
4. Wakil direktur umum, mempunyai tugas, fungsi dan tanggung jawab
untuk :
a. Menyelenggarankan administrasi umum di Akademi Kebidanan
RS.Panti Wilasa “Citarum” Sewmarang yang membawai PD
Akademi, PD administrasi & umum, dan PD kemahasiswaan.
b. Mengkoordinasi bagian yang ada dibawah pengawasannta, yaitu
bagian rumah tangga, bagian IPS dan Sanitasi, dan program
penyusunan laporan.
c. Menjembatani kelancaran kerja disemua bagian baik medic
maupuk non medic.
5. Koordinator Pastoral mempunyai fungsi tugas, dan tanggung jawab
untuk menyelenggarakan pelayanan pastoral bagi seluruh karyawan
R.S dan para penderita yang sedang dirawat.
6. Instalasi pemeliharaan sarana rumah sakit mempunyai fungsi dan tugas
untuk :
a. Mengkoordinir kegiatan pemakaian dan pemeliharaan alat
transportasi, peralatan listrik, diesel, air, alat telekomunikasi,
komputer, alat elektromedik, cucian dan jahit.
b. Melaksanakan perbaikam gudang interior dan renovasi.
11
1) Klinik specialis : penyakit dalam, kesehatan anak, bedah yang
meliputi: umum tulang (ortopedi), tumor (onkologi), mulut
saraf, kebidanan dan penyakit kandungan, kesehatan jiwa
(psyhiantry), penyakit saraf (neurology), THT, mata, kulit dan
kelamin, phsikologi, mulut dan gigi.
2) Klinik umum.
a) klinik KB
b) klinik akupuntur/zenaterapi
c) klinik fisioterapi
d) klinik laktalasi
e) klinik konsultasi gizi
f) klinik ibu dan anak
disamping poliklinik yang disediakan di lingkungan R.S Panti Wilasa
Citarum Semarang, juga diselenggarakan sebuah poliklinik khusus diluar
lingkungan rumah sakit, yaitu di kelurahan Bandar harjo kecamatan
Semarang utara, yaitu klinik Santoso yang juga melaksanankan kegiatan
posyandu.
b. Laboratorium, membuka pelayanan 24 jam untuk pasien rawat inap dan
rawat jalan, juga menjadi tempat praktek para mahasiswa akademi
kebidanan RS. Panti Wilasa Citarum Semarang.
c. Instalasi Farmasi, melayani kebutuhan obat bagi karyawan dan keluarga
serta pasien rawat jalan atau rawat inap.
d. USG Internis atau kebidanan, dioprasikan terpisah dari rontgent, dapat
memberikan pelyanan, untuk pasien kebidanan dan specialis internis
atau penyakit dalam.
12
h. Hemodialisa/Cuci Darah.
13
Peran dan Wewenang:
14
sound sistem, tv, serta barang elektronik lainnya dan bertanggung
jawab langsung kepada instalasi pemeliharaaan sarana.
2. Tujuan
15
lainnya, pemeliharaan berkala bagi operator dalam menjaga
peralatan layak pakai, teknisi selaku pelaksana pemeliharaan,
pengukuran dan kalibrasi peralatan.
16
4. Pengawasan
Pengawasan yaitu melaksanakan pengawasan dalam kegiatan
pembangunan, pemasangan, pemeliharaan dan perbaikan terhadap
prasarana yang dilakukan pihak ketiga.
5. Prosedur
Prosedur tetap digunakan untuk mekanisme perbaikan dan pemeliharaan
peralatan di Sub bidang dengan prosedur tetap sebagai berikut: Permintaan
perbaikan dari ruang/ bagian ditujukan kepada Ka. Instalasi Pemeliharaan
Rumah Sakit. Secara administrasi dicatat dan diteruskan kepada urusan
yang bersangkutan sesuai dengan tugas masing-masing. Pelaksanaan
pekerjaan di lakukan di urusan dengan empat alternative yaitu:
Proses I : Pekerjaan langsung selesai dan di kembalikan ke ruangan,
Proses II : Memerlukan suku cadang dan terlebih dahulu melalui tim
pemeriksa. Prosesnya meliputi: Perencanaan kebutuhan barang untuk
pelaksanaan pekerjaan dilakukan oleh kepala urusan. Diteliti dan diperiksa
oleh Ka. Instalasi Pemeliharaan dan Sarana, diajukan ke tim disetujui tim
pengadaan barang, diusulkan perencanaan anggaran kepada bendahara,
disetujui oleh Ka. Bidang keuangan, disetujui oleh Wadir umum, uang
dikeluarkan oleh bendahara rutin, pembelanjaan kebutuhan barang, barang
diperiksa, pelaksanaan pekerjaan, barang selesai dikembalikan keruangan
masing masing.
Proses III : Dikerjakan oleh pihak ke-3 dan melalui tim pemeriksa dengan
proses: Perencanaan oleh ketua IPS, diteliti dan diperiksa oleh kepala
Instalasi Pemeliharaan Sarana, IPS melapor keruangan untuk diperbaiki
keluar dengan persetujuan Wadir Umum kemudian diserahkan ke supplyer
kemudian ada penawaran dan disetujui Wadir Umum dan Wadir keuangan,
alat dikerjakan seteklah selesai, dilakukan pelunasan biaya perbaikan oleh
bendahara rutin dan alat dikembangkan ke ruangan dengan mengetahui
IPS dan User.
Proses IV : Barang rusak total dan tidak bisa diperbaiki maka yang
dilakukan adalah: berkas administrasi dikembalikan ke kepala Sub.
17
2.7.5 Pemeliharaan Rumah Sakit untuk laporan.
Mekanisme pengadaan barang dan jasa teknis sebagai berikut. Diagram
pengadaan barang dan jasa teknis meliputi kegiatan: Pengusulan
permintaan biaya oleh Sub instansi untuk pembelian suku cadang, atau
pekerjaan yang dilakukanoleh pihak ke-3, dicatat secara administrasi dan
menyetujui kepala Instalasi Pemeliharaan Sarana, menyetujui kepala
bidang keuangan dan kepala badan Rumah Sakit, pembayaran oleh
bendahara rutin untuk pembelian suku cadang atau pekerjaan yang
dilakukan oleh pihak ke-3, tim pemeriksa memeriksa suku cadang atau
pekerjaan yang dilakukan oleh pihak ke-3, di kembalikan ke urusan dan
ruang masing-masing setelah laporan dicatat terlebih dahulu.
1. Letak perusahaan yang terikat pada alam, yang dimaksud adalah letak
perusahaan yang tidak dapat dipengaruhi oleh manusia melainkan ia
tergantung pada alam,
2. Letak perusahaan bedasarkan sejarah, bahwa perusahaan menjalankan
aktivitas di suatu daerah tertentu dapat dijelaskan berdasarkan sejarah.
3. Letak perusahaan yang ditetapkan pemerintah, bahwa suatu
perusahaan hanya dapat menjalankan aktivitas pada tempat atau daerah
yang ditentukan atau ditetapkan oleh pemerintah terlebih dahulu.
4. Letak perusahaan yang dipengaruhi oleh faktor ekonomi, pemilihan
letak perusahaan dengan mempertimbangkan segi-segi ekonomi yang
biasanya dilakukan oleh perusahaan yang bersifat industri.
18
Adapun alasan RS Panti Wilasa “Citarum” Semarang memiliki lokasi di
Jl.Citarum 98 Semarang, brkaitan dengan sejarah berdirinya Rumah Sakit
tersebut atas dasar pertimbangan:
19
MOTTO RS. PANTI WILASA “CITARUM”
BAB III
20
- Kabel elektroda putus
- Kerusakan pada lead selektor
d. Pengecekan Kerusakan :
- Cek kabel ECG menggunakan ohm meter
- Cek soket konektor , apakah terpasang dengan baik
- Cek vakum elektroda dan probe pada ECG
e. Analisa Kerusakan :
- Kondisi elektroda Kotor ( terdapat bekas jelly kering )
f. Penanganan Kerusakan : Membersihkan semua Elektroda ECG dan
probe ECG
g. Hasil Perbaikan : ECG merk Bionet dengan keluaran hasil grafik
tidak standar dapat kembali normal setelah dibersihkan elektroda
dan probe
3.1.2 Ventilator
Adalah suatu alat medik yang digunakan sebagai alat bantu
pernafasan untuk, mengontrol, membantu mengambil alih fungsi paru-
paru.
a. Data Spesikasi
1. Model : Galileo
2. Merk : Hamilton Medical
3. SN : 9068
4. Power : 100-240V~
5. Arus : 2,1A-0,9A
6. Frekuensi : 50/60Hz
7. Ruangan : ICU
b. Keluhan : Alat tidak bisa menyala saat dihidupkan
c. Analisa Awal :
- Supply listrik pada stop kontak putus
- Power supply pada alat mati karena fuse putus/boardnya rusak
d. Pengecekan Kerusakan :
- Cek sumber tegangan pada alat ventilator
- Cek blok wiring power supply
e. Analisa Kerusakan :
- Kapasitor pada rangkaian board power supply telah rusak
f. Penanganan Kerusakan :
- Mengganti board pada rangkaian power supply
g. Hasil Perbaikan :
21
- Ventilator merk Hamilton Galileo dengan keluhan tidak bisa
nyala karena salah satu komponen kapasitor pada rangkaian board
power supply rusak, telah diganti satu board power supply dan
dapat menyala dengan normal kembali
a. Data Spesifikasi
1. Merk : Collaudato - Tested
2. Seri : D2 LDG
3. Tegangan : 220v/50 Hz , 1,45kVA
4. Ruangan : Poli Gigi
b. Keluhan : Alat dalam keadaan basah kemasukan
air akibat genting bocor
c. Analisa Awal :
- Alat tidak dapat berfungsi maksimal
d. Pengecekan Kerusakan :
- Cek board pada rangkaian hand piece
- Cek rangkaian kelistrikan pada Foot Step
- Cek board pada control water compressor dan air
compressor
e. Analisa Kerusakan :
- Board pada hand piece kotor
- Board pada control water compressor dan air compressor
kotor
- Lampu light cure mati/putus
f. Penanganan Kerusakan :
- Buka semua bagian alat, bersihkan dan mengeringkan
board yang basah
- Mengganti lampu light cure yang baru
- Membersihkan board pada control water compressor dan air
compressor yang kotor
g. Hasil Perbaikan
- Pengecekan pada semua bagian alat baik, dan alat dapat
berfungsi kembali.
22
3.1.4 Syiring Pump
Adalah suatu peralatan elektromedis yang berfungsi untuk
memasukan cairan obat-obatan secara terus menerus dengan perbandingan
waktu dan dosis obat tertentu.
a. Data Spesifikasi
1. Model : TE-331
2. Merk : Terumo
3. Seri : 018090/20550452
4. Tegangan : 100-240V AC, 12-15 VDC
5. Frekuensi : 50/60 Hz
6. Ruangan : HCU
b. Keluhan : Alat tidak bisa menyala
c. Analisa Awal : Batteray error (rusak)
d. Pengecekan Kerusakan :
- Cek kondisi alat dalam keadaan normal
- Cek display alat saat di nyalakan tertampil batteray error
- Cek tegangan batteray dengan multimeter
e. Analisa Kerusakan :
- Batteray pada alat tidak dapat di charge
f. Penanganan Kerusakan :
- Mengganti batteray dengan yang baru
g. Hasil Perbaikan :
- Alat telah diganti batterai yang baru dan alat dapat hidup.
a. Data Spesifikasi
1. Merk : Nihon Kohden
2. Type : OPV – 1500
3. Seri : 06050.
4. Tegangan : 100-240V, 85 VA
5. Frekuensi : 50 Hz
6. Ruangan : R.HCU
b. Keluhan :
- Pada saat start up alat, brightnes terlalu terang pada display
monitor
c. Analisa awal :
- LCD monitor sudah lama di pakai, sehingga start upnya lama
d. Pengecekan kerusakan :
23
- Bersihkan alat dari debu dan kotoran.
- Cek kondisi alat secara fisik.
- Cek parameter pada display alat.
e. Analisa kerusakan :
- Pada display monitor brightnes terlalu terang.
f. Penanganan kerusakan :
- Setting ulang brightnes yang terlalu terang pada monitor
g. Hasil perbaikan :
- Alat dapat menampilkan display secara normal.
a. Data Spesifikasi
1. Merk : Ohmeda
2. Type : Billyblanket Plus
3. Seri : Hcf C 51247
4. Tegangan : 220 V
5. Frekuensi : 50 Hz
6. Ruangan : R.Peristi
b. Keluhan : Lampu tidak menyala
c. Analisa awal :
- Life time lampu habis
- Power supply putus
d. Pengecekan kerusakan :
- Cek sambungan power supply/ cek kabel power
- Cek tegangan jala-jala PLN
- Cek sambungan kabel pada lampu
e. Analisa kerusakan :
- Life time lampu habis.
- Penggunaan alat yang lama, membuat sinar lampu redup
f. Penanganan kerusakan :
- Membersihkan block power supply alat dari debu dan kotoran.
- Memeriksa kondisi komponen alat secara keseluruhan
- Mengganti lampu bili blanket dengan yang baru.
g. Hasil perbaikan :
- Alat Bili Blanket telah berfungsi secara normal kembali setelah
diganti lampu yang baru.
24
3.1.7 SWD (Short Wave Dhiathermy)
Adalah suatu peralatan terapi yang berfungsi untuk memanaskan
jaringan dan pembuluh darah dengan gelombang pendek, sehingga
peredaran darah menjadi lancar, nama lain short wave diathermi adalah
Diathermi gelombang pendek
a. Data Spesifikasi :
1. Merk : Enraf , Type Curaplus-970
2. Seri : SWD Curaplus 970
3. Tegangan : 220V, 10A, 50 Hz
4. Ruangan : Fisiotheraphy
b. Keluhan : Elektroda tidak dapat panas pada saat alat
dinyalakan tetapi alat bisa menyala
c. Analisa awal :
- Elektroda rusak
- Supply tegangan ke SWD putus
d. Pengecekan kerusakan :
- Cek elektroda SWD
- Cek konektor SWD
- Cek kabel pada konektor SWD
e. Analisa kerusakan :
- Kabel serabut pada konektor telah putus.
f. Penanganan kerusakan :
- Menyambung kembali kabel SWD dan konektor dengan cara
menyolder.
g. Hasil perbaikan :
- Elektroda SWD dapat berfungsi normal kembali
3.1.8 C R
Adalah Computer Radiografi (CR) merupakan suatu sistem atau proses
untuk mengubah sistem analog pada konvensional radiografi menjadi
digital radiografi
25
a. Data Spesifikasi
1. Merk : Fuji Film.
2. Seri : DryPix 7000.
3. Ruangan : Ruang Radiologi
b. Keluhan : Alat tidak terkoneksi dengan unit radiologi
lain
c. Analisa awal :
- LAN putus
- IP address tidak sesuai
- Kabel konektor putus
d. Pengecekan kerusakan :
- Cek IP address
- Cek konektor sumbernya
e. Analisa kerusakan :
- IP address tidak bisa di rubah dan di default factory setting
f. Penanganan kerusakan :
- Instal ulang dan default IP address.
g. Hasil perbaikan :
- Menunngu supplyer CR untuk default factory setting
Data Spesifikasi
1. Merk : GEA
2. Model : Edon Technology
3. Seri : 6520
4. Tegangan : DC 24V, 3A
5. Ruangan : Poli Obgyn
26
a. Keluhan : Saat foot switch alat di tekan, alat tidak
bisa kerja naik dan turun, tetapi motor hidup
b. Analisa awal :
- Motor penggerak obgyn rusak
- Mekanik hidrolik rusak
- Oli hidrolik habis
- Silk hidrolik aus
- Food switch tidak terhubung
c. Pengecekan kerusakan :
d. Analisa kerusakan :
- Kerusakan pada hidrolik kemungkinan seal bocor sehingga alat
tidak bisa bekerja naik dan turun.
e. Penanganan kerusakan :
- Menghubungi supplier untuk menanyakan spare part.
f. Hasil perbaikan :
- Alat masih dalam proses perbaikan
-
a. Data Spesifikasi
1. Merk : Acroe
2. Power : 220V, 50/60Hz, Lamp 2.23W, Heater 1000W.
3. Ruangan : R.Bersalin / ( VK ).
b. Keluhan : Alat tidak bisa hidup.
c. Analisa awal :
- MCB stop kontak putus
- Kabel power putus
- Fuse putus
- Switch on/off rusak
d. Pengecekan kerusakan :
- Cek MCB stop kontak
27
- Cek kondisi fuse
- Cek kondisi steker
- Cek tegangan jala-jala PLN apakah putus atau tidak.
e. Analisa kerusakan :
- Kabel pada steker terbakar.
f. Penanganan kerusakan :
- Ganti kabel steker
g. Hasil perbaikan :
- Alat telah kembali berfungsi normal.
a. Data Spesifikasi
1. Model : Nissei DM-500
2. Merk : NIHON SEIMITSU SOKKI
3. Power : 2 x 1,5 “AA” Batteray
4. Ruangan : R.Anggrek
b. Keluhan : Alat tidak bisa hidup.
c. Analisa awal :
- Batteray habis
- Setting tombol on/off rusak
d. Pengecekan kerusakan :
- Cek fungsi alat dengan bateray baru apakah menyala
- Cek fungsi manset
e. Analisa kerusakan :
- Batteray habis
- Manset rusak
f. Penanganan kerusakan :
- Ganti batteray baru
- Ganti Manset yang rusak dengan yang baru
g. Hasil perbaikan :
- Alat telah kembali berfungsi normal
28
No. RUANGAN JUMLAH ALAT MEDIK
1 Anggrek 15
2 Bougenville 6
3 Cempaka 12
4 Dahlia 12
5 Flamboyan 15
5 Edelwais (HCU) 45
6 Hemodialisa (HD) 23
7 Instalasi Bedah Sentral (IBS) 39
8 Instalasi Gawat Darurat (IGD) 15
9 Instalasi Laboratorium 19
10 Instalasi Radiologi 15
11 Instalasi Rawat Intensive (ICU) 76
12 Instalasi Rawat Jalan (Poli Klinik) 26
13 Instalasi Rehabilitasi Medik (Fisiterapi) 22
14 Kamar Bersalin (VK) 19
15 Peristi 12
Total Alat 371
BAB IV
PEMBAHASAN ALAT
29
medianya. Ketika arus listrik mengalir melalui jaringan biologis, maka akan
terjadi efek – efek sebagai berikut :
a. Efek Panas (Thermal)
Arus listrik yang akan dialirkan melalui jaringan biologis akan
menimbulkan panas. Besar panas yang timbul tergantung pada tahanan
spesifik dari jaringan, besarnya arus dan lamanya arus mengalir.
b. Efek Stimulasi (Faradik)
Sel-sel jaringan yang sensitif seperti sel syaraf dan sel otot akan dirangsang
(distimulasi) oleh arus listrik sehingga akan terjadi kontraksi jaringan.
c. Efek Elektrolitik
Arus listrik mengakibatkan pergerakan ion-ion didalam jaringan
biologis. Dengan arus searah ion-ion bermuatan positif akan bergerak ke
kutub negatif (katoda), dan ion-ion bermuatan negatif ke kutub positif
(anoda). Kemudian terjadi peningkatan konsentrasi yang berakibat bahaya
elektrolitik pada jaringan.
Pada penggunaan Elektrosurgery Unit, dipakai arus listrik frekuensi
tinggi yang berguna untuk memaksimalkan efek panas (termal) dan
meredam terjadinya efek faradik dan efek elektrolitik, oleh karena itu
dipergunakan frekuensi diatas 300 KHz.
Arus frekuensi tinggi yang dihasilkan oleh rangkaian akan terjadi
pada saat tombol elektroda aktif atau foot switch ditekan, sehingga arus
listrik frekuensi tinggi mengalir dari elektroda aktif ke jaringan tubuh dan
tersalur menuju elektroda netral. Maksud dari penggunaan arus listrik
didalam pembedahan adalah untuk mengurangi pendarahan karena darah
pada jaringan yang terpotong dapat dengan segera membeku, serta
mengurangi kontaminasi bakteri.
Prinsip yang mendasar dari kerja ESU adalah memberikan sejumlah
arus frekuensi tinggi ke tubuh pasien melalui elektroda, dimana frekuensi
arus tinggi ini di lakukan oleh rangkaian generator atau oscilator frekuensi
tinggi sekitar 700Khz.
Pengertian Istilah-Istilah
30
a. Blend / Cutting adalah pemotongan pada jaringan tubuh.
b. Contact Coagulation adalah elektroda aktif yang bersentuhan dengan
jaringan tubuh.
c. Spray Coagulating (Fulguration) adalah coagulasi untuk permukaan
yang luas, elektroda aktif tidak menyentuh jaringan tubuh.
d. Monopolar adalah kegiatan pembedahan dengan menggunakan elektroda
netral dan elektroda aktif, sehingga proses pemanasan terjadi hanya pada
satu sisi dari elektroda.
e. Bipolar adalah kegiatan pembedahan tanpa menggunakan elektroda
netral, elektroda berupa pinset, sehingga proses pemanasan terjadi pada
kedua sisi dari elektroda.
f. Elektroda netral adalah elektroda yang berpenampang luas berfungsi
untuk menampung arus frekuensi tinggi dari elektroda aktif. Istilah lain
adalah dispersif elektroda, passive elektroda, plate elektroda, indeffernt
elektroda.
g. Nessy Elektroda / disposable patient plate adalah elektroda netral yang
dipergunakan sekali pakai untuk menjamin sterilisasi.
h. Foot Switch adalah kaki untuk mengaktifkan elektroda aktif yang terdiri
dari single foot switch dan double foot switch.
i. Hand Switch adalah saklar tangan untuk mengaktifkan elektroda aktif
yang terdiri dari single hard switch dan double hand switch.
31
4.1.3 Spesifikasi Alat ESU (Elektro Surgery Unit)
a. Nama : Elektro Surgery Unit (ESU)
b. Merk : ERBE
c. Model : VIO 350 D
d. Produk : Jepang
Tegangan : 220 VAC 50 / 60 Hz
Keterangan :
2. AUTO CUT : Auto. kontrol tegangan, Effect 3, keterbatasan daya 150 watt
Aktivasi dengan kunci kuning atau pedal kuning
32
5. AUTO BIPOLAR: keterbatasan daya 40 watt
Aktivasi dengan pedal putih, Auto Stop off
Modus koagulasi dapat diaktifkan melalui pedal atau Auto Start. Dalam modus
koagulasi, yang Fungsi Auto Stop juga tersedia.
11. bidang Keselamatan Unit bedah frekuensi tinggi dari seri ICC ERBOTOM :
dilengkapi dengan berbagai keamanan perangkat untuk melindungi pasien dan
pengguna
33
dengan melekatkan elektroda yang besar ke kulit pasien jauh dari lokasi
pembedahan. Luas elektroda yang besar dan kontak impedance yang kecil
mengurangi kepadatan arus ke tingkat dimana pemanasan jaringan men
jadi minimal. Maka dari itu, komponen ini dibuat dari bahan yang fleksibel,
sehingga mudah digunakan menurut objek yang akan dibedah. Elektroda
ini terbagi menjadi dua yaitu yang dapat digunakan berulang-ulang dan
hanya sekali pakai (disposible). Kegagalan elektroda dan luka pasien
terjadi paling banyak karena disebabkan eleh aplikasi yang tidak tepat,
pencabutan elektroda, dan kerusakan elektroda
3. Foot Switch
Arus frekuensi tinggi yang dihasilkan oleh rangkaian akan terjadi pada saat
tombol elektroda aktif atau foot switch ditekan, sehingga arus listrik
frekuensi tinggi mengalir dari elektroda aktif ke jaringan tubuh dan tersalur
menuju elektroda netral.
34
a. Gambar 4.4 Foot switch b. Gambar 4.5 Foot switch Bipolar
Monopolar
35
c. Elektroda lingkar pita (Band Loop Electrode)
Elektroda aktif yang berbentuk lingkaran yang digunakan untuk mengambil
bagian yang menonjol pad bagian kulit. Adapun elektroda lingkar pita seperti
pada gambar 4.8.
36
4.1.6 Keterangan dan Cara Kerja Blok Diagram
Keterangan blok diagram :
a. Power Supply
Power supply berfungsi untuk memberikan catu daya pada seluruh
rangkaian pada pesawat.
b. HF Generator
Unit ini berfungsi sebagai pembangkit frekuensi tinggi yaitu
frekuensi diatas 300 KHz.
c. HF Filter
Unit ini berfungsi untuk menyaring dan melewatkan frekuensi tinggi
yang hanya digunakan untuk pembedahan.
d. Control
Unit ini berfungsi untuk mengendalikan frekuensi tinggi yang akan
dikeluarkan untuk supply pada probe.
e. Output
Unit ini digunakan untuk mengeluarkan frekwensi tinggi yang
berhubungan secara langsung dengan objek yang akan di bedah
f. Patient
Patient merupakan objek yang dilakukan pembedahan .
37
4.1.7 Pengoprasian Alat ESU
Cara pengoprasian ESU :
a. ESU Sebelum menghidupkan bersihkan ESU dan bagian-bagian
dari debu dan kotoran lainnya. Pastikan bahwa tidak ada barang
apapun diatas ESU terutama cairan.
b. Pastikan bahwa semua accecories dalam kondisi baik dan telah
terpasang dengan baik.
c. Masukan kabel power ESU ke stop kontak listrik di dinding.
Pastikan kabel power telah tertancap dengan mantap di stop
kontak, apabila stop kontak tidak arde, hubungkan ESU dengan
arde tambahan.
d. Pastikan Patien plate terpasang dengan benar termasuk kabel dan
jack (conector) harus selalu dalam keadaan baik dan bersih serta
patien plate harus tepat menempel pada bagian tubuh patient pada
lengan atau paha patient yang paling dekat dengan bagian yang
akan dibedah.
e. Daya hantar listrik (conductivitas elektrik) dari bagian tubuh yang
dipasang patient plate sebaiknya ditingkatkan.
f. Hidupkan ESU dengan menekan saklar hijau pada front panel.
g. Atur dosis / daya yang diinginkan dengan menekan tombol
up/down, baik untuk cutting maupun coagulation. Lakukan juga
pemilihan efek yang diinginkan untuk cutting dan mode yang
diinginkan untuk coagulation bila memang dibutuhkan.
h. ESU Siap untuk digunakan setelah netral elektroda terpasang ke
pasien dengan baik.
i. Rapikan kembali ESU beserta semua accecories.
38
a. Pengamanan Listrik
1) Arus Lebih.
2) Frekuensi Rendah.
3) Elektroda Netral.
4) Arus Bocor (Leakage Current).
5) Kodefikasi Warna dan Simbol (IEC Standart).
b. Pengamanan terhadap luka bakar pada bagian yang tidak diinginkan.
Ada tiga penyebab luka bakar yaitu :
1) Luka bakar Endogenous
Luka bakar endogenous pada permukaan antara elektroda netral dan
jaringan pasien dapat terjadi karena penggunaan elektroda netral
yang terlalu kecil dibandingkan dengan pemakaian daya frekwensi
tinggi yang digunakan atau karena elektroda netral tidak terpasang
secara sempurna atau hanya sebagian kecil elektroda netral yang
menempel.
2) Luka bakar Endigenous
Luka bakar ini karena ada sebagian tubuh pasien yang menyentuh
konduktif area lain. Sebagai catatan selama pembedahan dengan
menggunakan ESU pasien harus terisolasi terhadap seluruh barang
konduktif, bahan isolasi yang elektrik yang kering dan tebal
ditempatkan diantara pasien dan meja operasi.
3) Luka bakar Exogenous
Disebabkan dari panas yang ditimbulkan oleh bahan yang mudah
terbakar.
39
-Tidak ada tegangan sumber yg masuk ke alat
c. Pengecekan Kerusakan :
- cek power supply
- cek hand sweat pastikan hand sweat tidak kotor dengan darah
- cek sambungan socket untuk electroda
d. Analisa kerusakan :
- ESU tidak mendapat sumber tegangan karena power supply
tidak berfungsi
- Hand sweat kotor
- Sambungan socket ke electroda tidak terpasang dengan benar
e. Penanganan kerusakan :
- Mengganti rangakaian power supply
- Ganti dengan hand sweat yang baru
- perbaiki sambungan socket untuk electroda dengan benar
f. Hasil perbaikan :
- Setelah di ganti dengan rangkaian power supply, memperbaiki
socket untuk electroda, dan mengganti hand sweat yang baru ,
alat ESU dapat di fungsikan kembali sebagaimana mestinya
40
4.2 Syringe Pump
4.2.1 Teori Dasar
Syringe Pump adalah suatu peralatan elektromedis yang berfungsi
untuk memasukan cairan obat-obatan secara terus menerus dengan
perbandingan waktu dan dosis obat tertentu.
Prinsip dasar pada syring pump terdiri dari beberapa rangkaian yaitu
rangkaian pengatur laju motor (pendeteksi motor rpm), rangkaian
komparator, dan rangkaian sinyal referensi. Motor dan berputar untuk
menggerakkan spuit merespon sinyal yang di berikan oleh rangkaian
pengendali motor, tetapi putaran motor itu sendiri tidak stabil sehingga
perubahan-perubahan itu akan di deteksi oleh rangkaian pendeteksi rpm.
Sinyal yang didapat dari pendeteksi rpm akan dibandingkan dengan
sinyal referensi, dimana hasil dari perbandingan tersebut akan meredakan
kestabilan motor . motor akan mengurangi lajunya jika perputarannya
terlalu cepat dan sebaliknya akan menambah kecepatan jika
perputarannya terlalu pelan sehingga didapatkan putaran motor yang
stabil.
Prinsip Kerja Alat Syringe Pump adalah alat yang didesain untuk
memasukan obat-obatan, pengobatan dengan chemotherapy, obat kanker,
oxytocic, anti koagulan, obat anastesi dan nutrisi makanan dapat
digunakan di ICU, ICCU, NICU atau ruang operasi.
41
Rentang Tingkat Arus Pengaturan
0,1-300 mL / h (untuk jarum suntik 10, 20 dan 30 mL)
0,1-999 mL / h (untuk 50 mL jarum suntik)
0,1-1200 mL / h (fungsi khusus untuk 50 jarum suntik mL)
42
d. Frekuensi : 50 / 60 Hz
e. Daya : 23 Watt
f. Berat : ± 1,8 kg
g. Produksi : Japan
Keterangan:
1. [AC/DC] indicator
Menyala apabila menggunakan AC/DC, dan lampu indicator mati apabila
menggunakan batteray internal.
2. [BATTERY] indicator
a) Menyala walaupun dihubungkan dengan sumber AC/DC.
b) Menunjukan tingkatan recharging (pengisian ulang) ketika battery
discharging.
c) Menunjukan kapasitas battery ketika digunakan.
3. [SYRINGE SIZE] indicator
a) Secara otomatis menunjukan ukuran syringe ketika syringe dipasang.
b) Ketika syringe tidak dipasang maka lampu akan berkedip-kedip.
4. [FLOW RATE / DELIVERY LIMIT / VOLUME DELIVERED] display
a) Menampilkan besarnya flow rate dan batas obat yang akan diberikan.
b) Menampilkan volume yang telah diberikan.
5. [DISPAY SELECT] switch
43
6. [CLEAR (C∑MI)] switch
Untuk menghapus volume yang telah diberikan.
7. Operation Indicator
a) Menyala hijau dan berputar apabila syringe bekerja.
b) Menyala hijau dengan berkedip ketika digunakan untuk komunikasi.
c) Lampu mati ketika pengoperasian alat dihentikan.
d) Menyala merah ketika alarm aktif.
e) Menyala merah dan hijau secara bergantian ketika alat standby
8. Dial
a) Digunakan untuk mengatur flow rate, delivered limit, dan sebagainya.
b) Diputar ke belakang menaikkan harga atau nilai pada display.
c) Diputar ke depan menurunkan harga atau nilai pada display.
9. [OCCLUSION LIMIT]
Keterangan:
44
1. Power Circuit
Memberikan supply tegangan ke masing-masing blok rangkaian yang
dilengkapi rangkaian power supply-switch, power supply, battery charge,
dan rangkaian deteksi low battery.
2. Control Circuit
Mengatur semua fungsi yang berhubungan dengan pengoperasian alat.
3. CPU Supervision Circuit
Mengawasi apakah pada rangkaian control circuit bekerja.
4. Motor Driving Circuit
Pada rangkaian driver motor menerima signal input dari CPU yang
kemudian menjalankan motor berdasarkan input CPU.
5. Buzzer Driving Circuit
Pada rangkaian driver buzzer menerima signal input dari CPU yang
kemudian membunyikan buzzer berdasar input CPU.
6. LED Display Circuit
Pada rangkaian driver LED menerima signal input dari CPU yang
kemudian menyalakan display berdasar input CPU.
7. LCD Display Driving Circuit
Pada rangkaian driver display LCD menerima signal input dari CPU yang
kemudian menyalakan LCD berdasar input CPU.
8. Nurse Call dan Communication Circuit
Digunakan untuk menghubungkan syringe pump dengan medical monitor,
computer, dan nurse call. Atau berfungsi untuk mengakses data syringe
dari luar.
9. Syringe Size Detection
Digunakan untuk mendeteksi ukuran syringe.
10. Nearly Empty Detection
Digunakan untuk mendeteksi apabila obat yang diberikan akan habis.
11. Oclusion Detection
Untuk mendeteksi apabila terjadi penyumbatan.
12. Plunger/Clutch Disengagement Detection
Untuk mendeteksi apabila plunger terlepas atau penempatan plunger
salah.
13. Setting Dial Circuit
Untuk memilih atau menggeser nilai yang akan dipilih.
14. Switch Circuit
Apabila tombol / switch ditekan maka data output masuk ke CPU, yang
kemudian diidentifikasikan oleh CPU.
15. Motor Rotation Detection
Untuk mendeteksi perputaran motor.
16. Motor
45
Digunakan untuk mendorong syringe yang dihubungkan dengan gear
sehingga mendorong syringe secara linear.
17. Buzzer
Sebagai penanda berupa suara / bunyi apabila mengoperasikan atau ada
error dalam pengoperasian.
18. LED Indicator
Berfungsi sebagai indicator.
19. LCD Indicator
Untuk menampilkan besarnya nilai menu pilihan.
46
6. Buzzer Driving Circuit
Pada rangkaian driver buzzer menerima sinyal masukan dari CPU yang
kemudian membunyikan buzzer berdasarkan masukan CPU.
7. LCD Display Driving Circuit
Pada rangkaian driver display LCD menerima sinyal masukan dari CPU
yang kemudian menyalakan LCD berdasarkan masukan CPU.
8. Syringe Size Detection
Digunakan untuk mendeteksi ukuran syringe. Dengan menggunakan
sensor position linear, pada saat clamp digerakan maka akan terdeteksi
ukuran syringe, sensor tersebut merubah resistansi yang kemudian data
yang didapat yaitu perbandingan perubahan resistansi yang kemudian hasil
keluarannya masuk ke rangkaian ADC dan kemudian diproses oleh CPU.
9. Nearly Empty Detection
Digunakan untuk mendeteksi apabila obat yang diberikan akan habis.
Prinsipnya sama pada Syringe Detection.
10. Occlusion Detection
Untuk mendeteksi apabila terjadi penyumbatan. Pada Occlusion Detection
menggunakan Strain gage. Keluaran dari Strain gage dikuatkan kemudian
masuk ke rangkaian ADC dan kemudian diolah oleh CPU.
11. Plunger Disengagement Detection
Untuk mendeteksi apabila Plunger terlepas atau penempatan Plungernya
salah. Dengan menggunakan photo interrupter.
12. Motor Rotation Detection
Untuk mendeteksi per putaran motor. Pada motor dipasang lempeng
berupa lingkaran yang ada lubangnya yang dikombinasikan dengan photo
interrupeter dan keluaran diolah oleh CPU.
13. Nurse Call dan Communication Circuit
Digunakan untuk menghubungkan syringe pump dengan medical monitor,
computer, dan nurse call. Atau berfungsi untuk mengakses data syringe
dari luar.
47
5. Tekan tombol rate / D. Limit / ∑ml (SELECT), hingga muncul “RATE”
pada display, atur jumlah dosis obat yang akan dimasukan ke pasien
dengan putar dial setting yang ada dibagian samping pump.
6. Tekan Start.
7. Tekan Stop, jika alarm sudah berbunyi dan proses pemberian obat sudah
selesai.
8. Tekan tombol OFF untuk mematikan pesawat, selama kurang lebih 3
detik, selanjutnya pesawat akan mati.
48
c. Pengecekan kerusakan :
- Cek supply teganggan pada jala-jala PLN
- Cek kondisi fuse
- Cek kondisi kabel poower dengan ohmmeter
- Cek blok rangkaian power supply
- Cek batteray
- Cek gear motor pada syring
d. Analisa Kerusakan :
- Supply teganggan pada jala-jala PLN ada
- Fuse baik
- Kabel power baik
- Blok rangkaian power supply rusak
- Batteray Habis
- Gear motor pada syring kotor dan kurang pelumas
e. Penanganan Kerusakan :
- Buka semua bagian alat,bersihkan dan angkat blok power supply dan
ganti dengan board yang baru kemudian rapikan kembali alat
- Charger Batteray
- Membersihkan gear motor dan memberi pelumas, dan alat siap di
fungsikan kembali
f. Hasil Perbaikan :
- board power supply pada board telah diganti yang baru, alat telat di
charger, dan gear pada motor telah diberi pelumas, sehingga alat dapat di
gunakan kembali
49
4.3 Infus Pump
4.3.1 Teori Dasar
Fungsi Alat Infuse Pump Infus Pump merupakan salah satu peralatan
elektromedis yang berfungsi untuk memasukkan cairan ke dalam tubuh
pasien secara langsung melelui pembuluh darah vena.
Prinsip Dasar Alat Infus Pump Pemberian infus paling sederhana adlah
secara manual, yaitu pemberian cairan yang dikontrol oleh operator dari
mulai awal sampai selesai. Hal yang diatur oleh pasien tersebut meliputi
berapa jumlah tetesan atau berapa jumlah mililiter cairan yang harus
diberikan. Dengan kondisi secara manual akan membutuhkan perhatian
operator secara serius karena kemungkinan terjadinya kesalahan akan
besar. Kesalahan tersebut berupa:
-Jumlah tetesan yang tidak sesuai
-Waktu pemberian infus yang tidak sesuai
Untuk menjaga keakuratan data dan operasi maka parameter-
parameter tersebut perlu dilakukan kalibrasi.
Infus secara otomatis pada intinya adalah pengaturan laju alirannya.
Bagian penting pada rangkaian infusion pump adalah :
- Kontroler
- Sensor flow
Kontroller adalah semua bagian elektronik yang mengatur semua
setting dari flow rate, volume. Sensor flow berfungsi untuk
mendeteksi laju aliran yang diberikan ke pasien. Rangkaian kontroller
merupakan pusat dari seluruh kerja dari infusion pump. Setting
infusion pump terdiri dari flow rate, volume diberikan ke kontroller
melalui rangkaian input key, setting ini berupa nilai logic biner. Input
sensor flow dan output sinyal ke motor drive adalah berupa pulsa.
50
Motor secara otomatis akan menekan slang pada dinding sehingga laju
aliran akan cepat atau lambat tergantung settingan yang diberikan.
Setelah seluruh setting telah diberikan,infusion pump siap untuk
distart. Setelah menerina sinyal, kontroller akan mengirim pulsa ke
motor drive sehingga motor bekerja. Sensor akan mendeteksi tetesan
dari botol infus ddan mengirim sinyal kembali ke motor drive.
Kondisi tersebut akan berulang terus sehingga cairan infus akan
menetes sesuai dengan setting flow rate . Apabila sensor flow tidak
mendeteksi adanya cairan maka kontroller akan mengirim sinyal
alarm occlusion yang berarti cairan infus telah habis atau slang
tersumbat sehingga tidak ada aliran.
51
4.3.4 Blok Diadram Alat Infus Pump
Prinsip Kerja :
Buzzer drive / Buzzer volume variable circuit akan berbunyi dan
digunakan sebagai sumber alarm.
Motor drive circuit, yang digunakan pada unit ini adalah motor
stepper untuk motor penggerak, rasio dari motor tersebut adalah:
PK244-01 4V : 2 phasa, 1,8˚ / step. Tegangan pada motor akan
senantiasa dipilih pada masing-masing kecepatan digunakan untuk
menstabilkan output putaran. Proses kenaikan tegangan motor
dilakukan oleh tipe switching regulator untuk mengurangi kerugian
tegangan yang hilang. Spesifikasi tegangan dapat dipilih yaitu sebanyak
32 step.
Nurse call I/O circuit, nurse call relay dikontrol oleh sinyal nurse
call relay dari CPU atau signal run out of control stop.
Air in-line detection circuit, untuk mendeteksi keberadaan
gelembung pada pipa atau selang pada infus pump, untuk mendeteksi
the air in-line maka diigunakan ultrasonic sensor.
Delivery detection circuit, digunakan untuk mendeteksi berapa
besar tetesan yang sudah dikeluarkan atau diberikan. Tetesan pada drip
chamber dideteksi dengan infra red emitting element yang terletak pada
drop sensor probe.
52
Occlusion detection circuit, rangkaian ini berguna untuk
mendeteksi terjadinya penyumbatan saat terjadi tekanan internal pada
selang keluaran, dimana pendeteksian secara mekank diatur pada
bagian terendah dari fingger unit. Oclusion plunger yang menggunakan
magnet akan mendeteksi posisi yang berubah dikarenakan oleh
bergeraknya tabung / selang.
Door detection circuit, mendeteksi keadaan door, dimana akan
terdeteksi oleh magnet yang dipasang pada pintu dan semua bagian
element dihubungkan pada display circuit.
Fail safe circuit, berguna untuk mengetahui keadaan bekerjanya
control circuit dan display circuit board CPU yang akan digunakan
untuk berkomunikasi dengan bagian lain pada saat status operasi
dengan CPU.
4.3.6 Pemeliharaan
- Membersihkan infus pump dari debu dan kotoran
- Mekalukan pengujian dan kalibrasi setiap 1 bulan sekali
53
- Tetesan terdeteksi tetapi tidak mau jalan
- Alarm pada infus berbunyi terus
b.Analisaawal :
- Supply tegangan tidak ada
- Fuse putus
- Kabel power putus
- Blok rangkaian power supply rusak
- Selang infus kotor
- Pintu kurang tertutup
c. Pengecekan kerusakan :
- Cek supply teganggan pada jala-jala PLN
- Cek kondisi fuse
- Cek kondisi kabel poower dengan ohmmeter
- Cek blok rangkaian power suply
- Cek Selang dan motor peristaltik
- Cek pintu infus apakah sudah tertutup dengan benar
d. Analisa Kerusakan :
- Supply teganggan pada jala-jala PLN ada
- Fuse baik
- Kabel power baik
- Blok rangkaian power supply rusak
- Motor peristaltik macet
- Pintu infus tidak tertutup dengan benar
e. Penanganan Kerusakan :
- Buka semua bagian alat,bersihkan dan angkat blok power supply dan
ganti dengan board yang baru kemudian rapikan kembali alat
- Bersihkan motor peristaltik, dan tutup pintu infus dengan benar
f. Hasil Perbaikan :
- Setelah alat di perbaiki dan di ganti dengan board power supply yang
baru, alat dapat di gunakan kembali sebagaimana mestinya
54
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dari pengalaman serta penjelasan yang didapat dalam mengikuti PKL
selama kurang kebih 2 bulan ini penulis mengambil kesimpulan sebagai
berikut :
1. R.S Panti Wilasa “Citarum” Semarang merupakan rumah sakit swasta
yang sedang berkembang menuju kondisi rumah sakit yang lebih baik,
dengan bertambahnya peralatan medic kebutuhan akan tenaga
elektromedik juga diperlukan sehingga engan bertambahnya peralatan
55
medic maka semakin banyak pula hal yang dapat dipelajari peserta
PKL.
2. PKL merupakan kegiatan yang sangat bermanfaat dan berguna bagi
mahasiswa untuk menambah ilmu pengetahuan yang mungkin tidak
didapat di bangku perkuliahan, sehingga sangat bermanfaat kelak di
dunia kerja.
3. Dalam pelaksanaan PKL mahasiswa belajar bagaimana bersosialisasi
dengan karyawan dan staff sehingga akan siap dalam menghadapi
dunia kerja yang akan dihadapi.
4. Elektro Surgery Unit (ESU) adalah sebagai alat bantu yang berfungsi
pada saat di lakukan pembedahan dengan memanfaatkan arus listrik
frekuensi tinggi pada jaringan tubuh tertentu dengan menggunakan
elektroda sebagai medianya.
5. Syring pump Terumo TE-331 dalam penggunaanya di lingkungan
RS.Panti Wilasa “Citarum” Semarang jarang sekali mengalami
kerusakan. Karena board kontrolnya berada di atas holder syringe jadi
apa bila ada kebocoran syringe maka tidak membasahi board
kontrolnya
6. Alat Infuse Pump Infus Pump merupakan salah satu peralatan
elektromedis yang berfungsi untuk memasukkan cairan ke dalam tubuh
pasien secara langsung melelui pembuluh darah vena.
5.2 Saran
Adapun saran yang dapat disampaikan penulis berdasarkan hsil Praktek
Kerja Lapangan di Rumah Sakit Panti Wilasa “Citarum” Semarang selama
kurang lebih 2 bulan, sebagai berikut:
1. Adanya keaktifan bagi penulis IPS untuk melakukan pemeliharaan
seperti yang telah di jadwalkan sebelumnya, sehingga akan
menciptakan hasil yang baik dalam upaya menjaga fungsi dari
peralatan medic dan non medik.
2. Untuk mahasiswa peserta PKL selalu bekerja dibawah koordinasi
instruktur sehingga meminimalkan kejadian yang tidak diinginkan.
3. Petugas IPS selalu aktif menjalankan program yang telah dibuat seperti
jadwal pemeliharaan alat sehingga alat selalu siap untuk digunakan.
56
Adanya sosialisasi yang dilakukan kampus tentang alat yang baru di
dunia kerja sehingga mahasiswa yang praktek bias cepat memahami
dan mengerti.
Demikian kesimpulan dan saran yang dapat penulis sampaikan semoga dapat
beermanfaat bagi pihak Rumah Sakit, Institusi dan seluruh rekan-rekan Akademi
Tenik Elektro Medik
57
DAFTAR PUSTAKA
http://amedevice.blogspot.com/2010/06/infusion-pump.html
http://imageshack.us/photo/my-images/710/syiringepump.jpg/
58