Anda di halaman 1dari 2

INFEKSI KULIT DAN JARINGAN LUNAK

 KLASIFIKASI:
1. Purulen
- Contoh: abses, furunkel, karbunkel
- Terapi: insisi dan drainase + antibiotik untuk kasus sedang hingga berat
2. Non purulen
- contoh : erisipelas, selulitis, necrotizing fasciitis
- terapi: antibiotik, debridement jika berat
 DERAJAT:
1. Ringan : manifestasi lokal
2. Sedang : manifestasi sistemik (suhu > 38, HR > 90 x / menit, RR > 24 x / menit)
3. Berat : manifestasi sistemik, pasien immunocompremise, infeksi dalam,
memerlukan tindakan insisi dan drainase serta antibiotik
 EPIDEMIOLOGI
- Prevalensi sebenarnya tidak jelas, karena kasus ringan biasanya dapat sembuh
sendiri dan pasien tidak mencari penanganan medis.
- 3,4 juta (2.6%) penyebab kedatangan ke IGD dengan 13.9% kasus ranap
- Menghasilkan 500.000 (1.4%) kasus di RS. Rata-rata lama ranap 3.7 hari dan
menghabiskan rata-rata biaya $18.299 per kasus. Jumlah ini terus meningkat
karena adanya community associated methicillin resistant Staphylococcus aureus
(CAMRSA). 1 dari 5 pasien dengan infeksi kulit dan jaringan lunak di pelayanan
primer menderita CAMRSA dan menghabiskan dana sekitar $2000 per kasus.
Kasus herpes zooster juga meningkat, diperkirakan 1 juta kasus / tahun di US, 3-
4 kasus per 1000 penduduk pertahun.
 PATOFISIOLOGI
- Kulit yang intak melindungi dari lingkungan luar sebagai barier fisik dan menjaga
flora normal sehingga tidak tumbuh organisme patogen
- Infeksi primer: mikroorganisme menginfeksi kulit normal
- Infeksi sekunder: mikroorganisme menginfeksi kulit yang rusak, karena penyakit
yang mendasari atau trauma
- Mikroorganisme  kerusakan jaringan sekitar  inflamasi  hangat, eritema,
nyeri.
- Kerusakan lebih parah pada pasien DM karena hiperglikemia jangka panjang
menyebabkan neuropati autonom dan motorik, imunopati selular dan humoral,
dan angiopati
- Reaktivasi virus varicella zooster pada akar spinal atau saraf cranial
menyebabkan respon inflamasi yang berhubungan dengan herpes zooster
 FAKTOR RISIKO
- Infeksi bakteri kulit dan struktur kulit akut terjadi ketika integritas kulit
terganggu, akibat tingginya beban bakteri pada kulit, ketersediaan nutrisi
bakteri, kelembaban kulit yang berlebihan, suplai darah yang tidak memadai,
penekanan kekebalan tubuh, atau kerusakan pada lapisan kornea.
- Kebersihan yang buruk, penggunaan barang-barang pribadi secara bersamaan,
kontak fisik, dan lingkungan padat memudahkan penyebaran infeksi menular
seperti furunkel, karbunkel, dan impetigo.
- Penyakit pembuluh darah perifer dan penyakit kulit yang sudah ada sebelumnya
meningkatkan risiko erisipelas dan selulitis.
- Diabetes yang tidak terkontrol sering menyebabkan infeksi kaki diabetik (DFI).
- Peristiwa traumatis seperti luka dan gigitan dan penggunaan narkoba suntikan
menghasilkan luka yang meningkatkan risiko infeksi kulit dan abses.
- Risiko infeksi pada tempat pembedahan tergantung pada kategori operasi,
operasi bersih berisiko rendah memiliki risiko infeksi terkecil dan operasi yang
terkontaminasi serta berisiko tinggi memiliki risiko tertinggi.
- Kolonisasi S. aureus di hidung dan Steptococcus pyogenes pada kulit
meningkatkan risiko infeksi kulit.
- Kontak kulit pada saat berolahraga, mendatangi sekolah, dan hidup di
lingkungan yang padat  risiko infeksi kulit CAMRSA
- HAMRSA (Health care associated methycilin resistant S. aureus) berhubungan
dengan penggunaan antibiotik / faskes sebelumnya
- Herpes zooster  usia tua, imunosupresif, wanita, kulit putih, riwayat keluarga
herpes zooster
 BAKTERI PENYEBAB
- Infeksi kulit dan jaringan lunak akut karena bakter biasanya disebabkan oleh
kokus gram positif (S. aureus dan Streptococcus pyogenes)
S aureus  furunkel, karbunkel, abses kulit, dan impetigo
Streptococcus pyogenes  erisipelas, limfangitis, selulitis tanpa trauma tajam
- Infeksi MRSA  kolonisasi MRSA di hidung, injeksi obat, sistemic inflamatory
response sindrome
- Basil gram negatif  ulser jangka panjang, pasien imunocompremise,
penggunaan antibiotik sebelumnya
-

Anda mungkin juga menyukai