Anda di halaman 1dari 26

1

BUKU PANDUAN PRAKTIKUM


BIOKIMIA KEDOKTERAN
BLOK BASIC SCIENCE OF BLOOD, SUPPORT,
AND MOVEMENT SYSTEM

Disusun oleh :
ASSCALBIASS

Editor:
dr. Joko Setyono, M.Sc.,
dr. Dwi Adi Nugroho, dr. Tisna Sendy Pratama, Dr. Dra.
Hernayanti, M.Si.,
Dr. Saryono, S.Kp, M.Kes., Drs. Slamet Priyanto, dr. Dwi Arini
Ernawati,
dr. Alfi Muntafiah

LABORATORIUM BIOKIMIA KEDOKTERAN


JURUSAN KEDOKTERAN
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU-ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
PURWOKERTO
2016
2

KATA PENGANTAR

Alhamdulillaahirabbil’aalamiin. Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT


karena atas limpahan rahmat dan karunia – Nya, buku “Panduan Praktikum Biokimia
Kedokteran Blok Basic Science of Blood Support and Movement System” dapat
terselesaikan dengan baik. Tujuan dari penyusunan buku ini yaitu untuk membantu
praktikan dalam memahami kegiatan praktikum biokimia kedokteran blok Basic Science
of Blood Support and Movement System serta memberikan gambaran secara ringkas
mengenai metabolisme kolesterol, trigliserida, dan glukosa.
Kami ucapkan terima kasih dan penghargaan yang setingginya kepada :
1. Dr. dr. Fitranto Arjadi, M.Kes., selaku Dekan Fakulatas Kedokteran.
2. Dr. dr. Eman Sutrisna, M.Kes selaku Ketua Jurusan Kedokteran FK Unsoed.
3. dr. Alfi Muntafiah, selaku Kepala Laboratorium Biokimia Kedokteran Unsoed

4. dr. Dwi Adi Nugroho, dr. Tisna Sendy Pratama, Dr. Dra. Hernayanti, M.Si., Dr.
Saryono, S.Kp, M.Kes., Drs. Slamet Priyanto, dr. Dwi Arini Ernawati, dan dr.
Alfi Muntafiah, selaku dosen biokimia, pembimbing, sekaligus konsultan.
5. Orang tua selaku supporter utama dalam hidup kami.
6. Association Medical Biochemistry Assistant (ASSCALBIASS) tahun angkatan
2002-2013 yang telah memberikan arahan dan dukungan serta rasa
kekeluargaan.
7. Teman-teman angkatan 2011 dan 2012 yang telah membantu dan mendukung
dalam penyusunan buku ini.
8. Semua pihak yang telah dengan ikhlas membantu kami dalam menyelesaikan
penyusunan buku ini.

Penyusun menyadari bahwa buku panduan ini masih belum sempurna. Oleh karena
itu, kami mengharapkan adanya kritik dan saran yang membangun demi perbaikan
penyusunan buku petunjuk praktikum biokimia selanjutnya. Semoga buku ini dapat
bermanfaat dan menambah pengetahuan dalam ilmu kedokteran, khususnya mengenai
biokimia kedokteran.

Hormat kami,

Penyusu
n
3

DAFTAR ISI

Halaman Judul..............................................................................................................1
Kata pengantar..............................................................................................................2
Daftar isi.......................................................................................................................3
Petunjuk umum keselamatan kerja di laboratorium.....................................................4
Pertolongan pertama pada kecelakaan..........................................................................5
Sampling darah vena.....................................................................................................7
PRAKTIKUM BIOKIMIA
Pemeriksaan kalsium darah ........................................................................................10
Pemeriksaan fosfat anorganik.................................................................................... 14
Pemeriksaan aktivitas CK NAC................................................................................. 17
Pemeriksaan resistensi osmotik darah cara visual .....................................................21
4

PETUNJUK UMUM KESELAMATAN KERJA DI LABORATORIUM

1. Dilarang makan dan minum dalam ruang laboratorium, karena beberapa bahan
kimia/bahan biologis yang digunakan bersifat racun dan berbahaya bagi kesehatan.
2. Mahasiswa wajib menggunakan jas laboratorium dan alas kaki/sepatu yang tertutup.
3. Rambut harus ringkas dan tidak boleh tergerai.
4. Dilarang menghisap pipet dengan mulut untuk asam dan basa kuat (seperti HCl,
H2SO4, HNO3, Asam asetat glasial, NH4OH, NaOH). Gunakan buret ! Atau pipet
dengan bola penghisap ! Untuk memindahkan asam/basa kuat atau bahan-bahan
beracun ke dalam tabung yang anda gunakan dan lakukan di dalam lemari asam.
5. Bila terjadi kontak dengan bahan-bahan berbahaya, korosif atau beracun, segera bilas
dengan air sebanyak-banyaknya dan segera laporkan kepada instruktur.
6. Segera tutup kembali bahan kimia yang disediakan dalam botol tertutup, untuk
mencegah inhalasi bahan-bahan tersebut.
7. Jangan sampai menumpahkan bahan-bahan kimia di meja kerja atau pada lantai. Hal
ini terutama berlaku untuk asam dan basa pekat. Segera laporkan kepada instruktor.
8. Gunakanlah alat/instrumen yang disediakan sesuai dengan cara kerjanya. Bila saudara
tidak memahami cara kerjanya mintalah bantuan instruktor.
9. Berhati-hatilah bila bekerja dengan bahan uji yang berasal dari bahan-bahan biologis
seperti darah, saliva atau urin karena kemungkinan dapat terinfeksi kuman atau virus
berbahaya seperti HIV atau hepatitis.
a. Sebaiknya gunakan sarung tangan karet sekali pakai, terutama bila ada luka.
b. Hindari kemungkinan tertusuk jarum.
c. Cuci tangan atau anggota badan yang kontak atau terpercik darah. Cuci dengan
cermat menggunakan sabun.
d. Buang bahan yang mengandung darah dalam wadah plastik tertutup.
e. Cuci alat-alat laboratorium dengan sabun dan sterilisasi dengan merendamnya dalam
larutan natrium hipoklorit 0,5 % selama 30 menit.
f. Bersihkan meja laboratorium dengan air sabun dan dengan larutan natrium hipoklorit
0,5 %.
5

PERTOLONGAN PERTAMA PADA KECELAKAAN

1. KEBAKARAN

Jika terjadi kebakaran, yang harus dilakukan pertama kali adalah :


a. Semua kran pipa gas harus ditutup.

b. Padamkan api dengan bahan pemadam api yang tersedia.

c. Putuskan aliran listrik.

d. Jika ada yang terbakar, selimutilah dia dengan kain yang cukup basah. Pakaian
yang melekat dilepas dengan cara memotong-motong dengan gunting dan
segeralah dibawa ke rumah sakit.

2. TERKENA BAHAN KIMIA

Bahan-bahan kimia yang dapat menimbulkan luka atau kerusakan pada badan :
a. H2SO4, HNO3, HCl, HF, dan CH3COOH

b. KOH, NaOH dan NH4OH

c. Pengoksidasi H2O2 pekat, amonia cair, senyawa-senyawa klor, kromat, persulfat,


kaporit, asam oksalat dan ammonium sulfida.

Anggota badan yang terkena bahan kimia tersebut di atas harus :


a. Dicuci dengan air sebanyak-banyaknya.

b. Setelah itu jika terkena asam kuat cucilah dengan larutan natrium bikarbonat.

c. Jika yang mengenai anggota badan adalah basa kuat maka setelah dicuci dengan
air kemudian dicuci dengan air bor (H3BO3) atau asam asetat encer (0,24 N).

d. Jika terkena air Brom maka anggota badan yang terkena dicuci dengan air
kemudian dengan campuran amoniak, minyak terpentin, alkohol (1:1:10).
6

e. Jika terkena oksidator kuat maka setelah dicuci dengan air dicuci lagi dengan
larutan ammonium sulfat encer.

f. Jika bahan kimia tersedot ke mulut dan tenggorokan berkumurlah dengan air
sebanyak-banyaknya. Minumlah air bersih 1 atau 2 gelas dan segera pergi berobat
ke dokter.

3. GAS-GAS BERACUN

Gas-gas beracun pada umumnya CO, H2S, Uap Hg, HCN, NO2, Cl2 dan Br2.
a. untuk mencegah terjadinya keracunan oleh gas-gas tersebut maka percobaan yang
menggunakan atau menimbulkan bahan-bahan beracun tadi harus dilakukan
dalam ruangan asam.

b. Jika mencium gas-gas tadi segeralah keluar dan bernafas dalam-dalam di udara
terbuka.

c. Jika keadaannya parah pergilah segera ke dokter.


7

SAMPLING DARAH VENA

Sampel darah yang dapat ditampung dengan atau tanpa antikoagulan. Dengan darah
vena dapat diperoleh bermacam-macam sampel, yaitu :
1. Whole Blood/darah penuh

2. Plasma

3. Serum

4. Defibrinated Blood

5. Clot Blood

Pengambilan sampel dapat dilakukan dengan cara:


1. Bendung di sebelah proximal vena yang akan diambil agar tampak lebih jelas,
penderita diminta mengepal-ngepal tangannya.

2. Lakukan disinfeksi pada daerah tersebut dengan kapas alcohol 70%

3. Periksa spuit, adakah udara, jarum kencang, bias dihisap dengan mudah.

4. Setelah alkohol kering (tidak ditiup-tiup), kulit ditegangkan, tusuk dengan jarum
dengan sudut 45 derajat, arah jarum sejajar dengan arah vena, jarum menghadap
keatas.

5. Setelah vena terasa tertusuk, jarum diputar menghadap ke bawah. Tusukan


dilanjutkan menghadap vena. Darah mengalir dengan sendirinya bila tusukan tepat.
Kepalan tangan dibuka, darah dihisap pelan-pelan. Ambil darah sesuai kebutuhan.

6. Lepaskan tourniquet, jarum ditarik, tekan dengan kapas alcohol. Penderita diminta
untuk tetap menekan dengan kapas alcohol.

7. Lepaskan jarum dari spuit, tuangkan darah kedalam botol penampung, dengan cara
mengalirkan darah lewat dinding botol penampung.
8

8. Jangan lupa memberi identitas penderita.

Catatan :
1. Daerah pengambilan mengalami kongesti akan menyebabkan hemokonsentrasi.

2. Khusus untuk pemeriksaan koagulasi penusukan harus satu kali/tidak diulang-ulang.

3. Alat penampung harus bersih dan kering.

4. Bila ada penundaan pemeriksaan harus diberi anti koagulan.

5. Pada saat menuang darah spuit kedalam botol, jarum harus dilepas, tidak boleh
disemprot (harus dialirkan lewat dinding tabung) dan tidak boleh dikocok terlalu
keras.
9

PRAKTIKUM BIOKIMIA
10

PEMERIKSAAN KALSIUM DARAH


(Metode CPC Photometric)

A. Tujuan Instruksional Khusus


1. Mahasiswa akan dapat mengukur kadar kalsium darah dengan metode CPC
photometric.
2. Mahasiswa akan dapat menganalisis hasil pemeriksaan kadar kalsium darah
3. Mahasiswa akan dapat menerapkan hasil pemeriksaan kadar kalsium darah untuk
menegakkan diagnosis
4. Mahasiswa akan dapat menerapkan hasil pemeriksaan kadar kalsium darah untuk
penelitian kimia darah

B. Dasar Teori
Kalsium adalah salah satu logam golongan alkali tanah yang penting dalam
tubuh yang memiliki wujud ion Ca2+. Kalsium di dalam tubuh terutama terdapat
dalam tulang dan gigi. Sebagian kecil kalsium berupa ion di dalam cairan tubuh,
termasuk darah, yang penting untuk pengaturan proses penjendalan darah, pengatur
fungsi jantung, otot, saraf, dan permeabilitas membran. Ion kalsium mengatur
sejumlah reaksi fisiologis dan biokimiawi yang penting. Proses tersebut diantaranya
mencakup eksitabilitas neuromuskuler, koagulasi darah, proses sekresi, integritas
membran, pengangkutan transmembran, reaksi enzim, pelepasan hormon serta
neurotransmitter, dan kerja intrasel sejumlah hormon sebagai third messenger. Selain
itu konsentrasi Ca2+ dalam periosteum serta cairan ekstrasel diperlukan untuk proses
mineralisasi tulang.
Tubuh manusia di dalamnya terdapat kurang lebih 1 kg kalsium dan 99 %
diantaranya dalam bentuk kristal hidroksiapatit bersama dengan fosfat yang
merupakan komponen anorganik dan struktural skeleton. Namun hanya 1 % dari
kalsium tulang yang dapat dipertukarkan secara bebas. Kalsium plasma terdapat
dalam tiga bentuk, yaitu bentuk senyawa kompleks dengan asam organik, bentuk
terikat protein, dan bentuk terionisasi. Bentuk yang terionisasi ini merupakan bentuk
biologis-aktif. Toleransi terhadap penyimpangan kadar Ca2+ dari kisaran normalnya
11

sangat kecil yaitu 1,1-1,3 mmol/l, sehingga perlu pengendalian yang kaku terutama
dilakukan oleh banyak organ (hati, kulit, tulang, usus, dan paratiroid), banyak sistem
hormon (PTH, kalsitriol serta kalsitonin). Kadar kalsium serum darah berbanding
terbalik dan memiliki hasil kali yang tetap dengan kadar fosfor serum.
C. Metode Pemeriksaan
Metode CPC Photometric

D. Alat dan Bahan


Alat
1. Spuit 3cc
2. Torniquet
3. Vacuum tube red cap (Non EDTA)
4. Sentrifugator
5. Mikropipet (10 μl-100 μl)
6. Mikropipet (100 μl-1000 μl)
7. Yellow tip
8. Blue tip
9. Tabung reaksi 3 ml
10. Rak tabung reaksi
11. Spektrofotometer
Bahan
1. Sampel (Serum)
2. Working reagen (R. Kalsium + Buffer)

E. Cara Kerja
Panjang gelombang : 570 (578) nm
Temperatur : 18-30 0C
12

1. Persiapan sampel:
a. Diambil darah probandus sebanyak 3 cc dengan menggunakan spuit.
b. Darah dimasukkan ke dalam tabung eppendorf dan disentrifugasi dengan
kecepatan 4000 rpm selama 10 menit, kemudian diambil serumnya untuk
sampel.

Masukan ke dalam Blanko Standar Test


tabung reaksi
Larutan kerja 1,0 mL 1,0 mL 1,0 mL
Serum - - 20 µl
Standar - 20 µl -

Campur homogen dengan vortex dan diamkan pada suhu kamar (18-30 0C)
selama 1 menit. Baca absorbance test dan absorbane standar terhadap blanko
regensia pada panjang gelombang 570 (578) nm.

Catatan:
Pembuatan larutan kerja
Campur bagian regensia 1 dengan 1 bagian regensia 2, diamkan pada suhu kamar (18-30
C) selama 20 menit sebelum digunakan.
0

Larutan stabil selam 2 minggu pada suhu 2-8 0C dan 1 minggu pada suhu kamar (18-30
C)
0

F. Dasar Pemeriksaan
Reagensia berdasarkan metode yang diajukan oleh Moorehead and Briggs. CPC
berreaksi dengan kalsium dan magnesium dalam suasana alkalis menyusun senyawa
yang berwarna ungu tua. Intensitas warna ungu tua yang terbentuk berbanding
langsung dengan kadar kalsium dan dapat diukur dengan spektrofotometris dengan
panjang gelombang antara 550 nm – 580 nm dengan absorbance max pada 570 nm.

Calsium+o-Cresholphtalein alkalis calsium-cresolphthalein complexon


Complexon complex (warna ungu)
13

G. Perhitungan
Kalsium (mg/dl)= Abs. Test x kadar standar
Abs. standar

H. Nilai Normal
Kadar kalsium serum atau plasma : 8,5-10,5 mg/dl.
Anak usia < 12 th mempunyai nilai normal yang lebih tinggi
14

PEMERIKSAAN FOSFAT ANORGANIK


(Metode Fotometri UV Test)

Tujuan Instruksional Khusus


1. Mahasiswa akan dapat mengukur kadar fosfat anorganik dengan metode fotometri
UV test.
2. Mahasiswa akan dapat menganalisis hasil pemeriksaan kadar fosfat anorganik
3. Mahasiswa akan dapat menerapkan hasil pemeriksaan kadar fosfat anorganik
untuk menegakkan diagnosis
4. Mahasiswa akan dapat menerapkan hasil pemeriksaan kadar fosfat anorganik
untuk penelitian kimia darah

Dasar Teori
Fosfor merupakan unsur golongan nitrogen yang mmiliki dua isotop, yakni fosfor
merah dan fosfor putih. Fosfor merupakan oksida asam yang dapat membentuk asam
fosfat (H3PO4) dan asam fosfit (H3PO3). Senyawa fosfor berada dalam tubuh sebagai
kalsium fosfat (Ca3(PO4) yaitu sebagai substansi anorganik pada tulang, tetapi terdapat
juga di dalam sel pada fosfolipid, asam nukleat, dan adenosine trifosfat (ATP), ATP
berfungsi sebagai sumber energi. Fosfor dalam plasma hadir sebagai kalsium fosfat,
sehingga kadar fosfor dalam plasma sangat berhubungan erat dengan kadar kalsium.
Pengukuran fosfat serum dan urin dapat untuk mendeteksi kerusakan pada ginjal,
tulang, dan kelenjar paratiroid.

Metode Pemeriksaan
Metode Photometric UV Test

Prinsip Pemeriksaan

Fosfat + Amonium molybdat + Asam


Sulfat

Fosfat anorganik molibdat


kompleks
15

Alat dan Bahan

Alat

1. Spuit 3 cc

2. Torniquet

3. Sentrifugator

4. Vacuum tube red cap (Non EDTA)

5. Tabung reaksi 3 ml

6. Rak tabung reaksi

7. Mikropipet (10 µL – 100 µL)

8. Mikropipet (100 µL – 1000 µL)

9. Yellow tip

10. Blue tip

11. Spektrofotometer

Bahan

1. Serum, urin, plasma heparin

2. Working reagen

Cara Kerja

Blanko reagen Standar Serum


Larutan standar - 10 µL
Sampel - 10 µL
Reagen 1000 µL 1000 µL 1000 µL
Dicampurkan agar homogen, diinkubasi selama 1 menit. Ukur absorbansi (∆ A) sampel

dan standar terhadap blanko reagen dalam waktu max 60 menit dengan panjang

gelombang 340 nm.

Perhitungan konsentrasi fosfat anorganik : 10 X ∆ A sampel


16

∆ A standar

Nilai Normal

Kadar fosfat anorganik: Dewasa: 2,5-5,0 mg/dl atau 0,81-1,62 mg/dl

Anak-anak: 4,0-7,0 mg/dl atau 1,30-2,26 mg/dl


17

PEMERIKSAAN Aktivitas Creatin Kinase N-Acetyl Cystein (CK NAC)


(Metode enzimatik kinetik)

Tujuan Instruksional Khusus


1. Mahasiswa akan dapat mengukur aktivitas CK NAC dengan metode enzimatik
kinetik
2. Mahasiswa akan dapat menganalisis hasil pemeriksaan aktivitas CK NAC
3. Mahasiswa akan dapat menerapkan hasil pemeriksaan akktivitas CK NAC untuk
menegakkan diagnosis
4. Mahasiswa akan dapat menerapkan hasil pemeriksaan aktivitas CK NAC untuk
penelitian kimia darah

Dasar Teori
Kreatinin kinase (CK) adalah enzim golongan transferase yang terdiri dari isoenzim
terutama di otot berupa CK-M dan di otak berupa CK-B. CK pada serum berupa CK total
berbentuk molekul dimer yaitu CKMM, CKMB dan CKBB sebagai makroenzim.
Peningkatan kadar CK diobservasi pada kerusakan otot jantung dan penyakit otot
skeletal. CK terutama digunakan untuk monitoring infark miokardium dalam diagnosis
bersama dengan pemeriksaan CKMB. Kerusakan miokard pada infark miokard
menyebabkan dilepaskannya protein termasuk enzim sehingga CKMB, Mioglobin, dan
troponin kadarnya meningkat. CKMB merupakan enzim spesifik sebagai penanda
kerusakan otot jantung, enzim ini meningkat dalam waktu 6-10 jam setelah nyeri dada
dan kembali normal dalam 48-72 jam.
18

Faktor risiko
atherosklerosis

.
Plak ateroskelrosis pada
dinding arteri koroner

Penyempitan lumen arteri, ruptur


plak, trombosis, spasme arteri

Penyumbatan arteri
koronaria

Gangguan suplai oksigen ke


miokardium

Iskemia Kerusakan otot


mikardium Ketidakseimbangan Edem sel
kebutuhan oksigen miokardium

Iskemia > Peningkatan Kelainan EKG Pelepasan


30 menit metabolisme enzim
anarebob, pH turun

Infark miokard Peningkatan


Asam laktat CKMB dan
meningkat LDH

Angina
pektoris
19

Metode Pemeriksaan
Metode enzimatik kinetik

Prinsip reaksi
Creatin kinase + ADP CK creatin +ATP

Glukosa + ATP HK ADP + G-6-phospate

G-6-P +NAD G-6-PDH 6- phospoglukonat+ NADH + H+

Alat dan Bahan


Alat

1. Spuit 3 cc

2. Torniquet

3. Vacuum tube red cap

4. Sentrifugator

5. Tabung reaksi 3 mL

6. Rak tabung reaksi

7. Mikropipet (10 µL – 100 µL)

8. Mikropipet (100 µL – 1000 µL)

9. Yellow tip

10. Blue tip

11. Spektrofotometer

Bahan

1. Serum, plasma heparin


20

2. Working reagen 1 mL

Larutkan reagensia dengan pelarut aquabidest sesuai volume pada label botol

campurkan dengan baik. Larutan stabil selama 30 hari pada suhu 2-8 0C pada suhu

kamar (18-30 0C)

Cara Kerja

1. Siapkan darah probandus 3 cc. buat sampel serum darah 25

µl

2. Darah dimasukkan ke dalam vacuum tube red cap dan

disentrifugasi dengan kecepatan 4000 rpm selama 10 menit, kemudian diambil

serumnya untuk sampel.

3. Campurkan 1 ml working reagen dengan 25 µl serum

4. Hangatkan pada 37 0C selama 5 menit

5. Baca abs. Test setiap 60 detik selama 3 menit terhadap

blanko air pada panjang gelombang 340 nm. Hitung selisih nilai absorbancenya.

(Abs test 2- Abs test 1) + (Abs tes 3- abs tes 2) = delta Abs tes menit

Faktor : 6592

Cara perhitungan

Creatin kinase (U/L) = (delta Abs test/ menit) x faktor

Nilai Normal
21

Kadar Normal CK: Laki-laki : <160 U/L

Perempuan: <130 U/L

PEMERIKSAAN RESISTENSI OSMOTIK DARAH CARA VISUAL

DASAR TEORI
A. Hemolisis
Hemolisis adalah peristiwa keluarnya hemoglobin dari dalam sel darah
merah menuju ke cairan di sekelilingnya. Keluarnya hemoglobin ini disebabkan
karena pecahnya membran sel darah merah. Membran sel darah merah mudah
dilalui atau ditembus oleh beberapa ion-ion, seperti H+, OH-, NH4+, PO43-, HCO3-,
Cl-, dan juga oleh substansi-substansi yang lain seperti glukosa, asam amino, urea
dan asam urat. Sebaliknya, membran sel darah merah tidak dapat ditembus oleh
ion Na+, K+, Ca2+, Mg2+, fosfat organik dan juga substansi lain seperti hemoglobin
dan protein plasma.
Secara umum, membran yang dapat dilalui atau ditembus oleh suatu
substansi dapat dikatakan bahwa membran ini permeabel terhadap substansi
tersebut. Membran yang bnar-benar semi permeabel adalah membran yang hanya
dapat ditembus oleh molekul air saja, tetapi tidak dapat ditembus oleh substansi
lain. Tidak ada membran pada suatu organisme yang bersifat benar-benar semi
permeabel, yang ada adalah membran yang bersifat permeabel selektif, yaitu
membran yang dapat ditembus oleh molekul air dan substansi-substansi tertentu,
tetapi tidak dapat ditembus oleh substansi yang lain. Jadi, membran sel darah
merah termasuk yang permeabel selektif.
Ada 2 jenis hemolisis, yaitu :
1. Hemolisis osmotik : terjadi karena adanya perbedaan yang besar antara
tekanan osmostik cairan di dalam sel darah merah dengan cairan di sekeliling
sel darah merah. Dalam hal ini tekanan osmotik di dalam sel jauh lebih besar
daripada tekanan osmotik di luar sel. Tekanan osmotik di dalam sel darah
22

merah sama dengan tekanan osmotik larutan NaCl 0,9%. Bila sel darah merah
dimasukan ke dalam larutan 0,8% belum terlihat adanya hemolisis, tetapi sel
darah merah yang dimasukan ke dalam larutan NaCl 0,4% hanya sebagian saja
dari sel darah merah yang mengalami hemolisis, sedangkan sebagian sel darah
merah yang lainnya masih utuh. Perbedaan ini disebabkan karena umur sel
darah merah, Sel darah merah yang sudah tua memiliki membran sel yang
mudah pecah sedangkan sel darah merah yang masih muda memiliki membran
sel yang masih kuat. Bila sel darah merah dimasukan ke dalam larutan NaCl
0,3%, semua sel darah merah akan mengalami hemolisis sehingga disebut
sebagai hemolisis sempurna. Larutan yang mempunyai tekanan osmotik lebih
kecil daripada tekanan osmotik isi sel darah merah disebut larutan hipotonis,
sedangkan larutan yang mempunyai tekanan osmotik lebih besar dari tekanan
osmotik isi sel darah merah disebut larutan hipertonis. Suatu larutan yang
mempunyai tekanan osmotik yang sama besar dengan tekanan osmotik isi sel
darah merah disebut larutan isotonis.
2. Hemolisis kimiawi : pada jenis ini sel darah merah dirusak oleh berbagai
macam subtansi kimia. Dinding sel darah merah utamanya tersusun atas lipid
dan protein, membentuk suatu lapisan lipoprotein. Jadi, setiap substansi kimia
yang dapat melarutkan lemak (pelarut lemak) dapat merusak atau melarutkan
membran sel darah merah. Kita mengenal bermacam-macam pelarut lemak,
yaitu kloroform, aseton, alkohol, benzene dan eter. Substansi lain yang dapat
merusak membran sel darah merah diantaranya adalah bisa ular, bisa
kalajengking, garam empedu, saponin, nitrobenzene, pirogalol, asam karbon,
resin, dan senyawa arsen.
SDM yang ditempatkan pada larutan garam yang isotonis tidak akan
mengalami kerusakan dan tetap utuh. Tetapi bila SDM ditempatkan dalam air
destilata maka sel darah merah akan mengalami hemolisis karena tekanan osmotik
isi sel darah merah yang lebih besar daripada di luar sel sehingga mengakibatkan
banyak air masuk ke dalam sel darah merah secara osmosis. Selanjutnya air yang
banyak masuk ke dalam SDM itu akan menekan membran sel darah merah
sehingga membran menjadi pecah.
23

B. Fragilitas Eritrosit
Fragilitas eritrosit adalah kurangnya daya tahan sel darah merah terhadap
hemolisis jika terpajan larutan garam yang semakin hipotonis (fragilitas osmotik)
atau bila terkena trauma mekanis (fragilitas mekanis) (Dorland et al., 2011).
Fragilitas osmotik merupakan suatu reaksi membran eritrosit untuk melawan
tekanan osmotik media di sekelilingnya. Untuk mengetahui berapa besar fragilitas
atau daya tegang dinding eritrosit dapat diketahui dengan menaruh eritrosit dalam
berbagai jenis laruutan (biasanya NaCl) dengan tekanan osmotik yang beragam.
Konsentrasi larutan dengan tekanan osmotik tertentu akan memecah eritrosit dan
inilah yang menunjukkan fragilitas eritrosit tersebut (Senturk et al.,2005).
Diketahui bahwa di dalam satu sel eritrosit terdapat kurang lebih 640 juta
hemoglobin. Oleh karena itu, saat membran eritrosit sudah tidak mampu menahan
tekanan yang ada di dalam sel eritrosit akan berakibat pada terjadinya hemolisis,
yang berarti terjadi pengeluaran hemoglobin ke media di sekeliling eritrosit.
Sebaliknya, jika eritrosit diletakkan di media yang hipertonis, cairan di dalam
eritrosit akan keluar menuju media di sekeliling eritrosit (plasma) yang berakibat
pada terjadinya krenasi pada eritrosit. Namun, krenasi ini dapat diatasi dengan
memberikan cairan isotonis ke media di sekeliling eritrosit (Senturk et al., 2005).
Fragilitas eritrosit pada dasarnya dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor,
diantaranya adalah :
1. Radikal bebas
Radikal bebas merupakan suatu hasil samping dari proses
oksidasi molekul di dalam tubuh yang bersifat elektrofilik karena
kekurangan satu buah elektron pada orbital terluarnya. Sebenarnya,
radikal bebas merupakan suatu senyawa yang bermanfaat bagi tubuh
jika jumlahnya dalam tubuh tidak berlebihan, misalnya untuk
mengurangi efek inflamasi, membunuh bakteri merugikan, dan
mengendalikan tonus otot polos vaskuler. Sebaliknya, jika radikal
bebas jumlahnya berlebihan dalam tubuh dapat mengakibatkan
kerusakan pada sel tubuh. Radikal bebas dapat mengganggu integritas
sel dan dapat bereaksi dengan komponen sel, baik komponen
24

struktural (molekul penyusun membran) maupun komponen


fungsional (protein, enzim, DNA, dll.) (Suhartono et al., 2007)
2. Vitamin E
Aktivitas radikal bebas yang merugikan di dalam tubuh dapat
dicegah dengan zat antioksidan. Antioksidan adalah suatu molekul
yang dapat atom H kepada radikal bebas untuk menstabilkan struktur
molekul radikal bebas. Vitamin E merupakan salah satu antioksidan
yang dapat menghilangkan radikal bebas lipofilik dan jumlahnya
paling banyak di alam dibandingkan antioksidan lain. Vitamin E
berada di dalam lapisan fosfolipid membran sel dengan fungsi
melindungi asam lemak jenuh dan komponen membran sel lain dari
oksidasi radikal bebas dengan memutuskan rantai peroksidase lipid
dengan cara menyumbangkan satu atom hidrogen dari gugus
hidroksida pada cincinnya ke radikal bebas sehingga terbentuk radikal
vitamin E yang stabil dan tidak merusak. Jika seseorang mengalami
defisiensi vitamin E, bukan hanya terjadi peningkatan jumlah radikal
bebas di dalam tubuh, melainkan juga dapat terjadi hal lain, misalnya
kerusakan eritrosit, dimana eritrosit tampak seperti membelah
(hemolisis eritrosit). Ini dapat berakibat pada kerusakan atau
gangguan pada sistem saraf dan otot.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa umur eritrosit mempengaruhi


fragilitas eritrosit. Dalam uji fragilitas eritrosit di laboratorium dimulai dengan
terjadinya hemolisis awal (Initial hemolysis) yang ditentukan sebagai titik awal
fragilitas eritrosit, sementara jika semua eritrosit mengalami lisis total (total
hemolysis) ditentukan sebagai fragilitas total, ketahanan eritrosit untuk lisis dapat
diukur dengan meningkatkan konsentrasi larutan NaCl (uji fragilitas).

METODE PRAKTIKUM
Daya tahan osmotik cara visual
25

PRINSIP
Eritrosit akan mengalami lisis bila ditempatkan pada larutan hipotonis. Daya
tahan eritrosit terhadap larutan hipotonis (osmotic fragility of the erythrocytes) berkaitan
dengan bentuk eritrosit. Pemeriksaan ini bermakna pada bermacam-macam

kelainan seperti pada anemia hemolitik, Hb abnormal, dll.

CARA KERJA
26

1. Lakukan pengambilan sampel darah vena sebanyak 3 cc dengan menggunakan


spuit. Darah yang sudah terambil dimasukkan ke vacuum blood collection tube
purple cap
2. Susun 12 tabung reaksi pada rak dan dibagi menjadi 2 baris, masing-masing berisi
6 tabung. Deret baris pertama digunakan untuk mengetahu initial haemolysis,
sementara deret baris kedua digunakan untuk mengetahui total haemolysis
3. Masing-masing tabung tersebut diberi nomor dari kiri ke kanan dengan urutan :
25, 24, 23, 22, 21, 20, 19, 18, 17, 16, 15, 14.
4. Kemudian diteteskan NaCl 0,5% dengan pipet kapiler yang banyaknya
disesuaikan dengan nomor tabung.
5. Diteteskan pula akuades pada tiap tabung, sampai volumenya berjumlah 25 tetes
tiap tabung. Contoh : 24 tetes NaCl 0,5% + 1 tetes aquades, 23 tetes NaCl 0,5% +
2 tetes aquades.
6. Konsentrasi NaCl pada masing-masing larutan menjadi : 0,5%; 0,48%; 0,46%;
0,44%; 0,42%; 0,40%; 0,38%; 0,36%; 0,34%; 0,32%; 0,30%; 0,28%.
7. Diambil darah dari Vacuum blood collection tube purple cap lalu masing-masing
tabung diberikan 1 tetes darah, dicampuur lalu diinkubasi pada suhu ruangan
selama 1 jam
8. Diperhatikan hasilnya. Dilihat tabung mana yang terjadi initial haemolysis dan
tabung mana yang terjadi total haemolysis

NILAI NORMAL
Initial haemolysis : pada NaCl 0,44% (0,44 ± 0,02 % NaCl)
Total haemolysis : pada NaCl 0,34% (0,34 ± 0,02% NaCl)

Anda mungkin juga menyukai